• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GULMA. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GULMA. docx"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Nama Mahasiswa : Mala Atul Ro’aini

No Mahasiswa : C1M016099

Kelompok : 18

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM 2017

(2)
(3)

lingkungan.

2. Mencari sendiri melalui kunci indentifikasi

3. Membandingkannya dengan determinasi yang ada 4. Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia

5. Konsultasi langsung denga para ahli dibidang yang bersangkutan Keadaan gulma yang paling ideal untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian vegetatif dan generatifnya lengkap. Bagian vegetatif gulma yang dipakai dalam identifikasi adalah akar, batang dan daun.

Akar. Perakaran pada gulma dapat berupa akar tunggang atau akar serabut.

Batang. Bagian batang yang menjadi ciri indentifikasi gulma antara lain bentuknya, seperti bulat, segitiga, lonjong, pipih, berongga, segi empat dan segi lima. Pertumbuhan batang misalnya menjalar, melilit, tegak, bercabang banyak dan bercabang menggarpu. Duduk daun pada batang juga menjadi ciri penting, yaitu apakah berhadapan, bersilang, rapat-rapat dan lain-lain. Apakah batang membentuk modifikasi berupa rimpang, stolon atau umbi.

Daun. Identifikasi pada daun adalah berdasarkan (1) bentuk daun, misalnya bulat, lanset, lonjong, pita, jarum, jantung, segi tiga dan sebagainya. (2) Tepi daun, ada yang rata, bergerigi, berombak, beringgit dan sebagainya. (3) Permukaan daun, ada yang licin, berbulu, kusam, mengkilat dan sebagainya. (4) Apakah ada alat-alat tambahan pada daun seperti stipula, ligula dan okrea.

Bagian generatif gulma yang menjadi obyek identifikasi adalah bunga, buah dan biji.

(4)

di ketiak daun. Bunga majemuk ada yang berbentuk tongkol (pada Mimosa pudica L.), bulir (pada Stachytarpheta indica Vahl.) dan malai pada rumput-rumputan (misalnya Echinocloa cruss-galli L.). (2) Jumlah dan kelengkapan bagian penyusun bunga yaitu sepala, petala, stamen dan pistil, ada yang kelipatan 4 atau 5, hal ini menentukan kategori monokotil atau dikotil. (3) Bentuk bunga seperti terompet, kupu-kupu dan sebagainya. (4) Warna kelopak dan mahkota bunga.

Buah. Ada bermacam-macam bentuk dan ukuran buah, kecil, sedang besar, kotak, polong, buni, kering dan jumlah buah.

Biji. Ciri biji yang diamati antara lain bentuk, warna, ukuran, keadaan permukaan dan alat tambahan yang membantu penyebarannya. Biji yang telah berkecambah (semai) menjadi hal penting yang dalam mengidentifikasi suatu jenis gulma, meliputi: - Ukuran, warna dan permukaan hipokotil

- Ukuran, warna dan permukaan epikotil

- Jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan kotiledo - Jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan daun pertama

- Biji yang tetap melekat pada semai - Jumlah biji

Ciri organ vegetatif dan generatif gulma yang diobservasi menjadi dasar klasifikasi gulma secara ilmiah sesuai hirarki taxonomi yang digagas oleh C. Linneus. Pengamatan atau identifikasi tentang keadaan umum suatu jenis gulma yang menetukan penggolongan gulma secara non-ilmiah meliputi:

(5)

dan berkisar antara 4 – 16 minggu (bergantung pada spesiesnya). Tumbuhan tua mati dan tumbuhan muda muncul dari biji-bijinya. Contoh: Ageratum conyzoides, Cyperus iria, Echinochloa colonum, Leptochloa chinensis dan Rottboellia exaltata. 2. Gulma Dua Musim (Biennial). Gulma ini dapat hidup lebih dari menghambat produksi biji. Contoh: Daucus carota, Sonchus arvensis, Senecio vulgaris dan Cirsium arvense.

3. Gulma tahunan (Perennial). Gulma yang berkembang biak terutama dengan organ vegetatifnya yaitu umbi (tuber), rimpang (rhizome), umbi lapis (bulb), subang (corm) dan geragih (stolon). Gulma ini hidupnya lebih lama dan biasanya melebihi masa satu musim bahkan dapat mencapai tiga – empat musim apabila didukung oleh lingkungan tumbuhnya. Tunas gulma dapat tumbuh menjadi tua dan akhirnya mati, tetapi organ vegetatif tersebut akan tetap hidup dan menumbuhkan tunas-tunas baru. Dengan karakteristik seperti itu, biasanya gulma tahunan lebih sulit dikendalikan dibanding gulma semusim. Contoh: Imperata Cylindrica, Mikania chordata, dan Cyperus rotundus.

Morfologi Daun Gulma. Pengelompokan ini berdasarkan mentuk/ ukuran daun, dan pada kenyataannya hal ini berkaitan dengan kesamaan reaksi gulma dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang serupa. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam kelompok rumput, kelompok teki, dan kelompok daun lebar.

1. Kelompok berdaun sempit ≈ rumput (Grasses). Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae (Gramineae).

(6)

dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok ini: Cyperus rotundus dan Fymbristilis miliaceae.

