• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONVERSI PAKAN DENGAN BEBAN LIMBAH HARA N DAN P YANG DIBUANG KE AIR PEMELIHARAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KONVERSI PAKAN DENGAN BEBAN LIMBAH HARA N DAN P YANG DIBUANG KE AIR PEMELIHARAAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Manajemen pakan dalam budidaya perikanan berkaitan dengan beban limbah N dan P yang dihasilkan berupa sisa pakan yang tidak termakan dan sisa metabolit (feces) ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konversi pakan dan limbah hara N dan P yang dibuang ke air pemeliharaan dari pakan ikan mas (Cyprinus carpio), nila (Oreochromis niloticus), dan bawal (Colossoma sp.) di laboratorium. Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Balai Riset Perikanan Budidaya air Tawar Cibalagung, Bogor. Wadah pengujian berupa 14 unit akuarium kaca berukuran 70 cm x 50 cm x 60 cm yang dilengkapi aerasi. Jumlah ikan uji setiap wadah 10 ekor dengan bobot rata-rata 10 g, 14 jenis pakan ikan komersial beredar di pembudidaya ikan karamba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata dan Jatiluhur digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 9 jenis pakan untuk ikan mas; 2 jenis untuk ikan nila dan 3 jenis pakan untuk ikan bawal. Pengukuran N dan P dilakukan pada ikan, dan pakan. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai kisaran konversi pakan untuk ikan mas, ikan nila, dan bawal adalah 1,73–1,90; 1,83–1,87; dan 1,88–1,89. Nilai kisaran limbah hara N dan P yang dibuang ke air pemeliharaan, yaitu: ikan mas (5,71%–10,63% dan 10,89%–17,21%); ikan nila (3,23%–6,17% dan 8,53%– 15,53%); dan ikan bawal (8,48%–9,89% dan 11,58%–13,78%). Pakan yang mempunyai nilai konversi rendah akan menghasilkan limbah hara N dan P yang dibuang ke air pemeliharaan rendah

KATA KUNCI: konversi pakan, N dan P, limbah

PENDAHULUAN

Limbah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam atau sebagai bahan sisa yang masih memerlukan perlakuan khusus untuk penggunaan kembali. Polutan dalam limbah cair ada 9 kelompok di antaranya nitrogen dan fosfat (Eckenfelder, 1989 dalam Gray, 2004). Cemaran yang diakibatkan oleh budidaya karamba secara primer adalah fosfor dan nitrogen (Schimittou, 1991). Salah satu sumber pencemaraan (termasuk eutrofikasi) lingkungan budidaya diakibatkan oleh pelepasan Nitrogen (N) dan fosfor (P) dari pakan ikan.

Akuakultur intensif akan memproduksi limbah pakan yang cukup banyak antara lain nutrien dan limbah organik. Limbah pakan juga menyebabkan eutrofikasi. Upaya pengelolaan lingkungan budidaya ramah lingkungan diperlukan antara lain dengan pengaturan penggunaan pakan yang berkualitas. Pakan yang berkualitas buruk mengakibatkan limbah hara N dan P yang di buang ke air pemeliharaan akan tinggi sehingga kualitas air memburuk dan akan mengakibatkan produktivitas menurun. Unsur hara berupa N dan P di perairan dapat berasal dari hasil metabolisme ikan dan dekomposisi dari sisa pakan ikan. Besarnya beban limbah hara pada akuakultur antara lain ditentukan oleh konversi pakan. Limbah pakan dapat berupa debu dan pakan tak termakan bisa mencapai 20% (Beveridge, 1987 dalam Kibria et al., 1997).

