• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN IKLAN AXIS ( Studi Semiotik Iklan Axis Versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng” di Televisi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN IKLAN AXIS ( Studi Semiotik Iklan Axis Versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng” di Televisi)."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Disusun oleh :

BAYU ROYHAN ADRIANSYAH NPM. 07.430.10.333

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

segala berkah, rahmat, karunia dan hidayahnya, serta salawat salam kepada

Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Pemaknaan Iklan Axis” ( Studi Semiotik Iklan Axis Ver si

“Kanjeng Mami Membeli Pisang Gor eng” di Televisi ).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dan masih banyak kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha

sebaik-baiknya. Hal tersebut karena masih kurangnya ilmu, penulis bersedia menerima

saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan

skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Mengingat hal tersebut, maka pada kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra.

Diana Amalia, Msi selaku Dosen Pembimbing utama dalam penelitian ini, dan

ucapan terima kasih pula kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN

(4)

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak / Ibu Dosen serta staff karyawan Jurusan Ilmu Komnikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik yang telah memberi banyak dorongan pada saya.

5. Mama dan Papa yang selalu setia mendampingi saya hingga sampai saat ini.

6. Adik ku Ivan yang saat ini kuliah di Brawijaya Malang, dan kakak ku Vivi.

7. My Huney Bunny Risalatun Nisa beserta keluargan tercinta.

8. Sahabat-sahabat tercinta Gebang Community, Staf Sportindo, teman –

teman rea - reo dan teman-teman lainnya yang tidak bisa ku sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan penuh

keterbatasan. Dengan harapan bahwa laporan ini dapat berguna untuk

teman-teman mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran dan kritik yang

membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Desember 2011

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HAL PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Komunikasi Periklanan ... 10

2.1.2 Periklanan Sebagai Bentuk Komunikasi Massa .... 11

2.1.3 Definisi Iklan ... 13

2.1.3.1 Manfaat dan Fungsi Iklan ... 14

2.1.3.2 Tujuan Kegiatan Periklanan ... 16

2.2 Kreatifitas Iklan ... 16

2.2.1 Strategi Kreatifitas Pesan Iklan... 17

2.3 Iklan Televisi... ... 21

2.3.1 Strategi Dalam Merancang Iklan Televisi ... 24

2.4 Makna dan Pemaknaan ... 26

2.5 Semiotik ... ... 28

(6)

2.5.3 Semiotik Dalam Iklan ... 38

2.5.4 Tarif Operator GSM ... 39

2.6. Penggunaan Warna Dalam Iklan ... 41

2.7 Kerangka Berpikir ... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 46

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 47

3.3 Kerangka Konseptual... 48

3.3.1 Korpus ... 48

3.3.2 Definisi Operasional... 55

3.3.2.1 Representasi ... 55

3.3.2.2 Simbol atau Tanda ... 55

3.4 Unit Analisis ... 56

3.5 Jenis Sumber Data ... 58

3.5.1 Sumber Data Primer ... 58

3.5.2 Sumber Data Sekunder ... 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 59

3.7 Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian Data ... 62

4.1.1 Gambaran Umum Provider Axis ... 62

(7)

4.3 Analisis Keseluruhan ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 104

(8)

BAYU ROYHAN ADRIANSYAH, PEMAKNAAN IKLAN AXIS (Studi Semiotik Iklan

Axis “Ver si Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng di Televisi).

Pada iklan ini, Axis merupakan sebuah provider yang memberikan terobosan baru, yaitu

selau menawarkan promo termurah dibanding dengan provider yang telah lama ada saat ini.

Salah satu promo tersebut adalah tarif telepon ke semua opertaor GSM, hanya Rp.350 bisa

telepon kesemua operator GSM.

Metode dalam penelitian ini menggunakan teori Semiotik John Fiske yang memiliki tiga

bidang studi utama, yaitu, tanda, kode, dan kebudayaan atau lambang. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan analisis studi semiotik kulaitatif.

Dari hasil penelitian tersebut, diambil kesimpulan bahwa Axis menyampaiakan

pesannya melalui sebuah tanda yaitu Pisang Goreng yang dimaknai sebagai provider yang telah

lama dikenal masyarakat, lalu Axis menawarkan sebuah penawaran lebih murah dari tarif

provider yang sudah ada saat ini.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa masyarakat dapat menikmati tontonan

informasi yang menarik, tidak monoton, sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima

dengan baik, serta bijak dalam memilih barang yang baik.

ABSTRACTION

BAYU ROYHAN ADRIANSYAH, MEANS OF AXIS COMMERCIAL (Study of Semiotik

Axis Commercial “Kanjeng Mami bought Fried Banana Version”)

In this commercial, Axis is a provider that delivers breakthrough, namely obtaining

promo offer the cheapest compared with providers that have long existed at this time. One of

these is the promo fare to all opertaor GSM phone, you can call only Rp.350 to all GSM

operator.

The method in this study using the theory of semiotics John Fiske which has three major

field of study, ie, signs, codes, and cultural or symbol. In this study, researchers used the analysis

of semiotic studies kualitatif.

From the results of these studies, the conclusion drawn that the Axis conveys his

message through a sign which is interpreted as Fried Banana provider which has long been

known to the public, and Axis offers a cheaper bid from existing providers tariffs at this time.

With the research is expected that the public can enjoy the spectacle of interesting

information, not monotonous, so the information submitted is acceptable as well, and wise in

choosing the good stuff.

(9)

1.1.

Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda –

tanda merupakan basis dari seluruh komunikasi (Little John dalam Sobur,

2004:15). Manusia dengan perantara tanda – tanda dapat melakukan

komonikasi dengan sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan di

dunia ini, termasuk melalui sebuah iklan. Komunikasi meliputi berbagai

dimensi salah satu diantaranya komunikasi massa. Komuniksi massa diartikan

sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang

tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak maupun media elektronik,

sehingga pesan dapat diterima serentak, dan dalam waktu bersamaan (Rahmat

2002:189).

(10)

saat ini begitu cepat, banyak masyarakat terutama yang berada di kota besar

seperti kota Surabaya hampir setiap rumah memiliki televisi.

Di Indonesia, masyarakat mengartikan iklan sebagai bentuk pesan

tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media yang

ditujukan keseluruhan yang meliputi proses persiapan, perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan (Widyatama, 2007:16). Iklan

adalah sebuah komunikasi persuasif yang mampu merubah perilaku khalayak.

Menurut Wells, et.al (2003:10) iklan merupakan bentuk komunikasi non

personal dari sebuah produsen yang dikenal dengan menggunakan media massa

untuk mempersuasi atau mempengaruhi khalayak. Sebuah iklan diciptakan

untuk dapat menggiring pola pikir atau tindakan seseorang yang diharapkan

oleh pembuat iklan.

Dewasa ini dunia periklanan Indonesia semakin berkembang. Belanja

iklan yang dilakukan oleh dunia bisnis juga cenderung selalu bertambah dari

waktu ke waktu. Meningkatnya belanja iklan tersebut membuktikan bahwa

kalangan industri masih memberikan kepercayaan kepada para pembuat iklan

mempromosikan sebuah produk barang maupun jasa. Iklan merupakan salah

satu instrumen pemasaran modern yang aktifitasnya didasarkan pada konsep

komunikasi, maka keberhasilannya dalam mendukung program pemasaran

merupakan pencerminan dari keberhasilan komunikasi.