3. Kelompok berdaun lebar (Broad leaf). Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips.Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk di dalamnya marga-marga Euphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya.

Prosedur Kerja :

1. Dicari lokasi atau habitat yang spesifik, dicari dan dipilih gulma yang ada. 2. Difoto / diambil gambar dari gulma yang dipilih.

3 . D i p eriksa ciri-ciri morfologi vegetatif dan generatif gulma yang dipilih. 4. Dibuat catatan dan penjelasan mengenai gulma tersebut dalam hal ciri-ciri

(7)

Hasil Pengamatan

Tabel 1. Gambar dan karakteristik gulma yang diidentifikasi (1)

Klasifikasi/Taksonomi Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Fabales

Famili: Fabaceae

Upafamili: Mimosoideae Genus: Mimosa

Spesies: Mimosa pudica

No. Ciri-ciri Morfologi Penjelasan

1. Akar Perakaran serabut, berwarna kecoklatan

2. Batang Berbentuk bulat dengan permukaan kasar yang diselimuti oleh duri, lunak, tidak terlalu kuat, dan berwarna hijau keunguan.

3. Daun Daun berwarna hijau, tetapi pada bagian tepi daun berwarna keungguan. Majemuk, menyirip ganda dua sempurna. Helaian daun berbentuk memanjang sampai lanset, permukaan atas dan bawahnya halus/terasa licin, panjang daun 6 – 16 mm, lebar 1-3 mm. Tepi daun rata. 4. Bunga Berbentuk bulat, hampir menyerupai bola. Memiliki

kelopak bunga yang kecil, dan bergerigi seperti selaput putih, serta memiliki tabung mahkota yang berukuran kecil pula dan bertajuk empat.

5. Buah/Biji Buah berbentuk polong, pipih, bergaris dengan ukuran sangat kecil berwarna kehijauan saat muda dan berwarna kecoklatan saat sudah tua.

(8)

berukuran sangat kecil, berwarna kehitaman atau kecoklatan.

6. Habitat Tumbuh dari daerah pantai hingga datarang tinggi antara 1 —2000 mdpl.

7. Penyebaran Alat bantu penyebaran pada gulma ini adalah biji duri yang dibantu oleh manusia, binatang, air, angin dll.

8. Reproduksi Berkembang biak (bereproduksi) dengan cara generative. 9. Pertumbuhan Pertumbuhan tanaman putri malu tergolong tidak terlalu

cepat atau agak lambat. 10. Pengendalian yang

paling efektif

Pengendalian secara mekanik.

11. Ciri khas Mimosa pudica memiliki daun yang dapat secara cepat menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh.

12. Daerah asal Berasal dari Amerika Selatan atau tepatnya dari Negara Brazil.

13. Manfaat Dapat dijadikan sebagai obat Insomnia (sudah tidur), Batuk dengan dahak banyak , Chronic Bronchitis, rematik, Ascariasis, serta dapat dijadikan sebagai pencegah erosi. Tabel 2. Gambar dan karakteristik gulma yang diidentifikasi (2)

Klasifikasi/Taksonomi Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Classis (Kelas): Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Caryophyllales

Familia : Portulacaceae Genus : Portulaca

Species : Portulaca Sp. L.

(9)

1. Akar Berakar tunggang dengan warna putih.

2. Batang berbentuk bulat yang tumbuh tegak, berwana merah keunguan dengan panjang 10-50 cm. Batang lembut memiliki rasa sedikit asam, dan asin. Pangkal batangnya membaji dengan tepi rata, panjangnya 1-4 cm dan lebar 5-14 mm.

3. Daun Daunnya tunggal, tebal, datar dan letaknya berhadapan atau tersebar dengan warna hijau pada permukaan atas , dan bawah berwarna merah tua pada permukaan bawah daun.

4. Bunga Berkelompok 2-6 buah yang keluar dari ujung percabangan. Mahkota bungannya berjumlah lima buah, berwarna kuning dan kecil-kecil.

5. Buah/Biji Buahnya berbentuk kotak, bijinya banyak dengan warna hitam cokelat mengkilap.

6. Habitat Tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1800 mdpl.

7. Penyebaran Penyebaran pada gulma ini terjadi melalui biji yang dibantu oleh manusia, binatang, air, angin, mesin, dll.

8. Reproduksi Berkembang biak (bereproduksi) dengan cara generative. 9. Pertumbuhan Tumbuh lambat pada awalnya, dan tumbuh cepat setelah 15

hari. 10. Pengendalian yang

paling efektif

Pengendalian secara mekanik.

11. Ciri khas Tanaman ini mengandung banyak air seperti kaktus atau aloe vera.

12. Daerah asal Diperkirakan berasal dari daratan amerika tropis di Brasil. 13. Manfaat Dapat berfungsi sebagai obat herbal yakni obat untuk diare,

Bisul, Jantung Berdebar, Gugup Dan Gelisah, Radang Kulit, serta Radang Gusi.

Tabel 3. Gambar dan karakteristik gulma yang diidentifikasi (3)

(10)

Kingdom Plantae

2. Batang Tumbuh tegak, berbentuk segitiga, berongga kecil dan agak lunak. Tingginya 10-75 cm dan penampangnya 1-2 mm. Membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panang yang dapat membentuk tunas baru.