Penelitian tentang penggunaan berbagai jenis pakan terhadap konversi pakan ikan mas (Djayasewaka & Djajadireja, 1980). Evaluasi konversi pakan terhadap pemeliharaan ikan mas di KJA dengan kepadatan berbeda dilakukan (Jangkaru & Djajadireja, 1979). Menurut Garno (2002), di Waduk Cirata mengandung 6.661,787 kg N dan 1.041,417 kg P akibat limbah akuakultur yang ada. Dekomposisi limbah tersebut dapat menurunkan oksigen terlarut dan menghasilkan gas-gas lain yang dapat membahayakan.

Bahan utama yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan adalah pakan ikan. Kelebihan input pakan dalam proses produksi akan masuk ke perairan dan terurai menjadi bahan organik. Beban

HUBUNGAN KONVERSI PAKAN DENGAN BEBAN LIMBAH HARA N DAN P

YANG DIBUANG KE AIR PEMELIHARAAN

Yosmaniar

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail: yosmaniar@yahoo.com

(2)

limbah akuakultur bergantung pada komposisi asam aminonya terutama asam amino esensial dan derajat kecernaannya. Jumlah kebutuhan protein pakan untuk ikan berbeda, pada stadia larva dan benih dibutuhkan protein pakan yang tinggi, sebaliknya rendah pada stadia pembesaran (Lovel, 1980; Boonyaratpalin, 1991; Boonyaratpalin, 1997).

Nitrogen dan fosfor merupakan unsur makro yang dibutuhkan oleh fitoplankton, berperan penting dalam produktivitas primer pada ekosistem akuatik (Boyd, 1982). Tingginya unsur hara di lokasi keramba jaring apung (KJA) akibat dari akumulasi sisa pakan yang terbuang, feces dan ikan yang mati (Kibria et al., 1995). Ramseyer & Garling (1997), menyatakan asupan N dan P hanya sekitar 20% atau 30% pakan yang diasimilasi oleh ikan, sisanya terbuang ke lingkungan dan menjadi penyebab pencemaran lingkungan berupa pakan tak termakan, ekskreta, dan kotoran (feces) ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konversi pakan dan limbah hara N dan P yang dibuang ke air pemeliharaan dari pakan ikan mas, nila, dan bawal skala laboratorium.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Laboratorium Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor, 14 jenis pakan ikan komersial yang beredar pada pembudidaya ikan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata dan Jatiluhur yang berasal dari 6 pabrik pakan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 9 jenis pakan untuk ikan mas, 2 jenis pakan untuk ikan nila, dan 3 jenis pakan untuk ikan bawal. Wadah yang digunakan 14 akuarium ukuran 70 cm x 50 cm x 60 cm dengan volume air 70 L. Kepadatan ikan 10 ekor/wadah dengan bobot rata-rata individu 10 g, pakan yang diberikan sebanyak 5% per hari dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari dari bobot badan. Lama penelitian 1 bulan. Parameter yang di ukur yaitu: 1) Total N dan P pada ikan di akhir penelitian; 2) Total N dan total P pada pakan; 3) pertumbuhan; 4) Konversi pakan; 5) Mortalitas; 6) Analisis sifat fisika–kimia air di ukur sebelum ganti air terdiri atas: suhu, pH, DO, alkalinitas, amonia, total N, dan total P pada air. Penghitungan beban limbah hara N dan P ke air pemeliharaan menurut Hambrey (1999). Analisis data secara deskriptif.

HASIL DAN BAHASAN

Sisa pakan dan feces yang terbuang ke perairan merupakan potensi sumber cemaran organik berupa N dan P yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan kelayakan kualitas air bagi kehidupan ikan budidaya. Beban limbah organik N dan P yang dari sistem budidaya menjadi salah satu aspek penting dalam akuakultur karena dapat menyebabkan eutrofikasi di perairan.

