BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kepariwisataan
Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih untuk menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya dengan maksud melepaskan diri dari rutinitas (Suwantoro, 2004). Pada umumnya, perjalanan yang dilakukan memiliki maksud untuk berlibur, mencari kesenangan atau inspirasi, pengobatan, mengunjungi teman atau kerabat, bertemu orang-orang baru dan hal baru, maupun maksud lainnya. Oleh karena itu pada saat ini pariwisata sudah dianggap sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun keinginan dan kebutuhan setiap orang akan berbeda yang dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya faktor ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Pembahasan mengenai pariwisata secara lebih terperinci akan dibahas sebagai berikut.
2.1.1 Pariwisata
Goeldner and Ritchie (2003) mendefinisikan pariwisata sebagai keseluruhan dunia industri perjalanan, hotel, usaha transportasi, dan komponen lainnya yang mencakup promosi, pelayanan kebutuhan serta keinginan perjalanan. Dapat dipahami bahwa pariwisata merupakan kegiatan industri yang melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaannya. Kemudian Weaver (dalam Sugiama, 2011, hal. 4) mendefinisikan pariwisata secara lebih terperinci, yaitu:
“Tourism is the sum of the phenomena and relationships arising the interaction among tourist, business suppliers, host governments, host communities, origin governments, universities, community colleges and non governmental organizations, in the process of attracting, transporting, hosting and managing these tourist and other visitors”.
Definisi di atas dapat diartikan bahwa pariwisata adalah sejumlah gejala dan hubungan interaksi yang timbul antara wisatawan, para penyedia bisnis, pemerintah lokal, masyarakat lokal, pemerintah daerah asal wisatawan, universitas, perguruan tinggi setempat dan organisasi non pemerintah, dalam proses menarik, mengangkut, menjadi tuan rumah dan mengelola wisatawan dan pengunjung lainnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah interaksi yang melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaannya. Adapun pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah wisatawan, para penyedia bisnis, pemerintah lokal, masyarakat lokal, pemerintah daerah asal wisatawan, universitas, perguruan tinggi setempat dan organisasi non pemerintah. Kegiatan pariwisata juga sering disebut sebagai industri yang bersifat multiplier effect karena industri ini berdampak luas khususnya bagi perekonomian. Dalam prosesnya, pariwisata juga mencakup beberapa aktivitas lainnya yaitu promosi, pelayanan kebutuhan dan keinginan perjalanan.
2.1.2 Komponen Kepariwisataan
Cooper, dkk (dalam Sugiama, 2011), mengungkapkan bahwa destinasi wisata merupakan gabungan dari empat komponen kepariwisataan yaitu:
1. Attraction atau atraksi yaitu objek yang memiliki daya tarik untuk dilihat
ataupun dinikmati oleh seseorang.
2. Accessibility atau aksesibilitas yaitu fasilitas berupa sarana maupun prasarana
yang dapat digunakan wisatawan untuk sampai ke destinasi wisata.
3. Amenities atau amenitas merupakan fasilitas-fasilitas pendukung dan juga
layanan lainnya yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan seperti akomodasi (tempat penginapan), penyediaan makanan dan minuman, tempat hiburan (entertainment), tempat-tempat perbelanjaan (retailing) dan lain-lain.
4. Ancillary yaitu pihak-pihak atau organisasi pendukung yang dapat
memfasilitasi dan mendorong kegiatan pariwisatadari destinasi wisata bersangkutan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu destinasi wisata memiliki komponen-komponen yang menjadi satu kesatuan. Empat komponen tersebut saling mempengaruhi antara satu dan lainnya. Semua komponen tersebut merupakan hal yang dibutuhkan oleh wisatawan. Oleh karena itu empat komponen di atas selalu menjadi dasar pertimbangan bagi wisatawan untuk berkunjung atau tidak.
