• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI HATCHERY BAPPL STP SERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI HATCHERY BAPPL STP SERANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO

(Clarias

gariepinus)

DI HATCHERY BAPPL STP SERANG

Latar Belakang

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dibudidayakan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Komoditas ini banyak dibudidayakan karena teknologinya yang telah dikuasai, produknya digemari masyarakat serta harga jual yang dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat (Herdikiawan, 2012). Salah satu ikan lele yang berpotensi tinggi untuk dibudidayakan di Indonesia adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang juga dikenal dengan ikan lele Afrika. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) ini memiliki karakter unggul karena pertumbuhannya lebih cepat dari pada ikan lele lokal biasa dengan waktu yang singkat, daging dengan kualitas baik, serta resisten terhadap penyakit dan memilki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan (Hastuti dan Subandiyono, 2014).

Ikan lele dumbo merupakan ikan hasil hybrid antara lele asli Taiwan (C.fuscus) betina dengan lele jantan yang berasal dari afrika (C.gariepinus). Di Indonesia lele dumbo pertama kali diperkenalkan oleh perusahaan PT Cipta Mina Sentosa pada bulan November 1986. Sebelumnya nama ilmiah ikan lele dumbo adalah Clarias fuscus, akan tetapi karena ukurannya lebih besar dari pada ikan lele lokal pada umunya, para ahli perikanan di Indonesia mengelompokkan jenis ikan ini kedalam Clarias gariepinus (Hartono, 2001).

Sebagai komoditas perikanan yang populer di Indonesia, ikan lele tidak hanya diminati untuk bisnis rumah makan dan restoran saja, akan tetapi ikan lele dapat dijadikan produk olahan seperti bakso, nugget, abon dll. Budidaya ikan lele merupakan bisnis yang menjanjikan, sehingga tak heran banyak masyarakat dan para pembudidaya yang berlomba-lomba untuk memenuhi permintaan pasar untuk memproduksi ikan lele. Tingginya minat masyarakat dalam mengkonsumsi lele dumbo merupakan peluang besar bagi Direktor Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam kurun waktu dari tahun 2009-2014 untuk meningkatkan produksi ikan lele 450% yaitu dari 200.000 ton pada tahun 2009 menjadi 900.000 ton pada tahun 2014 (KKP, 2010 dalam Jaja dkk, 2013).

(2)

Persiapan Bak Induk

Kolam pemeliharaan induk ikan lele di Kampus BAPPL STP Serang yaitu bak yang terbuat dari fiber dengan ukuran bak panjang 2,4 m, lebar 0,8 m dan tinggi 1,4 m dengan tinggi air 30 cm. Pembersihan bak dilakukan agar patogen yang dapat menyebabkan sumber penyakit dan membuat kualitas air buruk hilang, patogen seperti lumut sangat kuat menempel pada dasar atau dinding bak maka dari itu perlu dilakukan penyikatan.

Pemeliharaan Induk

Induk yang diperoleh bukan berasal dari unit-unit penghasil benih atau pembudidaya yang sudah mendapat lisensi dari dinas terkait, induk tersebut berasal dari hasil budidaya masyarakat sekitar Karangantu sehingga kualitas induk yang dipelihara kurang baik. Sebaiknya induk diperoleh dari hasil seleksi dan pemeliharaan seleksi sendiri, yang memiliki mutu yang baik (berkualitas). Induk yang baik untuk dipijahkan adalah induk yang memiliki sertifikat yang diperoleh dari lembaga pencetak induk resmi (Khairuman dan Amri, 2012).

Induk ikan lele di BAPPL STP Serang berumur 1,5 tahun dan rata-rata beratnya adalah 1,3 kg, perut dari induk lele betina ini tampak gemuk dan apabila di tangkap lele tersebut jinak. Hal ni sesuai dengan pendapat Hariono dan Puspita (2013), yang menyatakan bahwa ciri-ciri induk yang baik adalah umur yang telah cukup dan mencapai 1 tahun, berat berkisar lebih dari 1 kg, sudah terlihat jinak, badan mengkilap dan tampak gemuk, tubuh sehat dan tidak memiliki tanda-tanda cacat.