3. Daun Berbentuk pita dengan pertulangan daun sejajar, berwarna mengkilap dengan panjang 10-60 cm, dan lebar 2-6 mm. Membentuk roset akar pada pangkal batang.

4. Bunga Berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas kepala benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung.

5. Buah/Biji Buahnya berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 – 4,5 cm dengan diameter 5 – 10 mm.

Bijinya berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu yang digunakan untuk proses penyerbukan.

6. Habitat Tumbuh pada ketinggian 1-1000 mdpl.

7. Penyebaran Penyebaran menggunakan biji dan stolon melalui bantuan manusia, hewan, atau alat-alat pertanian.

8. Reproduksi Berkembang biak secara generative dengan biji, dan secara vegetative menggunakan stolon (geragih).

9. Pertumbuhan Sangat cepat, gulma ini mampu memproduksi makanan dalam waktu yang relative singkat memlaui proses fotosintesis yang efektif

(11)

paling efektif dan kimiawi.

11. Ciri khas Daunnya tumbuh dengan tiga jajaran dasar, batang bunganya memiliki penampang segitiga yang tumbuh tajam keatas.

12. Daerah asal

-13. Manfaat Sebagai obat-obatan dan anti bakteri.

Pembahasan

Mimosa pudica (Putri Malu)

Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan. Tanaman putri malu (Mimosa pudica) berasal dari Amerika Selatan atau tepatnya dari Negara Brazil. Brazil adalah Negara yang beriklim panas, karena Negara Indonesia juga mempunyai iklim yang hampir sama dengan iklim dimana asal dari tumbuhan ini, yaitu iklim tropis. Maka tanaman inipun dapat tumbuh dengan suburnya di Negara Indonesia di daerah mana saja, baik itu pada tanah yang lebab ataupun pada tanah yang gersang sama sekali. Sebab tanaman putri malu ini dapat hidup dan berkembang biak tanpa mengenal musim, dan tanaman ini berkembang biak dengan bijinya. Keunikan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan maka ia akan segera "menutup".

Deskripsi Morfologi Mimosa pudica

1 Akar

Putri malu atau sikejut mempunyai akar pena yang sangat kuat berbeda dengan akar-akar tanaman-tanaman lainnya, jika kita cabut langsung terangkat seluruh akar-akar-akar-akar nya. Akan tetapi lain halnya dengan akar tanaman putri malu, untuk mencabuti nya kita memerlukan suatu alat-alat yang khusus agar semua akar-akar nya teracabut. 2 Batang

Batang tumbuhan putri malu berbeda dengan tumbuhan lainnya, yaitu batang putri malu berbentuk bulat. Pada seluruh batangnya terdapat rambut dan mempunyai duri yang menempel , batang tumbuhan putri malu dengan rambut sikat yang mengarah secara miring kepermukaan tanah atau kearah bawah.

(12)

Daun putri malu atau sikejut berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun pada setiap sirip sekitar 5 - 26 pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal memundar, tepi rata. Jika kita raba pada permukaan atas dan bawah daun terasa licin, panjang 6 - 16 mm, lebar 1-3 mm. daun berwarna hijau, akan tetapi pada tepi daun umumnya berwarna ungu. Jika daun tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4-5,5 cm.

4 Bunga

Putri malu biasanya mempunyai bunga yang berbentuk bulat seperti bola dan tidak mempunya mahkota atau kelopak bunga yang besar seperti bunga-bunga yang lain. Akan tetapi kelopak bunga putrid malu bentuknya sangat kecil dan bergigi empat seperti selaput putih. Tabung mahkotanya juga berukuran sangat kecil, bertaju empat seperti selaput putih.

5 Buah dan Biji

Buah putri malu berbetuk polong, pipih seperti garis dan berukuran sangat kecil jika disbandingkan dengan buah-buah tumbuhan lainnya.

Sama halnya seperti buah, tanaman putri malu juga memiliki biji, yang berukuran kecil dan bulat,berbentuk pipih . putri malu termasuk kedalam tumbuhan yang berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkembangbiak dengan biji.

 Model Penyebaran, Pertumbuhan Putri Malu (Mimosa Pudica)

Tanaman putri malu bisa tumbuh dimana saja diatas permukaan tanah, baik diatas permukaan tanah yang lembab maupun diatas permukaan tanah yang gersang. Tanaman putri malu biasanya tumbuh diatas tanah yang lapang baik itu diladang, diperkebunan, diperkarangan rumah dan pada tempat yang lainnya disekitar kita.

Mimosa pudica termasuk kedalam golongan gulma tahunan (Perenials)

(13)

Tanaman Krokot dengan nama ilmiah Portulaca oleracea L atau yang kita kenal dengan nama daerah jalu-jalu tiki (Ternate), gelang (Sunda dan Sumatera) dan ma chi xian (Cina) merupakan tanaman dari suku portulacaceae.