2.1.3 Wisatawan
Salah satu ciri dari kegiatan pariwisata adalah adanya perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih. WTO (dalam Marpaung, 2000), mendefinisikan wisatawan sebagai berikut:
1. Pengunjung yaitu setiap orang yang mengunjungi suatu negara untuk melakukan pekerjaan yang dari negara yang dikunjunginya.
2. Wisatawan yaitu orang yang tinggal di suatu negara tanpa melihat status kewarganegaraannya yang berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama dengan lama kunjungan lebih dari 24 jam. Adapun klasifikasi berdasarkan tujuannya sebagai berikut:
a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, berlibur, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan juga olah raga.
b. Berbisnis atau untuk mengunjungi keluarga.
3. Darmawisata atau excursionist yaitu pengunjung sementara yang melakukan kegiatan kurang lebih dari 24 jam di suatu negara. Darmawisata meliputi orang yang berwisata dengan kapal pesiar yang transit, namun tidak termasuk kapal pesiar yang memasuki suatu negara secara legal.
Soekadijo (dalam Susanti, 2008) mendefinisikan wisatawan sebagai orang melakukan perjalanan dari tempat kediamannya menuju ke tempat lain, namun tidak bertujuan untuk menetap di tempat tujuannya tersebut. Selanjutnya Sugiama (2011) menyatakan bahwa wisatawan yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata dengan maksud untuk beristirahat atau berlibur, berbisnis, atau untuk kegiatan perjalanan lain seperti berobat, kunjungan keagamaan dan untuk perjalanan pendidikan.
Berdasarkan beberapa definisi wisatawan di atas, dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke tempat lain namun tidak menetap secara permanen di tempat yang dikunjunginya. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh wisatawan dengan maksud serta tujuannya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya masing-masing.
2.2 Pemasaran Pariwisata
Kegiatan pariwisata merupakan industri yang tidak dapat terlepas dari kegiatan pemasaran dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami kegiatan pemasaran itu sendiri. American Marketing Association (dalam Lancaster dan Reynolds, 2005), mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang-barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang dapat memuaskan target individu dan organisasi. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pemasaran merupakan kegiatan yang dapat mengantarkan produk berupa barang atau jasa dari produsen agar sampai kepada konsumennya. Dari kegiatan pemasaran tersebut diharapkan terjadi proses pertukaran dan terciptanya kepuasan pelanggan baik secara individu maupun organisasi.
Adapula definisi pemasaran yang spesifik dalam kaitannya dengan kegiatan pariwisata. Muljadi (2009) menyatakan bahwa pemasaran pariwisata merupakan kegiatan mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan wisatawan, kemudian menawarkan produk wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan tersebut agar pihak penyedia atau pengelola dapat memberikan pelayanan yang dapat memuaskan wisatawan.
Berdasarkan definisi pemasaran pariwisata di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemsaran pariwisata merupakan proses untuk mempertemukan antara permintaan dan penawaran. Dalam proses penawaran, pihak penyedia atau pemasar harus mampu memahami kebutuhan dan keinginan dari konsumennya yaitu wisatawan. Hal ini dimaksudkan terjadi hubungan saling menguntungkan antara penyedia jasa pariwisata dan wisatawan.
2.2.1 Tujuan Pemasaran Pariwisata
Suryadi (dalam Inayah, 2011) mengungkapkan tujuan dari pemasaran pariwisata yang dibagi ke dalam dua tahap yang saling berkaitan yaitu:
1. Untuk menarik wisatawan agar datang ke suatu destinasi wisata, baik dalam lingkup lokal, regional, ataupun nasional. Adapun tujuan yang diharapkan yaitu agar lebih banyak wisatawan yang datang, lebih lama tinggal, dan lebih banyak membelanjakan uangnya ditempat atau wilayah yang dikunjunginya.