Total N dan P pada pakan untuk ikan mas dari 9 jenis pakan berkisar 3,38%–4,50% dan 3,03%– 4,80%; untuk 2 jenis pakan ikan nila 2,99%–3,21% dan 2,41%–4,34% dan untuk 3 jenis pakan ikan bawal 3,88%–4,49% dan 3,52%–4,49%. Sedangkan kisaran total N dan P untuk ikan mas 2,56%–4,00% dan 0,05%–0,50%; ikan nila 0,30%–0,40%; dan ikan bawal 0,80%–0,92%. Dari nilai tersebut dapat diperhitungkan limbah hara N dan P ke air penelitian

Cemaran yang diakibatkan oleh budidaya keramba secara primer adalah fosfor dan nitrogen (Schimittou, 1991). Semakin intensif pemberian pakan, maka besaran limbah kegiatan akuakultur akan meningkat. Salah satu sumber pencemaraan (termasuk eutrofikasi) lingkungan budidaya diakibatkan oleh pelepasan Nitrogen (N) dan fosfor (P) dari pakan ikan. Unsur hara N dan P sering menjadi hara yang penting dan berperan dalam produktivitas primer pada ekosistem akuatik (Boyd, 1982). Hasil analisis total N dan total P dari 14 macam pakan ikan komersial yang diamati pada pemeliharaan ini terdapat pada Tabel 1.

Selama penelitian berlangsung tidak ada mortalitas terhadap semua hewan uji meskipun air pemeliharaan tidak disipon, tapi dilakukan pergantian air sekitar 90% setiap dua hari. Pertumbuhan yang tertinggi untuk ikan mas yang diberi pakan Rg 1 (2,45%) diikuti oleh It 2 dan dan No 1 (2,37%), sedangkan untuk ikan nila pada pakan Ty 1 (2,33%) dan bawal Tw 2dan Mf 2 (2,23%). Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan mas, nila, dan bawal yang diberi berbagai jenis pakan terdapat pada Gambar 1, 2, dan 3.

Respons ikan terhadap pakan yang diberikan pada ikan mas adalah baik tapi setelah 5 menit apabila pakan tidak termakan menjadi hancur dan tidak dimakan lagi (sisa), berbeda dengan nila tetap masih dimakan, sedangkan bawal langsung menghabiskan pakan yang diberikan.

(3)

Ikan mas yang diberi pakan Tw 1 mempunyai total N pada pakan dan ikan sebesar 3,38% dan 3,00%, sedangkan total P sebesar 3,52% dan 0,15% setelah 31 hari pemeliharaan merupakan yang terbaik dari jenis yang sama. Ikan nila yang menggunakan pakan Mf 3 pada pakan dan ikan dengan total N sebesar 3,21% dan 2,96% sedangkan total P sebesar 2,41% dan 0,30% setelah 31 hari pemeliharaan merupakan yang terbaik dari jenis yang sama. Ikan bawal yang diberi pakan Mf 3 mempunyai total N sebesar 3,38% dan 3,09%, sedangkan total P sebesar 4,07% dan 0,80% setelah 31 hari pemeliharaan merupakan yang terbaik dari jenis yang sama. Dari ketiga jenis ikan tersebut maka pakan Tw 1 yang diberikan untuk ikan mas yang mendekati kondisi ideal untuk digunakan pembudidaya ikan

Tabel 1. Total N dan total P pada pakan dan ikan akhir penelitian

Pakan Ikan Pakan Ikan Mas Rg 1 4,25 3,58 3,71 0,25 Rg 2 4,34 4,00 4,30 0,10 It 1 4,24 3,88 3,03 0,05 It 2 4,15 3,54 3,29 0,20 It 3 4,20 3,10 3,81 0,15 Tw 1 3,38 3,00 3,52 0,15 Tw 3 4,50 3,36 4,46 0,25 Mf 1 4,25 2,56 4,80 0,50 No 1 4,24 3,48 4,23 0,30 Nila Mf 3 3,21 2,96 2,41 0,30 Ty 1 2,99 3,90 4,34 0,40 Bawal Rg 3 4,49 3,47 3,84 0,92 Tw 2 4,08 2,88 3,52 0,86 Mf 2 3,88 3,09 4,07 0,80 Total N (%) Total P (%) Jenis pakan

Gambar 1. Laju pertumbuhan spesifik ikan mas yang diberi berbagai jenis pakan 2.00 2.05 2.10 2.15 2.20 2.25 2.30 2.35 2.40 2.45 La ju p er tum buhan sp es ifik (% ) Rg 1 Rg 2 It 1 It 2 It 3 Tw 1 Jenis pakan

(4)

Sisa pakan dan feces yang terbuang ke perairan merupakan potensi sumber organik N dan P yang dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan kelayakan kualitas air bagi kehidupan ikan budidaya. Limbah hara N dan P yang berasal dari sistem budidaya ini menjadi salah satu aspek penting. Penyumbang total N dan P di Waduk Saguling (83,63% dan 99,37%), Cirata (99,97% dan 98,63%) dan Jatiluhur (84,91% dan 91,32%) berasal dari ikan budidaya (Nastiti et al., 2001) dan menyebabkan kualitas air di ketiga waduk tersebut telah memburuk.

Limbah dari pakan yang tidak tercerna (hara P) diekresikan dalam bentuk kotoran ikan, sedangkan (hara N) nutrien pakan yang tidak termakan (sisa). Nutrien yang tersedia dalam pakan, sebagian besar dapat menjadi polutan pada lingkungan budidaya, seperti nitrogen, fosfor, bahan organik, dan hidrogen sulfide (Nur & Arifin, 2004). Semakin tinggi padat tebar konsekuensinya pada peningkatan limbah metabolik yang dihasilkan yang dapat terakumulasi dalam media budidaya. Limbah budidaya berupa sisa pakan dan feses. Hambrey (1999) menyatakan bahwa beban limbah hara N dan P dapat dihitung apabila diketahui konversi pakan, total N dan P pada pakan dan total N dan P pada ikan di akhir penelitian. Nilai konversi pakan, limbah hara N dan hara P (Tabel 2).

Gambar 2. Laju pertumbuhan spesifik ikan nila yang diberi berbagai jenis pakan 2.25 2.26 2.27 2.28 2.29 2.3 2.31 2.32 2.33 La ju p er tum buha n sp es ifik (% ) Mf 3 Ty 1 Jenis pakan

Gambar 3. Laju pertumbuhan spesifik ikan bawal yang diberi berbagai jenis pakan 2.2 2.205 2.21 2.215 2.22 2.225 2.23 La ju p er tum buha n sp es ifik (% ) Rg 3 Tw 2 Mf 2 Jenis pakan

(5)

Konversi pakan, Limbah hara N dan P dari 9 jenis pakan ikan mas yang diuji (Gambar 4) menunjukkan bahwa nilai kisaran konversi pakan 1,73–1,90; beban limbah hara ke air pemeliharaan untuk hara N 5,71–10,63 dan hara P 10,89–17,21. Pada pakan Tw 3 dengan konversi pakan yang tinggi (1,90) menghasilkan limbah hara N (10,63) dan P (17,21) yang lebih tinggi dibanding pakan lain sesama pakan ikan mas, dapat dikatakan bahwa pakan Tw 3 kurang ramah lingkungan lingkungan. Pakan Rg1, It1, dan Tw1 merupakan pakan ikan mas yang dapat dikategorikan ramah lingkungan karena mempunyai limbah hara N dan P yang kecil ke air pemeliharaan.

