• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER

NUR SAMSIYAH IKIP PGRI Madiun agsya_cahaya@yahoo.co.id

ABSTRAK

Rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran menulis atau mengarang masih diskriminasi. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang menulis karangan jika ada tugas dari guru sesuai kompetensi dasar yang ada di silabus. Penilaian dalam menulis masih bersifat umum dan terintegrasi dengan bahasa Indonesia. Sehingga menulis tidak memberikan kontribusi dalam karakter siswa.

Di dalam penilaian otentik, penilaian seringkali berdasarkan pada performa siswa. Siswa diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka atau kemampuan (kompetensi) di dalam situasi apapun yang sesuai dengan yang mereka hadapi. Penilaian otentik dalam menulis dilakukan dengan menggunakan portofolio, instrumen penilaian afektif dan tes serta rubriknya. Tulisan dinilai tidak hanya pada isi, tetapi dinilai dari kerapian, ketepatan logika urutan, ketepatan makna keseluruhan, ketepatan kata, ketepatan kalimat, ejaan dan tata tulis. Karakter yang diterapkan dalam menulis adalah ketelitian, kerajinan dan ketepatan waktu serta sikap saat menulis.

Kata kunci; menulis, penilaian otentik, karakter

A. Latar Belakang

Seperti halnya berbicara, menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif-produktif. Keduanya merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seseorang pemakai bahasa melalui bahasa. Perbedaannya terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya. Pikiran dan perasaan dalam berbicara diungkapkan secara lisan, penyampaian pesan dalam menulis disampaikan dilakukan secara tertulis.

Dalam mengungkapkan diri secara tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri, baik dalam hal apa yang ingin diungkapkan, maupun bagaimana cara mengungkapkannya. Pesan yang diungkapkan dapat dipilih secara cermat dan disusun secara sistematis agar mudah untuk dipahami. Menurut Nurgiyantoro (2011: 294) bahwa dibanding kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun.

Sayangnya, aktivitas menulis kurang disukai oleh siswa dengan alasan banyak yang tidak punya ide. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru di sekolah dasar yang hanya memberikan tugas mengarang dan mengumpulkannya. Guru menentukan beberapa judul atau topik, lalu menugasi siswa memilih satu judul sebagai dasar untuk menulis. Guru lebih mengutamakan produk tulisan daripada proses. Hal ini terlihat dari hasil pembahasan tulisan yang jarang dilakukan. Dengan model pembelajaran seperti itu, siswa mengalami kesulitan dalam menulis karena keharusan mematuhi judul/topik yang ditentukan guru. Hal itu menjadikan kreativitas siswa tidak dapat berkembang.

Akhadiah (1990: 1) mengutarakan bahwa masalah yang sering terjadi dalam pembelajaran menulis adalah siswa kurang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama untuk karangan argumentasi. Hal ini terlihat dari pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, sukar mengungkapkan gagasan karena kesulitan

(2)

memilih kata atau membuat kalimat, bahkan kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis. Di samping itu, kesalahan ejaan sering kali dijumpai. Rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajaran menulis atau mengarang masih dinilai dari segi isi ataupun tulisan saja.

Demikian pula dengan pemilihan kata-kata, dan bentuk penyusunannya dalam bentuk wacana, yang dapat dilakukan dengan kaidah-kaidah bahasa yang sesuai, baik dan benar. Oleh karena itu, dalam menulis unsur kebahasaan merupakan aspek penting yang perlu dicermati. Secara umum tes menulis dapat diselenggarakan secara terbatas dan bebas. Pada tes menulis jenis yang pertama, tulisan peserta tes dilakukan dengan batasan-batasan tertentu. Batasan itu dapat berupa masalah dan judul yang sudah ditetapkan, selain waktu dan panjang tulisan, bahkan mungkin gaya bahasa yang digunakan. Sebaliknya, pada tes menulis bebas peserta dapat menentukan sendiri apa yang ditulisnya, dan bagaimana menyusun tulisannya, dengan menggunakan aturan yang telah ditentukan. Dengan menggunakan tes menulis secara tepat diharapkan dapat memberikan penilaian sesuai pedoman penskoran.