2. Untuk menarik wisatawan yang datang agar menggunakan semua pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan atau kelompok industri pariwisata yang ada pada destinasi wisata itu. Adapun tujuan dari kegiatan tersebut untuk memperoleh keuntungan dari usaha masing-masing perusahaan. Hal tersebut karena keuntungan merupakan faktor pendorong dilakukannya kegiatan pemasaran.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemasaran pariwisata memiliki tujuan inti agar lebih banyak wisatawan datang, lebih lama tinggal, dan lebih banyak membelanjakan uangnya di destinasi wisata atau tempat yang dikunjungi. Kemudian pemasaran digunakan untuk mencapai tujuan dari perusahaan yang berorientasi pada keuntungan atas kegiatan usahanya.
2.2.2 Bauran Pemasaran Pariwisata
Bauran pemasaran merupakan salah satu bagian dari pemasaran yang digunakan menentukan strategi perusahaan. Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Lastiati (2003) marketing mix atau bauran pemasaran adalah sekumpulan alat yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk mempengaruhi penjualan. Menurut Sugiama (2011) bauran pemasaran merupakan usaha yang dilakukan perusahaan untuk menggabungkan dan mengendalikan sekumpulan alat pemasaran guna mendapatkan tanggapan dari target pasarnya. Berdasarkan beberapa definisi bauran pemasaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak penyedia dapat menentukan strategi pemasaran yang akan digunakannya dalam penjualan produknya. Penentuan strategi yang akan digunakan berdasarkan pada tanggapan target pasar atas sekumpulan alat pemasaran yang dimiliki oleh pihak penyedia. Selanjutnya menurut Morrison (dalam Sugiama, 2011) bauran pemasaran pariwisata terdiri dari 8P sebagai berikut:
1. Product
Product atau produk merupakan seluruh jasa dan sumberdaya kepariwisataan yang dapat dinikmati wisatawan selama berwisata. Produk wisata mencakup beragam atraksi wisata yang dapat dinikmati, akomodasi sebagai fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan selama berwisata.
2. People
People dalam hal ini mengandung arti sebagai pihak pengelola atau pihak terkait lainnya yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan selama berwisata.
3. Packaging
Packaging atau pengemasan merupakan gabungan dari produk kepariwisataan yang dikombinasikan dengan pelayanan yang dapat diterima wisatawan. Hal ini termasuk juga pelayanan dari pemasar dalam menawarkan produknya kepada target pasarnya yaitu calon wisatawan.
4. Programming
Programing atau program merupakan rangkaian dari rencana-rencana berupa aktivitas yang dapat dilakukan calon wisatawan. Program ini juga termasuk usaha yang dilakukan perusahaan untuk menjual produk dalam lingkup persaingannya dengan pihak penyedia lainnya.
5. Place
Place atau tempat merupakan tempat keberadaan dari target pasar yang telah dibidik oleh pemasar. Dalam hal ini pemasar perlu membidik tempat yang potensial untuk mendistribusikan produknya.
6. Promotion
Promotion atau promosi merupakan usaha yang dilakukan pemasar untuk menarik perhatian dari target pasarnya. Adapun bentuk usaha yang dilakukan melalui kegiatan bauran promosi mencakup periklanan, promosi penjualan, personal selling dan publisitas.
7. Partnership
Partnership atau kemitraan merupakan hubungan antara pihak penyedia dengan perusahaan lain yang diniai dapat bekerjasama dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan.
8. Pricing
Pricing atau kegiatan penentuan harga yang ditetapkan pihak penyedia atas produk yang ditawarkannya. Dalam penentuan harga ini pihak penyedia perlu menyesuaikan harga atas produknya dengan daya beli target pasar yang telah dibidiknya.
Dalam kegiatan penelitian ini, fokus utama dari bauran pemasaran pariwisata 8P adalah pada aspek produk. Hal ini dikarenakan produk seringkali menjadi daya tarik utama bagi calon wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata. Oleh karena itu pembahasan lebih terperinci mengenai produk wisata akan dibahas dalam sub bab berikut ini.
2.3 Produk Wisata
Menurut Yoeti (2006) bauran produk adalah satuan dari semua product line dan product items yang ditawarkan kepada para pembeli. Product mix adalah rangkaian atau gabungan dari beberapa produk yang ditawarkan dan untuk dijual kepada pembeli. Sedangkan product line adalah produk yang digunakan, dipakai atau dikonsumsi dalam waktu yang bersamaan.