(11)

dan bagaimana iklan tersebut mampu memuaskan konsumen dengan

menyajikan pesan yang sesuai keinginan konsumen. Hingga saat ini iklan masih

menjadi sarana yang tepat dalam menunjang aktifitas pemasaran karena dengan

berkomunikasi melalui iklan, beberapa tujuan bisa tercapai. Seperti

meningkatkan awareness, sales, dan image suatu produk maupn jasa. Demi

tercapainya tujuan tersebut perusahaan bersaing untuk memperebutkan pasar

konsumen melalui iklan, dan terjadilah persaingan iklan besar – besaran. Dari

tahun ke tahun memperlihatkan bahwa total belanja iklan selalu terjadi

peningkatan. bahkan dapat di ungkapkan bahwa dalam keseluruhan kesadaran

hidup dan budaya sehari – hari masyarakat di zaman modern ini dipenuhi sesaki

dengan iklan (Sunardi 1:2008).

Sebuah iklan hampir setiap hari selalu mewarnai kehidupan kita.

Seperti yang ada di televisi, surat kabar, dan setiap sudut jalan kita hampir tidak

bisa menghindar dari iklan. iklan memang sudah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Menurut Wahyu Wibowo (2003:5)

iklan atau advertising di defnisikan sebagai kegiatan promosi baik berupa

barang atau jasa melalui media massa. Bentuk komunikasi yang dimaksudkan

untuk mempresentasikan kualitas produk, jasa, dan ide berdasarkan kebutuhn

konsumen dan keinginan konsumen.

(12)

secara lisan maupun tulisan. sedangkan pesan non verbal adalah bentuk visual

dan warna yang disajikan dalam iklan. Selama bentuk non verbal tersebut

mengandung arti, maka disebut sebagai sebuah pesan komunikasi (Widyatama,

2005:16). Pesan tersebut dikemas dengan menggunakan kode – kode

sedemikian rupa dengan mengatakan bahwa kode adalah seperangkat simbol

yang telah disusun secara sisitematis dan teratur sehingga memiliki arti (Sobur,

2002:16). Kode tersebut bukan sembarang kode yang ditampilkan oleh

pengiklan, melainkan telah dipilih melalui proses pemikiran matang agar dapat

memiliki makna tertentu, untuk dapat merujuk realitas konteks sosial budaya

masyarakat yang dituju.

Salah satu media yang digunakan dalam beriklan adalah televisi.

Televisi merupakan salah satu media yang menggunakan warna, gambar, suara,

gerakan dan musik atau dapat disebut sebagai media audio visual. televisi

adalah media yang mampu menjangkau wilayah luas, dapat dimanfaatkan oleh

pengiklan untuk pemasaran atau peluncuran produk baru.

(13)

yang disampaikan melalui televisi mampu menjangkau jutaan pemirsa yang

menyaksikannya (Sumartono, 2001:20).

Aspek artistik materi iklan yang disajikan sebaiknya menerjemahkan

secara optimal pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh pihak

produsen dan pengiklan, sehingga mampu membentuk kesan yang positif pada

khalayak sasaran yang dituju (Sumartono, 2002:134). Sedangkan etika bisnis

dalam beriklan adalah materi atau isi pesan yang disajikan dalam iklan harus

mengandung informasi (pesan) yang jalas, akurat, faktual, dan lengkap sesuai

dengan kenyataan dari produk atau jasa yang ditawarkannya (Sumartono,

2002:34). Hal ini dimaksudkan agar masyarakat tidak merasa tertipu oleh sajian

iklan yang terlalu “bumbastis” yang hanya menjual produk namun tidak

terbukti kebenarannya.

(14)

Produk yang mempunyai ciri khas untuk beriklan adalah provider

Axis. Provider Axis adalah perusahaan telekomunikasi global, yang berasal dari

Saudi telecom Company (STC). Perusahaan tersebut telah tersebar di lebih dari

10 negara di dunia. Axis mulai beredar di Indonesia sejak tahun 2008. Axis

masih tergolong provider baru di Indonesia. Namun sudah mempunyai tempat

tersendiri dihati penggunanya sebagai provider baru. Axis terkenal dengan tag

line nya “GSM yang baik”, karena Axis merupakan provider dengan tarif

termurah dibandingkan dengan provider yang sudah lama ada. Pangsa pasar nya

pun juga tidak terbatas, mulai dari remaja hingga orang tua menggunakan Axis,

namun kebanyakan target sasarannya lebih kapada anak muda yaitu umur 17 –

21 tahun yang masih memilki keuangan terbatas. Disinilah Axis menjadi solusi

untuk provider termurah.

(15)

saat ini dengan mengambil tema “Axis Hematnya ke Semua Operator”, yaitu

seorang ibu yang terkenal dengan pemeran nama Kanjeng Mami membeli

pisang goreng, selain seorang ibu, ada juga model seorang anak perempuan

kecil penjual pisang goreng, tiga teman ibu tersebut, dan pemeran model

figuran lainnya. Dengan iklan konsep ikan tersebut diharapkan mampu menarik

dan mampu menyedot target sasarannya.

Dalam iklan Axis yang terbaru ini, Axis menyampaikan pesannya

sama dengan konsep iklan Axis terdahulu. Dengan mengedepankan tarif Axis

yang paling murah dibandingkan dengan provider – provider yang ada. Iklan

yang terbaru ini juga tidak luput dari tren aksi saling menyindir antar provider.

Disana terlihat tiga model yang berperan sebagai Sule, Sule adalah ikon dari

proovider Kartu As. Ada lagi model yang berperan sebagai Andien, yaitu ikon

dari provider Menktari, dan terakhir model yang berperan sebagai Kunti ikon

dari provider XL.

(16)

dianalisis dengan analisis semiologi John Fiske. Setelah itu menyimpulkan

berbagai makna tampilan visualisasi tersebut dalam beberapa scene dan

beberapa shot potongan – potongan visual iklan Axis.

Metode yang digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisis data

penelitian ini adalah analisis semiotik John Fiske yang membagi video atau

iklan menjadi beberapa level utama yaitu pada level realitas, level representasi,

dan ideologi. Sehingga peneliti dapat menginterpretasikan semua unsur atau

elemen diantaranya talent, setting, wardrobe, acting, tag line, camera angel,

dan suara. Setelah itu menyimpulkan berbagai makna dari tampilan visualisasi

tersebut menjadi beberapa scene dan beberapa shot potongan – potongan visual

iklan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Pemaknaan Iklan Axis versi “Kanjeng Mami

membeli pisang goreng” di televisi?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitiian ini adalah

untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan pada iklan Axis versi “Kanjeng

Mami Membeli Pisang Goreng di Televisi”.

1.4 Kegunaan Penelitian

(17)

1.

Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

referensi kepustakaan bagi Universitas Pembangunan Nasional

terutama mengenai penelitian yang berkaitan dengan komunikasi

massa, khususnya pengaruh media massa terhadap khalayak.

2.

Dari hasil yang diharapkan, dapat memberi pertimbangan dan

masukan pada bidang periklanan, sehingga dapat menjadi

kerangka acuan bagi produsen agar semakin kreatif dan bagi

konsumen agar dapat lebih aktif memaknai suatu iklan.

(18)

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Komunikasi Per iklanan

Dalam komunikasi periklanan tidak hanya menggunakan bahasa

sebagai alatnya, namun juga alat komunikasi lainnya seperti gambar,

warna dan bunyi. Iklan disampaikan melalui dua saluran media massa,

yaitu Media Cetak, seperti surat kabar, majalah, brosur, dan papan

reklame, serta Media Elektronik, seperti televisi, radio, film.

Untuk mengkaji iklan dalam perspektif semiotika, kita bisa

mengkajinya lewat sistem tanda pada iklan. Iklan menggunakan sistem

tanda yang terdiri atas lambang verbal maupun yang berupa ikon. Iklan

juga menggunakan tiruan indeks, terutama dalam iklan radio, televisi dan

film.

