• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM 2013 MEMBANGUN KESEJAHTERAAN BERBASIS PERADABAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KURIKULUM 2013 MEMBANGUN KESEJAHTERAAN BERBASIS PERADABAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM 2013 MEMBANGUN KESEJAHTERAAN

BERBASIS PERADABAN

OLEH: SAPARUDDIN

Widyaiswara LPMP Prov. Sulawesi Selatan Jurusan Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan

(2)

Abstark

Dalam kurikulum 2013, hal yang menjadi salah satu fokus perhatian adalah menempatkan persoalan pembangunan sikap spiritual dan sikap social menjadi hal yang begitu penting dalam bangunan kurikulum kita pada masa yang akan datang. ini dapat dilihat dengan menempatkan persoalan sikap spiritual dan social mendapat tempat yang sama dengan persoalan pengetahuan dan keterampilan. pada pelaksanakan kurikulum sebelumnya masalah sikap spiritual dan social sepertinya tidak mendapat porsi yang seimbang dengan dengan unsur pengetahuan dan Keterampilan.

Abstract

In the curriculum in 2013, it became one of the focus of attention is to put the issue of development of spiritual attitudes and social attitudes become so important in building our curriculum in the future. This can be seen by placing the spiritual attitude and social issues got the same place with the problem of knowledge and skills. the implementation of a previous curriculum spiritual attitudes and social problems do not seem to get a portion of the balance with the elements of knowledge and skills.

KATA KUNCI

(3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

Dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Mengacu dari hal tersebut diatas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional menyadari bahwa untuk mewujudkan usaha tersebut perlu menata kembali system kurikulum di Negara ini, yang walaupun tidak sedikit dikalangan masyarakat kita bertanya mengenai keberadaan kurikulum yang selalu berganti-ganti. Ada beranggapan ganti menteri ganti kurikulum, artinya bahwa kurikulum di

Indonesia sarat dengan kepentingan, kepentingan dari penguasa maupun kepentingan dari tujuan memperbaiki mutu pendidikan itu sendiri.

Bagi penulis berpendapat bahwa kehadiran kurikulum 2013 sangat sejalan dengan kepentingan yang kedua yaitu bertujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di negara ini, dengan beberapa alasan diantaranya adalah bila kita membandingkan antara kurikulum-kurikulum yang berlaku sebelumnya, Nampak nyata mengenai perubahannya, mulai pandangan kajian filosopinya, kajian isi materinya yang telah disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan peserta didiknya, pendekatannya pembelajarannya makin jelas, sistem penilaiannya dengan tidak hanya menekankan pada salah satu aspek tertentu saja, seperti pada aspek pengetahuan atau keterampilan, tetapi menyeimbangkan antara tiga aspek secara berkeseimbangan (aspek sikap, keterampilan maupun aspek pengetahuan).

Mari kita lihat bagaimana keberadaan kurikulum pendidikan di Indonesia sebelumnya, yang disadari atau tidak bahwa pada prinsipnya hanya menekankan pada aspek pengetahuan atau kurikulum sebagai wahana menyampaikan pengetahuan (Knowledge transmission) dari guru kesiswa dan perencanaan pembelajaran sangat dominan dan ketat berdasarkan urutan logis dari materi pembelajaran. Guru melaksanakan pembelajaran dengan meneruskan apa yang diketahuinya kepada siswa sesuai dengan silabus yang telah

(4)

ditentukan dan penilaian berdasarkan atas penyerapan materi pengetahuan oleh siswa terhadap rencana materi pengetahuan yang tertuang dalam silabus, pelaksanaan prinsip-prinsip penilaian

Pada kurikulum yang ada sebelumnya, disadari bahwa penilaian ketiganya sudah dijalankan tetapi tidak bisa dielakkan bahwa itu belumlah maksimal untuk penilaian sikap. Penilaian sikap tanpa makna dan ini dapat dilihat dari lahirnya hasil pendidikan atau autput pendidikan berupa sumber daya manusia (SDM) yang pintar tapi mungkin belum terampil ataukah lahir manusia yang pintar dengan memiliki ketermpilan yang cukup tetapi pada umumnya belum cukuplah memiliki pribadi-pribadi warga negara yang memiliki integritas kenegaraan yang baik. Ini dapat kita lihat dari berbagai lini kehidupan masyarakat, khususnya yang memiliki pendidikan tinggi dengan jabatan yang penting dalam negara ini melakukakan berbagai perilaku yang tidak mencerminkan manusia yang empati terhadap persoalan bangsa dan bahkan sebeliknya melakukan perbuatan yang tercelah atau yang tidak terpuji bahkan melawan hukum.

