• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mempercepat Reformasi Pangan Dalam Rangka Menjamin Ketersediaan Pangan Dan Keterjangkauan Harga Bagi Masyarakat Serta Mengurangi Kesenjangan Kesejahteraan - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Mempercepat Reformasi Pangan Dalam Rangka Menjamin Ketersediaan Pangan Dan Keterjangkauan Harga Bagi Masyarakat Serta Mengurangi Kesenjangan Kesejahteraan - Unika Repository"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

Mempercepat reformasi pangan dalam rangka menjamin

ketersediaan pangan dan keterjangkauan harga bagi masyarakat serta mengurangi kesenjangan kesejahteraan

Angelina Ika Rahutami

30 Maret 2017

(2)
(3)
(4)

KESEPAKATAN INTERNASIONAL &

KEDAULATAN PANGAN

Agreement on Agriculture (AoA)

Tahun 1995.

AFTA TAHUN 2003 (beras, gula,

produk daging, gandum, bawang

putih, cengkeh )

ASIA PASIFIK TAHUN 2010

MDGs 2015 –SDG’s 2030

(5)

5

SNAPSHOTS PERTANIAN

PANGAN DAN KETAHANAN

PANGAN

“Control oil and you control the nations. Control food and you control the people”

(6)

Kelompok rawan pangan bertambah

sekitar 4 juta jiwa per tahun

sekitar 826.6 juta orang yang

mengalami

kelaparan berada di negara-negara

berkembang

Sekitar satu dari delapan orang di dunia diperkirakan

mengalami kelaparan kronis

(7)

7

Faktor Yang Mempengaruhi

Permintaan& Penawaran Komoditi

Pertanian

PERTAMBAHAN PENDUDUK

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KONVERSI LAHAN & PENURUAN

KUALITAS LAHAN PERTANIAN

PERUBAHAN POLA KONSUMSI

PEMANASAN GLOBAL & PERUBAHAN

IKLIM

(8)

DATA KONVERSI LAHAN PERTANIAN

PRODUKTIF

LAHAN PERTANIAN YANG TERSEDIA

SEKITAR 7,7 JUTA HEKTAR.

(KEBUTUHAN 11-15 JUTA HEKTAR).

KECEPATAN KONVERSI LAHAN

PERTANIAN 100-110 RIBU HEKTAR /

TAHUN.

PRODUKSI PER HEKTAR 4,6 TON

POTENSI KEHILANGAN PRODUKSI

(9)

9

DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA

KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA

Balita Kurang Gizi 4,1 juta

Balita Gizi buruk di Indonesia 700

ribu

Kemampuan pemerintah untuk

(10)

DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA

KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA

Laporan akhir tahun 2012, data

Komisi Nasional Perlindungan Anak

mencatat sebanyak 8 juta anak

(11)

11

DAMPAK TIDAK TERPENUHINYA

KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA

Dari data 23 juta anak balita di

Indonesia, 8 juta jiwa atau 35

persennya mengidap gizi buruk

kategori stunting, sementara untuk

kasus gizi buruk tercatat sebanyak

900 ribu bayi atau sekitar 4,5 persen

dari total jumlah bayi di seluruh

(12)

Permasalahan desa =

permalasahan petani =

permasalahan pangan

Terdapat potensi kenaikan inflasi di 2017

sehingga perlu pengendalian inflasi

pangan

Perlu upaya konkrit yang secara

struktural dapat mendorong percepatan

refomasi pangan di aspek produksi dan

distribusi

lintas sektor baik di pusat

(13)

13

Pangsa sektor pertanian dalam perekonomian semakin

menurun

• Perbaikan infrastruktur perdesaan diperkirakan baru selesai 3-5 tahun ke depan

Pengelolaan pangan dari produksi, distribusi, tataniaga

serta harga pangan belum optimal  gejolak pasokan dan harga pangan, disparitas harga antar daerah

Konversi lahan tinggi  cel konversi lahan di Jawa Tengah

Faktor risiko yang tinggi di pertanian

Struktur pasar yang kurang kompetitif  pembentukan harga kurang efisien dan akibatkan fluktuasi harga,