Selama pemeliharaan, induk ikan lele dumbo diberi pakan pellet apung (protein 50%) dan ikan rucah. Pemberian pakan induk lele di berikan 3% dari biomassa/hari.

Persiapan Bak Pemijahan

Bak yang digunakan untuk bak pemijahan adalah bak berbentuk bulat dengan diameter 1,95 m, tinggi bak 0,8 m, dan tinggi air 25-30 cm bak pemijahan terbuat dari fiber, bak pemijahan juga dilengkapi dengan saluran pembuangan yang berfungsi pada saat pembersihan dan pengurangan air pada bak pemijahan.

Persiapan bak pemijahan diawali dengan membilas bak dengan air kemudian dilakukan penyikatan bak agar patogen yang berada pada dasar bak dan dinding bak hilang, penyikatan dilakukan sampai bak benar-benar bersih kemudian dilakukan pembilasan kembali dengan air bersih dan kemudian di keringkan terlebih dahulu. Bak yang sudah kering di isi air dengan ketinggian 25 cm yang telah di filter menggunakan catridge filter agar

(3)

patogen kasar yang ada pada media tidak masuk ke dalam bak pemijahan. Berikut adalah gambar bak pemijahan :

Gambar : Bak Pemijahan

a. Seleksi Induk

Ciri-ciri induk yang siap memijah dalam praktek pembenihan ikan lele di BAPPL STP Serang (2017), mempunyai ciri-ciri yaitu : Induk lele betina di tandai dengan warna tubuh berubah menjadi coklat kemerahan, perut besar dan lembek, gerak lambat dan jinak sehingga mudah ditangkap, alat kelamin membulat dan mengembang berwarna merah muda dan jika perut diurut kearah kelamin akan keluar telur berwarna hijau kuning tua kecoklatan. Sedangkan induk jantan memiliki warna tubuh berubah menjadi coklat kemerahan, tubuh ramping, gerakan agresif dan lincah, alat kelamin memanjang, terlihat meruncing dan berwarna kemerahan.

(a) (b)

(4)

Hal ini sesuai dengan SNI (2014), induk ikan lele dumbo jantan yang siap memijah ditandai dengan urogenitalnya yang memerahan meruncing serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip dan anus serta sirip punggung kemerahan, sedangkan untuk induk betina dilakukan dengan melihat ikan betina yang mempunyai perut membesar dan terasa lunak bila diurut kearah anus akan mengeluarkan telur berwarna hijau kekuningan. Sehingga induk tersebut dapat digunakan untuk proses pemijahan, dengan hasil pemijahan yang diperoleh selama praktek keahlian dapat dilihat pada tabel 2.

Teknik Pemijahan

Tekknik pemijahan yang dilakukan pada praktek pembenihan ikan lele di BAPPL STP Serang yaitu, pemijahan secara semi buatan dan buatan. Pemijahan secara semi buatan yaitu dengan penyuntikan hormon ovaprim kepada induk jantan dan betina yang sudah matang gonad, kemudian dibiarkan memijah pada bak pemijahan kira-kira 8-10 jam. Pemijahan secara buatan (induced breeding) yaitu induk betina disuntik dengan hormon ovaprim sesuai berat induk kemudian perut ikan lele betina tersebut diurut (stripping),

kemudian pemgambilan kantong sperma dari induk lele jantan dengan cara dibedah, karena kantong sperma gonad ikan lele berbentuk spiral, sehingga pemgambilannya dengan cara membedahnya. Setelah induk betina di striping dan telurnya dikeluarkan, telur tersebut ditampung didalam mangkok kemudian dicampur dengan sperma yang sudah di campur larutan fisiologis NaCl. Hasil penyuntikan hormon ovaprim pada induk jantan dan betina saat pemijahan dalam praktek ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1.Bobot dan Dosis Ovaprim yang diberikan pada Induk Jantan dan Betina. BERAT (KG) PANJANG (CM) DOSIS OVAPRIM (ML) PERBANDINGAN RASIO