Pada dasarnya, lambang yang digunakan dalam iklan terdiri atas

dua jenis, yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal adalah bahasa

yang kita kenal, yaitu bahasa yang keluar dari mulut kita. Lambang non

verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan, yang tidak

secara khusus meniru rupa atasbentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan

warna yang serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya seperti gambar

(19)

Kajian sisitem tanda dalam iklan juga mencakup objek. Objek

iklan adalah hal yang diiklankan. Dalam iklan produk atau jasa, produk

atau jasa itulah objeknya. Dalam menelaah iklan adalah penafsiran

kelompok sasaran dalam proses interpretan. Jadi, sebuah kata seperti

eksekutif meskipun dasarnya mengacu pada manajer menengah, tetapi

selanjutnya manajer menengah ini ditafsirkan sebagai “suatu tingkat

keadaan ekonomi tertentu” yang juga kemudian dapat ditafsirkan sebagai

“gaya hidup tertentu” yang selanjutnya ditafsirkan sebagai kemewahan

dan seterusnya. Proses seperti ini disebut semiosis (Hoed, 2001:97).

2.1.2 Per ik lanan Sebagai Bentuk Komunikasi Massa

Menurut harold Lasswell, unsur komunikasi massa terdiri dari

sumber, pesan, saluran, penerima, dan efek. sumber disini adalah

pengiklan itu sendiri atau komunikator yaitu orang – orang kreatif di biro

iklan. Unsur pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber

pengiklan tersebut. Unsur pesan ini memiiliki sifat terbuka untuk umum

(publicity), singkat, dan stimultan (rapid), segera dan sekali pakai. Unsur

menyangkut media yang dipakai untuk menyebarluaskan pesan – pesan

adalah surat kkabar, majalah, baliho, brosur, radio, televisi, dan internet.

Unsur pnerima adalah khalayak sasaran (mass audience) dari pesan

komunikasi massa yang disampaiakan melalui media. Sifat dari khalayak

sasaran ini antara lain : luas dan banyak, beragam (heterogen), antara

(20)

pemililihan media media iklan dan strategi kreatif periklanan dikenal

tahapan identifikasi dan segmentasi khalayak, sasarannya untuk membuat

pesan dan media yang dipilih menjadi lebih fokus serta spesifik. Unsur

efek adalah perubahan yang terjadi pada khalayak sasaran setelah

menerima pesan tersebut. identifikasi efek perubahan dalam tiga

kecenderungan perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan

perilaku. Untuk itu, dalam strategi periklanan harus ada upaya – upaya :

a. Merubah pengetahuan baru bagi khalayak, dengan cara

menginformasikan produk baru.

b. Merubah sikap khalyak sehingga sasaran menjadi tertarik dan

menyukai.

c. Merubah perilaku sehingga khalayak sasaran memutuskan untuk

membeli produk yang diiklankan.

Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk

memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran,

maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja lebih

dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus

mampu membujuk khalayak, agar berperilaku sedemikian rupa sesuai

dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan

keuntungan. Periklanan harus mampu mengarahkan konsumen membeli

produk yang oleh departemen pemasaran dirancang sedemikian rupa,

(21)

Singkatnya, periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan

keputusan (Jefkins, 1996:15).

2.1.3 Definisi Iklan

. Iklan adalah struktur informasi dan susunan komunikasi non

personal yang biasanya bersifat komersil (membutuhkan biaya) dan

bersifat persuasif tentang produk barang atau jasa yang teridentifikasi

melalui berbagai macam media. Dari definisi diatas, terlihat bahwa iklan

memiliki fungsi utama menyampaikan informasi tentang produk yang

ditawarkan kepada khalayak dengan menggunakan elemen – elemen

verbal maupun non verbal dalam menjalankan fungsi komunikasinya.

Dalam komunikasi periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa sebagai

alat komunikasi, namun juga alat komunikasi lainnya seperti gambar,

warna, dan bunyi. Iklan disampaiakan melalui dua saluran media

periklanan, yaitu media iklan lini atas dan media media iklan lini bawah.

Media iklan lini atas terdiri dari dua jenis, yaitu iklan media cvetak (

koran, majalah, brosur, papan iklan atau billboard), dan media elektronik

(radio, televisi, video).

Di sisi lain, iklan adalah sebuah bentuk tontonan yang mengiringi

sebuah produk, yang menawarkan citra – citra sebagai acuan nilai dan

norma masyarakat (baik maupun buruk). Sesungguhnya citra – citra

tersebut dalam rangka mengendalikan konsumen, seperi sebuah suntikan

(22)

2.1.3.1 Manfaat dan Fungsi Iklan

Kasali menyebutkan ada beberapa manfaat iklan,, antara lain :

1. Iklan memperluas alternatif bagi konsumen

2. Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi

konsumennya.

3. Iklan membuat orang kenal, ingat dan percaya (kasali, 1995:16)

Seiring dengan menjamurnya penawaran produk melalui berbagai

media maka konsumen juga dipermudah dalam memilih produk sesuai

dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Konsumen juga dengan

mudah dapat membandingkan dan memilih produk mana yang lebih baik.

Melalui iklan penyampaian pesan dalam penjualan produk akan efektif.

jika sebelumnya produsen menjual produknya dengan cara bertatap muka

secara terbatas oleh ruang dan waktu. Melalui iklan, produsen dapat

mempromosikan produknya mengenai manfaat, memperlihatkan fisik,

harga dan sebagainya diberbagai media.

Terlebih lagi jika dalam tayangan iklan tersebut ditampilkan tokoh

yang sudah dikenal oleh publik, sehingga publik akan semakin percaya

kepada produk tersebut. Dari tayangan iklan, konsumen juga akan

mengenal, mengikat, dan mempercayai produk yang diiklankan. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan menayangkan iklan dengan frekuensi

berulang – ulang, sehingga konsumen dapat mengenal, selalu ingat dan

(23)

Wright, dkk, 1978 mengatakan dalam periklanan mencakup

beberapa fungsi, diantaranya :

1. Fungsi Pemasaran

Fungsi Pemasaran dalam periklanan merupakan fungsi untuk

memenuhi permintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barang

atau jasa serta gagasan yang diperlukannya.

2. Fungsi Komunikasi

Mengkomunikasikan melalui berbagai media, pesan dari komunikator

kepada komunikan yang terdiri atas sekelompok orang yang menjadii

khalayaknya.

3. Fungsi Pendidikan

Pada umumnya orang belajar sesuatu dari iklan yang dibaca, dilihat,

dan didengarnya. Hal tersebut yang menjadikan iklan memilki fungsi

pendidikan.

4. Fungsi Ekonomi

Pelayanan produk dan jasa serta memperluas ide yang mendatangkan

finansial, hal ini menyebabkan dalam periklanan mencangkup fungsi

ekonomi.

5. Fungsi Sosial

Sifat manusia yang ingin terus maju dan menjadi lebih baik merupakan

fungsi sosial dalam periklanan, serta membantu pergerakan perubahan

(24)

2.1.3.2 Tujuan Kegiatan Per iklanan

Tujuan periklanan dapat di golongkan menurut sasaranya. menurut

(Kotler, 2002:659) mengatakan iklan itu untuk membujuk,

menginformasikan atau mengingatkan. Periklanan biasanya dilakukan

secara besar – besaran pada tahap awal suatu jenis produk. Tujuanya

adalah membentuk permintaan, yaitu periklanan persuasif penting

dilakukan pada tahap kompetitif dengan tujuan membentuk permintaan

selektif untuk suatu merek tertentu.

2.2 Kr eatifitas Iklan

Kereatifitas adalah salah satu kata yang mungkin paling sering dan

umum digunakan dalam industri perikalanan. Iklan bahkan kerap disebut

dengan kata kreatif saja. Mereka yang terlibat dalam produksi iklan sering

disebut dengan “tim kreatif”. Tanggung jawab tim kreatif adalah

mengubaha seluruh informasi mengenai produk seperti atribut atau

mannfaat produk hingga tujuan komunikasi yang ditetapkan menjadi suatu

bentuk konsep kreatif yang mampu menyampaikan pesan pemasaran

kepada khalayak.