(14)

Source : Dewan Ketahanan Pangan and World Food Programme (2015)

From the comparison of the results in 2005 with FSVA 2009, FIA sets of 100 districts of the 265 districts in 30 provinces that are included in the category of vulnerable of food as a priority of 1 (one) or risk of vulnerability to food is so high that most prioritized to be addressed. When seen from the spatial distribution of 100 districts, mostly located in the province of Papua, West Papua, Maluku, eastern part of the island of Java, NTB, NTT, northern and western parts of Borneo, central and southeast Sulawesi, and the western and eastern parts of Sumatra. Of the 100 districts at risk of food insecurity, the first priority is the district with the

(15)

15

P e m e r i n t a h 1 . D e s a 2 . K a b u p a t e n 3 . P r o v i n s i 4 . P u s a t

M a s y a r a k a t

C a d a n g a n P a n g a n P r o d . P a n g a n D a l a m N e g e r i

P e m a s u k a n

K e t e r s e d i a a n P a n g a n

A m a n

M e r a t a

T e r j a n g k a u

D i s t r i b u s i - S a n i t a s i P a n g a n

- B h n T a m b . P a n g a n - R e k a y a s a G e n e t i k a

d a n I r a d i a s i - K e m a s a n - J a m i n a n M u t u - P a n g a n T e r c e m a r

P e n g e n d a l i a n h a r g a P e m e r i n t a h

1 . D e s a 2 . K a b u p a t e n 3 . P r o v i n s i 4 . P u s a t

M a s y a r a k a t

C a d a n g a n P a n g a n P r o d . P a n g a n D a l a m N e g e r i

P e m a s u k a n

K e t e r s e d i a a n P a n g a n

A m a n

M e r a t a

T e r j a n g k a u

D i s t r i b u s i - S a n i t a s i P a n g a n

- B h n T a m b . P a n g a n - R e k a y a s a G e n e t i k a

d a n I r a d i a s i - K e m a s a n - J a m i n a n M u t u - P a n g a n T e r c e m a r

P e n g e n d a l i a n h a r g a

(16)

• Ketahanan pangan pada rumah tangga miskin, erat hubungannya dengan

karakteristik rumah tangga itu sendiri, yakni rendahnya pemilikan sumberdaya

lahan dan asset lainnya, kualitas sumberdaya manusia (pendidikan formal) di rumah tangga relatif rendah, akses terhadap sumber modal tidak ada, dan akses terhadap sumber informasi terkendala

• Sebagian besar rumah tangga (69,9 %) hanya mengandalkan pendapatan dari hasil buruh (tani dan luar tani) yang tidak dapat diprediksi besarannya, sehingga

mempengaruhi ketersediaan pangan, baik dalam jumlah apalagi kualitasnya, sementara itu petani sering tidak memiliki cadangan pangan (stok) yang cukup

• Di sisi lain, ketersediaan pangan di level regional (kabupaten) distribusinya sering tidak merata dan harganya tidak terjangkau sehingga kebutuhan pangan bagi rumah tangga tidak terpenuhi yang akhirnya menurunkan derajat ketahana pangan dan mendorong terjadinya pauperisma

(17)
(18)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

DESA

Rendahnya Kepemilikan dan Penguasaan Aset Produktif Rendahnya Kepemilikan dan Penguasaan Aset Produktif

Berdasarkan data

Sensus Pertanian 2013, sebanyak 55,33% petani menguasai lahan kurang dari 0,25 ha.

Kepemilikan aset

yang rendah menyebabkan rendahnya

produktivitas dan pendapatan

masyarakat desa.

Akses Finansial yang Terbatas Akses Finansial

yang Terbatas

Berdasarkan data

Potensi Desa (PODES) 2014, sebanyak lebih dari 70.000 Desa tidak memiliki layanan

perbankan;

Kredit Usaha

Rakyat (KUR) baru menjangkau

sebanyak 35.755 Desa.