PEMIJAHAN KE-1 : TANGGAL, 11/02/2017

JANTAN 1 1.9 kg 63 cm 0.5 ml 1:1

JANTAN 2 2.1 kg 71 cm 0.6 ml 1:1

BETINA 1 1.6 kg 55 cm 0.4 ml 1:1

BETINA 2 1.6 kg 59 cm 0.4 ml 1:1

PEMIJAHAN KE-2 : TANGGAL, 26/02/2017

(5)

JANTAN 2 2.2 kg 65 cm 0.6 ml 1:1

BETINA 1 1.1 kg 51 cm 0.3 ml 1:1

BETINA 2 1.4 kg 57 cm 0.4 ml 1:1

PEMIJAHAN KE-3. DENGAN METODE BUATAN : TANGGAL, 10/03/2017

JANTAN 1 0.8 kg 30 cm - 1:1

JANTAN 2 1.2 kg 32 cm - 1:1

BETINA 1 1.4 kg 57 cm 0.4 ml 1:1

BETINA 2 1.4 kg 52 cm - 1:1

Hasil Produksi Pemijahan Ikan Lele Dumbo

Adapun hasil produksi pemijahan ikan lele selama praktek keahlian kira-kira 45 hari, dari pemijahan pertama sampai pemijahan ke tiga. Memperoleh hasil produksi yaitu dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Hasil produksi pemijahan ikan lele dumbo

Pen etas an Tel ur P emij aha n yang dilakukan dalam praktik keahlian ini menggunakan pemijahan semi buatan menggunakan hormon SGnRH. Penyuntikan di lakukan pada pukul 17.30 WIB. Induk jantan dan betina yang telah disuntik menggunakan hormon SGnRH dilepaskan ke dalam kolam

Tanggal Berat telur

(gr) Berat telur/butir (gr/buti) Fekunditas (butir) FR/Fertil rate (%) HR (%)

11-02-17 PEMIJAHAN KE -1 SEMI BUATAN

BETINA 1 0.0754 gr 0.0007 gr 169.230 36.2 % 15.8% BETINA 2 0.1456 gr 0.0013 gr 285.714 41.2 % 80 %

26-02-17 PEMIJAHAN KE- 2 SEMI BUATAN

BETINA 1 0.376 gr 0.0018 gr 142.857 40% 72% BETINA 2 0.286 gr 0.0015 gr 107.421 60% 85%

10-03-17 PEMIJAHAN KE-3 BUATAN

BETINA 1 0.398 gr 0.0020 gr 321.789 75% 95% BETINA 2 0.333 gr 0.0018 gr 319.654 69.2% 90%

(6)

pemijahan yang telah disiapkan. Kolam yang digunakan untuk pemijahan sebelumnya diberi kakaban dengan jumlah cukup yang mampu menutupi 75% dasar kolam sebagai substrat menempelnya telur. Induk ikan lele mengeluarkan telur pada jam 03.30 WIB.

Telur ikan lele bersifat melekat (adhesif) kuat pada substrat, karena telur ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan akan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi rusak ketika dicoba untuk dicabut. Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang sejalan dengan perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh karena itu, untuk mengurangi faktor kerusakan/kegagalan telur dalam proses penetasan, maka substrat telur (kakaban) diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah penetasan telur.

Telur yang dibuahi memiliki ciri-ciri berwarna bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu. Hasil dari derajat pembuahan dalam pemijahan ikan lele adalah 42%. Hasil dari presentase penetasan telur adalah 80%.

Fase perkembangan telur pada pemijahan ikan lele tanggal 11 Februari 2017 jam 17.30 dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :

Tabel 3. Fase Perkembangan larva

No Tanggal Gambar Keterangan

1. 12 Februari 2017 (03.30 WIB)

Blastomer

pembelahan zygote secara cepat menjadi unit-unit yang lebih kecil.

2. 12 Februari 2017 (05.00 WIB)

Morula

pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel.