Contoh kecil, bila kita melihat dari sisi ketertiban kehidupan bermasyarakat, bahwa di sana sini terjadi kemacetan berlaku lintas, yang penyebabnya macam-macam tetapi salah satu diantaranya adalah empati dan mentaati aturan hokum berlalu tintas banyak yang melakukan pelanggaran. Masyarakat kita masih sedikit yang memiliki budaya antri, masyarakat kita masih sedikit yang mau hidup sederhana yang mau menerima realita penghasilan dengan menyesuaikan penghasilan. Masih sedikit warga Negara

kita yang memiliki rasa bangga dengan hidup apa adanya dan tidak merasa malu mempertontonkan kekayaan yang tidak wajar. Masih banyak warga masyarakat yang tiba-tiba menjadi seorang milioner tanpa sebuah proses atau jalan sukses yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai mana mestinya. Lahirnya pemerintahan yang masih banyak melakukan pendzoliman terhadap rakyat, padahal Seperti yang pernah disampaikan Sayyidina Ali yang menggambarkan bahwa kehancuran suatu negara disebabkan oleh pemerintahan yang dilaksanakan dengan tidak adil atau dzolim terhadap rakyatnya. Kalau rakyat tidak sejahtera, berarti kita gagal menyelenggarakan negara,"

Dari segelitir contoh di atas, penulis melihat bahwa terjadi sebagai akibat kurikulum yang ada belum melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang dibentuk dengan pembentukan karakter/ sikap yang baik, dan tidak lain diantara sebagai penyebabnya adalah rendahnya pendidikan yang menempatkan pendidikan pada dimensi sikap sebagai sesuatu yang penting.

Kurikulum 2013 dengan filosofis adalah menciptakan pendidikan berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan membangun landasan kehidupan masa depan. Pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya. Pendidikan memberikan dasar bagi peserta didik berpastisipasi dalam membangun kehidupan masa kini. Pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik. Pendidikan adalah proses pengembangan jati diri peserta didik. Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang belajar,

(5)

maka belum pantaskah bila dikatakan bahwa kurikulum 2013 lahir dengan tujuan membangun kesejahteraan berbasis peradaban. Kurikulum 2013 mempunyai tujuan melahirkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu pengetahuan, cakap, kreatif, mandiri, demokkrati, dan bertanggungjawab. Karena itu dalam sistem penilaian dalam kurikulum 2013 filosopinya menekankan kepada kemampuan berpikir dan melakukan, menekankan kepada sikap dan perilaku serta pengetahuan tetap menjadi penting dan dihargai.

Kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan, Musliar Kasim, dalam dialog Pendidikan de ngan Judul Implementasi Kurikulum 2013 dan Ujian Nasional yang dilaksanakan di Makassar pada tanggal 15 Februari 2014, yang dimuat dalam Fajar Pendidikan Edisi 190 Tahun 2014, menyatakan Kurikulum 2013 sebagai sebuah solusi pendidikan Indonesia.

Kurikulum 2013 menyadari bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa,

tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ. pendidikan Indonesia yang bermartabat yang tidak berorientasi pada hasil semata atau lebih para lagi berorientasi pada materi semata, tetapi lebih menekankan pada nilai-nilai kehidupan peradaban manusia yang akan semakin bernilai dan berharga.

Sekali lagi kurikulum 2013, ingin menempatkan pembangunan manusia Indonesia yang sejahtera dan bermartabat melalui pembentukan sikap mental bangsa yang penting.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap underpricing dan apakah variabel Return On Asset (ROA), Total Asset Turnover dan Tingkat bunga sertifikat

Untuk itu, penelitian ini dipandang perlu untuk mengkaji strategi pengembangan sistem informasi akademik yang ada pada Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin tersebut,

Dalam kasus kepemimpinan yang digelincirkan oleh syaitan atau di tipu daya oleh syaitan, Ustadz Bachtiar Nasir mengaitkan kasus itu dengan realitas sosial ekonomi

Hipotesis ketiga pada penelitian ini yang menyatakan bahwa Gender tidak berpengaruh pada hubungan antara Faktor Produk ( Performance, Recomendation, Operating

Observasi langsung dan partisipasi digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagaimana pemanfaatan sumber belajar berbasis

akibat telah selesainya pembangunan infrasruktur yang didanai oleh dana pinjaman daerah. Kebijakan belanja daerah pada tahun 2015 tetap diarahkan untuk mencapai target

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat aspek matematis pada aktivitas budidaya jamur tiram, antara lain : pada proses pembibitan terdapat aktivitas counting