Kisaran konversi pakan ikan nila 1,83–1,87, sedangkan beban limbah hara untuk hara N berkisar 3,23%–6,17% dan P 8,53%–15,53%. Pada jenis pakan ke Ty 1 pelepasan hara P 1,539 ke air pemeliharaan

Tabel 2. Jenis pakan, konversi pakan dan hara N dan P ke air pemeliharaan selama penelitian

N P Mas Rg 1 1,73 7,71 12,84 214 Rg 2 1,78 10,36 15,48 205 It 1 1,82 5,71 10,88 197 It 2 1,79 8,12 12,30 209 It 3 1,88 9,73 14.24 203 Tw 1 1,83 6,30 12,39 198 Tw 3 1,90 10,63 17,21 205 Mf 1 1,77 10,32 16,63 208 No 1 1,82 8,85 15,46 209 Nila Mf 3 1,87 6,17 8,53 203 Ty 1 1,83 3,23 15,53 206 Bawal Rg 3 1,88 9,89 12,53 199 Tw 2 1,89 9,66 11,58 200 Mf 2 1,89 8,48 13,78 200 Hara (%) Konversi pakan Jenis pakan Bobot ikan (g)

Gambar 4. Hubungan konversi pakan dengan limbah N dan P ke air pada ikan mas

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Rg 1 Rg 2 It 1 It 2 It 3 Tw 1 Tw 3 Mf 1 No 1

(6)

tinggi karena ikan banyak sekali mengeluarkan kotoran (Gambar 5). Pakan Mf 3 lebih bagus dibandingkan dengan pakan Ty 1.

Pakan untuk ikan bawal (Gambar 6) menunjukkan bahwa nilai konversi pakan hampir sama (1,88– 1,89) untuk ketiganya, Nilai kisaran hara N (8,48–9,89) dan P (11,58–13,78). Pakan Rg 3 dan Tw 2 konversi pakan, limbah hara N dan P searah. Pakan bawal jenis Mf 2limbah hara N rendah (8,48) sedangkan hara P lebih tinggi (13,78) apabila dibandingkan dengan Rg 3 dan Tw 2. Maka penggunaan pakan Mf 3 dapat dikategorikan kurang ramah lingkungan yang berpotensi menimbulkan eutrofikasi di perairan budidaya.

Kibria et al. (1996) menyebutkan bahwa terdapat hubungan linier antara beban limbah P dengan konversi pakan, oleh karena itu, perbaikan konversi pakan sangat penting untuk mereduksi beban limbah P dari sistem akuakultur ke dalam perairan. Kehilangan P yang utama adalah dari feces dan pakan yang tidak termakan. Akan tetapi pelepasan P tersebut ke dalam lingkungan perairan tergantung

Gambar 5. Hubungan konversi pakan dengan limbah N dan P pada ikan nila Mf 3 Ty 1 0 5 10 15 20 konversi pakan Limbah N Limbah P

Gambar 6. Hubungan konversi pakan dengan limbah N dan P pada ikan bawal Rg 3 Tw 2 Mf 2 0 2 4 6 8 10 12 14 Konversi pakan Limbah N Limbah P

(7)

pada karakteristik fisika kimia perairan seperti, oksigen, turbolensi, dan aktivitas mikroba (Kibria et al., 1996).

Jumlah beban limbah budidaya ikan sangat bervariasi disebabkan oleh perbedaan spesies, karakteristik pakan (kandungan nutrisi, kualitas bahan baku, teknologi pakan), respons biologi ikan (pertumbuhan dan sintasan), kebutuhan nutrisi pakan masing-masing spesies dan ukuran pakan, manajemen pakan (jumlah, frekuensi, teknik pemberian pakan) serta kelengakapan sarana budidaya. Batasan minimal beban limbah untuk setiap spesies ikan budidaya akan berbeda disebabkan kebutuhan nutrisi pakan yang berbeda. Namun demikian, pakan komersial ikan yang ada sering diformulasi dengan mengadopsi kebutuhan nutrisi ikan lain yang tentunya memilik kebutuhan nutrisi yang berbeda (Ramsseyer & Garling, 1997). Akibatnya pembudidaya harus memberikan pakan dengan pakan komersil yang tidak tepat untuk spesies budidaya. Strategi ini sering berhasil untuk memberikan performansi pertumbuhan dan kesehatan ikan, tetapi beban limbah yang tidak diinginkan sering terjadi manakala nutrien pakan melebihi kebutuhan spesies ikan tersebut.

Kisaran fisika–kimia air selama penelitian masih layak (Tabel 3), setiap sampel air semua jenis pakan semuanya terdapatnya padatan yang mengambang di permukaan air dan berlemak, diduga ini bahan pakan yang banyak mengandung dedak.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kisaran konversi pakan untuk ikan mas 1,73–1,90. Ikan nila 1,83–1,87 dan bawal 1,88–1,89. Kisaran beban limbah hara ke air pemeliharaan untuk hara N 5,71%–10,63% dan hara P 10,89%–17,21% untuk ikan mas. Ikan nila mempunyai beban limbah hara untuk hara N berkisar 3,23%–6,17% dan P 8,53%–15,53% dan ikan bawal (8,48%–9,89% dan 11,58%–13,78%). Pakan yang mempunyai nilai konversi rendah akan menghasilkan limbah hara N dan P yang dibuang ke air pemeliharaan rendah.

DAFTAR ACUAN

Boonyaratpalin, M. 1991. Nutritional studies on seabass (Lates calcarifer) In DeSilva SS (ed). Fish nutri-tion Research in Asia. Proceeding of the Fourth Asian Fish Nutrinutri-tion Workshop Asian Fish Soc. Spec. Publ 5. Asian Fisheries Society, Manila, p. 33–42.

Boonyaratpalin, M. 1997. Nutrient requirements of marine food fish cultured in South Asia. Aquacul-ture, 93: 313–317. N P Rg 1 6,9–8,2 22,5–29,2 3,56–6,33 0,25–0,89 6,00–15,00 0,44–4,11 Rg 2 6,9–8,2 22.5–29,2 3,39–6.71 0,25–0,97 5,00–13,00 0,33–3,11 It 1 6,9–8,2 22,5–29,2 3,38– 6,45 0,22–0,85 5,00–11,20 1,31–3,94 It 2 6,9–8,2 22,5–29,2 3,39–6,44 0,22–0,85 6,00–10,00 0,33–3,90 It 3 6,9–8,2 22,5–29,2 3,38–6,46 0,22–0 ,85 3,40–11,00, 0,10–3,89 Tw 1 6,9–8,2 22,5–29,3 3,39–6,70 0,22–0 99 5,50–11,00 0,40– 4,11 Tw 3 6,9–8,2 22,5–29,2 3,39–6,68 0,22–0,81 5,00–9,00 0,26–4,54 Mf 1 6,9–8,2 22,5–29,2 3,38–6,54 0,22–0,82 5,50–10,50 0,22–3,89 No 1 6,9–8,2 22,5–29,2 3,38–6,46 0,22–0,85 4,60– 9,50 0,50–4,22 Mf 3 6,9–8,2 22,5–29,2 3,39–6,45 0,22–0,87 4,01–11,50 0,60–4,41 Ty 1 6,9–8,2 22,5–29,2 3,38–6,44 0,22–0,85 3,23–9,34 0,71–4,67 Rg 3 6,9–8,2 22,5–29,2 3,38–6,45 0,22–0,85 3,50–12,00 0,41–4,94 Tw 2 6,9–8,2 22,5–29,2 3,38–6,46 0,45–0,87 3,72–9,00 0,42– 4,83 Mf 2 6,9–8,2 22,5–29,2 3,38–6,46 0,45–0,87 3,50–11,50 0,31–4,69 pH Jenis pakan Total (mg/L) Amonia (mg/L) DO (mg/L) Suhu (°C)

(8)

Boyd, C.E. 1982. Water quality management in aquaculture and fisheries science. Amsterdam. Elsevier Scientific Publishing Company, 312 pp.

Djayasewaka, H. & Djajadireja, R. 1980. Pengaruh makann buatan dengan kandungan serat kasar berbeda terhadap pertumbuhan ikan mas. Bulletin Pen. Perik., I: 55–57.

