• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Gulma di Kebun Tebu

Gulma pengganggu pada tanaman tebu, seperti pada tanaman lainnya, dapat digolongkan atas gulma yang berdaun lebar, yang berdaun sempit, dan teki-tekian (Cyperaceae). Ketiga golongan gulma tersebut dijumpai, baik pada kebun tebu di lahan sawah maupun di lahan tegalan. Macam spesies gulma di kebun tebu sangat ditentukan oleh cara mengolah tanah dan macam tanaman budidayanya. Pengolahan tanah menyeluruh dengan membajak dakan mengurangi kepadatan berbagai spesies gulma dari keluarga Poaceae, tetapi dapat menambah pertumbuhan teki dan berbagai spesies gulma berdaun lebar. Pada lahan tegalan, macam spesies gulma pada pertanaman baru agak berbeda dengan keprasannya, karena waktu pertumbuhan tanaman baru jatuh pada awal musim hujan, sedangkan waktu pertumbuhan keprasan adalah di musim kemarau. Spesies gulma penting di kebun tebu dapat dilihat pada Tabel 1dan 2.

Tabel 1. Spesies Gulma Penting di Kebun Tebu Lahan Sawah

Gulma Diolah secara Reynoso Diolah secara mekanis

di kebun bibit di kebun produksi

Berdaun sempit Cynodon dactylon

Echinochloa colonum Cynodon dactylon Echinohloa colonum Polytrias amaura Leptochloa chinensis Panicum reptans

Berdaun lebar Ipomoea triloba Amaranthus spinosa

Euphorbia sp. Portulaca oleraceae

Teki-tekian Cyperus rotundus Cyperus rotundus Cyperus rotundus

(Sumber: Setyamidjaja dan Azharni, 1992)

Tabel 2. Spesies Gulma Penting di Kebun Tebu Lahan Tegalan

Gulma Di pulau Jawa Di luar Jawa

Berdaun sempit Echinochloa colonum

Dactylotenium aegyptium Rottboelia exaltata Digitaria sp. Echinochloa colonum Dactylotenium aegyptium Rottboelia exaltata Imperata cylindrica Eleusine indica

Berdaun lebar Amaranthus spinosus

Commelina benghalenisis Centrosema pubescens Ageratum conyzoides Amaranthus spinosus Mimosa invisa Mikania cordata Boreria alata

Teki-tekian Cyperus rotundus Cyperus rotundus

(2)

4

Tanaman tebu peka terhadap gangguan gulma, terutama selama tiga bulan pertama masa pertumbuhannya. Gangguan gulma dilahan yang diolah secara Reynoso dapat menurunkan berat tebu sampai 53.7%, sedangkan di lahan beririgasi yang diolah secara mekanis penurunan berat sampai 22.4%. pada tegalan di Jawa tersebut mencapai 45.7% (Setyamidjaja dan Azharni, 1992).

Menurut Chisaka (dalam Matsunaka, 1977) pengaruh buruk gulma di dalam dan disekitar lapangan yang ditanami dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) gulma mengurangi hasil tanaman dan kualitas karena persaingan kebutuhan hidup; (2) gulma mengintensifkan masalah serangga, penyakit dan hama lain dengan peran sebagai inang; (3) gulma mengurangi efisiensi panen dan mesin-mesin yang lain; (4) gulma beracun dalam padang rumput atau diantara hasil makanan ternak, menyakiti hewan piaraan; dan (5) gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi. Efek yang paling luas dan serius ialah kerugian hasil sebab persaingan gulma yang masih belum diketahui benar, karena melibatkan banyak faktor yakni: varietas, jarak, kesehatan tanaman, jenis-jenis varietas kerapatan populasi dan berjangkitnya gulma, kesuburan tanah, iklim, dan lamanya persaingan.

B.

Pengendalian Gulma

Pengertian pengendalian (control) gulma harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol. Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol (Sukman dan Yakup, 2002).

