• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), TOTAL ASSET TURNOVER (TAT), DAN RETURN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), TOTAL ASSET TURNOVER (TAT), DAN RETURN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), TOTAL ASSET TURNOVER (TAT), DAN RETURN

ON ASSET (ROA) TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI

(Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014) Nike Aprianty, H.Achmad Uzaimi, Lia Suprihartini

110462201203

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, Current Ratio (CR), Debt to Equity (DER), Total Asset Turnover (TAT), dan Return on Asset (ROA) Terhadap Peringkat Obligasi (Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014). Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa laporan keuangan perusahaan non keuangan periode 2011-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014. Sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah 17 sampel perusahaan. Teknik analisis data menggunakan analisis Regresi Logistik (logistic regression), dikarenakan variabel dependen menggunakan variabel dummy.

Hasil penelitian ini menunjukkan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Sedangkan Kepemilikan Manajerial, Current Ratio (CR), Total Asset Turnover (TAT), dan Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Kata kunci : Peringkat Obligasi, Kepemilikan Manajerial, Current Ratio, Debt to Equity, Total Asset Turnover dan Return on Assets

(2)

PENDAHULUAN

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi saat ini, pasar modal menjadi pilihan bagi kalangan masyarakat yang berkeinginan untuk berinvestasi dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa mendatang. Menurut Widoatmodjo (2012:15) Pasar Modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi diberbagai negara, terutama dinegara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Sebab, pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan atau dengan kata lain berkembangnya pasar modal akan mendorong pula kemajuan ekonomi suatu negara.

Dalam mengatur kegiatan Pasar Modal di Indonesia, Menteri Keuangan membawahi Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangam (BAPEPAM LK) yang mana lembaga ini membantu pemerintah untuk mewujudkan industri Pasar Modal dan lembaga keuangan non bank yang sehat sehingga dapat menjadi penggerak Perekonomian Indonesia (Martalena, 2011). Bermacam-macam lembaga Pasar Modal yang ada di Indonesia seperti Bursa Efek Indonesia, Biro Administrasi Efek, Pemeringkat Efek, dan lain-lainnya. Namun lembaga Pasar Modal yang paling terkenal saat ini adalah Bursa Efek Indonesia dan Pemeringkat Efek Indonesia.

Instrumen keuangan yang diperdagangkan dipasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari satu tahun) seperti saham, obligasi, dan lain-lain. Tetapi hanya beberapa yang populer saat ini yaitu investasi dalam (saham) dan investasi dalam surat utang (obligasi). Beberapa perusahaan ada

(3)

yang menerbitkan saham dan obligasinya, namun juga ada perusahaan yang hanya menerbitkan salah satu dari investasinya saja.

Meskipun obligasi relatif lebih aman daripada saham, namun obligasi juga memiliki risiko yaitu default risk. Default risk adalah risiko tidak terbayarnya bunga dan pokok utang. Sehingga untuk mencegah terjadinya risiko tersebut, sebaiknya investor memperhatikan peringkat obligasi. Investor obligasi memerlukan informasi yang dapat dijadikan acuan dalam mengkomunikasikan keputusan investasinya. Sehingga informasi keuangan suatu entitas bisnis yang berkualitas sangat diperlukan sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan dana yang ditanamkan. Peringkat obligasi yang diumumkan kepublik dapat mengurangi asimetris informasi antara perusahaan penerbit obligasi dan investor (Zuhrotun dan Baridwan, 2005).

Menurut Brigham (2006:373) Sejak awal tahun 1900-an, obligasi telah diberikan peringkat mutu yang mencerminkan kemungkinan untuk mengalami gagal bayar. Tiga agen pemeringkat utama adalah Moody’s Investors Service (Moody’s), Standart % Poor’s Corporation (S&P) dan Fitch Investors Services. Sedangkan menurut M.Fakhruddin (2008: 29) Di Indonesia terdapat beberapa lembaga yang berperan sebagai pemeringkat efek yaitu: PT PEFINDO, PT Kasnic Duff & Phelps Credit Rating Indonesia dan Fitch Rating. Namun saat ini lembaga Pemeringkat Efek Indonesia yang paling dikenal adalah PT.PEFINDO, dikarenakan perusahaan yang menerbitkan obligasinya di Bursa Efek Indonesia hampir seluruhnya mendapatkan peringkat dari PT.PEFINDO.

(4)

Kepemilikan Manajerial para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut juga sebagai kepemilikan manajerial (managerial ownership). Untuk mengukur kinerja keuangan dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu (Kasmir, 2011)

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chandra Ly Dali,dkk (2015) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Rasio Keuangan terhadap Peingkat Obligasi hasil penelitiannya bahwa Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi sedangkan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Indenpenden, Komite Audit, CGPI, Leverage, Likuiditas, Profitabilitas berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi. Penelitian lain oleh Alfiani (2013) pengaruh Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, dan Ukuran Perusahan terhadap Peringkat Obligasi. Temuan hasil penelitiannya bahwa Rasio Solabilitas, Rasio Aktivitas tidak berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi sedangkan Rasio Likuiditas dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi.

Sedangkan penelitian Amalia (2013) mengenai Pemeringkat Obligasi PT.Pefindo: Berdasarkan informasi keuangan bahwa Variabel leverage berpengaruh negatif dan berpengaruh positif , Variabel profitability yang diukur dengan return on asset berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi di PT PEFINDO. Variabel liquidity tidak berpengaruh, Variabel profitability yang diukur dengan return on

(5)

equity tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi di PT PEFINDO. Penelitian dari Sunarjanto dan Tulasi (2013) Kemampuan Rasio Keuangan dan Corporate Governance memprediksi peringkat obligasi pada perusahaan consumer good bahwa dari empat rasio yang diaplikasikan untuk memprediksi variabilitas peringkat obligasi yakni Current Ratio, Long-term debt ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, hanya Variabel Total Aseet Turnover dan Return on Asset yang memiliki hubungan positif dengan variabilitas obligasi perusahaan.

Selanjutnya peneilitian Rasyid dan Konstaman (2013) Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi yakni variabel Kepemilikan Institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris indenpenden tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi, sedangkan jumlah komite audit, kualitas audit, profitabilitas yang diproksikan Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Penelitian Maharti dan Daljono (2011) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi hasilnya yaitu Profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi dan Jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu periode penelitian, perusahaan yang dijadikan sampel serta variabel yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini mengambil judul:

“PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), TOTAL ASSET TURNOVER (TAT), DAN

(6)

RETURN ON ASSET (ROA) TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI (Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2011-2014)” KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Teori Signal

Menurut Zuhrotun dan Baridwan (2005) Teori Signal menjelaskan mengenai mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal, hal ini untuk mengurangi asimetri informasi. Informasi yang dipublikasikan seperti peringkat obligasi. Sehingga dapat menjadi sinyal kondisi perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi sehubungan dengan utang yang dimiliki perusahaan.

Obligasi

Menurut Bursa Efek Indonesia mendefinisikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Sedangkan menurut Drs.Martono (2005:36) Obligasi merupakan surat pengakuan hutang berjangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah. Pihak yang mengeluarkan obligasi tersebut berarti mempunyai hutang kepada pihak yang membelinya. Sebaliknya pihak yang membeli obligasi tersebut disebut sebagai investor (dalam hal ini bertindak sebagai kreditur) bagi pihak yang mengeluarkannya.

(7)

Karakteristik Obligasi

Adapun karakteristik Obligasi (Bursa Efek Indonesia) yaitu : 1. Nilai Nominal (Face Value).

2. Kupon (the Interest Rate). 3. Jatuh Tempo (Maturity). 4. Penerbit/Emiten (Issuer. Resiko Obligasi

Meskipun termasuk surat berharga dengan tingkat risiko relatif rendah, namun obligasi tetap mengandung beberapa resiko diantaranya yaitu (Martalena, 2011) :

1. Gagal Bayar (default).

2. Resiko Tingkat Suku Bunga (Interest rate risk). 3. Capital Loss.

4. Callability.

Peringkat Obligasi ( Credit Ratings )

Seorang investor yang hendak membeli obligasi tentunya harus memperhatikan peringkat obligasi (credit ratings). Peringkat obligasi merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman (Sunarjanto dan Tulasi, 2013).

(8)

Pemeringkatan Efek Indonesia ( PT.PEFINDO )

Obligasi sebagai salah satu produk investasi, selain memberikan keuntungan juga berpotensi menimbulkan kerugian atas investasi tersebut. Untuk mengurangi resiko tersebut diperlukan pihak ketiga sebagai penyedia informasi tentang kinerja keuangan, manajemen, bisnis dan kondisi industri emiten obligasi tersebut. Sehingga pihak institusi yang memberikan evaluasi dan penilaian atas kinerja emiten disebut Lembaga Pemeringkat ( Rating Company ) (Rahardjo, 2003)

Sebagai perusahaan pemeringkat tertua dan terpercaya di Indonesia, PT Peringkat Efek Indonesia atau yang lebih dikenal luas sebagai PEFINDO, didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993 berdasarkan inisiatif Otoritas Jasa Keuangan (dahulu dikenal sebagai Badan Pengawas Pasar Modal) dan Bank Indonesia. PEFINDO, yang merupakan satu-satunya perusahaan pemeringkat efek yang dimiliki oleh para pemegang saham domestik, telah melakukan pemeringkatan terhadap banyak perusahaan dan surat-surat utang yang diperdagangkannya di Bursa Efek Indonesia.

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manager atau dengan kata lain manager juga sekaligus pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan saham tentu akan mendorong pihak manager untuk bertindak sejalan dengan keinginan pemegang saham dengan meningkatkan kinerja dan tanggung jawab dalam mencapai kemakmuran pemegang saham. Hal ini

(9)

dikarenakan manager akan merasakan langsung dari setiap keputusan yang diambil dan juga kerugian yang timbul apabila membuat keputusan yang salah (Satwiko, 2011).

Current Ratio (CR)

Menurut Hery (2015:178) Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Dengan kata lain, rasio lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Current Ratio (CR) (Kasmir, 2011) :

Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Hery (2015:198) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) (Kasmir, 2011):

Total Asset Turnover (TAT)

Menurut Hery (2015;221) Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam

Current Ratio (CR) = Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

Debt to Equity Ratio (DER) : Total Utang Total Ekuitas

(10)

menghasilkan penjualan, atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Total Asset Turnover (TAT) (Kasmir, 2011) :

Return on Assets (ROA)

Hery (2015:230) Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Return on Assets (ROA) (Kasmir, 2011):

Kerangka Pemikiran H1 H2 H3 H4 H5 Total Assets Turnover (TAT) : Penjualan Bersih

Total Aktiva

Return On Assets (ROA) : Earning After Interest and Tax Total Asset

Current Ratio ( ) Debt to Equity Ratio ( ) Kepemilikan manajerial ( )

Peringkat Obligasi

(Y) Total Asset Turnover ( )

(11)

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Peringkat Obligasi

Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manager atau dengan kata lain manager juga sekaligus pemegang saham. Semakin tinggi persentase proporsi kepemilikan saham oleh manajer maka akan terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, maka semakin baik kinerja perusahaan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High Investment Grade) dan akan menaikkan peringkat obligasi. semakin sedikit persentase proporsi kepemilikan saham oleh manager akan beresiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, maka semakin beresiko dalam kinerja perusahaan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan menurunkan peringkat obligasi.

Chandra Ly Dali, dkk (2015) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu pernyataan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen maka pihak manajemen akan bertindak secara hati-hati dalam mengelolah perusahaan karena pihak manajemen tidak hanya bertindak sebagai orang yang hanya mengatur manajemen perusahaan tetapi juga sebagai sebagai pemilik perusahaan juga ikut menanggung segala resiko yang dihadapi perusahaan sehingga akan berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

(12)

: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi Pengaruh Current Ratio Terhadap Peringkat Obligasi

Current Ratio (CR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Penelitian Alfiani (2013) bahwa Current Ratio (CR) menunjukkan kemampuan perusahaan membayar utang jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dengan demikian, apabila likuiditas (Current Ratio (CR)) perusahaan bagus berarti perusahaan mampu untuk membayar hutang yang akan segera jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimilikinya akan terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High Investment Grade) maka berpengaruh terhadap peringkat obligasi

Current Ratio (CR) mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki

Current Ratio (CR) yang tinggi kemungkinan besar terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, maka semakin baik kinerja perusahaan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High Investment Grade) maka berpengaruh terhadap peringkat obligasi (Chandra Ly Dali, dkk, 2015).

Ketika Current Ratio (CR) mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki Current Ratio (CR) yang rendah kemungkinan besar beresiko gagal

(13)

bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan menurunkan peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

: Current Ratio berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Peringkat Obligasi

Menurut Hery (2015:198) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang dengan modal. Debt to Equity Ratio (DER) yang relatif tinggi dalam sebuah perusahaan menunjukkan bahwa tingginya resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan menurunkan peringkat obligasi (Chandra Ly Dali, dkk, 2015).

Begitu juga dengan hasil penelitian Amalia (2013) mengatakan bahwa semakin tinggi nilai leverage (DER), maka peringkat obligasi yang diperoleh akan semakin rendah dikarenakan perusahaan tidak mampu membayar hutang obligasi dan beresiko gagal bayar. Jika hasil Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah dalam sebuah perusahaan menunjukkan bahwa rendahnya atau terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi

(14)

layak untuk berinvestasi (High Investment Grade) tentu akan menaikkan peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Peringkat Obligasi

Total Asset Turnover (TAT) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan (Hery, 2015). Semakin tinggi perputaran Aktiva (TAT) maka semakin besar peluang obligasi sebuah perusahaan dimasukkan dalam kelompok high investment grade . Karena resiko investasi pada obligasi juga semakin kecil sehingga memiliki prospek yang baik dimasa mendatang dan terhindar dari resiko gagal bayar tentu akan mempengaruhi peringkat obligasi (Sunarjanto dan Tulasi, 2013).

Semakin tinggi hasil Total Asset Turnover (TAT) mengindikasikan bahwa perusahaan terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High Investment Grade) maka menaikkan peringkat obligasi. Semakin rendah hasil Total Asset Turnover (TAT) mengindikasikan bahwa perusahaan kemungkinan besar beresiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan

(15)

menurunkan peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

: Total Asset Turnover berpengaruh terhadap Peringkat obligasi Pengaruh Return on Asset Terhadap Peringkat Obligasi

Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Hasil penelitian oleh Amalia (2013) bahwa Perbandingan laba bersih perusahaan dengan total aset perusahaan tepat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi, karena jika perusahaan dalam keadaan profit, maka prediksi perusahaan bertahan dalam jangka panjang lebih besar termasuk melaksanakan kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Penelitian lain oleh Chandra Ly dali, dkk (2015) bahwa obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki profitabilitas (ROA) memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mendapatkan perigkat obligasi berkategori investment grade dari perusahaan dengan profitabilitas rendah. Semakin tinggi tingkat Profitabilitas (ROA) maka semakin rendah resiko ketidakmampuan membayar dan diharapkan peringkat yang diberikan kepada perusahaan tersebut semakin baik.

Rasyid dan Konstaman (2013) Tinggi rendahnya peringkat obligasi dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi hasil Return on Assets (ROA) mengindikasikan bahwa perusahaan terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah

(16)

ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High Investment Grade) maka menaikkan peringkat obligasi. Semakin rendah hasil Return on Assets (ROA) mengindikasikan bahwa perusahaan kemungkinan besar beresiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan menurunkan peringkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :

: Return on Asset berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi. METODOLOGI PENELITIAN

Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek dan Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu Perusahaan yang menerbitkan obligasinya pada Indonesia Bond Market Directory (IBMD) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Peringkat obligasi yang dijadikan sebagai sampel adalah perusahaan yang mendapatkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo, karena jasa pemeringkatan obligasi yang ada di Bursa Efek Indonesia didominasi oleh PT. Pefindo.

Variabel Dependen

Variabel ini mengukur tingkat peringkat obligasi perusahaan non keuangan dengan memberi nilai pada masing-masing kategori peringkat. Sehingga mengacu

(17)

pada penelitian terdahulu dengan sedikit dimodifikasi, yang mana variabel dependennya merupakan variabel dummy. Seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Skala Penelitian Peringkat Obligasi

Peringkat Obligasi Kategori Nilai

AAA, AA, High Investment Grade 1

A, BBB Low Investment Grade 0

Sumber : dimodifikasi dari penelitian Sunarjanto dan Tulasi (2013) Variabel Independen

Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung oleh variabel lain (Sunyoto, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini meliputi :

1. Kepemilikan Manajerial ( X1 ) 2. Current Ratio (X2)

3. Debt to Equity Ratio (X3) 4. Total Asset Turnover (X4) 5. Return on Asset (X5)

Teknik Penentuan Populasi dan Sampel Populasi

Populasi dalam penelitian ini menggunakan Perusahaan Non Keuangan yang menerbitkan obligasinya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Index Bond Market Directory (IBMD), serta mendapatkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO. Pemilihan PT. PEFINDO dalam penelitian ini, dikarenakan

(18)

perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader dalam pemberian rating adalah PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) pada tahun 2011-2014

Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang dipilih dari populasi pada Perusahaan Non Keuangan yang obligasinya terdaftar di Pefindo dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling.

N

o Kriteria Sampel Total

1

Perusahaan Non Keuangan yang menerbitkan obligasinya terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Indonesia Bond Market Directory (IBMD) pada tahun 2011-2014

61

2

Perusahaan tersebut tidak mempublikasikan laporan keuangan (annual report) secara lengkap sudah diaudit terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014

(21)

3

Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan menggunakan selain rupiah (currency) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014

(2)

4

Perusahaan yang menerbitkan obligasinya diperingkat oleh pemeringkat lain dan dikeluarkan dari sampel karena tidak lengkap pada tahun 2011-2014.

(21)

Total Sampel 17

Sumber: Data IBMD,BEI & Pefindo diolah, 2011-2014

Metode Analisis

Metode Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi logistick (logistik regression) karena menurut Ghozali (2013) metode ini cocok digunakan untuk penelitian yang variabel dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan non metrik.

(19)

Penelitian ini lebih dikhususkan pada metode analisa Regresi Logistik Biner (Binary Logistik Regression). Regresi Logistik Binary bertujuan untuk menguji pengaruh dengan data dependen (Y) adalah kategorikal ( misal : pemberian kode 1 : membeli, kode 0 : tidak membeli ). Data indenpenden (X) adalah data kuantitatif (misal iklan dikoran, iklan di radio) (Sujarweni, 2014).

Secara matematis, model regresi logistik sebagai berikut : RAT = β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+ε

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu Perusahaan Non Keuangan yang menerbitkan obligasinya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Index Bond Market Directory (IBMD) websitenya (www.idx.co.id), serta mendapatkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT.PEFINDO websitenya (www.pefindo.com) periode tahun 2011-2014.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Current Ratio 68 .818 2.902 1.56734 .473663 Debt to Equity Ratio 68 .473 7.249 1.67919 1.358127 Total Asset Turnover 68 .168 2.332 .97882 .561716 Return on Asset 68 .008 .240 .07499 .049997 Valid N (listwise) 68

(20)

Frekuensi Peringkat Obligasi Peringkat Obligasi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Low Investment

Grade 35 51.5 51.5 51.5

High Investment

Grade 33 48.5 48.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber : Data sekunder yang telah diolah,2016

Peringkat Obligasi ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana nilai 0 diberikan peringkat obligasi Low Investment Grade (A, BBB) dan nilai 1 diberikan pada peringkat obligasi High Investment Grade (AAA, AA,). Berdasarkan tabel 4.3 frekuensi yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat 33 (48.5%) yang termasuk dalam kategori High Investment Grade dan 35 (51.5%) yang termasuk dalam kategori Low Investment Grade.

Kepemilikan Manajerial Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak Ada

Kepemilikan Manajerial 36 52.9 52.9 52.9 Ada Kepemilikan Manajerial 32 47.1 47.1 100.0 Total 68 100.0 100.0

Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2016

Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana nilai 0 = Tidak Ada Kepemilikan Manajerial dan nilai 1 = Ada Kepemilikan Manajerial. Berdasarkan tabel diatas frekuensi yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat 36

(21)

(52.9 %) yang termasuk dalam kategori Tidak Ada Kepemilikan Manajerial dan terdapat 32 (47.1%) yang termasuk dalam kategori Ada Kepemilikan Manajerial. Menilai Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 8.397 8 .396

Nilai Hosmer and Lemeshow Test sebesar 8.397 dan siginifikan pada 0.396 oleh karena nilai ini > 0.05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti model regresi dikatakan fit dengan data dan model dapat diterima (Ghozali, 2013)

Menilai Model Fit

Block 0 : Beginning Block Iteration Historya,b,c Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant Step 0 1 94.209 -.059 2 94.209 -.059

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 94.209

c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.

Block 1 : Method = Enter Iteration Historya,b,c,d Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant X1 X2 X3 X4 X5 Step 1 1 68.510 .382 -.644 -.266 -.509 .074 14.148 2 64.959 .857 -.629 -.280 -.968 .177 15.219 3 64.131 1.262 -.503 -.249 -1.358 .290 13.451 4 64.089 1.349 -.462 -.232 -1.468 .326 12.960 5 64.089 1.352 -.460 -.231 -1.473 .328 12.942 6 64.089 1.352 -.460 -.231 -1.473 .328 12.942

(22)

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 94.209

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Hasil menunjukkan perbandingan antara nilai 2LogL blok awal dengan -2LogL block akhir. Dari hasil perhitungan nilai -2LL terlihat bahwa nilai block awal ( Block Number = 0 ) adalah 94.209 dan nilai -2LogL pada block akhir ( Block Number = 1) adalah 64.089 mengalami penurunan menjadi 30.120. Hal ini menunjukkan model yang dihipotesiskan fit dengan data. Adanya penurunan nilai menunjukkan model regresi yang lebih baik (Ghozali, 2013).

Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square) Model Summary Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell

R Square Nagelkerke R Square

1 64.089a .358 .477

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Dapat dilihat bahwa nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0.477. Berarti variabilitas variabel dependen (Peringkat obligasi) yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel indenpenden (Kepemilikan Manajerial, Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TAT), dan Return on Assets (ROA)) sebesar 47.7 %, sedangkan sisa (100% - 47.7% = 52.3% ) dijelaskan oleh faktor – faktor diluar variabel yang diteliti (Ghozali, 2013).

(23)

Estimasi parameter dan intreprestasinya

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 -.460 .743 .383 1 .536 .631 X2 -.231 .704 .108 1 .742 .793 X3 -1.473 .600 6.017 1 .014 .229 X4 .328 .628 .272 1 .602 1.388 X5 12.942 9.256 1.955 1 .162 417530.676 Constant 1.352 1.604 .710 1 .399 3.864

a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.

Pada tabel diatas menunjukkan hasil dari pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model sebagai berikut ini :

Peringkat Obligasi (PO) : 1.352 – 0.460 X1 – 0.231 X2 – 1.473 X3 + 0.328 X4 + 12.942 X5 + e

1. Konstanta sebesar 1.352 yang berarti bahwa tanpa Kepemilikan Manajerial (X1), Current Ratio (X2), Debt to Equity Ratio (X3), Total Asset Turnover (X4) dan Return on Assets (X5) maka Peringkat Obligasi adalah 1.352

2. Koefisien Kepemilikan Manajerial sebesar –0.460, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Kepemilikan Manajerial satu satuan mengakibatkan peringkat obligasi akan turun.

3. Koefisien Current Ratio (CR) sebesar –0.231, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Current Ratio (CR) satu satuan mengakibatkan peringkat obligasi akan turun.

(24)

4. Koefisien Debt to Equity Ratio (DER) sebesar –1.473, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Debt to Equity Ratio (DER satu satuan mengakibatkan peringkat obligasi akan turun.

5. Koefisien Total Asset Turnover (TAT) sebesar 0.328, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Total Asset Turnover (TAT) satu satuan mengakibatkan peringkat obligasi akan naik.

6. Koefisien Return on Assets (ROA) sebesar 12.942, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Return on Assets (ROA) satu satuan mengakibatkan peringkat obligasi akan naik

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Peringkat Obligasi

Hipotesis Pertama (H1) menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang terlihat pada tabel 4.9 nilai probabilitas statistik atas Kepemilikan Manajerial sebesar 0.536 yang menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5% (α = 0. 05) maka H1 ditolak. Sehingga Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada atau tidaknya kepemilikan Manajerial pada perusahaan non keuangan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang diberikan oleh pefindo dalam memberikan peringkat yang berkategori obligasi layak untuk berinvestasi (High investment grade) atau obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) karena Kepemilikan Saham oleh

(25)

pihak manager ini lebih berperan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan bertanggung jawab dalam mencapai kemakmuran pemegang saham.

Pengaruh Current Ratio terhadap Peringkat Obligasi

Hipotesis Kedua (H2) menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang terlihat pada tabel nilai probabilitas statistik atas Current Ratio (CR) sebesar 0.742 yang menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5% (α = 0.05) maka H2 ditolak. Sehingga Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Current Ratio (CR) yang tinggi pada Perusahaan Non Keuangan disebabkan kelebihan aktiva lancar perusahaan yang belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang perusahaan yang jatuh tempo. Sehingga Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang diberikan oleh Pefindo dalam memberikan peringkat yang berkategori obligasi layak untuk berinvestasi (High investment grade) atau obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) atau kemungkinan lain pefindo lebih menilai peringkat obligasi atas resiko industri dari resiko bisnis

Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap peringkat obligasi

Hipotesis Ketiga (H3) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringat obligasi. Hasil ini sesuai dengan hasil yang terlihat pada tabel nilai probabilitas statistik atas Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0.014

(26)

yang menunjukkan nilai probabilitas lebih kecil dari 5% (α = 0.05) maka H3 diterima. Sehingga Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) yang relatif tinggi dalam sebuah Perusahaan Non Keuangan menunjukkan bahwa tingginya resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan, sehingga perusahan tersebut masuk kedalam kategori obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade) dan akan menurunkan peringkat obligasi. Jadi, Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang diberikan oleh Pefindo dengan menilai Perusahaan Non Keuangan tersebut masuk dalam kategori obligasi layak untuk berinvestasi (High investment grade) atau obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade).

Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Peringkat Obligasi

Hipotesis Keempat (H4) menyatakan bahwa Total Asset Turnover (TAT) berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai denga hasil yang terlihat pada tabel nilai profitabilitas statistik atas Total Asset Turnover (TAT) sebesar 0.602 yang menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5% (α = 0.05) maka H4 ditolak. Sehingga Total Asset Turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Pada umumnya untuk melihat peringkat obligasi Perusahaan Non Keuangan hal yang perlu diperhatikan segala sesuatu dari segi utang perusahaan (liabilitas) untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang

(27)

telah ditentukan, sedangkan Total Asset Turnover (TAT) hanya mengukur efektivitas total aset yang dimilik perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Sehingga semakin tinggi ataupun semakin rendah Total Asset Turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang dilakukan Pefindo dalam memberikan peringkat yang berkategori obligasi layak untuk berinvestasi (High investment grade) atau obligasi yang sedikit lemah untuk berinvestasi (Low Investment Grade).

Pengaruh Return on Asset terhadap Peringkat Obligasi

Hipotesis Kelima (H5) menyatakan bahwa Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil yang terlihat pada tabel nilai probabilitas statistik atas Return on Assets (ROA) sebesar 0.162yang menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 5% (α = 0.05) maka H5 ditolak. Sehingga Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa hasil Return on Assets (ROA) pada Perusahaan Non Keuangan memiliki laba yang relatif tinggi belum tentu terhindar dari resiko gagal bayar untuk membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan atau belum tentu memiliki prospek yang baik dalam berinvestasi obligasi. Keuntungan perusahaan cenderung naik turun tidak bisa dijadikan ukuran dalam berinvestasi, karena perusahaan akan tetap membayar imbalan berupa bunga dan melunasi pokok utang sedangkan investor tetap menerima tingkat bunga yang sudah ditentukan.

(28)

BAB V PENUTUP Kesimpulan

Maka berdasarkan hasil regresi logistik penelitian ini dapat ditarik kesimpulan:

1. Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014

2. Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014

3. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014

4. Total Asset Turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014

5. Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi Pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014

Saran

Saran yang berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan perusahaan non keuangan. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan Sampel Perusahaan Lembaga Keuangan ataupun sampel perusahaan yang lebih bervariasi lagi.

(29)

2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel Kepemilikan Manajerial diharapkan penelitian selanjutnya mampu menggunakan variabel seperti komite audit, kualitas audit, ukuran perusahaan dan informasi keuangan yang lebih luas seperti rasio nilai pasar atau rasio keuangan lainnya yang dapat menggambarkan keuangan perusahaan.

3. Bagi para investor, diharapkan jika ingin berinvestasi dapat melihat perusahaan dari kemampuan perusahaan dalam menganalisis kinerja keuangannya sehingga investor tidak mengalami kerugian investasi obligasi akibat perusahaan yang beresiko gagal bayar (default risk)

4. Bagi penerbit obligasi, diharapkan dapat memperbaiki kinerja keuangan maupun nilai perusahaan guna meningkatkan investasi dalam surat utang (obligasi) dan perusahaan tidak termasuk kedalam kategori perusahaan yang beresiko gagal bayar (default risk).

DAFTAR PUSTAKA

Maharti dan Daljono, (2009). Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi .

Alfiani, (2013). Pengaruh Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi , Vol 1 No.3. Amalia, (2013). Pemeringkat Obligasi PT.Pefindo : Berdasarkan informasi keuangan.

Accounting Analysis Journal .

Chandra Ly Dali, dkk. (2015). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Rasio Keuangan terhadap Peringkat Obligasi. FINESTA , Vol.3 No.1, 30-35. Drs.Martono, (2005). Manajemen Keuangan (Cetakan Ke-5 ed.). Yogyakarta:

(30)

Fahmi, (2012). Dalam Analisis Laporan Keuangan (2 ed.). Bandung: Alfabeta,CV. Ghozali, (2013). Aplikasi Analisis Mulitiariate dengan Program IBM SPSS 21

(Cetakan ke VII ed.). UNDIP.

Hery, (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS ( Center for Academic Publishing Service).

Kasmir, (2011). Analisis Laporan Keuangan (1 ed.). Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.

M.Fakhruddin, (2008). Go Public : Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Martalena, (2011). Pengantar Pasar Modal (1 ed.). Yogyakarta: Andi Offset.

Rahardjo, (2003). Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Rasyid dan Konstaman. (2013). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance

dan Profitabilitas perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi. Jurnal UKRIDA , No.1.

Satwiko, (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepemilikan Manajerial. Jurnal Bisnis dan Akuntansi , Vol 3 No.1, 67-80.

Sujarweni, (2014). SPSS Untuk Penelitian (1 ed.). Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Sunarjanto dan Tulasi. (2013). Kemampuan Rasio Keuangan dan Corporate

Governance memprediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Consumer Goods. Jurnal Keuangan dan Perbankan , 17, 230-242.

Sunyoto, (2011). Metodologi Penelitian untuk Ekonomi (1 ed.). Yogyakarta: PT.BUKU SERU.

Widoatmodjo, (2012). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal (Cetakan Ke-1 ed.). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

www.pefindo.com. Diakses pada tanggal 1 januari 2016. www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 1 januari 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Selain permasalahan yang terkait dengan pemilih, faktor perundangan yang juga menjadi sumber dari permasalahan dalam pelaksanaan pemilihan Hukum Tua di Desa Kolongan

REKAPITULASI DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG MENURUT PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH URAIAN BERTAMBAH/(BERKURANG) KODE PROG./

a) Sebelum mulai seminar, sebaiknya Nara sumber, Coach dan Mentor mengadakan pertemuan untuk menyamakan persepsi. Kalau peserta berjumlah 30 orang, maka dibagi menjadi 3

Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan metode Convolutional Neural Network (CNN) untuk mengenali gambar apabila adanya objek yang terdeteksi , lalu hasil deteksi

Dalam konteks yang lebih agregat, menurut Ratnawati (2009) ada beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembiayaan sektor pertanian ke depan yaitu:

Hasil yang diperoleh adalah (1) pesan dan tanda dalam teks cerita pewayangan wahyu cakraningrat, (2) teknik penyampaian pesan dan tanda dalam teks cerita

Juga kata-kata yang menunjukkan perpindahan tempat (masuk, keluar, maju, mundur, dsb). Selain itu, yang khas dalam wacana adalah digunakannya deiksis-deiksis

26 Menurut buruh harian lainnya upahnya juga sudah pas dengan pekerjaannya karena upah tersebut diambil setiap satu minggu sekali dengan akumulasi jumlah