B. Kajian Pustaka a. Penilaian Otentik

Penilaian otentik terhadap hasil pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan berdasarkan pada pendekatan performansi. Artinya, penilaian hasil pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan sasaran performansi siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai konteks komunikasi yang nyata dalam kebutuhan siswa. Penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa mencakup performansi produktif dan performansi reseptif dalam berbagai konteks komunikasi. Penilaian performansi produktif merupakan penilaian yang menuntut siswa untuk dapat mengungkapkan secara langsung gagasannya. Dalam hal ini penilaian performansi produktif berupa tugas menulis berbagai bentuk teks dengan berbagai tujuan, melakukan wicara dengan berbagai bentuk dan tujuan. Penilaian performansi reseptif berupa tugas langsung untuk membaca berbagai teks dan meresponnya dalam berbagai bentuk.

Penilaian otentik memiliki ciri-ciri; pengalaman nyata siswa, pencarian informasi atau data, pemanfaatan sumber daya, alat, lingkungan sekitar, self-assessment dan refleksi. Penilaian otentik mengembangkan system pencatatan yang bervariasi untuk melakukan pengamatan terhadap proses belajar siswa. Tujuan dari penilaian proses ini adalah: (1) Memahami problema dan tingkat perkembangan siswa dalam menguasai isi pelajaran (2) Menemukan data yang dapat digunakan dalam memecahkan hambatan belajar yang ditemui siswa (3) Mempertahankan serta mengembangkan kualitas pembelajaran. Alat penilaian yang dikembangkan dalam penilaian otentik berupa jurnal, lembar observasi, portofolio,dan lain sebagainya. b. Pengertian Menulis

Menulis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya Suparno & Yunus, 2007:1.3. Sedangkan menurut St. Y. Slamet (2008: 97) menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan peran dengan menggunakan lambang grafis (tulisan). Gagasan atau pesan yang akan disampaikan bergantung pada perkembangan dan tingkatan pengetahuan serta daya nalar. Menurut Tarigan (2008: 22) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang. Menurut Siti Maskalah (dalam Naim, 2011: 169) menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif dan produktif. Menulis

(3)

adalah berkomunikasi untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu syarat berbahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui kegiatan menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya.

Nurgiyantoro (2013: 425) menyebutkan “menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa”. Menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur bahasa. Selanjutnya, Dalman (2014: 3) mengemukakan bahwa menulis merupakan proses penyampaian pikiran, perasaan dalam bentuk lambang atau tulisan yang berupa kumpulan kata, membentuk kalimat dan akhirnya membentuk karangan yang utuh dan bermakna.

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara tulis yang dituliskan pada media kertas. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif pada zaman Mesir kuno (Alek, Achmad, 2011: 106). Menurut Musaba (2012: 24) keterampilan menulis yaitu keterampilan berbahasa biasanya paling akhir dikuasai oleh seseorang. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah kecekatan, kecakapan, atau kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat dengan mengungkapkan gagasan, serta menyampaikannya dalam bahasa tulis yang menjelaskan rangkaian sebuah peristiwa dari proses pemikiran atau ide dari penulis yang ingin di sampaikan kepada pembaca. Menulis menghasilkan karya yang bermakna seperti novel, artikel, proposal, pengumuman, biografi, cerita, autobiografi dan lainnya.

c. Manfaat Menulis

Suparno dan Mohammad Yunus (2007: 1.4) menyatakan jika menulis bermanfaat untuk peningkatan kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas, pertumbuhan keberanian, dan mendorong kemauan serta kemampuan mengumpulkan informasi. Menulis bermanfaat untuk mengisi waktu luang agar tetap produktif dn aktif, mengasah kreativitas, mendorong seseorang untuk maju dan meningkatkan mutu hidup agar lebih bermakna (Gie, 2002: 11)

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan manfaat menulis antara lain, 1) peningkatan kecerdasan, 2) mengasah kreativitas, 3) menumbuhkan keberanian, 4) mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi d. Tujuan Menulis

Tarigan (2008: 24) mengemukakan bahwa setiap jenis tulisan mengandung beberapa jenis tujuan, tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, maka bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori berikut ini: (1) memberitahu atau mengajar, (2) meyakinkan atau mendesak, (3) menghibur atau menyenangkan, dan (4) mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Menurut Hartig (dalam Tarigan 2008: 25), tujuan menulis antara lain: (a) assigment purpose (tujuan penugasan); (b) altruistic purpose (tujuan altruistik), (c) persuasive purpose (tujuan persuasi); (d) information purpose (tujuan penerangan atau tujuan informasional); (e) self-exprtessive purpose (tujuan penyataan). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis, yaitu; (1) untuk menuangkan ide atau gagasan, (2) untuk meyakinkan pembaca, (3) untuk menghibur pembaca, (4) untuk memberikan informasi.

e. Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis dan Implikasinya dalam Penilaian di Sekolah Dasar

(4)

Sasaran penilaian dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar secara garis besar dapat dilihat dalam ringkasan di bawah ini:

1) Keterampilan menulis karangan (kesesuaian tema, topik, kerangka karangan dll). 2) Keterampilan mengembangkan/merinci kerangka menjadi sebuah wacana secara

utuh, lengkap, kohesif, jelas sesuai dengan topik dan tujuan serta gagasan yang logis.

3) Keterampilan dalam tata bahasa seperti tanda penulisan subjudul, tanda baca, tanda grafis yang lain, ejaan dan tanda penghubung).

4) Keterampilan mengakhiri sebuah wacana tulisan dengan isi, gaya bahasa, yang sesuai dengan konteks.

f. Model-model Instrumen dalam Penilaian Pembelajaran Menulis

Untuk mendapatkan penilaian yang objektif, sebaiknya menyertakan sekala pengukuran yang mencakup aspek- aspek penilaian. Berikut contoh penilaian menulis berdasarkan rangsang yang dikemukakan oleh Nurgiantoro (2013: 430):

a Kesesuaian dengan gambar b Ketepatan logika urutan c Ketepatan makna keseluruhan d Ketepatan kata

e Ketepatan kalimat f Ejaaan dan tata tulis

Instrumen keterampilan menulis berupa tes performansi. Contoh tugas menulis adalah sebagai berikut:

1) Tugas menulis dengan mengidentifikasi isi buku

Bacalah sebuah dongeng dan identifikasilah unsur-unsur instrinsik! 2) Tugas menulis dengan rangsang media dan gambar

Buatlah sebuah cerita lucu berdasarkan gambar berikut! 3) Tugas menulis dengan rangsang peristiwa

Amati sebuah peristiwa yang terjadi di jalan raya. Tulislah sebuah paragraf argumentasi berdasarkan pengamatan yang kalian lakukan!

4) Tugas menulis dengan rangsang konteks komunikasi (simulasi)

Pada hari ulang tahun sekolah kamu bertindak sebagai ketua panitia penyelenggara. Buatlah sebuah pidato sambutan dalam acara tersebut!

5) Tugas menulis dengan rangsang pengalaman

Buatlah sebuah paragraf narasi berdasarkan pengalaman liburan yang pernah kalian alami!

6) Tugas menulis dengan rangsang kegiatan dan pekerjaan

Jika kalian membuat sebuah makanan instan, tuliskan langkah-langkah membuat makanan tersebut!

7) Tugas menulis dengan rangsang gambar maupun media yang lain Tulislah sebuah puisi berdasarkan gambar berikut!

8) Tugas menulis dengan rangsang objek atau lingkungan

Amati kondisi lapangan di sekolahmu. Buatlah laporan tertulis tentang keadaan lapangan tersebut!

9) Tugas menulis dengan rangsang diagram/tabel/peta

Buatlah laporan yang panjangnya kurang lebih 200 kata berdasarkan informasi yang terdapat dalam tabel/peta tersebut!

g. Instrumen Penilaian Aspek Afektif dan Penilaian Karakter

Tagihan aspek afektif berkaitan erat dengan penjabaran life skill. Instrumen yang digunakan berupa jurnal, daftar cek atau lembat obeservasi. Contoh alat penilaian untuk menilai aspek afektif siswa dalam pembelajaran menulis adalah sebagai berikut:

Nama Kerjasama Keaktifan/ketekunan Keterbukaan terhadap kritik

Berpikir kritis

(5)

h. Pendidikan Karakter dalam Menulis

Menurut Sjarkawi (2011:34) pendidikan budi pekerti adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap dan perilaku yang memancarkan akhlak mulai atau budi pekerti luhur.

Menurut Lickona ( 2013:81) karakter terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Kita berproses dalam karakter kita, seiring suatu nilai menjadi suatu kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik. Lebih lanjut dikatakan karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik dan melakukan hal-hal yang baik, kebiasaan dalam cara berfikir, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam tindakan. Menurut Fitri (2012:20) “Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang berarti watak atau tabiat, sifat-\sifat kejiawan, budi pekerti, kepibadian dan akhlak”. lebih lanjut lagi Fitri mengemukakan “ secara termonologi (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya”.

Dalam pembelajaran menulis, tidak hanya dilakukan dengan mengamati siswa ketika menulis, namun lebih pada hasil menulis siswa. Siswa yang tergesa-gesa menulis menginginkan cepat selesai dalam menulis, berbeda dengan siswa yang teliti dalam menulis. Karakter siswa yang teliti akan muncul ketika siswa menulis dengan teliti dan rajin. Instrumen dalam menulis dilihat dari karakter hasil menulis dapat dilihat dalam tabel berikut.

No Aspek Skor

1 Kerapian tulisan

2 Ketepatan waktu \

3 Sikap dalam menulis 4 Penggunaan abjad

i. Penggunaan Portofolio dalam Pembelajaran Menulis

Aspek perkembangan siswa dalam menguasai kompetensi menulis lebih cocok dinilai dengan portofolio. Dengan melihat portofolio siswa, dapat ditentukan bagaimana perkembangan kompetensi siswa, pada tahapan mana siswa mengalami kesulitan, kelemahan dan kelebihan siswa dalam kompetensi menulis. Dengan portofolio perkembangan pencapain kompetensi menulis secara utuh dapat dipotret seperti yang diinginkan dalam kurikulum.

Penggunaan portofolio dalam penilaian keterampilan menulis berfungsi untuk menilai perkembangan keterampilan menulis yang dicapai oleh siswa. Portofolio yang digunakan hendaknya dapat membuktikan bahwa siswa telah melakukan proses pembelajaran dan sebagai bukti perkembangan kompetensi siswa. Amati contoh perencanaan portofolio berikut: Portofolio keseluruhan keterampilan (satu mata pelajaran untuk kurun waktu tertentu)

Kompetensi Indikator Informasi/bukti

belajar yang dimasukkan dalam portofolio Hal yang akan diamati Simpulan dan keputusan yang akan diambil/kegunaan informasi

(6)

j. Instrumen Penilaian Aspek Kognitif

Selain menggunakan alat penilaian yang tersebut di atas, penggunaan tes kemampuan menulis terbatas melalui paper and pencil test masih diperlukan. Penggunaan tes ini diutamakan pada penilaian sumatif. Tes menulis jenis ini dapat digunakan di sekolah dasar, berupa tes objektif untuk mengukur kemampuan siswa menguasai keterampilan menulis secara terbatas dan bersifat diskrit. Tes kemampuan menulis ini digunakan untuk mengukur sub keterampilan menulis misalnya kemampuan menggunakan kata, frase, klausa, struktur kalimat, cara menyunting, memadukan kalimat, kemampuan mengembangkan mengembangkan kerangka menjadi karangan, mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf, dan melengkapi bagian wacana.

Teknik penyekoran/ penilaian dapat dilakukan dengan dua macam teknik, yakni: 1) Teknik penyekoran holistik, merupakan teknik penyekoran karangan pada kesan secara

keseluruhan dari suatu karangan. Menurut St.Y.Slamet (2008:210) penilaian holistik dimaksud berupa penilaian karangan yang dilakukan secara utuh, tanpa melihat bagian-bagiannya. Penilaian dilakukan sebagai berikut.

No Aspek yang dinilai Skor

1 Isi gagasan yang dikemukakan 30

2 Organisasi isi 25

3 Struktur tatabahasa 20

4 Gaya pilihan struktur dan diksi 15

5 Ejaan dan tanda baca 10

Jumlah 100

Kelebihan teknik ini terletak pada kemampuannya untuk menggambarkan kemampuan menulis sebagai satu keutuhan. Kelemahannya terletak pada kelelahan penyekor, pengetahuan sebelumnya, dan perubahan standar dari satu karangan ke karangan lain. 2) Teknik penyekoran analitik, merupakan teknik penyekoran karangan yang dilakukan dengan cara penyekoran dikenakan pada komponen-komponen pembentuk karangan dengan melakukan penghitungan secara rinci kesalahan-kesalahan yang ada dalam karangan. Komponen-komponen pembentuk karangan meliputi: isi, organisasi, kosa kata, struktur, dan teknik stilistika. Kelebihan teknik ini dapat menilai komponen semua yang mendukung kemampuan mengarang secara rinci. Kelemahannya terletak pada kesulitan untuk menguantifikasikan hasil penyekoran tiap komponen.