Menurut Sukman dan Yakup (2002), terdapat beberapa cara atau metode pengendalian gulma yang dapat dipraktikkan di lapangan. Sebelum melakukan tindakan pengendalian gulma sangat penting bagi kita mengetahui cara-cara tersebut guna memilih cara yang paling tepat untuk suatu jenis tanaman budidaya dan gulma yang tumbuh di suatu daerah. Teknik pengendalian yang tersedia adalah:

a. Pengendalian dengan upaya preventif (pembuatan peraturan atau perundangan, karantina,

sanitasi, dan peniadaan sumber invasi).

b. Pengendalian secara fisik atau mekanis atau fisik (pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, penggenangan, dan pembakaran).

c. Pengendalian secara kultur-teknis (penggunaan jenis unggul terhadap gulma, pemilihan saat tanam, cara tanam-perapatan jarak tanam, tanaman sela, rotasi tanaman, dan penggunaan mulsa). d. Pengendalian secara hayati (pengadaan musuh alami, manipulasi musuh alami dan pengolahan

musuh alami yang ada disuatu daerah).

e. Pengendalian secara kimiawi (herbisida dengan berbagai formulasi surfaktran, alat aplikasi, dan sebagainya).

f. Pengendalian dengan upaya memanfaatkannya (untuk berbagai keperluan seperti sayur, bumbu,

(3)

5

C.

Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

Senyawa kimia yang dipergunakan sebagai pengendali gulma ini dikenal dengan nama herbisida. Herbisida merupakan alat yang canggih dalam pengendalian gulma, serta memberikan keuntungan lebih dalam pemakaiannya. Adapun keuntungan yang dapat diberikan oleh herbisida adalah sebagai berikut (Sukman dan Yakup, 2002):

1. Dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu.

2. Dapat mengendalikan gulma dilarikkan tanaman.

3. Dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman.

4. Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.

5. Dalam dosis rendah dapat sebagai hormon tumbuh.

6. Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.

Disamping kelebihan dan keuntungan, herbisida juga mempunyai kekurangan-kekurangan yang dapat merugikan. Kelemahan itu antara lain adalah herbisida dapat menimbulkan: a) efek samping, b) spesies gulma yang resisten, c) polusi, d) residu dapat meracuni tanaman, pada pola pergiliran tanaman.

Menurut Sukman dan Yakup (2002), secara umum klasifikasi herbisida ada empat, yaitu:

a. Berdasarkan Waktu Aplikasi

Waktu aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan dari tanaman maupun gulma. Berdasarkan hal tersebut, maka waktu aplikasi herbisida terdiri dari:

1. Pre plant, maksudnya herbisida diaplikasikan pada saat tanaman (crop) belum ditanam, tetapi tanah sudah diolah.

2. Pre emergence, maksudnya herbisida diaplikasikan sebelum benih tanaman (crop) atau biji gulma berkecambah. Pada perlakuan ini benih dari tanaman (crop) sudah ditanam, sedangkan gulma belum tumbuh.

3. Post emergence, maksudnya hebisida diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Aplikasi herbisida bisa dilakukan pada waktu tanaman masih muda maupun dapa waktu tanaman sudah tua.

b. Cara Aplikasi

1. Aplikasi melalui daun

• Bersifat kontak

Berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma setahun, karena bila terkena akan menyebabkan mati keseluruhan. Contohnya adalah herbisida Paraquat.

• Bersifat sistemik

Berarti herbisida yang diberikan pada tumbuhan (gulma) setelah diserap oleh jaringan daun kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan tersebut misalnya: titik tumbuh, akar, rimpang, dan lain-lain sehingga gulma tersebut akan mengalami kematian total. Contohnya adalah herbisida Glyphosate.

2. Aplikasi melalui tanah

Umumnya herbisida yang diberikan melaui tanah adalah herbisida yang bersifat sistemik. Contohnya adalah herbisida Diuron, golongan Triazine, Uracil, Urea, dan Ioxynil.

c. Bentuk Molekul

(4)

6

Tabel 3. Daftar Nama Dagang Herbisida yang Telah Direkomendasikan untuk Mengendalikan Gulma