Menurut Fandeli (dalam Purnomo, 2009) produk wisata merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan kepada calon wisatawan dengan tujuan agar calon wisatawan merasa tertarik perhatiannya, ingin memiliki, memanfaatkan dan mengkonsumsi untuk memenuhi keinginan serta mendapatkan kepuasan karenanya. Menurut Muljadi (2009) dalam kegiatan pariwisata terdapat tiga aspek produk wisata terpenting yang harus diperhatikan pemasar atau pengelola agar dapat menarik minat prospek wisatawan. Tiga aspek tersebut yaitu :
a. Attraction atau atraksi adalah segala sesuatu yang memiliki daya tarik dalam
menarik wisatawan untuk datang ke destinasi wisata, baik berupa wisata alam maupun wisata budaya.
b. Accessibility atau aksesibilitas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kemudahan bagi wisatawan untuk mencapai destinasi wisata melalui berbagai media transportasi udara, laut maupun darat.
c. Amenities atau amenitas adalah berbagai fasilitas penunjang yang dapat
memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi wisatawan selama berwisata di suatu destinasi wisata.
Berdasarkan paparan mengenai produk pariwisata di atas, dapat dipahami bahwa atraksi, aksesiblitas, dan amenitas merupakan faktor utama dalam menarik minat calon wisatawan maupun untuk memberikan kepuasan kepada wisatawan.
Sehingga dalam kegiatan pemasaran seorang pemasar atau pengelola harus sangat memperhatikan tiga aspek tersebut dan mampu mengemasnya dengan baik.
2.3.1 Karakteristik Produk Wisata
Menurut Pitana dan Diarta (2009) terdapat perbedaan yang yang sangat jelas antara kakrakteristik produk berupa barang dan karakteristik produk jasa khususnya pariwisata. Berikut merupakan karakteristik produk jasa pariwisata:
1. Intangibility
Artinya produk yang ditawarkan tidak berbentuk nyata, tidak dapat dilihat dan dipamerkan di pasar, toko, atau tempat penjualan lainnya. Oleh karena itu, produk jasa pariwisata tidak dapat di evaluasi atau didemonstrasikan sebelum produk tersebut dicoba atau dibeli.
2. Perishability
Artinya produk pariwisata tidak dapat disimpan atau untuk dijual di kemudian hari. Hal ini menunjukkan bahwa produk pariwisata yang tidak terjual pada suatu waktu tidak dapat digantikan dengan penjualan di waktu lain.
3. Inseparability
Artinya produk pariwisata merupakan produk yang dibentuk dari berbagai produk yang terpisah-pisah. Hal ini termasuk juga kegiatan produksi dan konsumsi yang terjadi secara bersamaan.
Dalam kegiatan pemasaran pariwisata, penjual dihadapkan dengan situasi yang lebih sulit. Hal ini karena terdapat perbedaan karakteristik antara produk berupa barang dengan produk jasa khususnya jasa pariwisata. Karakteristik tersebut yaitu intangibility yang artinya produk dari jasa tidak berwujud namun dapat dirasakan manfaatnya. Berikutnya adalah perishability, yang artinya poduk jasa mudah rusak atau tidak dapat disimpan layaknya produk berupa barang. Karakteristik produk jasa yang terakhir adalah inseparability, yang artinya antara proses produksi dan konsumsi produk jasa terjadi pada saat yang bersamaan.
2.3.2 Kualitas Produk Wisata
Untuk membangun minat calon wisatawan, suatu produk harus memiliki kualitas dan citra yang baik bagi calon wisatawan tersebut. Hal ini tidak terkecuali bagi produk pariwisata. Meskipun produk ini memiliki sifat yang berbeda dengan
produk berupa barang, namun segi kualitas akan tetap diperhatikan oleh calon wisatawan maupun wisatawan. Sebelum membahas mengenai kalitas produk wisata perlu dipahami mengenai kualitas jasa atau yang dikenal dengan istilah servqual. Menurut Mudie dan Pirrie (2006, hal. 93) “Servqual is a technique that purports to measure the customer’s view of quality at the level of a specific service organization”. Definisi tersebut dapat diartikan sebagai suatu teknik pokok untuk mengukur pandangan pelanggan tentang tingkatan kualitas pelayanan suatu organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut merupakan kualitas produk wisata yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional: a. Atraksi atau daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. b. Aksesibilitas pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi
yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.
c. Amenitas atau fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata.
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas daya tarik wisata digambarkan dengan aspek keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia. Kemudian kualitas aksesibilitas digambarkan dengan aspek jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi wisata. Selanjutnya kualitas mengenai amenitas atau fasilitas pariwisata digambarkan dengan sarana dan prasarana yang dapat mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi wisata.
2.3.3 Citra Produk Wisata
Bagi seorang prospek wisatawan, citra suatu destinasi wisata sangat penting terhadap minatnya ke destinasi tersebut. Menurut Pitana dan Gayatri (2005) citra merupakan informasi yang diterima oleh calon wisatawan dari berbagai sumber maupun dari fantasinya sendiri. Kemudian citra yang dibentuk di pasar merupakan hasil bentukan dari kombinasi destinasi wisata yang bersangkutan, yang terdiri dari cuaca pemandangan alam, keamanan, kesehatan dan sanitasi, keramahtamahan, dan lain-lain. Selanjutnya Laws (dalam Pitana dan Gayatri, 2005, hal. 64) menyatakan “Image can establish a meaningful position for the destination in the public mind as being a place different from other destinations offering similar primary attractions”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa citra dapat menentukan suatu posisi yang penuh arti mengenai tujuan di dalam pikiran masyarakat luas sebagai suatu tempat yang berbeda dari tujuan lainnya yang menawarkan atraksi utama serupa. Dapat dipahami bahwa citra memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk minat wisatawan. Citra dapat membedakan penilaian setiap orang atas suatu atraksi meskipun terdapat atraksi serupa di tempat yang lain. Oleh karena itu, pandangan setiap wisatawan dapat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya serta citra yang dibangun oleh suatu dirinya sendiri, suatu destinasi dan pemasarnya.
2.4 Usaha Wisata Tirta
Salah satu produk wisata yang memiliki potensi untuk dapat menarik wisatawan adalah jenis wisata air atau dikenal juga dengan sebutan wisata tirta. Menurut Ismayanti (2010) usaha wisata tirta yaitu kegiatan usaha yang menyediakan jenis wisata dan olahraga air yang meliputi pantai, sungai, danau, dan waduk serta rekreasi wisata di bawah air. Usaha ini termasuk juga penyediaan sarana dan prasarana serta penawaran jasa lain yang dikelola secara komersial termasuk juga penyediaan jasa wisata marina. Berikut merupakan beberapa jenis dari wisata tirta:
1. Gelanggang renang atau kolam renang
Jenis usaha ini menyediakan tempat dan fasilitas untuk berenang, taman serta arena bermain anak-anak sebagai usaha pokok. Usaha ini dapat dilengkapi pula dengan penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman.
2. Pemandian Alam
Jenis usaha ini menyediakan tempat dan fasilitas untuk mandi dengan memanfaatkan sumber air alam seperti sumber air panas, atau air terjun sebagai usaha pokok. Usaha ini dapat dilengkapi pula dengan penyediaan jasa pelayanan makanan, minuman dan akomodasi.
3. Kolam pemancingan
Jenis usaha ini berupa fasilitas untuk memancing ikan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi juga dengan penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman.
4. Usaha Marina
Jenis usaha ini mencakup penyediaan sarana dan prasarana tambat bagi kapal pesiar (yacht) dan juga kapal wisata (boat atau ship).
5. Usaha Wisata Selam
Jenis usaha ini berupa penyediaan sarana selam baik untuk rekreasi maupun olahraga secara komersial.
6. Usaha rekreasi air
Jenis usaha sarana rekreasi di pantai, sungai, waduk, danau, jasa penyewaan perahu, pemancingan, selancar angin, parasailing, power boating, dan arung jeram.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, Tirta Alam memiliki beberapa atraksi wisata tirta seperti tersebut di atas seperti kolam renang, jasa penyewaan perahu, kolam pemancingan, air terjun bernama Curug Kunti beserta aliran sungainya, kolam terapi ikan dan beberapa fasilitas penunjangnya.
2.5 Prospek Wisatawan
Foster yang diterjemahkan oleh Sastrio (2000) menyatakan bahwa setiap orang akan tetap dianggap sebagai prospek sampai seseorang tersebut benar-benar
484) menyatakan bahwa “Prospecting involves finding qualified sales leads, which are potential customers who have a need for the salesperson’s product, the financial means to purchase the product, and the authority to make buying decision”. Dapat diartikan bahwa prospecting adalah pencarian untuk menemukan pelanggan potensial yang mempunyai suatu kebutuhan terhadap produk penjual, daya beli untuk membeli produk, dan kewenangan untuk membuat keputusan pembelian.
Dari Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prospek adalah calon pelanggan potensial. Syarat dari seseorang untuk dianggap sebagai prospek adalah orang yang memiliki kebutuhan akan produk dari penjual, memiliki daya beli untuk membeli produk dan memiliki kekuasaan untuk memutuskan pembelian. Dalam hal ini produk berupa produk wisata. Kemudian sebelum orang tersebut membeli produk yang ditawarkan oleh pemasar, maka orang tersebut akan tetap dianggap sebagai seorang prospek. Adapula kegiatan untuk mendapatkan calon pelanggan potensial tersebut yang dikenal dengan istilah prospecting.
2.6 Perilaku Konsumen
Untuk dapat memahami mengenai minat prospek wisatawan, maka akan dibahas terlebih dahulu mengenai perilaku konsumen. Perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (dalam Prasetijo dan Ihalauw, 2004) merupakan suatu rangkaian proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan melakukan tindakkan setelah konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya Bitta (dalam Mangkunegara, 2009) meyatakan terdapat tiga tingkatan variabel yang perlu dipahami untuk memahami perilaku konsumen, yaitu:
1. Stimulus
Stimulus merupakan variabel eksternal atau variabel yang berada di luar diri seseorang yan sangat berpengaruh dalam suatu proses pembelian.
2. Respons
Respons merupakan hasil dari aktifitas yang dilakukan seseorang sebagai media dari stimulus. Kekuatan individu sebagai media dan kekuatan media merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap bentukan respon.
3. Intervening
Intervening merupakan variabel antara stimulus dan respons, namun variabel ini berupa faktor internal dalam diri seseorang yang termasuk motif membeli, sikap terhadap peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang.
2.7 Minat Prospek Wisatawan
Menurut Kinear dan Taylor (dalam Dwityanti, 2008) minat yaitu tahap kecenderungan dari seseorang untuk melakukan suatu tindakkan sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Selanjutnya Rossiter dan Percy (dalam Ariadi, 2010) menyatakan minat sebagai instruksi dari diri calon konsumen untuk melakukan pembelian produk, merencanakan, serta mengambil tindakan-tindakan seperti mengusulkan, merekomendasikan, memilih, yang berakhir pada pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian produk.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa minat adalah tahap awal yang menyebabkan calon konsumen atau prospek menginginkan produk atau jasa yang ditawarkan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prospek adalah calon wisatawan potensial. Artinya tahap kecenderungan yang timbul berasal dari prospek wisatawan. Selanjutnya minat juga dapat diindikasikan dengan beberapa tindakan seperti membuat suatu perencanaan, mengusulkan, merekomendasikan, memilih, dan juga membuat keputusan pembelian.
2.7.1 Tahap-Tahap Timbulnya Minat Wisatawan
Bearman (dalam Semuel dan Wijaya, 2008) dalam pembentukan suatu minat prospek wisatawan, terdapat tahapan yang dipengaruhi oleh unsur-unsur yang terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Rangsangan, merupakan suatu yang ditujukan pada prospek wisatawan untuk mendorong atau menimbulkan perasaannya untuk bertindak. Prospek wisatawan dapat dinyatakan telah terangsang ketika promosi yang dilakukan pemasar telah menarik perhatiannya.
2. Kesadaran, merupakan tahapan yang terjadi akibat adanya rangsangan yang diterima oleh prospek wisatawan tersebut. Setelah prospek wisatawan terangsang dengan stimuli dari kegiatan promosi, maka dapat dinyatakan prospek wisatawan telah masuk ke dalam tahap kesadaran. Bersamaan dengan kesadarannya dari kegiatan promosi, maka prospek wisatawan akan menyimpan informasi tersebut.
3. Tahapan terkhir adalah pencarian informasi. Tahapan ini berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua, yaitu informasi internal dan informasi eksternal. Informasi internal berasal dari pribadi prospek wisatawan untuk mempertimbangkan produk atau jasa yang dapat memuaskannya. Sedangkan informasi eksternal merupakan informasi yang diterima dari luar diri prospek wisatawan tersebut seperti keluarga, teman, iklan, dan lainnya.
2.7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Dalam ruang lingkup pariwisata, minat prospek wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang diungkapkan oleh Youell (dalam Puspawati, 2006) sebagai berikut :
1. The availability of leisure time, faktor dasar dalam membentuk minat prospek
untuk berwisata akan timbul dengan sendirinya jika seseorang memiliki waktu luang.
2. Personal mobility, keleluasaan untuk melakukan perpindahan tempat serta
kepemilikan kendaraan pribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat calon wisatawan untuk berwisata, terutama untuk daerah-daerah yang memiliki keterbatasan dengan alat transportasi umum.
3. Provision of facilities, jika seseorang tinggal di suatu daerah yang dilengkapi
berbagai fasilitas dengan harga terjangkau akan mempunyai banyak kesempatan untuk memenuhi minat atau keinginannya.
4. Income, dalam hal ini jumlah pendapatan yang diterima calon wisatawan akan menentukan jumlah fasilitas dan layanan yang dapat dinikmatinya pada saat berwisata.
5. Culture and demography, faktor-faktor budaya dan demografi seperti latar
belakang sejarah, kepribadian, usia, status, jenis kelamin, pendidikan, kelas sosial, akan mempengaruhi minat prospek wisatawan dalam menentukan suatu pilihan untuk kegiatan wisata yang akan dilakukannya.
2.8 Hubungan Kualitas Produk Wisata dengan Minat Wisatawan
Menurut Marpaung (2002) objek dan daya tarik wisata merupakan suatu gabungan yang menhubungkan aktifitas dan fasilitas yang dapat menarik minat prospek wisatawan untuk datang ke suatu destinasi wisata. Dapat dipahami bahwa minat prospek wisatawan dapat muncul dari penggambaran mengenai objek dan daya tarik wisata serta gabungan dari aktifitas dan fasilitas. Setiap aspek saling berhubungan dan saling memperkuat untuk kemudian dipertimbangkan prospek wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata ke suatu destinasi wisata. Selanjutnya Suwantoro (2009) menyatakan bahwa semakin baik citra dari produk wisata akan mendorong perkembangan dari kegiatan pariwisata. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa produk wisata juga dapat mempengaruhi minat prospek wisatawan. Minat prospek wisatawan dapat berupa citra yang terbentuk dari dirinya terhadap produk wisata. Perkembangan yang disebutkan di atas dapat berupa terjadinya kunjungan wisatawan ataupun peningkatan kualitas dari suatu produk wisata yang disesuaikan dengan minat dari prospek wisatawan.