 Deskripsi Morfologi Portulaca sp. a. Akar

Krokot memiliki system perakaran tunggang dengan warna putih. b. Batang

Batang krokot berbentuk bulat yang tumbuh tegak atau sebagian/seluruhnya terletak di atas tanah tanpa mengeluarkan akar. Batangnya berwana cokelat keunguan dengan panjang 10-50 cm, Batang lembut memiliki rasa sedikit asam, dan asin. Tangkainya pendek berbentuk bulat telur sungsang, bagian ujungnya bulat melekuk ke dalam. Pangkal batangnya membaji dengan tepi rata, panjangnya 1-4 cm dan lebar 5-14 mm.

c. Daun

Ciri Daun krokot berwarna hijau dengan warna batang kemerahan, Warna permukaan atas daun hijau tua, permukaan bawahnya merah tua. Daunnya tunggal, tebal berdaging, datar dan letaknya berhadapan atau tersebar. d. Bunga

Ciri Bunganya berkelompok 2-6 buah yang keluar dari ujung percabangan. Mahkota daunnya berjumlah lima buah, berwarna kuning dan kecil-kecil.bunga ini akan mekar pada pagi hari antara pukul 8.00-11.00 siang dan layu menjelang sore.

e. Buah dan Biji

Buahnya berbentuk kotak, bijinya banyak dengan warna hitam cokelat mengkilap. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan biji.

Cyperus rotundus L. (Teki)

Teki (Cyperus rotundus .L) atau terkadang disebut Teki, Mota, Koreha wai, Rukut Teki, Rukut Wuta adalah rumput palsu (batang segitiga) yang dapat hidup sepanjang tahun dengan ketinggian 10 sampai dengan 75 cm.

(14)

berambut halus berwarna cokelat atau cokelat kehitaman, keras, wangi dan panjang 1,5-4,5 cm dengan diameter 5-10 mm.

Tanaman ini biasanya tumbuh liar di kebun, ladang ataupun tempat lain dengan ketinggian sampai 1000 m dari permukaan laut. Ciri khasnya terletak pada buah-buahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun.

Umbi rumput teki memiliki rasa yang pedas, sedikit pahit, dan manis. Umbi rumput teki dapat berkhasiat menormalkan siklus haid, melancarkan vital energi yang tersumbat, tonik pada lever, meredakan nyeri (analgesik), dan antibakteri. Teki merupakan tumbuhan obat penting untuk gangguan vital energi dan penyakit pada organ kandungan wanita. Bagian yang digunakan untuk pengobatan pada rumput teki adalah bagian umbi. Umbi rumput teki memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sakit dada, sakit kepala, retensi dahak dan cairan seperti bengkak akibat timbunan cairan, nyeri haid, datang haid tidak teratur, tidak datang haid, payudara bengkak dan nyeri, memar, gatal-gatal di kulit, bisul, perdarahan dan keputihan, mual pada kehamilan muda, perdarahan pada kehamilan, hernia disertai kolik di perut, serta gangguan pencernaan seperti mual, muntah, diare, nyeri lambung dan perut.

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Mimosa pudica, Portulaca sp., dan Cyperus rotundus L. merupakan gulma yang berasal dari spesies berbeda sehigga morfologinya, habitat, pertumbuhan, dan cara penyebaran serta cara pengendaliannya berbeda-beda. Masing-masing gulma tersebut juga memiliki manfaat yang berbeda-beda.

2. Saran

(15)

ACARA II. PENGAMATAN POTENSI TANAH SEBAGAI BANK BIJI GULMA

Tujuan : Untuk mengetahui potensi Seed Bank gulma pada areal pertanian tertentu

Bahan dan alat : Cangkul, sekop, penggaris, media kecambah, bak kecambah, air dan alat tulis menulis.

Landasan Teori:

The weed seed bank’ merupakan sumber utama adanya gulma di daerah pertanian. Umumnya gulma memulai siklus hidupnya dari satu biji dalam tanah. Jika biji ini dapat lolos dari pengontrolan secara alamiah maupun oleh tindakan manusia, maka biji ini akan tumbuh dan memproduksi ribuan biji, tergantung pada speciesnya. Biji-biji tersebut akan kembali ke dalam tanah sebagai ‘weed seed bank’ dan menjadi sumber populasi gulma di kemudian hari. Oleh sebab itu pengetahuan tentang dinamika kembalinya biji dan bank biji gulma dapat membantu pengelolaan gulma di masa yang akan datang.

(16)

waktu yang lalu dan di masa sekarang. Di dalam tanah ada biji gulma dalam jumlah yang sangat besar. Besarnya jumlah biji gulma viable yang ada di dalam tanah merupakan kontributor umum pada luasnya komunitas tumbuhan yang ada baik pada area yang alamiah maupun yang telah terganggu, padang rumput, tanah pertanian, hutan dan ekosistem air. Walaupun sejumlah besar biji gulma yang terkubur ada yang akan mati dalam beberapa tahun, namun biji-biji dari beberapa species dapat tetap viable selama puluhan tahun. Diduga hanya sekitar 1 – 9% dari biji-biji gulma yang viable diproduksi dalam setahun yang akan berkembang menjadi kecambah dan gulma muda, sisanya tetap bertahan viable di dalam tanah dan akan berkecambah dan tumbuh pada tahun-tahun berikutnya, tergantung pada kedalaman letaknya. Apa yang terjadi pada biji-biji gulma dalam seed bank? Biji-biji diproduksi dan dilepas oleh tumbuhan gulma.

Beberapa hal dapat terjadi pada biji-biji gulma di seed bank:

 dimangsa oleh serangga atau vertebrata lain

 mati karena masalah fisiologi

 diserang oleg patogen

 tertimbun dalam di profil tanah sehingga mengalami dormansi

 menjadi dorman karena keadaan fisiologi

 rusak secara fisik akibat kegiatan pertanian, atau

 berkecambah, tumbuh dan memproduksi biji

(17)

sesuai dengan perbedaan skala waktu, meliputi: perubahan jangka pendek, siklus hidup musiman dan annual dari ‘seed bank’, perubahan selama periode beberapa tahun, dan perubahan secara evolusi.

Gambar 1. Siklus hidup annual biji gulma dalam ‘soil seed bank’ dan perubahan yang terjadi sepanjang waktu

Heterogennya biji-biji gulma memberikan suatu tambahan untuk adanya ‘seed bank’ yang aktif dan yang dorman sebagai input deposit ‘seed bank’. Nasib ‘seed bank’ beragam, dapat hilang karena: predasi, busuk oleh patogen, mati fisiologis dan mati karena aktifitas budidaya. Biji-biji gulma ini dapat pula hilang karena penyebaran jauh keluar dari lokasi aslinya. Seed bank sebenarnya juga mengalami penurunan setiap tahun karena perkecambahan. Perkecambahan biji gulma ini dapat berakibat tumbuh dan bertahannya gulma tsb dan dapat pula mengalami kematian oleh berbagai sebab. Ukuran seed bank berubah sesuai perjalanan waktu. Keseimbangan repatif antara input dan kehilangan biji gulma merefleksikan suatu ‘dinamika seed bank’. Ukuran seed bank (seed bank size) cenderung menurun dengan meningkatnya latitude (letak lintang), meningkatnya altitude (ketingian tempat) dan pada tahap akhir suksesi tumbuhan.

Prosedur Kerja :

Perlakuan dan pemeliharan :

1. D i s iapkan 2 (dua) lokasi/daerah yang akan diuji potensi Seed Bank yang dikandungnya.

(18)

4. Disiram tanah pada masing-masing bak kecambah hingga cukup lembab, tetapi tidak sampai tergenang. Kelembaban dijaga selama pengamatan dlakukan.

Pengamatan :

1. D i a mati dan dihitung jumlah kecambah yang tumbuh setiap hari pada masing- masing bak kecambah.

2. Pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) minggu.

Hasil Pengamatan

Tabel 4. Data jumlah biji gulma yang berkecambah selama pengamatan

Lokasi Sampel

ulangan Hari pengamatan ke Jumlah Jenis

5 8 11 14 17 20 23

Lokai I (Sawah)

1 0 2 4 5 7 9 11 3

2 0 3 5 8 11 15 20 4

3 0 0 2 5 8 12 16 7

Total 0 5 11 18 26 36 47 14

Rata-rata 0 1,7 3,7 6 8,7 12 15,7 4,7

Lokasi II (Tegalan )

1 0 0 2 4 7 10 13 3

2 0 0 3 7 9 14 17 4

3 0 3 8 15 18 21 24 4

Total 0 3 13 26 34 45 54 11

(19)

Gambar 2. Grafik potensi tanah sebagai bank biji gulma selama pengamatan

Pembahasan

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengan secara khas (Moenandir, 1988). Gulma yang selalu tumbuh di sekitar petanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya.

Pada acara praktikum ini, diamati mengenai potensi tanah sebagai bank biji gulma pada dua jenis tanah yang berbeda yakni tanah sawah dan tanah tegalan. Tanah sawah yang digunan dalam pengamatan ini adalah tanah sawah yang diambil di salah satu areal persawahan yang ada di daerah Monjok, dan tanah perkebunanan yang diambil di depan Rusunawa UNRAM. Tekstur tanah sawah agak liat dan strukturnya agak kuat. Sedangkan tanah perkebunan tersebut berstruktur lepas dan gembur. Kedua jenis tanah tersebut kemudian di simpan menggunakan pot yang masing-masing kedua jenis tanah tersebut dilakukan tiga kali ulangan, sehingga terdapat 6 buah pot untuk diamati.

(20)

jumlah akhir 11 gulma. Pada ulangan kedua, terdapat 4 jenis gulma dengan jumlah akhir 20 gulma. Dan pada ulangan ketiga terdapat 7 jenis gulma dengan jumlah akhir 16 gulma.

Untuk tanah kebun didapatkan hasil pengamatan : Pada ulangan pertama terdapat 3 jenis gulma dengan jumlah akhir 13 gulma. Pada ulangan kedua terdapat 4 jenis gulma dengan jumlah akhir 17 gulma. Dan pada ulangan ketiga terdapat 4 jenis gulma dengan jumlah akhir 24 gulma.