Komoditas Gulma Daun Lebar Gulma Rumputan Gulma Tekian

Tebu

Acril DS, Agromin 865 AS, Amocomin 865 AS, Amexone 80 WP, Amexone 500 F, Andall 865 AS, Banvel 480 AC, Bimaron 80 WP, Bimastar 240/120 AS, Bioron 80 WP, Boral 480 SC, Cadre 240 AS, Command 480 EC, DMA-6, Gesapax 80 WP, Gesapax 80 WG, Goal 240 EC, Gramoxone, Gulmaron 80 WP, Herbatop 276 AS, Maron 500 F, Indamin 720 HC, Marumine 860 AS, Maron 80 WP, Mebatrin 80 WP, Merlin 75 WG, Nitrox 80 WP, Para-col, Promin 865 AS, Ronindo 80 WP, Ronindo 500 F, Sencor 70 WP, Sidamin 865 AS, Spark 130/5 AS, Spike 564 AS, Strike 130 AS, Tebusan 500 SC, Tordon 101, Tupormin 865 AS, Velpar 60 DF, Vulgar 865 AS Acril Ds, Amexone 80 WP, Amexone 500 F, Basta 150 WSC, Banvel 480 AC, Bimaron 80 WP, Bimastar 240/120 AS, Bioron 80 WP, Cadre 240 AS, Command 480 EC, DMA-6, Gesapax 80 WG, Goal 240 EC, Gramoxone, Gulmaron 500 SC, Herbatop 276 AS, Maron 500 F, Maron 80 WP, Mebatrin 80 WP, Merlin 75 WG, Nitrox 80 WP, Ronindo 500 F, Sencor 70 WP, Spark 130/5 AS, Spike 564 AS, Tebusan 500 SC Adimetrex 80 WP, Agromin 865 BS, Amexone 80 WP, Amexone 500 F, Basta 150 WSC, Gesapax 80 WG, Gesapax 500 F, Tordon 101, Goal 2 E, Gramoxone, Herbatop 276 AS, Merlin 75 WG, Merumine 860 AS, Vulgar 865 AS

(Sumber: Kompes, 2004 dalam Sembodo, 2010)

D.

Alat dan Mesin Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

Terdapat bermacam-macam tipe sprayer yang tersedia untuk berbagai kegunaan di rumah, taman, dan lahan. Disini spesial tipe sprayer yang cocok untuk peternakan, kandang dan ternak ayam. Sprayer dapat diklasifikasikan sebagai perabot rumah tangga (household), udara bertekanan (compressed air), tas gendong (knapsack), roda dorong (wheelbarrow), traksi (traction), tenaga (power), dan pesawat terbang (airplane).

1. Sprayer Tangan (Hand Sprayer atau Atomizer)

Sprayer tangan untuk rumah tangga ini dapat digunakan untuk penyemprotan berbagai macam larutan disekitar rumah, di taman, di kandang peternakan ayam, dan kandang. Terdapat dua tipe yaitu single action dan continous-action atomizer. Tipe single action hanya bekerja pada langkah kerja pompa, tetapi contious-action atomizer dirancang untuk mendapatkan cukup tekanan setelah dua atau tiga kali langkah kerja pompa untuk memaksa keluar cairan secara kontinu. Penampung cairan dibuat dari kaca, kuningan, atau lembaran baja. Dewasa ini banyak digunakan untuk penyemprotan minyak, bahan-bahan kimia dengan kepadatan tinggi, dan keperluan penerbangan.

(5)

7

Gambar 1. Dua Tipe Hand Sprayer. (National Sprayer and Duster Assoc., 1955)

2. Sprayer Udara Bertekanan (Compressed-Air Sprayer)

Tipe sprayer ini menggunakan tangki berbentuk silinder menggunakan pompa udara. Rentang kapasitas tangki mulai dari 2.5 hingga 4 gallons (9.4 hingga 15.1 liter). Ketika diisi, tangki memiliki cukup tempat pembuangan sehingga volume udara dapat ditekan ke atas cairan dan secara tidak langsung memaksa untuk menyemprot keluar. Pegangan pompa mengunci ke bawah dan seperti kunci inggris untuk mengencangkan dan tidak mengulir pompa serta untuk membawa tangki. Tekanan penyemprotan yang baik adalah sekitar 50 sampai 80 kali pompa.

Gambar 2. Sprayer Bertekanan Udara. (Compressed-Air Sprayer)

3. Sprayer Gendong (Knapsack Sprayer)

Sprayer berkapsitas empat gallons (15.1 liter) dengan bentuk tangki seperti ginjal dan terbuat dari baja galvanis atau lembaran kuningan yang dapat dibawa dengan cara digendong pada pundak dan bahu operator. Leher gagang terdapat di bagian bawah tangki yang membuat operator mudah untuk memompa. Sedikit pemompaan memberikan tekanan dalam kamar udara sehingga ketika nosel terbuka maka aliran cairan yang kuat dapat berhembus.