C. Penutup

Keterampilan menulis sebagai salah satu syarat berbahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui kegiatan menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Pembelajaran menulis dilakukan dalam jam pelajaran dan diluar jam pelajaran. Dalam pembelajaran menulis dinilai dengan menggunakan penilaian otentik. Salah satu penilaian otentik adalah penilaian portofolio. Penilaian portofolio berwujud kumpulan tulisan siswa yang sesuai dengan proses pelaksanaan tugas. Dalam portofolio penilaian tidak hanya dilihat dari tulisannya saja tetapi bimbingan guru pada siswa mulai proses penulisan sampai pada menghasilkan produk berupa karangan.

Penilaian menulis tidak hanya dikumpulkan dalam portofolio anak, namun dapat dilakukan dengan memberikan penilaian aspek afektif berkaitan erat dengan penjabaran life skill. Instrumen yang digunakan berupa jurnal, daftar cek atau lembat obeservasi. Contoh alat penilaian untuk menilai aspek afektif yang juga menilai karakter siswa dalam

(7)

pembelajaran menulis adalah kerjasama, keaktifan atau ketekunan dalam menulis yang terlihat dari sikap ketika menulis, keterbukaan terhadap kritik, dan berfikir kritis.

Selain menggunakan alat penilaian yang tersebut di atas, penggunaan tes kemampuan menulis terbatas melalui paper and pencil test masih diperlukan. Tes menulis jenis ini dapat digunakan di sekolah dasar, berupa tes objektif untuk mengukur kemampuan siswa menguasai keterampilan menulis secara terbatas dan bersifat diskrit.

Teknik penyekoran/ penilaian dapat dilakukan dengan dua macam teknik, yaitu, teknik penyekoran holistik dan teknik penyekoran analitik yang meliputi komponen-komponen pembentuk karangan yaitu; isi, organisasi, kosa kata, struktur, dan teknik stilistika.

Daftar Pustaka

Alek dan Achmad. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana. Akhadiah, S. 1990. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:

Depdikbud.

Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Djiwandono. 2011.Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Malang: Indeks

Fitri,AZ. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika Di Sekolah. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Gie, T. L. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andite

Lickona, Thomas. 2013. Education for Charakter. Mendidik Untuk Membentuk Karakter.Jakarta: Bumi Aksara

Musaba, Z. 2012. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Naim, N. 2011. Dasar- Dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media. Nurgiantoro, Burhan. 2011. Penilaian Pembelajaran Bahasa.Berbasis Kompetensi.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Nurgiyantoro, B. 2013. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE

Tarigan, H. G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Sjarkawi.2011. Pembentukan Kebribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara

Slamet. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta. UNS Press. Suparno & M. Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir yang dirawat secara kering terbuka lebih cepat dibandingkan dengan yang dirawat

Tahap penelitian ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut: (1) membaca kumpulan cerpen Filofofi Kopi karya Dewi Lestari; (2) studi pustaka untuk mencari

Tujuan dari penelitian ini, yaitu mengembangkan dan memperbaiki model penjadwalan security yang digunakan oleh hotel-hotel non bintang di DIY menjadi model penjadwalan yang

Berkaca dari hal tersebut kegiatan Pelatihan Pola Asuh Anak Malalui Islamic Spiritual Parenting Program (Inspira) Di Desa Sekaran, Gunung Pati, Semarang

Dalam logika konvensional, nilai kebenaran memiliki kondisi yang pasti yaitu benar atau salah (true or false), dengan tidak adanya kondisi di antara keduanya. Prinsip

Beberapa penelitian-penelitian yang telah ada juga dapat dilihat bahwa bagaimana para waria melalui institusi-institusi agama mencoba “menertibkan” diri mereka sendiri

Alasan tersebut antara lain: (1) struktur buku ini didesain untuk menyiapkan siswa dalam mempelajari materi tidak hanya lingkup nasional tetapi juga sudah diakui

Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan (unsur layanan no.12) Pada unsur layanan no.12 lebih condong kearah kuadran A karena masyarakat beranggapan loket yang