Perbedaan pertumbuhan gulma pada kedua lokasi dapat dilhat pada grafik potensi tanah sebagai bank biji gulma. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa gulma yang tumbuh pada tanah perkebunan (tegalan) lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis tanah sawah. Dimana rata-rata jumlah gulma yang tumbuh pada tanah perkebunan ialah 18 gulma, sedangkan pada tanah sawah memiliki rata-rata jumlah pertumbuhan gulma sebesar 15,7 atau 16 gulma.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan menggunakan dua jenis tanah yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa kedua tanah sampel yang diamati berpotensi sebagai bank benih gulma, dan dapat pula disimpulkan bahwa tanah tegalan (perkebunan) lebih berpotensi menjadi bank benih gulma di dalam tanah dibandingkan dengan tanah sawah.

Saran

(21)

III. ANALISA VEGETASI

Tujuan : Untuk mengetahui cara analisa vegetasi gulma dan keadaan populasi vegetasi suatu areal/kawasan.

Alat dan Bahan : Meteran, tali rafia, patok bambo/kayu, buku panduan identifikasi gulma, millimeter blok dan alat tulis menulis.

Landasan Teori :

Konsep dan metode analisa vegetasi gulma sangat bervariasi, tergabtung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Tujuan analisa vegetasi ada beberapa misalnya untuk mempelajari tingkat suksesi dan untuk eveluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus sesuai dengan komposisi vegetasi.

Analisa vegetasi yang ditujukan untuk suatu eveluasi pengendalian gulma dapat memberi informasi tentang beberapa hal misalnya: perubahan flora (shifting) akibat metode pengendalian tertentu, evaluasi percobaan herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas syatu kombinasi herbisida terhadap jenis gulma di lapangan, dan juga eveluasi pengendalian herba tahunan (perennial).

(22)

yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kauntitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periddesitas, dsb; sedangkan data kuantitatif menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya.

A. Pengamatan Pendahuluan

Pengamatan ini terdiri atas pengamatan sepintas secara menyeluruh terhadap suatu komunitas vegetasi sehingga diperoleh suatu gambaran umun mengenai garis besar kelompoknya, komp[osisi flora, dan bagaimana hubungannya dengan lingkungannya secara timbal balik. Pada penelitian pendahuluan dilakukan penjelajahan seluruh area, lalu dibuat catatan tentang: komunitas, jenis yang dominan, serta adakah korelasi antara vegetasi dan jenis faktor lingkungannya.

B. Pengamatan Petak Contoh

Dalam suatu sampling akan diamati suatu area dengan luas tertentu yang disebut sebagai petak contoh (*sample plot). Sampling yang sesuai sangat diperlukan agar diperoleh gambaran yang mendekati kebenaran mengenai sifat-sifat populasi vegetasinya dengan sejumlah petak contoh yang relatif sedikit tetapi dapat mewakili keadaan seluruh vegetasi yang diamati.

1. Distribusi Petak Contoh

Jika komposisi suatu vegetasi benar-benar merata maka cukup mengambil satu petak contoh dengan luas tertentu yang dapat mewakili seluruh populasi vegetasi. Keadaan yang demikian hampir tidak pernah ada baik mengenai topografinya maupun sifat-sifat tanah dan lingkungannya. Oleh sebab itu petak contoh harus diletakkan pada semua area yang akan diamati. Distribusi petak contoh disesuaikan dengan sifat masing-masing vegetasi dan faktor lainnya, sehingga distribusi petak contoh dapat diamati dengan beberapa cara yakni: cara subyektif, bertingkat.

a. Cara Subyektif.-- Merupakan sampling yang paling sederhana, yaitu dengan memilih petak contoh yang menurut pengamatan dapat mewakili populasi seluruh area.

(23)

paling sederhana dan memenuhi syarat statistika (valid). Seluruh area dibagi- bagi dalam jarak yang sama, kemudian sejumlah petak contoh yang diperlukan (mis. 10 petak), letaknya dipilih secara acak. Dapat dilakukan dengan membuat petak kotak-kotak secara kasar, lalu pada sumbu koordinat X dan Y dipilih dengan undian secara acak sebagai petak contoh.

Gambar 3. Memilih letak petak-contoh secara acak

c. Sampling Beraturan.-- yaitu dengan meletakkan petak contoh secara beraturan dengan jarak sama dalam seluruh area, dan cara ini lebih memuaskan serta memberikan hsil yang lebih mendekati kebenaran dibandingkan sampling acak. Untuk memenuhi syarat statistika, urutan pengamatan petak contoh dipilih secara acak. Karena letak petak berjarak tetap dan beraturan maka disebut pola kisi.

d. Sampling Bertingkat.-- Sampling bertingkat diperlukan bilaa vegetasi terdiri atas beberapa blok atau stratum yang berbeda fisionominya. Dalam keadaan demikian, are dibagi dalam stratum yang mempunyai fisiolomi sama dan pada setiap stratum dilakukan sampling acak seperti (b = tidak langsung).

2. Metode Pengamatan

(24)

a. Metode Estimasi.-- Setelah letak letak dan kuas petak contoh yang akan diamati ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam persentse penyebaran. Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam area dihitung dalam persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100% (trmasuk % daerah kosong jika ada). Dapat juga dominansi dihitung berdasar suatu skala abundansi (scale abundance) yang bernilai 1 – 5 (Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin) atau 1 – 3 (Wirahardja & Dekker). Cara ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak waktu tersedia. Tetapi memiliki kelemahan yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin ketepatannya.

(25)

Prosedur Kerja

1. Penentuan luas dan jumlah minimal petak contoh:

Karena luas dan keadaan vegetasi yang sangat bervariasi maka yang selalu menimbulkan pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak contoh yang memedai. Terutama bila kita hanya menggunakan petak contoh tunggal (gambar 2), luas yang memadai harus kita tentukan. Luas/ jumlah petak-contoh minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan dengan menyusun sebuah kurva area terhadap jenis. Dengan prosedur sebagai berikut :

1. D i p ilih satu komunitas vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh acak, tentukan batasnya.

2. Di tengah komunitas, diletakkan sebuah petak contoh 1 x 1 m (p.c. 1) atau sebuah lingkaran dengan jari-jari 0.56 m. Luas petak contoh = 1 m2. 3. Dicatat jumlah jenis dalam p.c. 1 pada lembar data (daftar 9?)

dengan sebuah tanda (X) pada kolom 1.

4. Diperluas dua kali lipat p.c. 1 (= p.c. 2), catat semua jenis dalam petak contoh 1 + 2.

5. Diperluas seterusnya dua kali (p.c. 1 + 2 + 3), dan catat jumlah, jenis dalam p.c. 1 + 2 + 3 (kumulatif). Hentikan bila kenaikan jumlah jenis yang diperoleh tidak berarti. Bentuk petak-contoh menjadi seperti pada gambar 4 berikut.

Gambar 4. Bentuk petak contoh untuk kurva minimal

(26)

Tanggal : ...

... Lokasi :

No Jenis Petak-Contoh

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 A X

2 B X

3 C X

4 D X

5 E X

6 F X

7 G X

8 H X

9 I X

10 J X

11 K X

12 L X

13 M X

14 N X

15 O X

16 P X

17 Q X

18 R X

19 S X

20 T X X

Dari lembar data petak contoh yang diperlebar/diperluas: p.c. (1) ditemukan

11 jenis p.c. (1 + 2)

ditemukan 15 jenis p.c. (1 + 2 + 3) ditemukan 17 jenis p.c. (1 + 2 + 3 + 4) ditemukan 19 jenis p.c. (1 + 2 + 3 + 4 + 5) ditemukan 20 jenis

(27)

Garis m ditarik dari titik 0 ke koordinat (A) dari jumlah jenis dan 10% daripada luas petak-contoh. Garis m ini merupakan tempat kedudukan dari 10% luas petak contoh tempat terdapat 10% daripada jumlah jenis. Tari garis n // m yang menyinggung kurva pada K. Proyeksi K pada sumbu X (titik B) adalah luas minimal petak contoh (± 3 m2). Berdasarkan pengalaman, setelah luas petak-contoh yang diamati melebihi 10% daripada seluruh area, jenis-jenisnya hanya akan bertambah 10% saja, sehingga secara umum cara diatasi dapat diterima. Untuk mengetahui berapa jumlah minimal petak-contoh yang diperlukan, caranya sama dengan C.1 (luas minimal), hanya sumbu X menyatakan jumlah petak-contoh yang diperlukan.

6. Dihitung jumlah dan luas minimal petak contoh berdasarkan hasil pengamatan, gunakan cara seperti contoh di atas.

7. Distribusikan petak contoh yang sidah diketahui jumlah minimal dan luas minimalnya.

8. Parameter Kuantitatif

Parameter dalam analisa vegetasi yang digunakan adalah kerapatan, frekwensi, dan dominansi.

a. Persentase penyebaran/skala abundansi : Luas penyebaran komponen vegetasi dapat dinyatakan dalam bentuk persen, selain itu sering diubah ke dalam 5 – 10 kelas skala abundansi (Tabel 2 dan 3).

Tabel 7. Macam-macam skala abundansi

(28)

2 Tidak umum I =

F= frequent Infequent 2 = abundant

4 Umum,

a. Kerapatan : Menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak-contoh. Masalah: Memakan waktu dalam menghitung, dan kesulitan dalam menentukan satuan tumbuhan yang menjalar atau berumpun. Kerapatan berhubungan erat dengan musim dan vitalitas contoh (%) yang memuat jenis tsb dari semua petak-contoh yang dibuat. Misalnya tumbuhan A ditemukan dalam 80 petak-contoh dari 200 dinyatakan dengan istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa atau volume.

(29)

Jumlah petak contoh minimal :

(30)

Luas petak contoh minimal (m2) :

(31)
(32)

1. Jenis gulma A = ; B = : C = ……….; Z = 2. KM = Kerapatan mutlak; KN = Kerapatan nisbi

3. FM = Frekuensi mutlak; FN = Frekuensi nisbi 4. NP = Nilai penting; NA: Nilai Abundant

(33)

Gulma merupakan semua jenis tumbuhan yang tumbuh pada suatu tempat dan waktu tertentu dan kehadirannya tidak diinginkan, karena sering merugikan bagi tanaman budidaya. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. (Moenandir,1988). Gulma yang selalu tumbuh di sekitar petanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya.

Mempelajari hubungan populasi gulma dengan tanaman budidaya bermanfaat untuk:

1. 1. Dapat menduga tingkat populasi dari setiap jenis atau spesies gulma dari generasi ke generasi, sehingga dapat menggunakan cara yang tepat untuk pengendaliannya.

2. Memperoleh informasi mengenai ambang ekonomi gulma terhadap kerugian tanama budidaya.

3. Mendapatkan informasi yang berhubungan dengan ekologi gulma untuk penggunaan herbisida yang benar dan sesuai.

Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi), dan perhitungan analisis vegetasi. gulma dengan menghitung nilai SDR pada setiap petak percobaan. Nilai SDR didapat-kan dengan menghitung setiap jumlahs pesies gulma yang terdapat pada petak contoh. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.

Pengamatan mengenai analisa vegetasi gulma ini dilakukan pada delapan (8) petak. Berdasarkan data hasil pengamatan diatas dapat terlihat dengan jelas spesies gulma Mimosa pudica mendominasi dengan jumlah nilai pentingnya (NP) 47,53% dari total keseluruhan gulma. Sedangkan spesies lainnya dapat dikatakan memiliki jumlah yang relatif teratur pada setiap pengulangan.

(34)

gulma Cyperus rotundus. Dalam hal ini pengendalian gulma yang diambil harus fokus pada bagaimana cara menekan pertumbuhan gulma Mimosa pudica terlebih dahulu. Apabila pengendalian dilakukan dengan menggunakan herbisida, maka herbisida yang dipilih harus mampu mengendalikan Mimosa pudica.

Dari table diatas terdapat data dominansi dan data kerapatan, dimana data dominansi diperoleh dengan cara menduga berapa persen populasi yang terdapat dalam kuadran tersebut. Sedangkan data kerapatan diperoleh dengan cara menghitung jumlah masing-masing gulma yang berada di dalam kuadran tersebut.

Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lahan percobaan dapat disimpulkan bahwa tidak ada batasan ukuran gulma untuk dapat dihitung sebagai satu spesies. Secara umum, berdasarkan data yang diperoleh, gulma Mimosa Pudica merupakan spesies gulma dominan yang terdapat pada petak contoh.

Saran

Dalam melakukan analisis vegetasi pada gulma, sangat perlu memperhatikan berbagai jenis gulma, metode, serta kelengkapan alat yang digunakan pada saat pengamatan karena akan sangat menentukan hasil analisis vegetasi gulma.

(35)

Anderson, W. P., 1983. Weed Science: Principles. 2nd ed. West Publishing Company, St Paul, Minnesota.

Damalas,C.A., 2004.Review: Herbicide Tank Mixtures: Common Interactions.

International Journal of Agric. and Biol. 1560–8530/2004/06–1–209–212. htt

p :// w w w .ijab . org . (Diakses 3 September 2011).

Hatzios, .K. and D. Penner, 1985. Interactions of Herbicides wth Other Agrochemicals in Higher Plants. Review of weed Science (1): 1-52. Moenandir. J. 1991. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma (Ilmu

Gulma- Buku I). Rajawali Press, Jakarta.

Moenandir, J. 1990. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma (Ilmu Gulma-Buku III). Rajawali Press, Jakarta.

Moenandir.J. 1992. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.

Rao, V.S.,2000. Principles of Weed Science, 2nd ed.,Science Publisher. Inc.New Hampshire

Rukmana, R. 2000. Gulma dan Teknik Pengendalian. Rajawali Press, Jakarta.

(36)

LAMPIRAN-LAMPIRAN Acara 2

(37)

Acara 3

1 2 3

4 5 6

7 8 9

10 11 12

13 14 15

(38)

Gambar

Tabel  1. Gambar dan karakteristik gulma yang diidentifikasi (1)
Tabel  2. Gambar dan karakteristik gulma yang diidentifikasi (2)
Tabel  3. Gambar dan karakteristik gulma yang diidentifikasi (3)
Gambar 1. Siklus hidup  annual  biji gulma dalam ‘soil  seed bank’ dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan pelarut yang kedua menggunakan sampel B, dimana hassil yang didapatkan dari sampel B sama dengan hasil dari sampel A, yaitu sampel B larut pada saat dicampurkan dengan

Bobot volume yang dimiliki oleh tanah alfisol Jumatono yaitu 1,188 sedangkan bobot jenisnya adalah 2,226. Bobot Volume dan Bobot Jenis merupakan nilai yang

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi enzim pada sampel ekstrak apel (15 tetes) lebih aktif bekerja pada

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan konsentrasi pemberian diazepam yang diberikan pada mencit akan memberikan efek sedativ yang berbeda pula,semakin

Cacing yang sudah aktif diletakan pada cawan petri yang berbeda untuk tiap larutan uji, cawan petri yang pertama untuk larutan uji pirantel palmoat 5% sebanyak ±10mL, cawan petri

Dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu pengujian impak pada sampel baja LR-A menggunakan metode charpy dengan bentuk takik V dengan suhu yang diberikan berbeda-beda, maka

Berdasarkan percobaan dan pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa termos yang terinsulasi dengan polyuretan memiliki Q (rugi-rugi kalor) yang

Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi, dapat bertahan hidup pada