(7)

3. 12 Februari 2017 (06.00 WIB) Blastula Campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan. 4. 12 Februari 2017 (09.00 WIB) Grastula Proses perkembangan embrio, dimana selbakal organ yang telah terbentuk pada stadia blastula mulai mengalami perkembangan lebih lanjut. 5. 12 Februari 2017 (12.00 WIB) Neurula

Stadia terakhir sebelum perkembangan embrio.

6. 13 Februari 2017 (00.00 WIB)

(8)

Fase berkembangan embrio pada pemijahan ikan lele tanggal 10 Maret 2017 pukul 17.00 adalah sebagai berikut :

No Tanggal Gambar Keterangan

1. 11 Maret 2017 (01.00 WIB)

Blastomer

pembelahan zygote secara cepat menjadi unit-unit yang lebih kecil.

2. 11 Maret 2017 (02.00 WIB)

Morula

pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel.

3. 11 Maret 2017 (07.00 WIB)

Blastula

Campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan.

4. 11 Maret 2017 (09.00 WIB)

Grastula

Proses perkembangan embrio, dimana selbakal organ yang telah terbentuk pada stadia blastula mulai mengalami perkembangan lebih lanjut. 5. 11 Maret 2017

(12.00 WIB)

Neurula

Stadia terakhir sebelum perkembangan embrio.

(9)

6. 11 Maret 2017 (18.00 WIB)

Embrio

Kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain status nutrisi induk jantan/betina, penanganan atau manajemen induk saat pemijahan (tingkat pembuahan), faktor stress dan kondisi kualitas air. Salah satu faktor yang berperan signifikan dalam mempengaruhi penetasan telur ikan adalah suhu. Suhu mempunyai pengaruh penting dalam upaya penyerapan kuning telur, pembentukan organ serta tingkah laku dari larva.

Suhu yang rendah pada proses perkembangan embrio telur berjalan kurang sempurna dan embrio tidak dapat beradaptasi lebih lama dan pada suhu tinggi akan mempercepat laju penetasan telur sehingga telur tidak dapat melewati fase-fase penetasan telur dengan sempurna. Sehingga menyebabkan larva ikan lele cacat. Selain suhu kualitas telur juga dipengaruhi oleh adanya jamur yang menyerang telur. Jamur akan menyerang telur ikan pada kondisi lingkungan yang tidak baik. Maka kemampuan telur untuk menetas akan berkurang bahkan menyebabkan kematian dan keberhasilan penetasan yang rendah.

Perawatan Larva

Larva ikan lele dumbo yang baru menetas belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva ikan lele dumbo tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut habis dalam waktu 3-4 hari.

Hasil pengamatan perkembangan Larva lele dumbo sampai kuning telur telah habis dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4. Fase perkembangan Larva

(10)

DOC III DOC IV DOC V

Fase larva merupakan masa kritis dalam daur hidup ikan sehingga tingkat kematian atau mortalitas pada fase ini sangat tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan larva adalah kualitas air. Peningkatan atau penurunan suhu dapat menyebabkan stress hingga kematian pada larva ikan lele dumbo, karena pada suhu yang semakin meningkat. Kuning telur sebagai sumber cadangan makanan dan energi utama pada masa larva ikan lele dumbo lebih banyak digunakan untuk proses penyempurnaan dan pembentukan organ serta pertumbuhan.

Faktor suhu sangat berpengaruh dalam pertumbuhan larva. Apabila suhu tidak sama dengan habitatnya maka pertumbuhan akan lambat. Data pengukuran suhu pada larva lele dapat dilihat pada grafik di bawah ini, diperoleh suhu berkisar 28-32oC. Suhu pada bak pemeliharaan larva mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan suhu diakibatkan cuaca di daerah BAPPL-STP serang sangat panas. Penurunan suhu diakibatkan karena cuaca pada hari itu mengalami hujan sehingga mengubah fluktuasi suhu di kolam budidaya.