Pandangan mengenai apa yang dimaksud dengan iklan yang kreatif

ternyata tidak sama. Salah satu pandangan mmengatakan bahwa iklan

kreatif adalah iklan yang mampu meningkatkan penjualan produk.

Pandangan lain mengatakan iklan yang kreatif adalah iklan yang berasal

(25)

memenangkan penghargaan. Pendapat lain menyebutkan iklan kreatif

adalah iklan yang mampu menarik perhatian dan mampu memberikan efek

kepada audien (Morrisan, 2007:265).

2.2.1 Str ategi Kr eatif Pesan Iklan

Strategi kreatif pesan iklan diuraikan oleh

Durianto,Sugiarto,Wijaja, dan Supratikno (2003:25 - 30) dengan

menjawab pertanyaan “ How To Say?”, yaitu:

1. Directed Person

Ada 14 teknik visual untuk membuat naskah iklan yang dramatis:

a. Spokes Person

Suatu teknik dimana seseorang langsung berhadapan dengan

kamera yang menampilkan pandangan tentang suatu produk

kepada pemirsa televisi.

b. Testimonial

Teknik ini menggunakan artis untuk memberikan kesaksiannya

setelah menggunakan suatu produk.

c. Demonstrasi

Periklanan yang memakai teknik ini menggambarkan dengan jelas

bagaimana suatu produk bekerja.

d. Close-up

Teknik ini membuat gambar menjadi lebih hidup, contohnya

(26)

menggambarkan kelezatan makanan yang ada dalam foto tersebut.

Sehingga terlihat lebih indah dan lebih menyentuh jika

dibandingkan dengan aslinya.

e. Story Line

Iklan yang dibuat dalm bentuk cerita yang pendek untuk

menggambarkan merek yang diiklankan.

f. direct Produk Comparison

Teknik ini membandingkan merek suatu produk dengan merek

pesaingnya. Di Indonesia teknik ini tidak bisa dibandingkan

langsung antara dua merek yang sedang bertarung di pasaran,

menyiasatinya dengan membuat perbandingan tidak langsung,

seperti dengan menutup merek pesaing yang akan dibandingkan

atau dengan sedikit sindiran.

g. Humor

Banyak iklan yang menggunakan teknik hunor, karena biasanya

lebih diingat oleh konsumen.

h. Slice of Life

Teknik ini menggambarkan penggalan kehidupan sehari – hari

yang dimulai dengan adanya masalah, pemecahan masalah, dan

(27)

i. Cutomer Interview

Iklan dengan teknik ini berisi wawancara langsung dengan

konsumen yang telah mengkonsumsi produk yang telah diiklankan.

Biasanya konsumen akan menceritakan pengalaman dan

pendapatnya tentang produk tersebut.

j. Animation

Iklan yang menggunakan teknik animasi biasanya ditujukan kepada

konsumen anak – anak.

k. Stop Motion

Berisi sebuah cerita pendek, maka berisi rangkaian cerita

bersambung.

l. Vignetessa and Situations

Dalam iklan ini digambarkan seorang yang sedang menikmati

sebuah produk diiringi dengan iringan musik.

m. Rotoscope

Teknik ini menggabungkan animasi dengan gambar nyata.

n. Combination

gabungan dari teknik-teknik diatas.

2. Brand Name Exposure

Brand name exposure terdiri dari individual brand name dan company

brand name. Brand name exposure dianggap penting karena bartujuan

(28)

kreativitas iklan dan mengabaikan brand name exposure maka akan

mengalami kegagalan karena konsumen hanya mengingat kreativitas

iklannya (misal, slogannya saja) tanpa mengingat mereknya.

3. Positive Uniquness

iklan yang efektif harus mampu menciptakan asosiasi yang positif.

jangan sampai setelah melihat iklan, konsumen justru memiliki

asosiasi yang salah atau bahkan melenceng. Pertama-tama iklan harus

efektif, kemudian kreatif, karena akan sia-sia bila iklan dibuat sekreatif

mungkin namun tidak efektif mencapai konsumen sasarannya.

4. Selectivity

Berkaitan dengan:

a. Message sources, yaitu pembawaan pesan / product endorser yang

terbagi menjadi: expertise (ahli), trustworthness (dipercaya), dan

likability (disukai). Karakter product endorser harus disesuaikan

dengan jenis produk yang akan diiklankan.

b. Message structure

yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Conclusion maksudnya: apakah perusahaan yang akan

membuat kesimpulan sendiri atau menyerahkan langsung

kepada konsumen untuk menarik kesimpulan.

2. Argumentation, maksudnya: menjelaskan argumen yang

mendukung pesan perusahaan. Umumnya, jenis iklan

(29)

3. Climax, maksudnya: apakah suatu iklan akan menampilkan

klimaks di depan atau di akhir iklan. Pada umumnya, iklan

yang banyak dibuat memunculkan klimaks di akhir.

c. Message content

Isi pesan dalam iklan biasanya terdiri dari:

1. Rational, untuk industry goods.

2. Emotional, untuk consumer goods.

3. Moral, untuk iklan layanan masyarakat.

2.3 Iklan Televisi

Iklan bisa didefinisikan sebagai semua bentuk presentasi non

personal yang mempromosikan gagasan, barang dan jasa yang dibiayai

pihak sponsor tertentu. Iklan dalam hal ini tidakl terbatas pada perusahaan,

namun mencakup semua pihak yang menyebarkan pesannya pada publik.

Iklan merupakan cara efektif untuk menyebarkan pesan, apakah bertujuan

membangun presentasi merek, atau mengedukasi masyarakat.

Secara garis besar iklan mempunyai 3 tujuan, yaitu :

1. Iklan Informatif, iklan ini umumnya dianggap sangat penting untuk

peluncuran produk baru, dimana tujuannya adalah merangsang

permintaan awal.

2. Iklan Persuasive, sangat penting apabila mulai tercipta tahap

persaingan, dimana tujuan iklan adalah membangun preferensi pada

(30)

3. Advertising Reminder, iklan yang bertujuan mengingatkan. Lebih

cocok untuk produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan.

Lanjutan dari iklan pengingat ini adalah reinforcment advertising yang

bertujuan meyakinkan konsumen atau calon konsumen bahhwa mereka

membeli produk yang tepat.

Tujuan iklan semestinya merupakan kelanjutan atau turunan dari

keputusan perusahaan sebelumnya tentang pasar sasaran, positioning, dan

bauran pemasaran. Selain itu, tujuan iklan harus didasarkan pada analisa

mendalam situasi pasar terkini. Jika produknya sudah masuk tahap

kedewasaan, perusahaan juga pemimpin pasar, tapi pengguna mereknya

masih rendah, maka tujuan yang lebih tepat adalah mendorong pengguna

(usage) lebih besar lagi (Sulaksana, 2005:92-93).

Iklan menjadi wacana penting dalam bisnis, terutama dalam proses

membangun merek atau branding. kegiatan periklanan yang efektif

dipandang mampu mempengaruhi kecenderungan mengkonsumsi dalam

masyarakat. Tindakan mengkonsumsi secara berulang adalah salah satu

tujuan dalam pemasaran. Iklan yang efektif juga dapat mengubah

pengetuhuan publik mengerti ketersediaan dan karakteristik sebuah

produk, elastisitas permintaan, produk akan sangat dipengaruhi oleh

aktivitas periklanan.

Dalam membuat iklan yang cerdas, harus kreatif sekaligus

menjual, artinya dari segi pendekatan bahasa komunikasinya (visual atau

(31)

kemudian mengambil tindakan yang diharapkan. Jadi, iklan yang cerdas

bukan hanya tertanam kuatb dalam benak konsumen, tetapi juga mampu

menggerakkan calon konsumen untuk mengmbil keputusan.