(6)

8

4. Sprayer Ember (Bucket Sprayer)

Sprayer ember ini dirancang sedemikian rupa sehingga pompa diletakkan dengan posisi duduk di dalam ember, dan kaki penyangga diletakkan di bagian luar. Kaki penyangga ini menahan agar pompa tetap pada tempatnya, yang mana pemompaan hanya berasal dari hentakan yang rendah. Aliran kuat cairan yang kontinu dipaksa melewati nosel dibawah tekanan pada rentang 50 hingga 100 pounds (344.7 hingga 689.5 kPa).

5. Sprayer Drum (Barrel Sprayer)

Sprayer ini terdiri dari pompa tangan dengan dua aksi (double-acting hand pump) yang tersambung ke drum atau tangki. Beberapa tipe jet atau dash agitator digunakan untuk menjaga agar larutan penyemprot selalu teraduk rata. Strainer mencegah sedimen partikel kecil dari pengumpanan hingga masuk ke dalam selang atau nosel.

6. Sprayer dengan Roda Dorong (Wheelbarrow Sprayer)

Sprayer dengan roda dorong memiliki tangki yang dapat diangkat diantara dua batang yang mana terhubung dengan roda pada salah satu ujung. Sprayer dapat dengan mudah dipindahkan. Untuk mengoperasikannya, tangki lebih rendah menuju permukaan tanah sehingga pompa dapat dioperasikan. Peralatan penyemprotannya hampir mirip dengan hand sprayer.

7. Sprayer dengan Pompa Luncur (Slide Pump Sprayer)

Sprayer luncur dioperasikan seperti terompet trombon. Alat ini terdiri dari tipe pompa silinder plunyer positif yang dapat berfungsi sebagai pipa debit. Tersedia nosel yang bersifat fixed atau adjustable dan selang dengan strainer. Alat ini dioperasikan dengan menempatkan strainer dan selang ke dalam tangki cairan, kemudian kerja dari plunyer maju ke belakang dan ke depan, cairan terpompa keluar melaui nosel. Tekanan dapat mencapai 180 pounds (1241.1 kPa) dan dapat menciptakan semprotan air sejauh 50 sampai 60 kaki (15.2 hingga 18.3 meter).

Gambar 4. Tipe Beberapa Sprayer yang Dioperasikan oleh Pemompaan Tangan. (National Sprayer and Duster Assoc., 1955)

(7)

9

8. Sprayer dengan Motor (Power Sprayer)

Istilah power sprayer merujuk kepada sprayer yang dioperasikan dengan motor bakar internal ataupun motor listrik. Alat ini juga dapat dioperasikan menggunakan motor bensin yang ukurannya sesuai atau sprayer yang dioperasikan menggunakan tenaga dari traktor.

Gambar 5. Gambar Skematik Power Sprayer. (National Sprayer and Duster Assoc., 1955) Boom sprayer dapat diartikan sabagai sebuah struktur batang horizontal yang mana pada batang tersebut terdapat nosel-nosel yang ditempatkan secara benar dan dapat diubah ketinggiannya. Batang ini dapat menggunakan sistem pipa untuk mengalirkan material penyemprotan menuju nosel tetapi hal ini hanya berlaku untuk penyaluran material cair yang dapat terbuat dari kuningan atau karet sintetik. Batang ini dapat diubah secara vertikal biasanya sekitar 44.1 cm (18”) hingga 176.4 cm (72”) untuk penyemprotan tanaman dengan bermacam-macam ketinggian dan dibagi menjadi tiga atau lebih bagian yang dihubungkan dengan flexible joints. Panjang batang secara umum berkisar 699.3 cm (21 kaki) dengan efektif penyemprotan sekitar 765.9 cm (23 kaki) atau enam baris ruang terpisah rata-rata 91.4 cm (36”) sampai 98 cm (40”). Dewasa ini banyak power sprayer yang menggunakan sistem hidrolik yang mana tekanan penyemprotan dihasilkan dari aksi langsung pompa dengan material cairan penyemprotan. Bagian yang terdapat pada sprayer hidrolik adalah pompa (dengan ruang udara jika diperlukan), tangki yang terdapat agitator didalamnya, susunan rangka untuk mengangkut sprayer, regulator tekanan gabungan dan pelimpahan atau katup, alat pengukur tekanan, saringan, katup kendali, pipa, sistem distribusi, dan sumber tenaga.

(8)

10

E.