(11)

Gambar . Pengukuran Suhu di Bak B1, B2 dan B3 pagi dan siang

Gambar . Pengukuran Suhu di Bak B4, B5 pagi dan siang

Data pengukuran suhu pada larva lele dapat dilihat Pada grafik di atas diperoleh suhu berkisar 28-32oC. Hampir sama dengan grafik sebelumnya. Suhu pada bak pemeliharaan larva juga mengalami kenaikan dan penurunan.

Perbandingan suhu pada bak B1, B2, B3, B4 dan B5 yang terdapat di luar ruangan yang beratap. Suhu bak B1,B2,B3 hampir sama, suhu sekitar 28-30oC dan dimana fluktuasi suhu mengalami peningkatan terdapat di bak B4 dan B5 karena pada bak B4 dan B5 terkena sinar matahari secara langsung yang mengakibatkan suhu panas, sehingga suhu pada bak larva di kolam BAPPL-STP Serang adalah 28-33oC. Jaja (2013), menyatakan bahwa suhu rendah di bawah normal dapat menyebabkan ikan mengalami letargi (penurunan kesadaran),

kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit, sebaliknya pada suhu terlalu tinggi ikan dapat mengalami stress dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen. 26 28 30 32 34 SUH U PAGI SIANG 26 28 30 32 34 SUH U PAGI SIANG

(12)

Monitoring Pertumbuhan

Kordi (2010) dalam Djoko (2006), menyatakan bahwa karakter pertumbuhan, panjang rata-rata pada ikan lele dumbo mencapai 2-3 cm. Pertumbuhan ikan merupakan pertambahan panjang atau berat ikan dalam suatu waktu. Laju pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yaitu genetika, seks, umur, berat dan penyakit serta faktor luar yaitu suhu, oksigen, pH, ammonia, pakan dan kepadatan.

Sampling dilakukan dengan tujuan mengetahui ABW (Average Body weight) atau rata-rata berat badan ikan, ADG (Average Day Grow) atau rata-rata pertumbuhan berat ikan perhari, populasi, atau laju pertumbuhan, dimana laju pertumbuhan harian larva dan benih ikan lele adalah selisih berat badan akhir pemeliharaan dikurangi dengan berat awal penebaran dibagi dengan satuan waktu atau jumlah hari pemeliharaan. Pertumbuhan harian larva ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Analisa Panjang dan Berat Ikan lele

Tingkat kelangsungan hidup dari seluruh kolam yang diperoleh selama pemeliharaan, dihitung dengan cara menghitung jumlah benih ikan lele dumbo, pada awal dan akhir pemeliharaan. Sehingga di peroleh survival rate (SR) atau kelangsungan hidup pada sampling ke 5 bak pendederan yaitu 90 % di mana populasi akhir benih sebanyak 32.815 ekor dengan jumlah tebar awal sebanyak 54.784 ekor.

Sampling ke dua dilakukan pada hari ke-14 yaitu penimbangan berat, pengukuran panjang dan penghitungan populasi, pada sampling ke dua ini populasi yang diperoleh merupakan jumlah penebaran awal pada kegiatan pendederan dengan SR 95%. Sampling ke tiga mengalami penurunan jumlah populasi yang sangat jauh yaitu dengan SR 85%, hal ini

TANGGAL DO C SAMP LING KE- ABW (gr) ADG (gr) PANJAN G IKAN POPULASI (ekor) SR % 20 Februari ’17 7 1 0 0,7 cm 54.784 95 % 27 Februari ’17 14 2 0,03 gr 0,004 gr 1,3 cm 49.305 90 % 7 Maret ’17 22 3 0,24 gr 0,03 gr 2 cm 41.909 85 % 13 Maret ’17 28 4 0,35 gr 0,1 gr 2,2 cm 36.461 87 % 20 Maret ‘17 35 5 0,4 gr 0.05 gr 3 cm 32.815 90 %

