• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI PELALAWAN

PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 8 TAHUN 2015

TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PELALAWAN,

Menimbang : a. bahwa Barang Milik Daerah perlu dikelola secara tertib dan benar agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam

rangka mendukung serta meningkatkan kualitas

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, ketentuan mengenai Pengelolaan Barang Milik Daerah diatur dalam Peraturan Daerah;

c. bahwa materi yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah belum mengakomodir substansi terhadap Barang Milik Daerah sehingga

Pengelolaan Barang Milik Daerah belum dapat

dilaksanakan dengan baik dan optimal;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia

(2)

Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3968) terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4285, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);

11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang

Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2967);

(3)

14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4515);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak

Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang

Pengamanan dan Pengalihan Barang Milik/Kekayaan Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4073);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang

Hibah kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

(4)

Republik Indonesia Nomor 4737);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533).

25. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

26. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

27. Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 1974 tentang Tata Cara Penjualan Rumah Negeri;

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendahaaraan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Daerah;

29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah;

30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; 32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

33. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2001 tentang Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah;

34. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2002 tentang Nomor Kode Lokasi dan Nomor Kode Barang Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota;

35. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pedoman Penilaian Barang Daerah;

36. Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 04 Tahun 2012 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan Tahun 2012 Nomor 4);

37. Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan Tahun 2004 Nomor 16,

(5)

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 15) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 4).

Dengan Persetujuan Bersama :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN dan

BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN

BARANG MILIK DAERAH. BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pelalawan.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Kabupaten Pelalawan.

3. Bupati adalah Bupati Pelalawan.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pelalawan.

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Pelalawan.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah

Perangkat Daerah yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pelalawan selaku Pengguna Barang.

7. Unit kerja / Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disebut unit

kerja/ UPTD adalah bagian SKPD selaku kuasa pengguna barang.

8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut

APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pelalawan.

9. Pemegang kekuasaan Pengelola Barang Milik Daerah adalah Bupati yang

karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan

keseluruhan Pengelolaan Barang Milik Daerah.

10. Pengelola Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pengelola

Barang adalah Sekretaris Daerah yang karena jabatannya berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan melakukan koordinasi di bidang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

11. Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut

(6)

jawab mengkoordinir penyelenggaraan Pengelolaan Barang Milik Daerah yang ada pada SKPD.

12. Pengguna Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pengguna

Barang adalah Kepala SKPD selaku pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik Daerah.

13. Kuasa pengguna Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut kuasa

pengguna barang adalah Kepala Unit kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Kepala SKPD atau Pengguna Barang untuk menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya.

14. Penyimpan barang adalah pegawai negeri sipil yang diserahi tugas untuk

menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang yang ada di setiap SKPD.

15. Pengurus barang adalah pegawai negeri sipil yang diserahi tugas untuk

mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap SKPD.

16. Pembantu pengurus Barang Milik Daerah adalah pegawai yang diserahi

tugas untuk membantu mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap organisasi perangkat daerah/unit kerja.

17. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara independent

berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.

18. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat

pemegang kewenangan penggunaan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah.

19. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah

pejabat yang ditetapkan oleh Bupati untuk menggunakan APBD atau ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBD.

20. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikasi keahlian

pengadaan barang/jasa yang melaksanakan pengadaan barang/jasa.

21. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang

ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

22. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi

lain yang selanjutnya disingkat APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

23. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan

yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.

24. Rumah Dinas Daerah adalah rumah yang dimiliki oleh Pemerintah

Daerah yang ditempati oleh Pejabat tertentu atau Pegawai Negeri Sipil.

25. Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian

kebutuhan Barang Milik Daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

26. Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan

barang daerah dan jasa.

27. Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan/pengiriman Barang

(7)

28. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna/kuasa pengguna dalam mengelola dan menatausahakan Barang Milik Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.

29. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah yang tidak

digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi Barang Milik Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

30. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh

atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

31. Barang Inventaris adalah seluruh Barang Milik Daerah baik yang

bergerak maupun yang tidak bergerak dan merupakan barang yang nilainya dapat dihitung dan penggunaannya lebih dari satu tahun.

32. Inventarisasi adalah kegiatan atau tindakan untuk melakukan

pendataan, pencatatan, pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, dan pelaporan hasil pendataan Barang Milik Daerah.

33. Buku Inventaris adalah dokumen yang menunjukkan kekayaan daerah

yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang ada pada pengguna/kuasa pengguna barang, yang memuat data yang meliputi lokasi, jenis/merk/type, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian/perolehan, asal barang, keadaan barang dan sebagainya.

34. Standarisasi Sarana dan prasarana adalah pembakuan atas penggunaan

fasilitas kedinasan berupa ruang kantor, perlengkapan kantor, rumah dinas, kendaraan dinas dan lain-lain barang yang memerlukan standarisasi dalam 1 (satu) periode tertentu.

35. Standarisasi Harga barang adalah penetapan besaran harga satuan

barang sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas dalam 1 (satu) periode tertentu.

36. Kodefikasi Barang adalah pembakuan nomor kode kepemilikan barang

dan kode barang menurut golongan, bidang dan kelompok barang.

37. Penyimpanan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan,

penyelenggaraan dan pengaturan Barang Milik Daerah di dalam gudang dan/atau di ruang penyimpanan lainnya.

38. Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan perawatan untuk

menjaga kondisi dan memperbaiki semua barang milik negara/daerah agar selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

39. Pengamanan adalah kegiatan atau tindakan pengendalian, penertiban

dan pengurusan Barang Milik Daerah secara fisik, administratif, pengasuransian, dan tindakan hukum.

40. Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh pihak lain dalam

jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.

41. Pinjam Pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah

Pusat dengan Pemerintah Daerah, antara Pemerintah Daerah dengan instansi vertikal di daerah, antar Pemerintah Daerah, dan antara Pemerintah Daerah dengan pihak lain dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dengan kewajiban pemeliharaan dan/atau penggantian atas kehilangan sepenuhnya menjadi tanggungawab

(8)

peminjam/pemakai, dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola Barang.