Periklanan dipandang sebagai media yang paling lazim digunkanan

suatu perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif terhadap

konsumen. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan,

makna, kepercayaan, sikap dan citra konsumen yang berkaitan dengan

suatu merek atau produk. Tujuan ini adalah upaya mempengaruhi perilaku

konsumen dalam membeli. Meskipun tidak secara langsung, berdampak

pada pembeli, iklan menjadi sarana untuk membantu pemasaran yang

efektif dalam menjalin komnikasi antara perusahaan ke konsumen dan

sebagai upaya perusahaan dalam menghadapi persaingan. Kemampuan ini

muncul karena adanya suatu produk yang dihasilkan perusahaan.

Bagaimana bagusnya suatu produk, jika dirahasiakan dari konsumen maka

tidak ada gunanya. Konsumen yang tidak mengetahui keberadaan suatu

produk tidak akan menghargai produk tersebut.

Pengguna televisi dalam mengkampanyekan iklan mempunyai

kemampuan dalam membangun citra, iklan televisi mempunyai cakupan,

jangkauan dan repetisi yang tinggi dan dapat menampilkan pesan

multimedia (suara, gambar dan animasi) yang dapat mempertajam ingatan.

Namun biaya keseluruhan iklan televisi lebih besar dan kurang

(32)

pengguna televisi sebagai media beriklan bukanlah sebuah ruang

kosong yang hampa makna, tetapi merupakan sederet penanda yang

membawa bersama sederet penanda atau makna yang menyangkut gaya

hidup, karakter manusia, nilai kepemimpinan, hingga wajah realitas sosial

masyarakat (www.kompas.com).

Pada dasarnya media televisi bersifat transistory atau hanya sekilas

dan menyampaikan pesanya dibatasi oleh durasi. Pesan dari televisi

memiliki kelebihan tersendiri, tidak hanya didengar tetapi juga dapat

dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual). Televisi merupakan

media yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan

keistimewaan televisi yang mempunyai unsur audio dan visual, sehingga

para pengiklan percaya bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan

dibanding media lain. Televisi juga diyakini sangat berorientasi

mengingatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang disampakan (kasali,

1992:172).

2.3.1 Str ategi Dalam Mer ancang Iklan Televisi

Pertimbangan dalam strategi merancang iklan televisi adalah cerita

narasi iklan. Hal ini penting mengingat cerita bisa menjadi daya tarik

sebuah iklan. Pada era dimana iklan menjadi komoditas hiburan, maka

unsur cerita atau narasi akan semakin kuat. Memang tidak semua

pengiklan membuat cerita menjadin kekuatan iklan. Hal lain yang perlu

(33)

slogan, suara, dan pesan. Kreatifitas ikaln memang benar – benar diuji saat

semua atribut tersebut bisa ditangkap dengan mudah oleh audiens. Strategi

lain yang perlu diperhatikan adalah melihat perilaku konsumen yang

berhubungan dengan iklan tersebut. Kemampuan memberikan rangsangan

ini perlu diperhatikan karena bisa membuat konsumen atau calon

konsumen tidak jadi berpindah saluran televisi. Perilaku seseorang

terhadap iklan juga mencakup apa yang terlintas di otak pada saat melihat

iklan ditayangkan seperti rasa bangga, rasa percaya, kemegahan, dan lain

sebagainya. Hal tersebut iklan yang ingin menancapkan image apa yang

dipikirkan audiens, pada saat melihat iklan menjadi penting.

Pertimbangan yang lain dalam strategi merancang iklan televisi

harus berdasarkan prinsip – prinsip dasar dengan menggunakan teknik

dalam membuat sebuah karya film atau iklan. Beberapa pertimbangan

dalam membuat iklan televisi :

1. Memahami penglihatan, suara dan gerakan. Masing – masing harus

berhubungan dengan persepsi dari pesan yang diinginkan

penonton, yaitu membuat kepastian bahwa produk yang di iklankan

menampilkan audio yang sesuai dengan gambar yang diharapkan.

2. Kata yang ditampilkan dalam iklan menginterpretasikan gambar

dan pemikiran selanjutnya.

3. Tampilan iklan televisi umumnya lebih efektif dalam penampilan

daripada perkataan, karena kemampuan video untuk berkomunikasi

(34)

4. Sejumlah adegan harus direncanakan secara hati – hati, karena jika

adegan terlalu banyak akan membuat penonton bingung.

5. Tampilan iklan televisi merupakan acara yang mengalir sehingga

penonton akan mengikuti dengan mudah.

6. Menggunakan slogan (ttagline) sebagai tema dasar, sehingga

penonton melihat dan mendengar keunggulan prooduk yang

diiklankan (Suyanto, 2005:153-154).

2.4 Makna dan Pemak naan

Brown dalam Sobur (2001:255-256) mendefinisikan makna

sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi

terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna

yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Namun, kita terlebih dahulu

harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah-istilah

yang nyaris berimpit antara apa yang disebut (1) terjemah (translation), (2)

tafsir atau interpretasi, (3) ekstrapolasi dan makna atau meaning.

Membuat terjemah adalah upaya mengemukakan materi atau

substansi yang sama dengan media yang berbeda; media tersebut mungkin

berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya.

Pada penafsiran, kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar

belakangnya, konteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya

lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir

(35)

tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu

yang lebih jauh lagi. Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari

penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan

lebih menuntut kemammpuan integratif manusia, indrawinya, daya

pikirnya dan akal budinya. Materi yang tersajikan seoerti juga ekstrapolasi,

dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih

jauh. Dibalik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam artian

empirik logik, sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang

etik ataupun yang trasendental.

Semantik adalah ilmu mengenai makna kata-kata, suatu definisi

yang meburut S.I Hayakawa dalam Mulyana (2001:257) tidaklah buruk

bila orang-orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai

dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu

saja lebih bersifat kebahasaan (linguistik), yang punya banyak dimensi,

simbol merujuk pada objek didunia nyata, pemahaman adalah perasaan

subjektif kita mengenai simbol itu dan referen adalah objek yang

sebenarnya eksis didunia nyata.

Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotatif dan

makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual)

seperti yang kita temukan dalam kamus. karena itu makna denotatif lebih

bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak kata

(36)

objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat subjektif dari

pada makna denotatif.

2.5 Semiotik

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda dan makna (Sobur, 2006:6). Sebuah tanda menunjuk pada sesuatu

selain dirinya sendiri, yang mewakili barang atau sesuatu yang lain itu, dan

sebuah makna merupakan penghubung antara suatu objek dengan suatu

tanda (Hartoko&Rahmanto,1986:131). Menurut Barthes, semiologi pada

dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)

memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak

dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate),

namun memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak berkomunikasi,

tetapi juga mengkontruksikan sistem terstruktur dari tanda

(Kurniawan,2001:53 dalam Sobur,2006:15).

Kata ”semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa yunani “semeion”

yang berarti “tanda’ (Sudjiman dan Van Zoest, 1996:vii) atau “seme” yang

berarti ‘penafsir tanda’ (Cobley dan Janz, 1994:4). Semiotika berakar dari

study klasik dan skolastik atas seni logika retorika dan poetika

(Kurniawan, 2001:49). ‘Tanda’ pada masa itu masih bermakna sesuatu hal

yang menunjuk pada adanya hal lain.

Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi

(37)

1. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang

berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara

menghubungkan dengan orang yang menggunakannya. Tanda

adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh

orang-orang yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. Studi ini

meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk

mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah

kebudayaan.

3. Kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi.

2.5.1 “Semiotik Dalam Film” J ohn Fiske

Menurut John Fiske, dalam bukunya Cultural And Communication

Studies, disebutkan bahwa terdapat dua perspektif dalam mempelajari ilmu

komunikasi. Perspektif yang pertama melihat komunikasi sebagai

transmisi pesan. Sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi

sebagai produksi dan pertukaran makna. Berkaitan dengan penelitian ini,

maka peneliti hanya akan menggunakan perspektif yang kedua, yaitu dari

sisi produksi dan pertukaran makna. Berkaitan dengan penelitian ini, maka

peneliti hanya akan menggunakan perspektif yang kedua, yaitu dari sisi

produksi dan pertukaran makna.

Perspektif produksi dan pertukaran makna memfokuskan

(38)

orang-orang di sekitarnya untuk dapat menghasilkan sebuah makna. Hal

ini berhubungan dengan peranan teks tersebut dalam budaya. Perspektif ini

seringkali menimbulkan kegagalan dalam dalam berkomunikasi karena

pemahaman yang berbeda antara pengirim pesan dan penerima pesan.

Meskipun demikian, yang ingin dicapai adalah signifikasinya dan bukan

kejelasan sebuah pesan disampaikan. Untuk itulah pendekatan yang

berasal dari perspektif tentang teks dan budaya ini dinamakan pendekatan

semiotic. (Fiske,2006:9)

Definisi semiotik yang umum adalah studi mengenai tanda-tanda.

Studi ini tidak hanya mengarah pada “tanda” dalam kehidupan sehari-hari,

tetapi juga tujuan dibuatnya tanda-tanda terbentuk. Bentuk-bentuk tanda

disini antara lain berupa kata-kata, images, suara, Gesture, dan objek. Bila

kita mempelajari tanda tidak bisa memisahkan tanda yang satu dengan

tanda-tanda yang lain yang membentuk sebuah sistem, dan kemudian

disebut sistem tanda. Lebih sederhananya semiotic mempelajari bagaimana

sistem tanda membentuk sebuah makna. Menurut John Fiske dan John

Hartley, konsentrasi semiotic adalah pada hubungan yang timbul antara

sebuah tanda dan makna yang dikandungnya. Juga bagaimana tanda-tanda

tersebut dikomunikasikan dalam kode-kode. (Chandler,2002:

www.aber.ac.uk)

Menurut James Monaco, seorang ahli yang lebih berafiliasi dengan

gramatika (tata bahasa) mengatakan bahwa film tidak mempunyai

(39)

dalam film dan gramatika pada sifat kebahasaannya adalah tidak sama.

akan sangat beresiko apabila memaksa dengan menggunakan kajian

linguistic untuk untuk menganalisa sebuah film, karena film terdiri dari

kode-kode yang beraneka ragam.

Penerapan Semiotik pada film, berarti harus mempehatikan aspek

medium film atau cinema yang berfungsi sebagai tanda. Maka dari sudut

pandang ini jenis pengambilan kamera (selanjutnya disebut Shot saja) dan

kerja kamera (camera work). Dengan cara ini, peneliti bisa memahami

shot apa saja yang muncul dan bagaimana misalnya, Close-up. Terdapat

pulsa pada kerja kamera yaitu bagaimana gerak kamera terhadap objek.

(Barger,1982:37)

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu

termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam

upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film

adalah gambar dan suara : kata yang diucapkan (ditambah dengan

suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film.

Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya

tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.

(Sobur:2004:128)

Ginetti (1996:454) dalam bukunya Understanding movies

mengatakan bahwa semiotic juga dikenal sebagai studi tentang bagaimana

film ini berarti, yaitu memandang setiap pesan yang disampaikan dalam

(40)

terdiri jaringan atau rangkaian tanda-tanda yang kompleks serta memiliki

arti.

Berkaitan dengan permasalahn maupun ruang lingkup dalam

penelitian ini maka nantinya dalam iklan Axis versi “Kanjeng Mami

Membeli Pisang Goreng” di televisi, yang akan dianalisis ialah hanya

sistem tanda dalam film yang berupa gambar dan suara. Adapun hal

tersebut nantinya dengan menggunakan “kode-kode televisi” dari John

Fiske.

2.5.2 “Kode-kode Televisi” J ohn Fisk e

Untuk menganalisi sinema atau film, Fiske (1990;40)mmembagi

menjadi 3 level, yaitu:

1. Level Realitas (Reality)

Pada level ini, realitas dapat berupa penampilan, pakaian

dan make up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, perilaku,

ucapan, gesture, ekspresi, dialog dan sebagainya yang dipahami

sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronik melalui

kode-kode teknis. (http://www.questia.com)

2. Level Representasi

Level representasi meliputi kerja kamera, pencahayaan,

(41)

representasi yang bersifat konvensional. Level representasi

meliputi :

a. Tehnik Kamer a

J arak Sudut Pengambilan

1. Long Shot (LS)

Pengambilan yang menunjukkan semua bagian dari objek

menekankan pada background. Shot ini biasanya dipakai

dalam tema-tema sosial yang memperlihatkan banyak orang

dalam shot yang lebih lama dan lingkungannya dari pada

individu sebagai fokusnya.

2. Estabilishing Shot

Biasanya digunakan untuk membuka suatu adegan.

3. Medium Shot (MS)

Shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka

dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang di atas

kepala. Dan medium Shot dapat dikembangkan lagi, yaitu

Wide Medium Shot (WMS), gambar medium shot tetapi

agak melebar ke samping kanan kiri. Pengambilan gambar

medium shot menggambarkan dan memberikan informasi

kepada pnonton tentang ekspresi dan karakter, secara lebih

(42)

4. Close Up

Menunjukkan sedikit dari scane, seperti karakter wajah

dalam detail sehingga memenuhi layar, dan mengaburkan

objek dengan konteknya, pengambilan ini memfokuskan

pada perasaan dan reaksi dari seseorang, dan kadang kala

digunakan untuk menunjukkan emosi seseorang.

5. View Point

Jarak dan sudut nyata dari mana kamera memandang dan

merekam objek.

6. Point of View

Sebuah pengambilan kamera yang mendekatkan posisinya

pada pandangan seseorang yang ada, yang sedang

memperlihatkan aksi lain.

7. Selective Focus

memberikan efek dengan menggunakan peralatan optikal

untuk mengurangi katajaman dari image atau bagian

lainnya.

8. Eye Level View

Pengambilan gambar dari level yang sejajar dari mata

manusia biasa untuk memperlihatkan tokoh-tokoh yang ada

(43)

9. Full Shot

Pengambilan gambar yang menunjukkan satu karakter

penuh dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki.

10.Inser t Fr ame

Dimana salah satu karakter masuk ke dalam adegan tertentu

yang sudah berjalan sebelumnya.

a. Per pindahan

1. Zoom

Perpindahan tanpa memindahkan kamera, hanya lensa

difokuskan untuk mendekati objek. Biasanya untuk

memberikan kejutan kepada penonton.

2. Following Pan

Kamera berputar untuk mengikuti perpindahan objek.

Kecepatan perpindahan terhadap objek menghasilkan

mood tertentu yang menunjukkan hubungan dengan

subjeknya.

3. Tr acking (Dolling)

Perpindahan kamera secara pelan maju atau menjauhi

objek (berbeda dengan zoom). Kecepatan tracking

mempengaruhi perasaan penonton, jika dengan cepat

(utamanya tracking in) menunjukkan ketertarikan,

(44)

b. Pewar naan

Warna menjadi unsur media visual, karena dengan

warna lah informasi bisa dilihat. Warna ini pada

mulanya hanya merupakan unsur teknis yang membuat

benda bisa dilihat. Dalam film animasi warna bertutur

dengan gambar, yang fungsinya berkembang semaikin

banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu,

menunjang mood atau atmosfir set dan bisa menunjang

dramatik adegan.

c. Tek nik Editing

1. Cut

Merupakan secara tiba-tiba dari suatu pengambilan,

sudut pandang atau lokasi lainnya. Ada

bermacam-macam cut yang mempunyai efek untuk merubah

scane, mempersingkat waktu, memperbanyak point of

view, atau membentuk kesan terhadap image atau ide.