(13)

disebabkan karena benih ikan lele mengalami penurunan nafsu makan yang drastis karena akibat kualitas air yang buruk, yaitu cepat tumbuhnya lumut pada dasar perairan sehingga menyebabkan air cepat keruh dan nafsu makan benih berkurang. Sampling ke empat pada hari ke-28 dengan SR 87%, sampling ke lima dengan SR 90% juga mengalami penurunan, yang disebabkan oleh kanibalisme pada masa pemeliharaan dan adanya penanganan yang kurang tepat saat melakukan sampling, serta sisa pakan tambahan buatan juga dapat menurunkan kualitas media budidaya sehingga meningkatnya kandungan amoniak (Craigh dan Helfrich (2002) dalam Rachmawati (2015)). Mengingat amoniak dalam perairan bersifat toksik dan dapat menyebabkan kematian pada ikan, sehingga diperoleh SR yang rendah.

Grafik pertumbuhan

Gambar. Pertumbuhan ABW (Average Body Weight) Benih Ikan Lele Dumbo

Dari grafik pertumbuhan berat benih ikan lele dumbo dapat diperoleh hasil sampling pertama dengan berat larva masih 0 gr, karena berat larva belum terdeteksi dan masih terlalu kecil. Pada sampling kedua mengalami peningkatan berat yaitu 0,03 gram, sampling ke-3 mengalami peningkatan berat pertumbuhan yang sangat jauh yaitu hingga mencapai 0,24 gram. Sampling ke-4 mengalami peningkatan 0,35 gram dan sampling ke-5 berat benih 0,4 gram. 0 0.03 0.24 0.35 0.4 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

sampling 1 sampling 2 sampling 3 sampling 4 sampling 5

b

e

rat

(gr

(14)

Gambar . Pertumbuhan Panjang Benih Ikan Lele Dumbo

Grafik pertumbuhan panjang diatas dapat diperoleh hasil yaitu pada sampling pertama pada hari ke 7 panjang benih lele sepanjang 0,7 cm. Pada sampling ke-2 benih ikan lele mengalami pertumbuhan hingga mencapai 1,3 cm. Pada sampling ke-3 meningkat menjadi 2 cm. Pada sampling ke-4 benih ikan lele mengalami hambatan dalam proses pertumbuhannya dengan panjang hanya mencapai 2,2 cm, hal ini disebabkan karena benih lele mengalami penurunan nafsu makan. Kemudian pada sampling ke-5 pertumbuhan panjang benih ikan lele mencapai 3 cm. 0.7 1.3 2 2.2 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

sampling 1 sampling 2 sampling 3 sampling 4 sampling 5

Pan jan g (c m )

Gambar

Gambar : Bak Pemijahan  a.  Seleksi Induk
Tabel 1.Bobot dan Dosis Ovaprim yang diberikan pada Induk Jantan dan Betina.
Tabel 2. Hasil produksi pemijahan ikan lele dumbo
Tabel 3. Fase Perkembangan larva
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian (1) mengetahui perbedaan mutu inderawi sosis ikan lele dumbo kontrol dan sosis ikan lele dumbo dengan penambahan wortel yang berbeda yaitu 10%, 30%, dan

Oleh karena factor-faktor tersebut menimbulkan minat kami dalam mengambil peluang usaha pembenihan ikan lele sangkuriang yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi permintaan akan benih

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias

Perendaman larva ikan lele dumbo dalam hormon dengan waktu yang terlalu singkat menyebabkan tidak efektifnya penyerapan hormon ke dalam tubuh larva ikan lele

Pengaruh Perbedaan Persentese Penambahan Minyek Jagung Dalam Emulsi Kuning Telur Terhadap pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo (C alri us ga riepiurs B u rchell).. Bahrus

Data dan Analisis Ragam Pertumbuhan Bobot Ikan Lele Dumbo. Perlakuan Ulangan Hari Ke −

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana teknik budikdamber serta megetahui pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan ikan nila hitam

Pengaruh Perbedaan Ekstrak Daun Pepaya Terhadap Kelulushidupan Benih Ikan Lele Dumbo Berdasarkan hasil analisis varian ANAVA terhadap tingkat kelulushidupan benih ikan lele didapat