42. Kerjasama Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah

oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.

43. Bangun guna serah adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa

tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

44. Bangun serah guna adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa

tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

45. Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Daerah dari

daftar Barang Milik Daerah dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang dan/atau pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

46. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan

Barang Milik Negara/Daerah.

47. Pemindahtanganan adalah Pengalihan kepemilikan Barang Milik Daerah.

48. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Daerah kepada

pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.

49. Tukar menukar adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Daerah

yang dilakukan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antar pemerintah daerah, atau antara pemerintah daerah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk barang sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang.

50. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada pihak lain, atau dari pihak lain kepada Pemerintah Daerah tanpa memperoleh penggantian.

51. Penyertaan modal pemerintah daerah adalah pengalihan kepemilikan

Barang Milik Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah pada Badan Usaha Milik Daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.

52. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,

inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

53. Penilaian adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan suatu opini

nilai atas suatu objek penilaian berupa Barang Milik Daerah pada saat tertentu.

(9)

54. Daftar Barang Pengguna yang selanjutnya disingkat DBP, adalah daftar yang memuat data barang inventaris milik daerah yang digunakan oleh masing-masing Pengguna Barang.

55. Daftar Barang Kuasa Pengguna yang selanjutnya disingkat DBKP, adalah

daftar yang memuat data barang inventaris milik daerah yang dimiliki oleh masing-masing kuasa pengguna barang.

56. Daftar Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut DBMD adalah

daftar yang memuat kumpulan data barang inventaris milik daerah yang ada pada masing-masing pengguna barang dan kuasa pengguna barang.

57. Daftar Barang Milik Daerah adalah daftar Barang Milik Daerah

Kabupaten Pelalawan.

58. Neraca Daerah adalah neraca daerah Kabupaten Pelalawan.

59. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerja sama antara

Pemerintah dan Badan Usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

(1) Pengaturan tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dimaksudkan untuk menyeragamkan langkah dan tindakan dalam Pengelolaan Barang Milik Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pengaturan tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah bertujuan :

a. memberikan pedoman dalam pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah;

b. mewujudkan tertib administrasi Pengelolaan Barang Milik Daerah; c. menciptakan efisiensi dan efektifitas Penggunaan Barang Milik

Daerah;

d. tersusunnya neraca kekayaan daerah yang dapat

dipertanggungjawabkan yang bersumber pada daftar Barang Milik Daerah;

e. memberikan informasi mengenai status hukum Barang Milik Daerah serta memberikan jaminan/kepastian hukum Pengelolaan Barang Milik Daerah;

f. memberikan kemudahan dalam melakukan evaluasi kinerja Pengelolaan Barang Milik Daerah;

g. mengamankan Barang Milik Daerah; dan

h. mewujudkan akuntabilitas Pengelolaan Barang Milik Daerah. BAB III

BARANG MILIK DAERAH Pasal 3

(1) Barang Milik Daerah meliputi :

a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

(2) Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

(10)

c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

BAB IV

AZAS PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH Pasal 4

Pengelola Barang Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan azas : a. fungsional;

b. kepastian hukum;

c. transparansi dan keterbukaan; d. efisiensi; e. akuntabilitas;dan f. kepastian nilai. BAB V RUANG LINGKUP Pasal 5

Ruang lingkup Pengelolaan Barang Milik Daerah meliputi: a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;

b. pengadaan;

c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran; d. penggunaan;

e. pemanfaatan;

f. pengamanan dan pemeliharaan; g. penilaian;

h. pemindahtanganan;

i. pemusnahan;

j. penghapusan;

k. penatausahaan;

l. pembinaan, pengawasan dan pengendalian; BAB VI

PEJABAT PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH Pasal 6

(1) Bupati adalah pemegang kekuasaan Pengelola Barang Milik Daerah.

(2) Pemegang kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah berwenang dan bertanggung jawab:

a. menetapkan kebijakan Pengelolaan Barang Milik Daerah;

b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan

Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan;

c. menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik

Daerah;

d. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik

Daerah;

e. mengajukan usul pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang

memerlukan persetujuan DPRD;

f. menyetujui usul pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan

(11)

g. menyetujui usul pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan; dan h. menyetujui usul Pemanfaatan Barang Milik Daerah dalam bentuk Kerja

Sama Penyediaan Infrastruktur.

(3) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dibantu oleh :

a. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah;

b. Kepala Bagian Aset/Unit Pengelola Barang selaku Pembantu Pengelola

Barang Milik Daerah;

c. Kepala SKPD selaku Pengguna Barang Milik Daerah;

d. Kepala Unit Kerja pada SKPD / UPTD, Kepala SD Negeri, Kepala SMP

Negeri, Kepala SMA Negeri, Kepala SMK Negeri selaku Kuasa Pengguna Barang Milik Daerah;

e. Penyimpan Umum Barang dan Pembantu Penyimpan Umum Barang

Milik Daerah;

f. Penyimpan Barang Milik Daerah; dan

g. Pengurus Barang dan Pembantu Pengurus Barang Milik Daerah.

Pasal 7

(1) Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2) huruf a, sebagai koordinator dibantu oleh Asisten yang membidangi Pengelolaan

Barang Milik Daerah, bertugas melakukan pembinaan dan

bertanggungjawab atas terselenggaranya Koordinasi dan sinkronisasi antara Pembina, Pengelola Barang dan pengguna barang/kuasa pengguna barang;

(2) Tugas Sekretaris Daerah sebagai Pengguna Barang secara fungsional dilaksanakan oleh (Kepala) Bagian Umum.

(3) Tugas Sekretaris Daerah sebagai Pengelola Barang secara fungsional dilaksanakan oleh (Kepala) Bagian Aset.

(4) Apabila dalam pembinaan dan Pengelolaan Barang Milik Daerah terdapat perbedaan pendapat antara Pembina, Pengelola Barang dan pengguna/kuasa pengguna barang yang mengakibatkan kemacetan, maka Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang berkewajiban untuk mengambil tindakan pengamanan yang bersifat sementara;

(5) Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2) wajib menyampaikan laporan dan saran kepada Bupati untuk mendapatkan keputusan terakhir;

Pasal 8

(1) Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang, berwenang dan bertanggung jawab :

a. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan Barang Milik Daerah;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/

perawatan Barang Milik Daerah;

c. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan Barang Milik

Daerah yang memerlukan persetujuan Bupati;

d. mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan,

penghapusan dan Barang Milik Daerah;

e. mengatur pelaksanaan pemindahtanganan Barang Milik Daerah

yang telah disetujui oleh Bupati atau DPRD;

f. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi Barang Milik

Daerah; dan

g. melakukan pengawasan dan pengendalian atas Pengelolaan Barang

(12)

(2) Kepala Bagian Aset selaku Pembantu Pengelola Barang bertanggung jawab :

a. mengkoordinir dan mengendalikan penyelenggaraan Pengelolaan Barang Milik Daerah pada masing-masing SKPD dan Unit Kerja / UPTD;

b. menghimpun usul Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan usul Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD) dari SKPD sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) masing-masing SKPD;

c. menyusun Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD) sebagai dasar pelaksanaan pengadaan barang dan pemeliharaan Barang Milik Daerah;

d. menghimpun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) dari SKPD dan Unit Kerja / UPTD menjadi Laporan Barang Milik Daerah (LBMD) sebagai bahan penyusunan daftar Barang Milik Daerah dan/atau neraca daerah;

e. menyimpan dokumen bukti kepemilikan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan/atau kendaraan bermotor; dan,

f. sebagai pusat informasi Barang Milik Daerah.

(3) Kepala SKPD selaku Pengguna Barang Milik Daerah berwenang dan

bertanggung jawab :

a. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Daerah bagi SKPD yang dipimpinnya kepada Bupati melalui Pengelola Barang Milik Daerah;

b. mengajukan permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

c. melakukan pencatatan dan inventarisasi Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya;

d. menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya;

f. mengajukan usul pemindahtanganan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

g. menyerahkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau

bangunan termasuk barang inventaris lainnya yang tidak dimanfaatkan/digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain, kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

h. mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan Barang Milik

Daerah;

i. melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas penggunaan Barang Milik Daerah yang ada dalam penguasaannya; j. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna

Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang melalui Pembantu Pengelola Barang;

(13)

k. mengadakan pemeriksaan atas tugas Penyimpan Barang secara berkala paling sedikit setiap 3 (tiga) bulan;

l. membuat Berita Acara hasil pemeriksaan dan mengirimkan kepada Bupati c.q. Kepala Bagian Aset dengan tembusan Inspektur Kabupaten Pelalawan; dan

m. mempertanggungjawabkan kerugian dalam hal terjadi kerugian akibat kelalaian Penyimpan Barang.

(4) Kepala Unit Kerja/UPTD selaku Kuasa Pengguna Barang Milik Daerah berwenang dan bertanggung jawab :

a. mengajukan rencana kebutuhan Barang Milik Daerah bagi unit kerja yang dipimpinnya kepada Kepala SKPD yang bersangkutan;

b. melakukan pencataatan dan inventarisasi Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya;

c. menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam

penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang dipimpinnya;

d. mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya;

e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan Barang Milik Daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

f. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalam penguasaannya kepada Kepala SKPD yang bersangkutan.

(5) Penyimpan Umum Barang mempunyai tugas dan tanggung jawab :

a. menerima dan menyimpan dokumen kepemilikan asli Barang Milik

Daerah;

b. mencatat dokumen kepemilikan asli Barang Milik Daerah yang

diterima;

c. mengamankan dokumen kepemilikan asli Barang Milik Daerah;

d. melaksanakan pelaporan sebagai berikut :

1) Rekapitulasi Daftar Mutasi Barang;

2) Rekapitulasi Daftar Usulan Barang yang akan dihapus; dan 3) Rekapitulasi Daftar Barang Milik Pemerintah Daerah yang

digunausahakan.

e. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Penyimpan Umum Barang

dapat dibantu oleh Pembantu Penyimpan Umum Barang. (6) Penyimpan Barang mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. menerima, menyimpan dan menyalurkan Barang Milik Daerah atas

perintah Kepala SKPD/Pengguna Barang;

b. meneliti dan menghimpun dokumen pengadaan barang yang diterima;

c. meneliti jumlah dan kualitas barang yang diterima sesuai dengan

dokumen pengadaan;

d. mencatat Barang Milik Daerah yang diterima ke dalam buku/kartu

barang;

e. mengamankan Barang Milik Daerah yang ada dalam persediaan;

f. membuat laporan penerimaan, penyaluran dan stock/ persediaan

Barang Milik Daerah kepada Kepala SKPD secara berkala setiap triwulan atau insidentil;

g. melakukan pencatatan/pembukuan dan pelaporan.

(7) Pengurus Barang dan Pembantu Pengurus Barang mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. mencatat seluruh Barang Milik Daerah yang berada di masing-masing SKPD yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(14)

maupun perolehan lain yang sah ke dalam Kartu Inventaris Barang (KIB), Kartu Inventaris Ruangan (KIR), Buku Inventaris (BI), dan Buku Induk Inventaris (BII), sesuai kodefikasi dan penggolongan Barang Milik Daerah;

b. melakukan pencatatan Barang Milik Daerah yang dipelihara/ diperbaiki ke dalam kartu pemeliharaan;

c. menyiapkan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) serta Laporan Inventarisasi 5 (lima) tahunan yang berada di SKPD kepada Pengelola Barang C.q. Kepala Bagian Aset Sekretariat Daerah Kabupaten Pelalawan;

d. menyiapkan usulan penghapusan Barang Milik Daerah yang rusak atau tidak dipergunakan lagi; dan

e. melakukan pencatatan dan pelaporan inventaris barang. BAB VII

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGANGGARAN Pasal 9

(1) Kepala Bagian Aset dengan dibantu Unit Kerja terkait menyusun:

a. standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah; dan

b. standar biaya dan harga barang.

(2) Standarisasi sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

(3) Standar sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 10

(1) Untuk melakukan perencanaan kebutuhan barang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu :

a. Untuk mengisi kebutuhan barang pada masing-masing Unit/Satuan kerja disesuai dengan besaran organisasi/jumlah pegawai dalam suau organisasi;

b. Adanya barang yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati atau sebab lain yang sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan penggantian;

c. Adanya peruntukan barang yang didasarkan pada peruntukan standar perorangan, jika terjadi mutasi bertambah personil sehingga mempengaruhi kebutuhan barang;

d. Untuk menjaga tingkat persediaan Barang Milik Daerah pada masing-masing SKPD;

e. Pertimbangan teknologi;

(2) Fungsi perencanaan penganggaran merupakan rangkaian kegiatan dalam

pemenuhan kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan/

ketersediaan keuangan daerah;

(3) Perencanaan penganggaran untuk pemenuhan kebutuhan barang harus terinci dengan memuat banyaknya barang, nama barang, waktu dan jumlah biaya yang diperlukan;

(4) Perencanaan kebutuhan Barang Milik Daerah disusun oleh masing-masing unit sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan memperhatikan standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan standarisasi harga yang telah ditetapkan oleh Bupati;

(15)

a. Tahap pertama, merencanakan kebutuhan barang untuk tiap-tiap SKPD yang menjadi bahan dalam penyusunan Rencana Kebutuhan Barang untuk 1 (satu) tahun bagi semua SKPD;

b. Tahap kedua, merencanakan kebutuhan barang untuk Pemerintah Daerah dalam satu tahun yang dibuat berdasarkan Rencana Kebutuhan satu tahun dari semua SKPD yang disesuaikan dengan anggaran yang teredia;

(6) Perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud berpedoman pada standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan Menteri Dalam

Negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(7) Perencanaan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dijadikan acuan dalam menyusun Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).

(8) Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) masing-masing SKPD sebagai bahan penyusunan Rencana APBD.

Pasal 11

(1) Kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan disusun dengan

memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan Barang Milik Daerah yang ada.

(2) Perencanaan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulan penyediaan

anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative) dan angka dasar

(baseline) serta penyusunan rencana kerja dan anggaran;

(3) Kegiatan perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Barang apa yang dibutuhkan; b. Dimana dibutuhkan;

c. Bilamana dibutuhkan;

d. Berapa biaya yang dibutuhkan ;

e. Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan; f. Alasan-alasan kebutuhan;

g. Cara pengadaan, standarisasi dan spesifikasi barang-barang yang dibutuhkan, baik jenis maupun jumlah dan besarnya barang yang dibutuhkan.

(4) Kepala Bagian Aset selaku Pembantu Pengelola Barang melaksanakan koordinasi, menyiapkan/menyusun dan menghimpun:

a. Rencana kebutuhan Barang Milik Daerah untuk satu tahun anggaran yang diperlukan oleh setiap SKPD;

b. Standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan standarisasi harga.

(5) Standarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, disusun oleh Panitia dan/atau Konsultan yang keanggotaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 12

(1) Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai Pengguna Barang

merencanakan dan menyusun kebutuhan barang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai bahan dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(2) Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan barang dan usul rencana kebutuhan pemeliharaan Barang Milik Daerah yang

(16)

diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang yang berada dibawah satuan kerja yang dipimpinnya.

(3) Masing-masing SKPD menyusun Rencana Kebutuhan Barang dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang kemudian menyampaikan kepada Pengelola Barang melalui Pembantu Pengelola Barang untuk meneliti dan menyusun menjadi Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah; (4) Rencana kebutuhan barang SKPD disusun berdasarkan standarisasi

sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan Bupati;

(5) Pengelola Barang dan Pembantu Pengelola Barang bersama Pengguna Barang membahas usul sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan memperhatikan daftar Barang Milik Daerah untuk ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).

Pasal 13

(1) Setelah APBD disahkan setiap SKPD menyusun Daftar Rencana Tahunan Barang dan disampaikan kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

(2) Berdasarkan rencana tahunan barang dari semua SKPD, Pembantu Pengelola Barang meneliti dan menghimpun menyusun Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD), sebagai dasar pelaksanaan pengadaan barang dan pemeliharaan Barang Milik Daerah untuk satu tahun anggaran;

(3) Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD ) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(4) Daftar kebutuhan barang daerah tersebut dijadikan pedoman dalam

pelaksanaan pengadaan dan pemeliharaan Barang Milik Daerah. Pasal 14

Kepala Bagian Aset selaku Pembantu Pengelola Barang sesuai tugas pokok dan fungsinya duduk sebagai Tim Pemerintah Daerah dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pasal 15

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencana kebutuhan barang dan kebutuhan pemeliharaan Barang Milik Daerah diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB VIII PENGADAAN

Pasal 16

Pengadaan Barang Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip : a. efisien;

b. efektif; c. bersaing;

d. transparan dan terbuka; e. adil/tidak diskriminatif; f. akuntabel.

(17)

Pelaksanaan Pengadaan Barang Milik Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Pengguna barang berkewajiban untuk membuat daftar hasil pengadaan barang setiap 3 (tiga) bulan, semesteran dan Berita Acara Penyerahan kegiatan/barang tahunan dilampiri dokumen dokumen yang sah.

(2) Berita acara sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui Pembantu Pengelola Barang.

(3) Daftar pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

perkembangannya dilaporkan kepada Pengelola Barang melalui pembantu Pengelola Barang paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. (4) Laporan hasil pengadaan barang/jasa berupa tanah dan/atau bangunan

dan/atau kendaraan bermotor disertai pula dengan usulan penetapan penggunaannya.

Pasal 19

(1) Pengadaan dan Pembebasan tanah dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Pengelola Barang dengan memperhatikan asal usul tanah terdiri dari:

a. Tanah Negara (tanah yang langsung dikuasai Negara); b. Tanah milik masyarakat (tanah garapan); dan

c. Tanah hak (tanah kepunyaan perorangan atau Badan Hukum) berbentuk hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atau hak Pengelolaan.

(2) Proses pengadaan dan pembebasan tanah dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan;

(3) Setiap penguasaan tanah oleh Daerah untuk keperluan Pemerintah Daerah harus memiliki landasan hak yang sah, yaitu hak atas tanah yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang;

(4) Penguasaan tanah oleh Pemerintah daerah dapat ditempuh melalui:

a. Pemberian tanah Negara (tanah yang langsung dikuasai oleh Negara) oleh Pemerintah melalui keputusan pemberian hak;

b. Pembebasan tanah hak (tanah yang sudah ada haknya, kepunyaan perorangan atau Badan Hukum) dilakukan secara musyawarah dengan pembayaran ganti rugi kepada pemiliknya;

c. Penerimaan sumbangan/hibah tanpa disertai pembayaran ganti rugi kepada pihak yang melepaskan tanahnya.

(5) Proses pembebasan tanah atau penerimaan sumbangan/ hibah dapat dianggap selesai, tertib dan aman terhadap kemungkinan tuntutan dari pihak lain setelah diperoleh Sertifikat Tanah.

BAB IX

PENERIMAAN, PENYIMPANAN, PENYALURAN Bagian Pertama

Penerimaan Barang Pasal 20

(1) Semua barang bergerak penerimaannya dilakukan oleh penyimpan barang/pengurus barang pada masing-masing SKPD terhadap barang hasil pengadaan (APBD) atau pihak ketiga, yang dilaksanakan di gudang penyimpanan;

(2) Penerimaan barang oleh penyimpan barang/pengurus barang dilaksanakan pada :

(18)

a. Gudang induk, sebagai unsur dalam Bagian Asset yang menampung dan menyimpan barang yang akan disalurkan ke gudang unit atau langsung ke SKPD;

b. Gudang unit, yang menampung dan menyimpan barang untuk disalurkan kepada SKPD dalam unit yang bersangkutan:

1) Berasal dari Gudang Induk ;

2) Langsung dikirim ke gudang unit, untuk selanjutnya digunakan atau dipakai unit yang bersangkutan.

(3) Pelaksanaan penerimaan barang sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah sebagai berikut:

a. Dasar penerimaan barang ialah surat perintah kerja/surat perjanjian/kontrak pengadaan barang yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang;

b. Barang yang akan diterima harus disertai dokumen yang jelas menyatakan macam/jenis, banyak, harganya dan spesifikasi barang;

c. Barang diterima apabila hasil penelitian barang oleh panitia pemeriksa barang, sesuai dengan isi dokumen tersebut;

d. Pernyataan penerimaan barang dinyatakan sah apabila berita acara pemeriksaan barang telah ditandatangani oleh Panitia Pemeriksa Barang Daerah, penyimpan/pengurus barang dan penyedia barang/jasa;

e. Apabila berdasarkan penelitian ternyata ada kekurangan atau syarat-syarat yang belum terpenuhi, maka penerimaan barang dilakukan dengan membuat tanda penerimaan sementara barang yang dengan tegas membuat sebab-sebab daripada penerimaan sementara barang;

f. Apabila kekurangan dan syarat-syarat sudah terpenuhi sesuai dengan ketentuan, maka dapat dilaksanakan penerimaan barang; (4) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan bertugas memeriksa, meneliti dan

menyaksikan barang yang diserahkan sesuai dengan persyaratan yang tertera dalam Surat Perintah atau kontrak/ perjanjian dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan.

(5) Berita Acara Pemeriksaan dipergunakan sebagai salah satu syarat pembayaran.

Pasal 21

(1) Panitia Pemeriksa Barang Daerah (PPBD) ditetapkan dengan Keputusan Bupati, dengan susunan personalia dapat melibatkan unsur teknis terkait untuk melakukan pemeriksaan barang – barang yang berasal dari hibah/sumbangan dari pihak ketiga;

(2) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD, dengan susunan personalia dapat melibatkan unsur teknis terkait untuk melakukan pemeriksaan barang – barang yang berasal dari dana APBD atau APBN;

(3) Tugas Panitia Pemeriksa Barang dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud ayat (1):

a. Melaksanakan pemeriksaan hasil pengadaan barang; b. Membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan Barang.

(4) Tugas Panitia sebagaimana ayat (3) huruf a dan b, apabila ternyata barang hasil pengadaan tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana tertera di dalam Surat Perjanjian dan atau dokumen penyerahan lainnya, harus dinyatakan dalam Berita Acara Pemeriksaan Barang dan segera diberitahukan kepada Pejabat yang melaksanakan pengadaan;

(19)

(5) Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Barang sebagaimana dimaksud ayat (4), Pejabat yang melaksanakan pengadaan bersangkutan harus mengambil tindakan penyelesaian selanjutnya;

(6) Jika pelaksanaan penyelesaian barang sebagaimana dimaksud Ayat (5) memerlukan waktu yang lama, maka barang tersebut dapat diserahkan kepada penyimpan barang / pengurus barang untuk disimpan sebagai barang titipan, dengan membuat Berita Acara Sementara yang memuat semua data/keterangan yang diperlukan sehubungan dengan kekurangan-kekurangan barang.

(7) Pemerintah Daerah menerima barang dari pemenuhan kewajiban pihak ketiga berdasarkan perjanjian dan/ atau pelaksanaan dari suatu perizinan tertentu.

(8) Pemerintah Daerah dapat menerima barang dari pihak ketiga yang merupakan sumbangan, hibah, wakaf dan penyerahan dari masyarakat. (9) Penyerahan dari pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan

ayat (8), dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) dan disertai dengan dokumen kepemilikan/ penguasaan yang sah, yang meliputi :

a. risalah Berita Acara Verifikasi barang yang ditandatangani tim; b. daftar barang yang diterima beserta nilainya;

c. dokumen keabsahan barang;

d. apabila berupa tanah disertai dengan dokumen

kepemilikan/penguasaan tanah, masing-masing bidang 1 (satu) buah Surat Pelepasan Hak (SPH) asli.