Tipe Nosel Sprayer

(6.1) (6.2) (6.3) (6.4)

(a) (b)

Gambar 6. (a) Perangkaian Nosel Penyemprotan Bentuk Fan dan Cone (Spraying System Co.), (b) Tipe Empat Nosel yang Terdapat Di Sprayer Pertanian. (1b) Tipe Hollow-cone, (2b) Tipe Solid-cone,

(3b) Tipe Core-insert, (4b) Tipe Fan.

Secara umum, perangkat atomisasi untuk memecahkan cairan mengikuti prinsip:

a. Atomisasi dengan tekanan atau hidrolik, yang mana berdasarkan tekanan cairan untuk

menyalurkan energi atomisasi. Aliran cairan dari sebuah orifice atau sebuah nosel dipecah dengan perbedaan ketidakstabilan dan hantamannya pada atmosfir atau pada sebuah plat datar jet yang lain.

b. Atomisasi gas yang mana cairan dipecah dengan aliran gas berkecepatan tinggi, memecah keduanya hingga bagian luar nosel atau dengan sebuah ruang dibagian keluaran orifice.

c. Atomisasi sentrifugal yang mana cairan berada dalam tekanan rendah menuju pusat perangkat pemutar berkecepatan tinggi seperti piringan atau cup, dan dipecah oleh gaya sentrifugal seperti daun yang berguguran.

Prinsip atomisasi sentrifugal tidak lazim dalam sprayer pertanian tetapi dapat digunakan untuk membentuk butiran-butiran halus yang dapat diatur ukurannya untuk keperluan kajian laboratorium tentang efektivitas perbedaan ukuran butiran-butiran halus. Prinsip atomisasi gas banyak diperuntukan bagi sprayer dengan hembusan angin menggunakan perangkat plat datar. Sprayer di lahan maupun sprayer bertekanan tinggi untuk perkebunan banyak menggunakan prinsip atomisasi hidrolik. Nosel penyemprotan tipe hidrolik dapat diklasifikasikan sebagai hollow-cone (kerucut berlubang), solid-cone (kerucut padat), fan (kipas), impact, dan aliran seragam.

Nosel tipe kerucut berlubang, cairan diumpankan kedalam sebuah ruang beralur melewati sebuah bagian sisi yang bersinggungan atau melewati fixed spiral, untuk memberikan gerakan memutar. Orifice (celah sempit) terletak pada sumbu datar ruang beralur dan cairan keluar dalam bentuk kerucut berlubang yang mana dipecah menjadi butiran-butiran halus.

Nosel tipe kerucut padat adalah modifikasi dari nosel kerucut berlubang dan dipersiapkan untuk penyemprotan secara menyeluruh pada sebuah area dengan jarak berdekatan. Konstruksi hampir menyerupai nosel kerucut berlubang kecuali untuk penambahan sebuah jet aksial internal untuk ukuran yang seragam, yang mana menghancurkan cairan yang berputar hanya dengan memanfaatkan debit dari orifice.

Nosel tipe kipas didefinisikan sebagai saluran melintang permukaan luar dari sebuah plat orifice, dan beberapa waktu orifice lainnya terdapat penambahan menuju lubang (atau dapat diartikan pada

(9)

11

dua jet yang berdekatan), cairan dikeluarkan menjadi sebuah bidang datar, berbentuk kipas tipis, yang mana dipecah menjadi butiran-butiran halus.

F.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

a. Faktor yang berasal dari peralatan sendiri.

1. Lebar nosel, makin lebar nosel untuk tipe yang sama, maka penyebaran ukuran butirannya makin tidak seragam dan mempunyai ukuran butiran yang menjadi lebih besar. Karena penyebaran ukurannya menjadi lebih besar, maka penyebaran butiran menjadi kurang merata. Hal ini disebabkan oleh karena pada waktu butiran keluar atau terlempar dari nosel akan mengalami hambatan yang sebanding dengan ukuran butiran cairan, viskositas dan kecepatan awal butiran tersebut.

