BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Subsektor perikanan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah atau daerah. Sumber daya alam ini diharapkan dapat
mensejahterakan rakyat pada daerah tersebut. Namun sangat disayangkan
subsektor ini belum dapat dikelola dengan baik, terutama terhadap para petani
ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang
memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam
penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan
kerja (Mulyadi, 2005:15). Pada saat terjadi krisis ekonomi, peranan sektor
perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Akan
tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapatkan perhatian khusus
dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal jika sektor ini dikelola dengan
serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk pembangunan ekonomi
nasional serta dapat menekan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia terutama
masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan tangkap.
Nelayan merupakan salah satu masyarakat marginal yang sering tersisih
dari akomudasi kebijakan pemerintah Wahyono (2004) dalam Abdurrahman at al.
Problem yang dihadapi masyarakat nelayan sangatlah kompleks, bermuara
minimnya penghasilan mereka, seperti halnya masyarakat petani dan buruh
(protelar), masyarakat nelayan tercekik jerat kemiskinan yang menyerupai
Sektor perikanan yang menjadi pelaku kegiatan ekonomi yaitu pengusaha
perikanan tangkap atau nelayan pemilik serta nelayan buruh. Pengusaha perikanan
tangkap yang merupakan sebagai pengelola produksi perikanan, ada juga yang
berprofesi sebagai nelayan atau disebut nelayan pemilik. Kesejahteraan
masyarakat yang berprofesi sebagai pelaku usaha perikanan diukur dari tingkat
pendapatan yang didapat, tidak seimbang dengan produksi (hasil laut) yang
didapat. Pengusaha perikanan tangkap belum mampu mengoptimalkan hasil
tangkap menjadi produk – produk yang lain yang dapat meningkatkan nilai
tambah dari ikan hasil tangkapan. Hal ini dipengaruhi oleh masalah permodalan
dan juga masalah – masalah lain yang mempengaruhi kepada tingkat pendapatan.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan penulis yang mengkonsentrasikan
kehidupan para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik di kawasan
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.
Hasil seleksi Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
menjadikan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk termasuk dalam 3 (tiga) pelabuhan
perikanan teladan untuk seluruh Indonesia. Secara analisis ekonomi menjadikan
nelayan yang berada di kawasan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki
peluang dan prospek ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan kepada
pengusaha perikanan tangkap dan juga kepada para nelayan. Ini sangat
menjanjikan bagaimana peluangnya pengusaha perikanan tangkap dan juga para
nelayan dimasa yang akan datang baik dalam penangkapan ikan, pengolahan ikan
(industri perikanan) dan pemasaran hasil laut tersebut.
Pengusaha perikanan tangkap dan nelayan yang berada di kawasan
ekonomi di Kecamatan Idi Rayeuk yang merupakan ibu kota Kabupaten Aceh
Timur. Kemajuan yang pesat ditandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang tepi
pantai yang menghubungkan antara Desa Pusong dan Desa Blang Tualang.
Selama kurun waktu 7 tahun terakhir Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk
telah menjadi sebuah kawasan yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai
oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek
perluasannya. Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk berpotensi menjadi salah satu
simbul distribusi hasil perikanan tangkap dari sumber daya yang dimiliki Propinsi
Aceh, peluang secara ekonomis dapat menguntungkan para nelayan dalam
meningkatkan kesejateraan. Berikut data perkembangan produksi perikanan di
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.
Tabel 1.1. Produksi Perikanan di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk Tahun 2006-2012
No Bulan Jumlah Produksi Ikan (Ton)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Januari 220,30 180,50 272,13 1736,30 558,03 529,78 1.985,61 2 Februari 271,20 201,35 441,75 1642,11 921,52 613,60 1.814,88 3 Maret 287,24 44,09 629,12 1042,59 819,86 539,92 678,82 4 April 298,47 360,14 1334,18 943,85 943,85 554,61 2.404,43 5 Mei 498,75 411,90 725,60 777,67 739,50 1.657,51 417,24 6 Juni 477,54 364,69 444,03 950,80 943,68 1.950,00 871,39 7 Juli 495,16 593,87 1743,45 1474,35 1474,35 1.084,11 512,83 8 Agustus 430,88 666,40 1623,53 334,24 321,49 2.028,32 861,83 9 September 578,40 838,69 1692,83 430,68 285,86 2.945,79 1.678,94 10 Oktober 664,56 599,38 1466,14 863,63 1466,14 2.418,54 3.189,23 11 November 628,26 765,44 1261,92 298,77 885,42 1.209,16 2.956,02 12 Desember 268,56 94,05 492,79 401,00 404,89 1.113,81 394,12 Total 5.119,32 5.120,50 12.127,47 10.895,99 9.764,59 16.645,15 17.765,34
Sumber : UPTD Palabuhan Perikanan Idi Tahun 2012
Data tabel diatas menunjukkan hasil produksi Perikanan di Pelabuhan
mengalami peningkatan dimulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012
produksi ikan mencapai 17.765,34 Ton.
Pada dasarnya para pengusaha perikanan tangkap yang ada di kawasan
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki ruang yang sangat srategis sebagai
salah satu pelabuhan pemasaran ikan untuk lokal maupun ke luar negeri. Jumlah
warga yang berprofesi sebagai nelayan buruh (ABK) dan pengusaha perikanan
tangkap atau nelayan pemilik kapal (boat) dapat ditunjukkan berdasarkan tabel 1.2
berikut.
Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Nelayan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2008-2012
No Jenis Nelayan Jumlah Nelayan (orang)
2008 2009 2010 2011 2012
1 Nelayan Buruh 6310 6594 6741 7780 8058
2 Nelayan Pemilik 124 145 158 171 188
Total 6.434 6.739 6.897 7.951 8.246
Sumber: UPTD Pelabuhan Perikanan Idi 2012.
Pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik merupakan pengelola
penyedia sarana dan fasilitas untuk kegiatan melaut, pada tahun 2012 pengusaha
perikanan tangkap berjumlah 188 orang. Anak buak kapal (ABK) dalam kegiatan
melaut hanya sebagai pemberi jasa kepada pengusaha perikanan tangkap atau
nelayan pemilik, jumlah anak buah kapal (ABK) pada tahun 2012 8.058 orang.
Pengusaha perikanan tangak atau nelayan pemilik dan anak buah kapal
(ABK) yang ada di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk, masih menggunakan sistem
atau cara tradisional dalam mencari ikan. Hanya sebahagian yang sudah
mengadopsikan menggunakan teknologi modern. Pengusaha perikanan tangkap
dan menangkap ikan, sudah terikat kontrak dengan para importir dari luar,
dikarenakan para importir tersebut yang telah membiayai para pengusaha atau
nelayan pemilik tersebut, maka para importir tersebut yang menekan harga dan
merugikan para nelayan pemilik dan nelayan buruh.
Masalah yang dihadapi oleh para nelayan yang ada di kawasan Pelabuhan
Perikanan Idi Rayeuk yaitu dalam hal permodalan. Selain dari pada modal
masalah yang dihadapi sekarang oleh para pengusaha perikanan tangkap yang ada
di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yaitu ketersedian fasilitas tempat pelelangan
ikan (TPI) yang bisa mempengaruhi terhadap harga. Masalah lain yang dihadapi
oleh para pengusaha perikanan yaitu ketika musim tangkap ikan dengan jumlah
hasil yang melimpah akan tetapi harga ikan mengalami penurunan, dan tidak ada
cara bagi pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik untuk dapat
menyimpan ikan tersebut dalam jangka waktu yang lama seperti halnya belum
tersedianya Cold Storage, pabrik es. Industri pengolahan ikan hasil tangkapan
juga belum tersedia, produksi turunan yang bisa dihasilkan hanya pengasinan ikan
(ikan asin).
Pada saat para nelayan ingin melakukan pendekatan dengan pihak
perbankan, ini juga menjadi kendala bagi para nelayan. Hal ini dikarenakan
pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dalam mengajukan
permohonan permodalan (kredit) tidak ada jaminan yang bisa menguatkan pihak
perbankan. Nelayan pemilik hanya bisa memberikan jaminan yaitu alat untuk
mencari ikan (boat), sedangkan bagi pihak perbankan ini tidak bisa menjadi
jaminan, karena dengan pertimbangan alasan yaitu boat memiliki nilai penyusutan
lahan tangkapan juga tidak bisa menjadi jaminan bagi pihak perbankan
disebabkan lautan merupakan milik bersama para nelayan sehingga tidak ada
kawasan laut yang menjadi hak perorangan para nelayan. Disisi lain untuk dapat
meningkatkan hasil produksi yang lebih maksimal nelayan hanya mengandalkan
kemampuan dari pengalaman yang telah dimiliki selama bekerja sebagai
pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan kerja sama yang baik
dengan nelayan buruh. Selain itu juga pasar yang menjadi tumpuan bagi pera
nelayan masih bersifat lokal, hanya didistribukan hasil tangkapan untuk daerah
disekitar Kabupaten Aceh Timur atau bersifat domestik.
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yang telah diresmikan oleh Gubernur Aceh
pada tanggal 26 Januari 2012 menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai Idi Rayeuk,
Aceh Timur, yang merupakan proyek APBN/APBA 2008-2011. Program
pembangunan tersebut menjadi program utama pemerintah Aceh dalam upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. “Untuk wilayah Aceh Timur khusunya Idi Rayeuk, yang merupakan sektor andalan yaitu perikanan,
sambutan Gubernur Aceh pada peresmian Jetti Pelabuhan Perikanan Idi.
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk ini adalah salah satu
prospek bisnis yang sangat potensial. Mengingat dari dahulu Idi Rayeuk
merupakan salah satu daerah penghasil ikan yang cukup terkenal di Aceh, hanya
saja selama ini ikan dari wilayah Aceh, banyak yang dibawa ke keluar daerah
yang selanjutnya diekspor melalui pelabuhan-pelabuhan lain di luar Propinsi
Aceh. Nelayan Aceh bekerja keras di laut, sementara yang mendapat keuntungan
yaitu para eksportir atau tengkulak yang berada di luar daerah. Diresmikannya
Timur, akan bisa menyentuh langsung pasar Internasional, sehingga harganya
dapat lebih menguntungkan para nelayan setempat.
Secara kelembagaan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk di kelola dan
diawasi oleh unit pelaksana teknis Dinas Perikanan Propinsi Aceh atau Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk. (UPTD)
Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki program pembangunan dan
pengembangan. Adapun tujuan pengembangan yaitu menata kawasan perikanan
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan, mengkaji berbagai potensi kawasan
untuk meningkatkan usaha perikanan Pelabuhan Perikanan Idi, meningkatkan
produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan pendapatan para
nelayan, serta agar tersusunnya suatu rencana teknis pembangunan kawasan di
Pelabuhan Perikanan Idi dan meningkatkan profesionalisme pengusaha perikanan
dan memotivasi nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Berdasarkan beberapa uraian dan masalah yang telah diuraikan di atas,
penulis merasa penting untuk mengidentifikasi penelitian ini dengan memberikan
judul tesis yaitu “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI),
2. Apakah modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI),
lembaga keuangan, melalui produksi perikanan dan harga berpengaruh
terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan
pemilik?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk menganalisis pengaruh modal, pengalaman, teknologi, tempat
pelelangan ikan (TPI) dan lembaga keuangan terhadap produksi perikanan.
2. Untuk menganalisis pengaruh modal, pengalaman, teknologi, tempat
pelelangan ikan (TPI) dan lembaga keuangan melalui produksi perikanan
dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan
pemilik.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Dengan mengetahui modal, pengalaman dan teknologi sebagai variabel
internal berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap
atau nelayan pemilik melalui produksi perikanan dan harga, sebagai bahan
pertimbangan bagi pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik
untuk dapat meningkatkan kemampuan diri pada subsektor perikanan.
2. Dengan mengetahui pengaruh tempat pelelangan ikan (TPI) dan lembaga
keuangan sebagai variabel eksternal berpengaruh terhadap pendapatan
perikanan dan harga, sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga atau
instansi pemerintahan dalam memberikan peranan, fasilitas dan fungsi dari
Pelabuhan Perikanan tersebut.
3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
kegiatan ekonomi pada sub sektor perikanan khusunya kesejahteraan
nelayan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi
bahan masukan dan referensi atau bahan rujukan bagi peneliti khususnya
penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pelabuhan perikanan terhadap