Mobilisasi Tenaga Kerja Produktif dan

Terdidik dari Wilayah Desa Ke Kota (Brain Drain)

Mobilisasi Tenaga Kerja Produktif dan

Terdidik dari Wilayah Desa Ke Kota (Brain Drain)

Hingga 2035

diprediksi jumlah penduduk

perdesaan

menurun sebanyak 0,64% per tahun;

Hal ini

menunjukkan

banyak dari tenaga kerja terdidik

(19)

19

Jawa Tengah

Lahan pertanian di Jawa Tengah

mengalami alih fungsi sekitar 700 ha/th.

2013 = 2.835 ha, menyusut 720,21 ha

pada 2014 dan berkurang 700 ha pada

2015

untuk perumahan, industri dan

(20)

BEST PRACTICE JAWA TENGAH

PROGRAM BERAS PREMIUM

Program beras premium merupakan upaya konsursium 7 organisasi pemerintah, swasta dan LSM untuk mengatasi masalah ketersedian pangan, kerusakan lingkungan pertanian dan kemiskinan petani. Kerangka PPP digunakan untuk menata rantai nilai beras dengan

(21)

21

Latar belakang

Jateng adalah provinsi penghasil beras terbesar ke-3

dan penyumbang surplus terbesar ke-3 nasional.

• Budidaya padi juga menjadi sumber pendapatan 3,62 juta petani (71,20% dari total petani Jateng, dan

22,71% di antaranya merupakan petani di Solo Raya.

Namun, kemampuan petani kecil untuk memproduksi

beras premium masih rendah, karena mereka kurang memiliki akses terhadap input pertanian yang

berkualitas, teknologi budidaya, alat dan mesin, kredit, asuransi, jaminan harga dan pasar.

Ancaman perubahan iklim dan lemahnya kapasitas

(22)

ICCO Cooperation SEA bersama Yayasan Jawa Tengah

Berdikari (YJB), Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jawa Tengah, Bank Jateng, PT Unggul Niaga Selaras, PT Smart Berdikari, dan VECO Indonesia menembangkan Program Peningkatan Produksi dan Pemasaran Beras Premium di Provinsi Jawa Tengah.

Proyek dimulai sejak awal 2016 di 6 Kabupaten di

eks-Karesidenan Surakarta.

Proyek telah memfasilitasi 17 Gapoktan/LDPM untuk

budidaya padi premium dengan pengelolaan tanaman terpadu dan penggunaan pupuk AGPI (Agriculture

Growth Promoting Inoculant).

(23)

23

inovasi untuk mendukung petani skala kecil produsen

padi yang tergabung dalam Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) dalam menjawab masalah produksi dan kualitas beras Indonesia.

LDPM merupakan program Badan Ketahanan Pangan–

Kementerian Pertanian untuk meningkatkan

kemampuan Gapoktan (Gabungan Kelompok Petani) di wilayah sentra produksi padi.

Program ini bertujuan agar LDPM mampu membantu

anggotanya dalam mendistribusikan/ memasarkan/

mengolah hasil produksi pangan di saat panen raya dan mampu menyediakan pangan bagi kebutuhan

(24)

Panen raya padi biasanya terjadi saat musim hujan,

sehingga petani kesulitan untuk mengeringkan gabah sehingga dijual dengan harga yang sangat murah.

Di sisi lain, di saat musim paceklik (bukan musim

panen) harga beras meningkat sehingga petani sebagai konsumen harus membeli beras dengan harga tinggi.

Agar LDPM mampu mengembangkan unit usaha

(25)

25

Sebagian besar Gapoktan/LDPM peserta program belum

memiliki usaha beras, sebagian kecil memiliki rice mill dan membeli gabah dari petani atau hanya menerima jasa pengilingan.

PT SMB (anggota Konsorsium) telah berperan dalam

membeli gabah dari petani peserta program, terutama gabah kering panen (GKP). Gabah dengan kualitas

standar dihargai Rp. 200/kg lebih tinggi dari harga yang berlaku di pasar lokal saat itu.