2. Tekanan, akan mempengaruhi ukuran butiran cairan yang dihasilkan untuk suatu nosel yang

sama. Semakin besar tekanannya proses penumbukan cairan pada waktu akan keluar dari nosel makin besar, disamping itu selisih kecepatan antara udara yang meniup dengan cairan di dalam tangki menjadi makin besar pula, sehingga lembaran cairan di dalam tangki menjadi semakin besar pula, sehingga lembaran cairan yang terbawa makin tipis, tumbukan makin besar dan butiran cairan yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini mempengaruhi bentuk penyebaran dan kemampuan melekatnya butiran pada bagian tanaman. Kestabilan tekanan juga berpengaruh pada keseragaman penyemprotan pada knapsack sprayer. Untuk tiap-tiap nosel mempunyai ciri sendiri dalam hal pembentukan ukuran butirannya. Nosel yang tepat untuk penyemprotan gulma adalah jenis flat-fan (kipas datar).

b. Faktor yang ditentukan oleh cairannya. Viskositas dan nilai kerapatan cairan (density) sangat mempengaruhi bentuk ukuran butiran maupun penyebaran butirannya.

c. Faktor-faktor luar:

1. Kepadatan udara dan lengas nisbi udara berpengaruh terhadap panguapan dan tahanan

jatuhnya butiran.

2. Angin atau gerakan udara, mempengaruhi ukuran penyebaran butiran cairan.

3. Suhu udara mempengaruhi penguapan.

4. Faktor yang dimiliki oleh tanaman, habitus, kerapatan pertumbuhan, tingkat pertumbuhan tanaman dan lain-lain.

G.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Pokok Penyemprotan

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pokok penggunaan sprayer dapat yaitu kapasitas lapang efektif, konsumsi herbisida, biaya mesin, biaya perator, biaya herbisida, serta biaya total aplikasi.

a. Kapasitas Lapang Efektif (KLE). KLE merupakan besarnya luas lahan yang diolah persatuan

waktu tertentu.

b. Biaya, dibedakan menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost).

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap pada suatu perioda dan tidak tergantung pada jumlah produk per jam kerja mesin. Yang termasuk biaya tetap salah satu diantaranya yaitu biaya penyusutan atau biaya bunga modal. Suatu mesin hanya dapat dipakai pada selang waktu tertentu. Biaya investasi akan habis setelah selang waktu tersebut. Oleh sebab itu, jika dilihat dari waktu ke waktu selama selang wktu tersebut, nilai mesin telah berkurang atau menyusut.

(10)

12

2. Biaya tidak tetap (variabel cost), biaya yang dikeluarkan selama proses operasi berlangsung. Biaya ini meliputi biaya herbisida, biaya operator, biaya bahan bakar, dan sebagainya. Hasil penjumlahan biaya tetap dan tidak tetap akan diperoleh biaya total yang digunakan oleh alat dan mesin tersebut.

Gambar

Tabel 1. Spesies Gulma Penting di Kebun Tebu Lahan Sawah
Gambar 2. Sprayer Bertekanan Udara. (Compressed-Air Sprayer)
Gambar 4. Tipe Beberapa Sprayer yang Dioperasikan oleh Pemompaan Tangan. (National Sprayer  and Duster Assoc., 1955)
Gambar 5. Gambar Skematik Power Sprayer. (National Sprayer and Duster Assoc., 1955)  Boom sprayer dapat diartikan sabagai sebuah struktur batang horizontal yang mana pada batang  tersebut  terdapat  nosel-nosel  yang  ditempatkan  secara  benar  dan  dapat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jenis Serangga apa sajakah yang ditemukan di wilayah sekitar pantai Drini?.. Bagaimana klasifikasi dan ciri serangga yang telah didapatkan di wilayah sekitar

Hasil penelitian ini relavan dengan penelitian yang dilakukan yang oleh Aisa Rahmi Syarif yang berjudul Pengaruh Hutang terhadap Profitabilitas perusahaan (Studi

Berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian terdahulu dapat ditunjukkan bahwa pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) terhadap kemampuan berhitung

Kode etik pengelolaan perikanan bertanggung jawab ini pada prinsipnya mengamanahkan beberapa hal penting kepada negara pengguna sumberdaya ikan, yakni: harus

Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

Langkah- langkah yang dilakukan sebelum verifikasi dosis radiasi adalah menentukan faktor kalibrasi TLD-100, mengukur dosis radiasi permukaan pasien kanker payudara

a) Kaligrafi yang ditorehkan dalam karya akan menjadi penuntun buatnya dalam menjalani kehidupan ini karena pesan-pesan yang terkandung di dalamnya banyak

Dengan memodifikasi kerangka pikir Lewin (1951) penulis menemukan bahwa inovasi merupakan sebuah proses perubahan relasi kuasa secara sistemik dengan melalui