(10) Pengelola Barang atau pejabat yang ditunjuk wajib mencatat, memantau dan aktif melakukan penagihan kewajiban pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8).

(11) Hasil penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8) dicatat dalam daftar Barang Milik Daerah pada SKPD sesuai tugas pokok dan fungsinya.

(12) Tata Cara Pelaksanaan penerimaan barang sebagaimana dimaksud, ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua Penyimpanan Barang

Pasal 22

(1) Kegiatan penyimpanan Barang Milik Daerah, yaitu:

a. Menerima, menyimpan, merawat dan menjaga keutuhan barang dalam gudang/ruang penyimpanan agar dapat dipergunakan sesuai dengan rencana secara tertib, rapi dan aman;

b. Menyelenggarakan administrasi penyimpanan/pergudangan atas semua barang yang ada dalam gudang;

c. Melakukan stock opname secara berkala ataupun insidentil

terhadap barang persediaan yang ada didalam gudang agar persediaan selalu dapat memenuhi kebutuhan;

d. Membuat laporan secara berkala atas persediaan barang yang ada di gudang.

(2) Fungsi penyimpanan adalah menyelenggarakan pengurusan barang persediaan agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan tepat.

Pasal 23

(1) Penyimpan dan pengurus barang adalah pegawai yang ditugaskan untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan Barang Milik Daerah yang diangkat oleh Pengelola Barang untuk masa 1 (satu) tahun anggaran

(20)

dan bertanggungjawab kepada Pengelola Barang melalui atasan langsungnya;

(2) Penyimpan barang dapat diangkat kembali pada tahun anggaran berikutnya dengan memperhatikan ketentuan jabatan, dimana jabatan penyimpan barang tersebut dapat dirangkap dengan pengurus barang sepanjang beban tugas/volume kegiatan tidak teralalu besar;

(3) Setiap tahun Pengelola Barang menunjuk/menetapkan kembali penyimpan barang dalam lingkungan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Diusulkan oleh Kepala SKPD yang bersangkutan;

b. Serendah-rendahnya menduduki golongan II dan setinggi-tingginya golongan III, mengacu kepada Undang-undang kepegawaian;

c. Mempunyai sifat dan akhlak yang baik, antara lain jujur, teliti, dan dapat dipercaya.

Pasal 24

Penunjukan/penetapan kembali penyimpan dan pengurus barang oleh Pengelola Barang sekaligus ditunjuk atasan langsungnya yang antara lain berkewajiban memberikan persetujuan atas setiap pengeluaran barang dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya, serta ditetapkan pula jumlah atau besarnya insentif bagi penyimpan dan pengurus barang dimaksud.

Pasal 25

(1) Tugas dan tanggungjawab penyimpan dan pengurus barang adalah:

a. Menerima, menyimpan dan menyerahkan Barang Milik Daerah ke unit pemakai;

b. Mencatat secara tertib dan teratur penerimaan barang, pengeluaran barang dan keadaan persediaan barang ke dalam buku/kartu barang menurut jenisnya terdiri dari:

1) Buku barang inventaris; 2) Buku barang pakai habis; 3) Buku hasil pengadaan; 4) Kartu barang;

5) Kartu persediaan barang.

c. Menghimpun seluruh tanda bukti penerimaan barang dan pengeluaran/penyerahan secara tertib dan teratur sehingga memudahkan mencarinya apabila diperlukan sewaktu-waktu terutama daiam hubungan dengan pengawasan barang;

d. Membuat laporan mengenai barang yang diurusnya berdasarkan Kartu Persediaan Barang apabila diminta dengan sepengetahuan atasan langsungnya;

e. Membuat laporan, baik secara periodik maupun secara insidentil mengenai pengurusan barang yang menjadi tanggungjawabnya kepada Pengelola Barang melalui atasan langsungnya;

f. Membuat perhitungan/pertanggung jawaban atas barang yang diurusnya;

g. Bertanggungjawab kepada Pengelola Barang melalui atasan langsung mengenai barang-barang yang diurusnya dari kerugian, hilang, rusak atau dicuri dan sebab lainnya;

h. Melakukan perhitungan barang (stock opname) sedikitnya setiap 6 (enam) bulan sekali, yang menyebutkan dengan jelas jenis jumlah dan keterangan lain yang diperlukan, untuk selanjutnya dibuatkan Berita Acara perhitungan barang yang ditandatangani oleh penyimpan barang.

(21)

(2) Apabila penyimpan barang karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan tugasnya, maka untuk menjaga kelangsungan tugas/pekerjaan penyimpan barang tersebut, dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

a. Penyimpan barang yang tidak mampu melaksanakan tugasnya, ditunjuk seorang pegawai lainnya sebagai penyimpan barang pengganti;

b. Penunjukan pegawai lainnya dilakukan oleh Pengelola Barang atas usul Kepala SKPD;

c. Penyerahan tugas tersebut harus dibuat berita acara pemeriksaan gudang oleh atasan langsung dan dibuat berita acara pemeriksaan serta dilaporkan kepada Pengelola Barang.

(3) Penyimpan dan pengurus barang yang akan meninggalkan tugas sementara, dapat ditunjuk seorang pegawai lainnya untuk melakukan tugas sementara penyimpan dan pengurus barang;

(4) Penyerahan tugas sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat berita acara pemeriksaan gudang oleh atasan langsung dan dibuat berita acara pemeriksaan serta dilaporkan kepada Pengelola Barang;

(5) Apabila Penyimpan Barang yang bersangkutan kembali melakukan tugasnya, maka penunjukan pengganti sementara tersebut harus dicabut dan penyerahannya dibuat berita acara dan harus dilaporkan kepada Pengelola Barang;

Pasal 26

(1) Kewajiban Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang sebagai atasan Langsung Penyimpan dan Pengurus Barang Milik Daerah adalah :

a. Atasan langsung penyimpan dan pengurus barang wajib secara berkala 6 (enam) bulan sekali mengadakan pemeriksaan atas penyelenggaraan tugas penyimpan barang, yaitu pemeriksaan pembukuan/pencatatan dan pemeriksaan gudang;

b. Hasil pemeriksaan harus dibuat dalam berita acara pemeriksaan dan dicatat dalam buku pemeriksaan penyimpan barang yang bersangkutan;

c. Hasil pemeriksaan dimaksud dikirim kepada Pengelola Barang dan tembusannya masing-masing untuk Kepala SKPD yang bersangkutan, Pembantu Pengelola Barang dan Pengawas Fungsional Kabupaten. (2) Apabila atasan langsung Penyimpan Barang berhalangan maka Pengelola

Barang atau pejabat yang berwenang menunjuk pejabat lain sebagai atasan langsung penyimpan dan pengurus barang;

(3) Apabila terjadi kerugian akibat kelalaian penyimpan barang, atasan langsung turut bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi;

Bagian Ketiga Penyaluran Barang

Pasal 27 (1) Kegiatan penyaluran Barang mencakup:

a. Menyelenggarakan penyaluran barang kepada unit yang

membutuhkan;

b. Menyelenggarakan administrasi penyaluran dengan tertib dan rapi; c. Membuat laporan tentang keadaan penyaluran dan realiasai sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Fungsi penyaluran Barang adalah menyelenggarakan pengurusan pembagian/pelayanan barang secara tepat, cepat dan teratur sesuai dengan kebutuhan;

(22)

Pasal 28

Hasil Pengadaan yang dibiayai dari APBD dilaporkan oleh Kepala SKPD kepada Bupati melalui Pengelola Barang dilengkapi dengan Dokumen Pengadaan.

Pasal 29

(1) Setiap Tahun Anggaran, Pengelola Barang membuat Daftar Hasil Pengadaan (DHP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27.

(2) Prosedur pembuatan Daftar Hasil Pengadaan Barang Milik Daerah adalah sebagai berikut:

a. Pembantu Pengelola Barang menyediakan formulir yang diperlukan; b. Formulir tersebut dikirim/disampaikan kepada semua SKPD untuk

diisi sesuai dengan barang yang diadakan oleh unit yang bersangkutan dan dibuat setiap 6 (enam) bulan sekali;

c. Daftar Hasil Pengadaan Barang Milik Daerah dari semua SKPD dikirim ke pembantu Pengelola Barang paling lambat 2 (dua) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan, untuk disusun dan dihimpun menjadi Buku Daftar Hasil Pengadaan Barang Milik Daerah;

d. Buku Daftar Hasil Pengadaan Barang dibuat oleh Pembantu Pengelola Barang/Bagian Aset, yang meliputi data secara keseluruhan atas hasil pengadaan barang inventarisasi dan barang pakai habis selama 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan masing-masing SKPD.

(3) Buku Daftar Hasil Pengadaan sebagaimana dimasud ayat (2) huruf d, dikompilasi dan rekapitulasi sebagai bahan lampiran perhitungan APBD;

Pasal 30

(1) Penyaluran Barang Milik Daerah oleh penyimpan barang dilaksanakan atas dasar Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) dari Pengguna/ Kuasa Pengguna disertai dengan Berita Acara Serah Terima (BAST). (2) Pengguna Barang wajib melaporkan stock atau sisa barang kepada

Pengelola Barang melalui pembantu Pengelola Barang .

(3) Kuasa Pengguna Barang wajib melaporkan stock atau sisa barang kepada pengguna.

Pasal 31

Kegiatan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran Barang Milik Daerah dilaksanakan oleh Penyimpan Barang.

Pasal 32

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerimaan, penyimpanan dan penyaluran Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, 27, 28 dan 29 diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB X

PENGURUSAN DAN PENGGUNAAN Pasal 33

(1) Pengurusan barang adalah kegiatan untuk mengurus Barang Milik Daerah dalam proses pemakaian yang ada disetiap SKPD atau Unit Kerja/UPTD.

(2) Kegiatan pengurusan barang dilakukan dengan tujuan agar Barang Milik Daerah dapat digunakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin sesuai dengan umur ekonomisnya.

(23)

(3) Kegiatan pengurusan Barang Milik Daerah dilaksanakan oleh pengurus barang.

Pasal 34

Bupati menetapkan status penggunaan Barang Milik Daerah untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi SKPD dan dapat dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka mendukung pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan.

Pasal 35

(1) Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, meliputi:

a. tanah;

b. bangunan; dan/atau c. kendaraan bermotor.

(2) Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah pada masing-masing SKPD dengan memperhatikan:

a. Jumlah personil/pegawai pada SKPD;

b. Standar kebutuhan tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi SKPD;

c. Beban tugas dan tanggungjawab SKPD; dan

d. Jumlah, jenis dan luas, dirinci dengan lengkap termasuk nilainya. (3) Status penggunaan Barang Milik Daerah pada masing-masing SKPD

ditetapkan untuk tertib Pengelolaan Barang Milik Daerah dan kepastian hak, wewenang dan tanggungjawab kepala SKPD;

(4) Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan tata cara sebagai berikut :

a. Pengguna Barang melaporkan Barang Milik Daerah yang diterimanya kepada Bupati melalui Pengelola Barang disertai dengan usul penetapan penggunaannya;

b. Pengelola Barang meneliti usul penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf a, untuk ditetapkan status penggunaannya.

(5) Tata cara penetapan status penggunaan, terdiri dari:

a. Pengguna melaporkan Barang Milik Daerah yang berada pada SKPD yang bersangkutan kepada Pengelola Barang disertai usul penetapan status penggunaan;

b. Pengelola Barang melalui pembantu Pengelola Barang, meneliti laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. Setelah dilakukan penelitian atas kebenaran usulan SKPD, Pengelola Barang mengajukan usul kepada Bupati untuk ditetapkan status penggunaannya;

d. Atas penetapan status penggunaan, masing-masing Kepala SKPD

melalui penyimpan/pengurus barang wajib melakukan

penatausahaan barang daerah yang ada pada pengguna masing-masing.