2. Zoom Cut

Membuat suatu adegan yang dramatis.

3. Motived

Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin

melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan

(45)

d. Penataan Suar a

1. Comentar/voice over narration

Biasanya digunakan untuk memperkenalkan bagian

tertentu dari suatu program, menambah informasi yang

tidak ada dalam gambar, untuk menginterpretasikan

kesan pada penonton dari suatu sudut pandang,

menghubungkan bagian atau sequences dari program

secara bersamaan.

2. Sound Effect

Untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu kejadian.

3. Music

Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk

mengiringi suatu adegan, warna emosional pada music

turut mendukung keadaan emosional atau adegan.

3. Level Ideologi

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan dimana

kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan dalam

koherensi sosial, seperti kelas sosial atau kepercayaan dominan

yang ada di dalam masyarakat seperti individualisme, patriarki, ras,

kelas, materialisme, kapitalisme, dan lain sebagainya. Menurut

Fiske, ketika kita melakukan representasi tidak bisa dihindari

(46)

Dalam iklan Axis ini terdapat pesan bahwa tarif Axis yang

paling murah dari tiga provider yang telah lama ada, seperti kartu

AS, Mentari dan XL. Pesan tersebut tersirat pada adegan ketika

seorang anak menawarkan dagangan pisang gorengnya seharga

Rp 1.000,- (melambangkan tarif tiga provider tersebut), lalu datang

seorang ibu yang menawar dengan harga Rp 350,- (melambangkan

tarif Axis). Dalam penyampaian pesan ini, situasi keadaan yang

digambarkan dalam iklan ini dapat disampaikan dengan jelas

melalui gambar visual yang menggunakan setting pasar dimana pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli, serta pakaian

yang dipakai oleh kedua pemeran dimana baju kumuh

melambangkan penjual dan baju mewah sebagai ciri dari pembeli.

Namun dalam penelitian ini peneliti tidak akan membahas

lebih lanjut pada level Ideologi, karena dianggap tidak memiliki

kaitan langsung terhadap pembahasan representasi pemaknaan

dalam iklan Axis versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng”

di televisi.

2.5.3 Semiotik Dalam Iklan

Semiotik (advertising) sebagai sebuah objek semiotika,

mempunyai perbedaan mendasar dengan desain yang bersifat tiga

dimensional, khususnya desain produk. Iklan, seperti media komunikasi

(47)

communication), sementara sebuah desain produk mempunyai fungsi

komunikasi yang tidak langsung (indirect communication). Oleh sebab itu,

di dalam iklan aspek-aspek komunikasi seperti pesan (message)

merupakan unsur utama iklan, yang di dalam sebuah desain produk hanya

merupakan salah satu aspek utama lainnya (fungsi, manusia, produksi).

metode analisis semiotika iklan secara khusus telah dikembangkan oleh

berbagai ahlinya, misalnya Gillian Dyer, Torben Verstergeerd dan Judith

Williamson (Piliang,2003:263).

Dari pandangan ahli-ahli semiotika periklanan tersebut di atas,

dapat dilihat bahwa ada dimensi-dimensi khusus pada sebuah iklan, yang

membedakan iklan secara semiotic dari objek-objek desain lainnya, yaitu

bahwa sebuah iklan selalu berisikan unsur-unsur tanda berupa obyek

(object) yang diiklankan, konteks berupa lingkungan, serta teks (berupa

tulisan) yang memperkuat makna (anchoring), meskipun yang terakhir ini

tidak selalu hadir dalam sebuah iklan (Piliang,2003:263)

2.5.4 Tar if Oper ator GSM

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal

dari kata latin “communis” yang berarti “sama”. Komunikasi menyarankan

bahwa sutau pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar

ataupun salah. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, seperti

(48)

terlalu luas, seperti komunikasi adalah interaksi antara dua individu atau

lebih.

Komuniksi merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup

bermasyarakat. Tanpa komunikasi yang baik, kita tidak bisa bersosialisasi

dan bermasyarakat dengan yang lainnya. Komunikasi yang baik adalah

komunikasi dua arah yang saling mengerti antara komunikator dengan

komunikan.

Jika berbicara mengenai definisi sempit komunikasi, maka telepon

selular menjadi salah satu media elektronik yang digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi. Dalam cara berpikir industri,

informasi pertama dianggap sebagai barang dagangan. Ciri komersial ini

menjadi lebih penting daripada misi utama komunikasi sendiri.

Seiring berjalannya waktu, pentingnya komuniksaibagi masyarakat

global seperti sekarang ini menyebabkan semakin meningkatnya

kebutuhan akan telepon selular dalam kehidupan sehari – hari. seperti yang

dapat kita lihat sekarang, mulai dari anak –anak hingga usia dewasa sudah

menggunakan telepon selular. Maka tak salah jika telepon selular tidak

hanya dijadikan alat telekomunikasi saja, tetapi juga sudah menjadi gaya

hidup.

Seperti yang kita ketahui, fenomena perang tarif operator selular

sistem prabayar sedang hangat – hangatnya pada saat ini. Hampir semua

operator telepon selular sistem prabayar yang telah ada sejak lama

(49)

pasar, sementara banyaknya bermunculan operator telepon selular sistem

prabayar baru ikut meramaikan pertelekomunikasian Indonesia seakan tak

mau ketinggalan.

Dengan bermunculnya operator – operator telepon selular sistem

prabayar yang baru mengindikasikan bahwa operator telepon selular

menghadapi persaingan yang berarti. Sehingga konsekuensi yang harus

dihadapi adalah bagaimana memenangkan persaingan dan berupaya

meningkatkan jumlah pelanggan dan apakah perang tarif yang mereka

lakukan memberikan pengaruh tertentu terhadap perilaku konsumen.

2.6 Penggunaan War na dalam Iklan

Warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak

hal pada para pembeli prospektif termasuk kualitas rasa, serta kemampuan

produk untuk memuaskan beragam kebutuhan psikologis

(Shimp,2003:308)

Dalam kegiatan periklanan, teknik pewarnaan memiliki peranan

penting dalam menentukan respon konsumen terhadap sebuah iklan.

Warna merupakan salah satu aspek penting dari komunikasi visual.

Konsumen biasanya sangat tertarik atau bahkan tidak menyukai sebuah

iklan hanya dikarenakan teknik pewarnaan yang digunakan dalam iklan

dapat meningkatkan daya jual sebuah produk. Selain dapat menarik

perhatian warna juga biasa digunakan untuk meningkatkan konsumen

(50)

Pemilihan warna adalah satu hal yang sangat penting dalam

menentukan respon dari pengunjung atau pengamat serta pemerhati iklan.

Warna adalah hal yang pertama dilihat oleh seorang pengunjung atau

pengamat (terutama warna background), dan dalam pemilihan warna yang

tepat akan dapat menyesuaikan dengan tema iklan yang ditampilkan. Cara

ini akan membuat kesan untuk pengamat ataupun pemerhati iklan agar

menarik produk yang di sponsorkan.

Untuk mencapai design warna yang efektif, bisa dimulai dengan

memilih warna yang bisa mempresentasikan tujuan dari suatu produk yang

akan mensponsori maupun yang akan disponsori. Pallet warna yang akan

dibuat sebaiknya cocok dengan tema dan tujuan dari iklan tersebut. Jika

misalnya yang akan diiklankan adalah untuk iklan komunitas, maka

sebaiknya anda memilih warna-warna hangat untuk nuansa santai. jika

iklan yang diiklankan adalah untuk iklan informasi, dimana contect akan

mendominasi, maka warna sebaiknya yang simple dan tidak mengganggu

(misalnya background kembang-kembang dengan warna mencolok).