Garno, Y.S. 2002. Beban Pencemaran Limbah Perikanan dan Eutrofikasi di Waduk-Waduk pada DAS Citarum. Jurnal Tek. Lingkungan P3TL. BPPT, 3: 10.

Gray, N.F. 2004. Biology of Wastewater treatment. Second Edition. Imperial. Colleg Press. University of Dublin. Ireland.

Hambrey, J., Phillips, M., Chowdhuri, A.K., & Shivappa, R.B. 1999.Composite guidelines for environ-mental asessent of coastal aquaculture development. Aquaculture and Aquatic Resources Manage-ment Program. Asian Institute of Technology Network of Aquaculture Centers Asia, Bangkok, 137 pp. Jangkaru, Z. & Djajadireja, R. 1979. Pemeliharaan ikan mas dalam kurungan Terapung. Pewarta LPPD,

2(1): 35–42.

Kibria, G., Nugegoda, D., Fairclough, R., & Lam, P. 1997. The Nutrient Content and The Release of Nutrients from Fish Food and Feces. Hydrobiologia 357. Kluwer Academic Publishers. Printed in Belgium, p. 165–171.

Lovell, R.T. 1980. Practical fish diets. P 32-40. In fish feed technology. United Nation Development Programme. Food and Agriculture Organization of United Nation, Rome.

Nastiti, A.S., Krismono, & Kartamihardja, E.S. 2001. Dampak Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung Terhadap Peningkatan Unsur N dan P Di Perairan Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. J. Pen. Perik. Indonesia, 7(2): 22–30.

Nur, A. & Arifin, Z. 2004. Nutrisi dan formulasi pakan (terjemahan). Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, 107 hlm.

Ramsseyer, I.J. & Garling, D.L. 1997. Fish nutrition and aqauaculture waste managemen. Departemen of fisheries and Wildlife, Minchigan State University. East Lansing. MI48824.

Schmittou, H.R. 1991. Budidaya karamba, suatu metode ikan di Indonesia. Auburn University, 114 hlm.

Gambar

Gambar 1. Laju pertumbuhan spesifik ikan mas yang diberi berbagai jenis pakan2.002.052.102.152.202.252.302.352.402.45Laju pertumbuhan spesifik (%)    Rg 1 Rg 2It 1It 2It 3Tw 1Jenis pakan
Gambar 2. Laju pertumbuhan spesifik ikan nila yang diberi berbagai jenis pakan2.252.262.272.282.292.32.312.322.33Laju pertumbuhan spesifik (%)     Mf 3Ty 1Jenis pakan
Gambar 4. Hubungan konversi pakan dengan limbah N dan P ke air pada ikan mas
Gambar 6. Hubungan konversi pakan dengan limbah N dan P pada ikan bawalRg 3Tw 2Mf 202468101214Konversi pakanLimbah NLimbah P
+2

Referensi

Dokumen terkait

dengan Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI Tahun

Manajement adalah suatu proses, yang terdiri dari kegiatan pengaturan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoorganisasian dan pengendalian yang dilakukan untuk

Penelitian mengungkapkan bahwa profil penalaran kuantitatif dan kemampuan generalisasi siswa pada tipe menghubungkan (relating) yaitu Subjek dapat mengungkapkan masalah

Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dimana ekstrak etil asetat memiliki kandungan total fenolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol dan

5. Apabila ada nama yang salah, harus dilampirkan surat keterangan dari desa dan Camat setempat. Khusus bagi balon Kades yang memiliki pengalaman lembaga

Untuk mendapatkan estimasi pengunjung warnet yang diprediksi selama 60 hari mendatang, digunakan metode simulasi agar waktu dan sumber daya lainnya tidak perlu digunakan secara

Tugas Akhir ini bertujuan untuk menganalisis performansi waktu klasifikasi dan akurasi, serta bentuk pohon keputusan dari gabungan algoritma C4.5 dan TAN Classifier yang

Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai