• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

A. Saat Terutang Pajak

Setiap wajib pajak diwajibkan untuk membayar hutang pajaknya dengan tidak menggantungkan dengan adanya surat ketetapan pajak. Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenakan pajak, namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah :

1. Pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak ketiga. 2. Pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan karyawan yang dipotong oleh

pemberi kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena Pajak atas pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

3. Pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan.

B. Defenisi dan Jenis – jenis Surat Ketetapan Pajak

Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar.

(2)

1.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

2.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

3.Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar(SKPLB)

Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

4.Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit.

C. Penjelasan Tentang Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

1.Menurut Mardiasmo (2011 : 41) SKPKB diterbitkan apabila :

1.1Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

(3)

1.2Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setetah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana telah ditentukan dalam Surat Teguran.

1.3Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya tidak dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai 0% (nol persen)

1.4Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang

1.5Kepada wajib pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan

2.Sanksi administrasi

2.1Apabila SKPKB dikeluarkan dengan alasan pada poin 1.1 dan 1.5, maka jumlah kekurangan pajak terutang ditambah dengan saksi administrasi 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

2.2Apabila SKPKB dikeluarkan karna alasan pada poin 1.2, 1.3, dan 1.4, maka dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :

(4)

b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang potong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan

c. 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar 3. Fungsi SKPKB

3.1Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya 3.2Sarana untuk mengenakan sanksi

3.3Alat untuk menagih pajak

4. Jangka Waktu Penerbitan SKPKB

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan SKPKB.

Walaupun jangka waktu 5 (lima) taun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar masih tetap diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar, apabila wajib pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 5.Wajib Pajak yang karena kealpaan tidak menyampaikan SPT atau

(5)

keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana bila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan dan WP wajib melunasi kekurangan bayar pajak terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKPKB.

D. Jenis – Jenis Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi merupakan sanksi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang melakukan tindakan pelanggaran administrasi perpajakan.Pengenaan sanksi ini dimaksudkan untuk menghukum wajib pajak sehingga wajib pajak menjadi sadar dan patuh untuk menjalankan kewajiban perpajakannya.Jenis – jenis sanksi sanksi administrasi yang diatur dalam Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan adalah sebagai berikut :

1.Berkaitan dengan Denda

Sanksi administrasi berupa dendaRp. 500.000 untuk SPT masa PPN, Rp. 100.000 untuk SPT masalainnya, Rp. 1.000.000 untuk SPT TahunanPPh WP Badan, Rp. 100.000 SPT TahunanPPh WP Orang Pribadi diatur dalamPasal7 ayat (1), 2% dari DPP diatur dalamPasal 14 ayat (4) dan (5), denda 150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar diatur dalamPasal 8 ayat (3).

(6)

2.Berkaitan dengan Kenaikan

Sanksi administrasi 50% dari pajak yang tidak/kurang dibayar diatur dalam pasal 8 ayat (5), dan 13 ayat (3a). Sanksi administrasi 100% dari jumlah kekurangan pajak diatur dalam pasal 13 ayat (3) huruf b dan c, 15 ayat (2), 17C ayat (5), 17D ayat (5). Dan sanksi administrasi 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar diatur dalam pasal 13A.

3.Berkaitan dengan Bunga

Sanksi administrasi 2% perbulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran s/d tanggal pembayaran maksimal 24 bulan diatur dalam Pasal8 ayat (2), 8 ayat (2a), 9 ayat (2a), 9 ayat (2b), 13 ayat (2), 14 ayat (3), 19 ayat (1), 19 ayat (2), 19 ayat (3). Sedangkan sanksi administrasi 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar diatur dalam pasal 13 ayat (5) dan 15 ayat (4).

Dalam tugas akhir ini penulis mengambil pembatasan masalah pada sanksi pasal 13 ayat (2) saja. Pasal 13 ayat (2) berbunyi “jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk selama – lamanya 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar”.

(7)

E. Tatacara Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi (2011 : 8), tata cara pemungutan pajak terdiri atas : 1.Stelsel pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel : 1.1Stelsel nyata

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.

1.2Stelsel anggapan

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang – undang. Misal : pada suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditentukan besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan.

1.3 Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. 2.Asas Pemungutan Pajak

2.1Asas domisili (tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal ditempatnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

(8)

2.2Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

2.3Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 3.Sistem Pemungut an Pajak

3.1Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri – cirinya :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus b. Wajib pajak bersifat pasif

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

3.2Self assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

Ciri – cirinya :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri

(9)

b. Wajib pajak bersifat aktif. c. Fiskus hanya dapat mengawasi. 3.3With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri –cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

Ada 4 macam tarif pajak menurut Mardiasmo (2011 : 9), yaitu : 1. Tarif sebanding/propesional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang profesional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh, untuk penyerahan barang kena pajak didalam daerah pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10%

2. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Contoh, tarif Bea Materai

(10)

3. Tarif progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah pajak yang dikenai semakin besar. Contoh, pasal 17 Undang – Undang pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi dalam negri.

4. Tarif degresif

5. Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah pajak yang dikenai pajak semakin besar

F. Dasar Hukum Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Peraturan perundang – undangan perpajakan yang terkait dengan penerapan sanksi administrasi dalam SKPKB dan penerbitan SKPKB antara lain sebagai berikut:

1. Undang – Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 16 tahun 2009.

2. Undang – Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang pengenaan Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang – undang nomor 36 tahun 2008.

(11)

3. Undang – undang Nomor 8 tahun 1983 tentang PPN dan PPn BM sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 42 tahun 2009

4. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang tatacara pemeriksaan pajak.

5. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor Kep-22/PJ/1995 tentang pelimpahan wewenang Direktur Jendral Pajak Para Pejabat di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak.

6. Surat edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-01/PJ.7/2003 tentang kebijakan pemeriksaan pajak.

(12)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A.Prosedur Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Adapun prosedur penerbitan SKPKB adalah sebagai berikut :

1. Penagihan Anggota Tim Pemeriksa melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak.

2. Setelah proses pemeriksaan selesai, Anggota Tim Pemeriksa melakukan input data, mencek Nota Perhitungan Pajak.

3. Ketua Tim Pemeriksa meneliti, memberi persetujuan dan memaraf Nota Perhitungan Pajak.

4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan memaraf Nota Perhitungan Pajak.

5. Nota Perhitungan yang telah disetujui kemudian diproses oleh sistem untuk dapat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

6. Berdasarkan Nota Perhitungan pajak yang telah disetujui oleh Kantor Pelayanan Pajak, fungsional menginput data Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ke Dalam Sistem.

(13)

7. Kepala seksi pelayanan menugaskan pelaksana seksi pelayanan untuk mencetak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan dalam rangkap 3, yaitu :

Lembar ke – 1 : untuk wajib pajak.

Lembar ke – 2 : untuk arsip seksi pelayanan. Lembar ke – 3 : untuk seksi.

8. Pelaksana seksi pelayanan melakukan pencetakan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan menyampaikannya kepada kepala seksi pelayanan.

9. Setelah dicetak, kepala seksi pelayanan memparaf kemudian disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

10.Kepala Kantor Pelayanan menandatangani Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

11.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut disampaikan kepada wajib pajak.

B.Kendala Yang Terjadi Dalam Penerapan Sanksi Administrasi Dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Adapun kendala yang terjadi dalam penerapan sanksi administrasi SKPKB adalah sebagai berikut :

1. Tidak sampainya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ketangan wajib pajak 2. Alamat wajib pajak yang tidak jelas.

(14)

3. Perlawanan pasif. 4. Perlawanan aktif.

5. Wajib pajak tidak sanggup membayar hutang pajaknya lagi.

C.Data penerapan sanksi administrasi Pasal 13 ayat (2) dalam SKPKB PPh pasal 25/29 Badan

Tabel 4.1

Data Penerapan Sanksi Pasal 13 ayat (2) Undang – Undang KUP dalam SKPKB PPh Badan tahun 2014 Masa Pajak Nomor Tangga l Nilai /Kurang Bayar Sanksi Pasal 13 (2) % Sanksi Thd Kurang Bayar Jumlah Bulan Dalam Sanksi YMHD 1 2 3 4 5 6 7= 6/5*100 8=7/2% 8=5+6 01/12/ 2010 00001/ 206/10/ 113/14 20-Jan-14 56,989,9 09 - IDR 38.506.69 5 18.483.21 4 48,00% 24 56.989.90 9 01/12/ 2012 00001/ 206/12/ 10-Mar-14 770,202 – IDR 631.313 138.889 22,00% 11 770.202

(15)

113/14 01/12/ 2010 00002/ 206/10/ 113/14 02-Apr-14 13,767,3 46 - IDR 9.302.261 4.465.085 48,00% 24 13.767.34 6 01/12/ 2010 00003/ 206/10/ 113/14 08-May-14 11,050,7 06 - IDR 7.466.693 3.584.013 48,00% 24 11.050.70 6 01/12/ 2009 00001/ 206/09/ 113/14 08-May-14 26,278,9 10 - IDR 17.756.02 0 8.522.890 48,00% 24 26.278.91 0 01/12/ 2013 00001/ 206/13/ 113/14 14-May-14 14,489,4 00 - IDR 11.685.00 0 2.804.400 24,00% 12 14.489.40 0

Sumber : seksi PENAGIHAN KPP Pratama Medan Timur

• SKPKB nomor 00001/206/10/113/14

Tanggal terbit 20-Januari-2014 dengan jumlah kurang bayar 38.506.695,jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar 2% x 24 x 38.506.695 = 18.483.214

(16)

• SKPKB nomor 00001/206/12/113/14

Tanggal terbit 10-Maret-2014 dengan jumlah kurang bayar 631.313,jumlah sanksi administrasi Pasal 132(2) yang harus dibayar = 2% x 11 x 631.313 =138.889

• SKPKB nomor 00002/206/10/113/14

Tanggal terbit 02-April-2014 dengan jumlah kurang bayar 9.302.261,jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 9.302.261 = 4.465.085

• SKPKB nomor 00003/206/10/113/14

Tanggal terbit 08-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 7.466.693,jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 7.466.693= 3.584.013

• SKPKB nomor 00001/206/09/113/14

Tanggal terbit 08-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 17.756.020 , jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 17.756.020 = 8.522.890

• SKPKB nomor 00001/206/13/113/14

Tanggal terbit 14-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 11.685.000 , jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 12 x 11.685.000 = 2.804.400

(17)

Tabel 4.2

Data Penerapan Sanksi Pasal 13 ayat (2) Undang – Undang KUP dalam SKPKB PPh Badan tahun 2015 Masa Pajak Nomor Tangga l Nilai Kurang Bayar Sanksi Pasal 13 (2) % Sanksi Thd Kurang Bayar Jumlah Bulan Dalam Sanksi YMHD 1 2 3 4 5 6 7= 6/5*100 8=7/2% 8=5+6 01/12/ 2014 00013/ 203/11/ 133/15 20-Mei-2015 2.109.97 7 - IDR 1,425,661 684,316 48,00% 24 2,109,977 01/12/ 2014 00015/ 203/11/ 133/15 20-Mei-2015 2,441,49 7 – IDR 1,649,660 791,837 48,00% 24 2,441,497 01/12/ 2014 00016/ 203/11/ 133/15 20-Mei-2015 2,559,89 7 – IDR 1,729,660 830,237 48,00% 24 2,559,897

(18)

01/12/ 2014 00017/ 203/11/ 133/15 20-Mei-2015 3,874,13 7 – IDR 2,617,660 1,256,477 48,00% 24 3,874,137 01/12/ 2014 00008/ 205/19/ 133/15 27-Mei-2015 90,148,2 80 – IDR 60,911,00 0 29,237,28 0 48,00% 24 90,148,28 0 01/12/ 2014 00010/ 205/19/ 133/15 27-Mei-2015 148,489, 880 - IDR 60,911,00 0 48,158,88 0 48,00% 24 148,489,8 80

Sumber : seksi PENAGIHAN KPP Pratama Medan Timur

• SKPKB nomor 00013/203/11/133/15

Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,425,660 , jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,425,660 = Rp. 684,316

• SKPKB nomor 00015/203/11/133/15

Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,649,660 , jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,649,660 = Rp. 791,837

(19)

• SKPKB nomor 00016/203/11/133/15

Tanggal terbit 02-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,729,660 , jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,729,660 = Rp. 830,237

• SKPKB nomor 00017/203/11/133/15

Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 2,617,660 , jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar= 2% x 24 x 2,617,660= Rp. 1,256,477

• SKPKB nomor 00008/205/19/133/15

Tanggal terbit 27-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 60,911,000 , jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 60,911,000 = Rp. 29,237,680

• SKPKB nomor 00010/205/19/133/15

Tanggal terbit 27-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 60,911,000 , jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar= 2% x 24 x 60,911,000 = Rp. 29,237,280

(20)

Dari kedua tabel diatas semua SKPKB perhitungan sanksi administrasi bunga pasal 13 ayat (2) sudah sesuai dengan ketentuan bunga pasal 13 ayat (2) Undang – Undang KUP.

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari uraian pada bab – bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain :

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berfungsi sebagai sarana untuk melakukan koreksi atas jumlah pajak yang terutang dan dilaporkan wajib pajak dalam Surat Pemberitahuan, sebagai sarana untuk mengenakan sanksi administrasi, dan sebagai alat untuk melakukan penagihan pajak. 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan oleh Seksi Pelayanan

berdasarkan Nota Perhitungan yang dibuat oleh seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) dan fungsional pemeriksa.

3. Pemungutan pajak harus adil secara umum dan merata berdasarkan kemampuan masing – masing wajib pajak serta harus efisien dan sederhana berdasarkan undang –undang.

4. Dalam peraktiknya sanksi bunga dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sudah sesuai dengan prosedur yang diterbitkan dalam Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Tetapi ada baiknya andai SKPKB dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa

(22)

pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

B.Saran

Dari permasalahan yang terjadi dilapangan serta berdasarkan pengamatan penulis, ada beberapa masukan yang ingin penulis berikan.Hal ini berkaitan dengan penerapan sanks iadministrasi Pasal 13 ayat (2) Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan pada Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh pasal 25/29. Saran – saran dari penulis sebagai berikut :

1. Perlunya mempercepat dilakukannya penelitian dan persetujuan yang dilakukan oleh kepala seksi Pemeriksaan, Kepala Seksi Pelayanan, dan kepala kantor pelayanan pajak terhadap Nota Penghitungan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang tertanggal mendekati akhir bulan.

2. Peningkatan disiplin para petugas/pegawai Seksi Pelayanan supaya pengiriman Nota Penghitungan tidak terlambat.

3. Peningkatan profesionalisme pegawai dengan jalan pembinaan oleh atasan serta sosialisasi peraturan – peraturan perpajakan yang baru diberlakukan.

(23)

Sumber : KPP Pratama Medan Timur Seksi Sub Bagian Umum KPDJ

Kanwil DJP Sumut I

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak Sub Bagian Umum Seksi Pelayanan Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan dan Seksi Ekstensifikasi Waskon IV Waskon III Waskon II Seksi Pengolahan Data Waskon I

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan diatas dapat diketahui, bahwa responden yang paling tinggi memilih jawaban ya pada pertanyaan apakah di dalam kajian rutin ba’da maghrib membahas

PBL memberikan kondisi belajar aktif pada siswa untuk mengkonstruksi konsep- konsep yang dipelajarinya, dan mengembangkan kemampuannya sebagai pembelajar dengan menerapkan metode

Akhirnya saya memutuskan untuk memperbaiki sistem metabolisme saya dan fungsi organ lainnya kembali dengan baik, maka mulailah saya mencari-cari info cara memperbaiki metabolisme

Secara simultan variabel jumlah uang beredar (M2), Produk Domestik Bruto riil (PDB riil), inflasi, dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar

30 Tahun 1999 adalah identik dengan perdamaian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, maka berarti konsiliasi tidak hanya dapat dilakukan untuk mencegah

Adapun judul tugas akhir kami “Sintesis dan Karakterisasi Keramik Struktural Alumina pada Sintering Temperatur Rendah untuk Aplikasi Armor Facing ”.. Pada Kesempatan ini

Untuk dapat “mengikat” komitmen para pihak dalam melaksanakan kesepakatan yang telah dituangkan dalam perencanaan pengelolaan DAS terpadu yang dilaksanakan secara

Atas dasar ini beliau menetapkan qiyas sebagai salah satu sumber hukum bagi syariat Islam untuk mengetahui tafsiran hukum Alquran dan Sunnah yang tidak ada nash