PT SMB mengolahnya menjadi beras premium dengan 2

merek dagang, yakni Jateng Bio Rice dan Java Bio Rice kemasan 5 kg. Dua produk ini dipasarkan terutama

(26)

Yang dilakukan

Konsorsium memfasilitasi pengembangan model

bisnis inklusi, yakni kemitraan antara Gapoktan

para pelaku bisnis perberasan lain:

memfasilitasi Gapoktan untuk penambahan anggota dan

perluasan proyek di desa-desa sekitaranya;

peningkatan kualitas dengan menerapkan standar budidaya dan

kontrol internal;

fasilitasi manajemen bisnis Gapoktan dan pembentukan BUMP;memfasilitasi kontrak kerjasama antara Gapoktan,

(27)

27

Hasil

Secara umum terjadi peningkatan jumlah petani yang mengikuti program beras premium, hingga desember 2016 petani yang

(28)

Hasil

Jumlah petani yang sudah mendapatkan sosialisasi program

pengembangan program beras premium di 17 Gapoktan sejumlah 1.820 orang

– Memberikan insentif 1 liter BMG per petani pada musim tanam ini

memicu semangat petani untuk mengikuti program beras premium

– Mengoptimalkan peran stokis untuk mendorong anggota gapoktan

mengikuti program beras premium

– Melakukan strategi pembelian GKP dengan harga Rp 200 diatas

pasaran umum mendorong minat petani mempraktekkan budidaya padi sistem GAP-AGPI

– Riset pengembangan pasar menjadi bahan acuan gapoktan dan PT SMB

untuk membuat bisnis plan

– Melakukan komunikasi dengan pemerintah desa sebagai strategi untuk

(29)

29

Jawa

Barat Jawa Tengah DI

Yogyakar

ta Jawa Timur Indonesia

2008 92.76 97.2 104.69 98.98 97.07

2009 91.27 91.96 105.62 92.57 95.09

2010 91.79 96.77 111.6 94.6 97.78

2011 100.31 102.88 115.31 101.16 102.83

2012 106.5 104.49 116.4 102.35 104.71

2013 107.35 105.33 115.81 103.63 104.62

2014 104.09 95.96 96.88 99.57 98.89

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 80 85 90 95 100 105 110 115 120 92.76 91.27 91.79 100.31 106.5 107.35 104.09 97.2 91.96 96.77 102.88 104.49 105.33 95.96 104.69 105.62 111.6 115.31 116.4 115.81 96.88 98.98 94.6 101.16 102.35 103.63 99.57

Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Indonesia

N

T

(30)

INDIKATOR TINGKAT

(31)

31

PERKEMBANGAN

(32)
(33)

33

(34)
(35)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan bahan tambahan berupa matos pada tanah lunak yang

Bagi Tenaga Kesehatanhendaknya dapat menjalin hubungan yang baik dengan petugas kesehatan, pasien dan keluarga sehingga terjalin kepercayaan dalam

Dalam strategi pengembangan TOGA perlu dilakukan analisis spesies tumbuhan obat yang bisa dikembangkan dengan kriteria sebagai berikut : spesies tumbuhan obat yang ada di desa

Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan LKS yang berbasis pendekatan keterampilan proses pada materi ekosistem dan mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas

• Makromolekul sistem biologis yg bekerja sbg komponen reseptor mempunyai gugus protein atau asam amino yg dapat membentuk komplek melalui transfer muatan, yaitu : • a. sebagai

Dengan menggunakan sistem komputerisasi, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pencatatan pemesanan menu semakin kecil, dan informasi mengenai volume transaksi

Faktor risiko yang berpengaruh terhadap peningkatan kadar asam urat adalah asupan karbohidrat yang tinggi (p=0,028;OR=4,36), sedangkan asupan kafein tinggi tidak memiliki

merupakan suatu keharusan bagaimana cara untuk meformulasi hukum berorientai pada tipolog hukum responsif, dan otonom sehingga keberpihakan hukum determenan pada