(6) Bupati dapat mendelegasikan penetapan status Penggunaan atas Barang

Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu kepada Pengelola Barang.

(24)

Pasal 36

(1) Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dilakukan dengan ketentuan digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang.

(2) Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib menyerahkan tanah dan/atau bangunan, termasuk barang inventaris lainnya yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang kepada Bupati melalui Pengelola Barang.

(3) Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan/atau kendaraan bermotor yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dicabut penetapan status penggunaannya dan dapat dimanfaatkan / dialihkan kepada SKPD lainnya dalam rangka optimalisasi Barang Milik Daerah atau dipindahtangankan.

(4) Kecuali ditentukan lain, Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang yang tugas pokok dan fungsinya sudah dipindahkan ke SKPD atau unit yang lain wajib menyerahkan tanah dan/atau bangunan dan/atau kendaraan bermotor termasuk inventaris lainnya kepada Bupati melalui Pengelola Barang.

(5) Barang Milik Daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa harus mengubah status Penggunaan Barang Milik Daerah tersebut setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Bupati.

Pasal 37

Barang Daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah, guna dioperasikan oleh Pihak Lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.

Pasal 38

Penetapan status penggunaan tidak dilakukan terhadap: a. Barang Milik Negara/Daerah berupa:

1. barang persediaan;

2. konstruksi dalam pengerjaan; atau

3. barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan. b. Barang Milik Daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 39

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurusan dan penggunaan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, 36 dan 37 diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

PENATAUSAHAAN Bagian Kesatu

Pembukuan Pasal 40

(1) Pengelola Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Daerah yang berada dibawah penguasaannya ke dalam Daftar Barang Pengelola (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(25)

(2) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Daerah yang status penggunaannya berada pada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang ke dalam Daftar Barang Pengguna (DBP)/Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(3) Pencatatan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimuat dalam Kartu Inventaris Barang (KIB).

(4) Pembantu Pengelola Barang melakukan rekapitulasi atas pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam daftar Barang Milik Daerah (DBMD).

Pasal 41

(1) Pengguna Barang/Kuasa Penguna Barang menyimpan dokumen kepemilikan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dan/atau kendaraan bermotor yang ada dalam penguasaannya.

(2) Pengelola Barang menyimpan dokumen kepemilikan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan/atau kendaraan bermotor milik pemerintah daerah.

Bagian Kedua Inventarisasi

Pasal 42

(1) Pengelola Barang, Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang melakukan sensus Barang Milik Daerah setiap 5 (lima) tahun sekali untuk menyusun Buku Inventaris dan Buku Induk Inventaris beserta rekapitulasi barang milik pemerintah daerah.

(2) Pengelola Barang bertanggung jawab atas pelaksanaan sensus Barang Milik Daerah.

(3) Pelaksanaan sensus Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(4) Sensus Barang Milik Daerah dilaksanakan sesuai dengan program nasional.

(5) Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang menyampaikan hasil sensus kepada Pengelola Barang Barang paling lambat 3 (tiga) bulan setelah selesainya sensus.

(6) Pembantu Pengelola Barang menghimpun hasil inventarisasi Barang Milik Daerah.

(7) Barang Milik Daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Ketiga Pelaporan

Pasal 43

(1) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menyusun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) / Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) / Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT).

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui Pengelola Barang.

(3) Pembantu Pengelola Barang menghimpun laporan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi Laporan Barang Milik Daerah (LBMD).

(26)

Pasal 44

(1) Laporan Barang Milik Daerah (LBMD) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3) digunakan sebagai bahan untuk menyusun Neraca Pemerintah Daerah.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berjenjang.

Pasal 45

Untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan Barang Milik Daerah secara cepat, akurat dan terintegrasi, Pemerintah Daerah wajib memanfaatkan teknologi informasi dengan mempergunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMASET).

Pasal 46

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XII PEMANFAATAN

Bagian Kesatu Kriteria Pemanfaatan

Pasal 47

(1) Pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan, selain tanah dan/atau bangunan yang digunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang.

(2) Pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Bupati.

(3) Pemanfaatan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang.

(4) Pemanfaatan Barang Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan daerah dan kepentingan umum.

(5) Pemanfaatan Barang Milik Daerah dilaksanakan oleh:

a. Pengelola Barang dengan persetujuan Bupati untuk Barang Milik

Daerah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang;

b. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang

Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.

Bagian Kedua Bentuk Pemanfaatan

Pasal 48

Bentuk-bentuk pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa : a. sewa;

b. pinjam pakai;

c. kerjasama pemanfaatan;

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan rekondisi adalah perusahaan yang telah memiliki Izin Usaha Industri rekondisi untuk memproses Barang modal bukan baru menjadi produk akhir untuk tujuan ekspor

Artinya variabel kualitas pupuk phonska fase 2 di PT. Petrokimia Gresik saling berkorelasi, sehingga analisis yang digunakan adalah analisis pengendalian kualitas

Secara umum capaian kinerja pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil adalah 80,41 yang termasuk dalam kategori ”Baik”, namun demikian berdasarkan hasil

Berdasarkan hasil analisis data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang mendukung penelitian ini yang terkait dengan gaya

Dalam analisis terhadap relasi daya penggerak - tingkat ketergantungan (driver power - dependence) dari 15 peubah yang teridentifikasi dari elemen kendala utama serta perubahan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi alkali dan rasio antara massa rumput laut dengan volume alkali yang digunakan pada

3.3.1 Mengidentiikasi pengaruh positif kemajuan iptek dalam bidang politik, ekonomi, social budaya dan hankam 3.3.2 Mengidentiikasi pengaruh negatif kemajuan iptek dalam

Sebaiknya perlakuan pajak atas pengalihan harta dimaksud diubah dengan mengenakan pajak final terhadap wajib pajak orang pribadi yang tidak mempunyai usaha, sedangkan