Menurut Tjiptono(2005:150), mengungkapkan sejumlah wawasan

penting mengenai psikologi warna diantaranya sebagai berikut :

1. Merah merupakan warna api dan gairah, warna merah

menggambarkan aktifitas, energi, dan kegembiraan.

2. Oranye merupakan warna yang bisa menambah semarak perilaku

sosial, membangkitkan semangat, dan mengurangi rasa

(51)

3. Kuning dipandang sebaggai warna yang bisa menimbulkan dua

dampak stimulatif saat orang membutuhkan konsentrasi. Namun

sebaliknya, jika warna ini digunakan terlampau banyak, ada

kemungkinan orang malah menjadi stress.

4. Hijau melambangkan kealamian dan keasrian dan diyakini

membawa kesan tenang.

5. Biru melambangkan wibawa dan secara tidak langsung

menyiratkan kearifan, kebijaksanaan, dan kebenaran.

6. Abu-abu melambangkan intelek, masa depan (seperti warna

millenium), kesederhanaan dan kesedihan.

7. Putih melambangkan kesucian, kebersihan, ketepatan,

ketidakbersalahan, steril, dan kematian.

8. Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian,

misteri, ketakutan, kesedihan, dan keanggunan.

9. Ungu jingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan,

transformasi, kekasaran, dan keangkuhan.

Tidak hanya pallet warna yang harus match (cocok) dengan isi

iklan, tetapi dalam di Korea, kepercayaan lebih direpresentasikan oleh

warna pastel, terutama pink. Jadi penggunaan warna cocok, juga harus

didukung oleh pemahaman tentang apa arti warna tersebut di demografi

pengunjung yang kita tuju (misalnya iklan dengan warna kuning terang,

mungkin akan dikaitkan dengan parpol tertentu.),

(52)

2.7 Ker angka Ber pikir

Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat

diketahui bahwa untuk mengerti, memahami, dan memaknai iklan Axis

Versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng “, maka peneliti

melakukan

pemaknaan

terhadap

tanda

(simbol)

dengan

menggunakan metode seiotik Jhon Fiske, sehingga akhirnya

diperoleh hasil dan interpretasi data mengenai penggambaran iklan

Versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng “ di Televisi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode semiotik

john Fiske dikarenakan dalam ilustrasi iklan iklan Versi “Kanjeng

Mami Membeli Pisang Goreng “ di Televisi ini terdapat berbagai

makna petanda yang sesuai dengan kode-kode televisi dalam metode

john Fiske. Nantinya akan dilakukan analisis terhadap seluruh tanda

dalam iklan Versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng “ di

Televisi.

(53)

Keterangan :

Bagian 1 : Kerangaka berfikir, pemaknaan Iklan Axis Versi “Kanjeng Mami

Membeli Pisang Goreng.

Bagian 2 : Analisis menggunkan teori Semiotik John Fiske, melalui pemaknaan

12 scene iklan.

Bagian 3 : Hasil pemaknaan iklan, setelah menggunakan teori “Semiotik dalam

Iklan Axis Versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang

Goreng “

Analisis semiotik John Fiske dalam proses pemaknaan tatanan kedua

melalui petanda dan penanda dalam 12 scene dari

iklan Axis Versi

“Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng “

Hasil pemaknaan

Iklan Axis Versi “Kanjeng Mami

(54)
(55)

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif ini digunakan

dengan pertimbangan bahwa penelitian ini nantinya akan

menginterpretasikan penggambaran iklan televisi komersial. Metode

penelitian berupa deskriptif dengan menggunakan pendekatan semiotik John

Fiske untuk mengetahui pemaknaan secara menyeluruh media yang

terkonstruksi dibalik penayangan iklanpAxis versi “Kanjeng Mami Membeli

Pisang Goreng” di televisi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,

karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif

lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini

menyajikan secara langsung hakikat peneliti dan yang diteliti. Ketiga, metode

ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh

bersama terhadap pola – pola yang dihadapi (Moleong, 2002:5).

Peneliti ini termasuk jenis penelitian kualitatif, artinya data yang

digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak terdiri atas angka –

angka) melainkan berupa pesan – pesan visual yang terdapat pada iklan Axis

versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng” di televisi. Data – data

kualitatif tersebut berusaha diinterpretasiakan denganrujukan, acuan, atau

(56)

Metode penelitian kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti

dokumen yang berupa teks, gambar, dan suara. Untuk memahami budaya

dari suatu konteks sosial tertentu. Metode kualitatif iini merujuk pada metode

analisis dokumen untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah dan

menganalisis dokumen untuk memahami makna atau signifikasi.

Dalam menganalisis data, peneliti berdasar pada semiotika John

Fiske yang menggali konstruksi makna melalui kode – kode televiisi.

Dengan semiotika kita berurusan dengan tanda, dengan tanda – tanda kita

mencoba mencari keteraturan ditengah dunia yang centang perenang ini,

setidaknya agar kita mempunyai pegangan. “Apa yang dikerjakan oleh

semiotika adalah mengajarkan kita bagaimana menguraikan aturan – aturan

tersebut dan membawanya pada sebuah kesadaran” (Sobur, 2003:16).

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah iklan televisi Axis. Sedangkan

yang menjadi objek pada penelitian ini adalah pemaknaan pada iklan Axis

versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng” periode akhir Juni 2011.

Analisi iklan pada media televisi ini melihat penggunanaan kata –

kata dalam penyampaian pesan untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap

iklan Axis versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang Goreng” untuk

(57)

3.3. Ker angka Konseptual

3.3.1Kor pus

Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas dari unsur

yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada atauran yang sama an karena

itu dapat dianalisis sebagai keseluruhan (Arkon Dalam Ahmad, 2001:39). Di

dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah

yang disebut sebagai korpus. Korpus merupakan bahan terbatas pada

penelitian kualitatif yang bersifat homogen. Tetapi sebagai analisis korpus

bersifat terbuka pada konteks beraneka ragam, sehingga memungkinkan

untuk memahami berbagai aspek dari sebuah teks pesan.

Korpus bertujuan khusus digunakan untuk analisis semiotika dan

analisis wacana. Pada penelitian kualitatif ini memberikan peluang yang

besar bagi dibuatnya interpretasi – interpretasi alternatif. Korpus dari

penelitian ini adalah iklan Axis versi “Kanjeng Mami Membeli Pisang

Goreng” di televisi.

Jumlah scene yang menjadi Korpus dalam penelitian ini adalah 12

adegan (selengkapnya ada pada lampiran) dan dialog yang merujuk pada

tanda atau simbol dalam pemaknaan iklan Axis versi “kanjeng mami

membeli pisang goreng” yang ada di televisi. Korpus dalam penelitian ini

(58)

Scene 1 :

3.3.1.1. Seorang ibu (kanjeng mami) ditengah keram

Referensi

Dokumen terkait

Kecelakaan kendaraan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain menurut tinjauan hukum positif diatur dalam Pasal 359 KUHPidana yaitu pidana penjara paling lama lima

Bahan yang digunakan : detergen, adalah cleansing agent, atau bahan yang dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan alat. Contoh : air, sabun, sabun powder, asam, sintetic

Rasio tersebut memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat efisiensi biaya yang diukur dengan metode DEA , karena apabila CAR meningkat maka peningkatan modal

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan menggunakan dua jenis tanah yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa kedua tanah sampel yang

menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap

Potensi wakaf yang dilakukan untuk pemberdayaan ekonomi syariah Di Indonesia, Pemanfaatan benda wakaf masih berkisar pada hal-hal yang bersifat fisik, sehingga tidak

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh Fika Novika

Faktor pemeliharaan, juga disebut hygiene factor, merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia,