• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kredit

2.1.1 Pengertian Kredit

Dalam pengertian sederhana, kredit merupakan penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam bahasa Latin, kredit berasal dari kata “credere” yang artinya percaya. Hal ini berarti pihak yang memberikan kredit percaya kepada pihak yang menerima kredit bahwa kredit yang diberikan pasti akan terbayar. Di lain pihak, penerima kredit mendapat kepercayaan dari pihak yang memberi pinjaman, sehingga pihak peminjam berkewajiban untuk mengembalikan kredit yang diterimanya.

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat (11) menyebutkan bahwa kredit adalahpenyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Menurut para ahli, kredit dapat diartikan sebagai berikut:

a. “Kredit itu adalah suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya (kontra prestasi) akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang.” (Batubara)

b. “Kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.” (Rivai dan Veithzal)

(2)

Dari berbagai pengertian kredit yang telah disebutkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit adalah suatu pemberian fasilitas keuangan kepada debitur dengan prinsip kepercayaan antara keduabelah pihak dimana pihak debitur mempunyai kewajiban untuk membayar pinjamannya berupa angsuran pokok serta balas jasanya yang berupa bunga sesuai jangka waktu tertentu yang diperjanjikan. Jangka waktu yang diberikan sesuai dengan kebutuhan debitur yang digolongkan menjadi tiga golongan, diantaranya:

a. Jangka pendek, pemberian kredit maksimal 1 tahun

b. Jangka mengengah, pemberian kredit berkisar antara 1-3 tahun c. Jangka panjang, pemberian kredit lebih dari 3 tahun

2.1.2 Unsur-unsur Kredit

Dalam pemberian kredit terdapat unsur-unsur diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kreditur

Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit (pinjaman) kepada pihak lain yang memperoleh pinjaman. Dalam hal ini pihak yang berperan sebagai kreditur adalah pihak bank.

b. Debitur

Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang mendapat pinjaman dari pihak lain. Dalam hal ini pihak yang berperan sebagai debitur adalah nasabah yang diberikan kredit atau pinjaman oleh pihak kreditur.

c. Kepercayaan (Trust)

Dalam kata kredit terdapat unsur kepercayaan yang berarti kreditur memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pihak yang menerima kredit (debitur) untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar pinjaman yang telah diterima sesuai dengan jangka waktu yang disepakati sebelumnya. d. Perjanjian

Perjanjian merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan antara bank (kreditur) dengan pihak peminjam (debitur) yang

(3)

mengatur segala sesuatu mengenai kredit seperti jangka waktu, persentase bunga yang dikenakan, hingga penjelasan mengenai jaminan, dan lain sebagainya.

e. Resiko

Resiko merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul atas penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank akibat dari tidak kembalinya dana. Sebagai contoh resiko dalam penyaluran kredit yaitu keterlambatan dalam pembayaran angsuran hingga resiko tidak tertagihnya pinjaman yang telah diberikan.

f. Jangka Waktu

Jangka waktu merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh debitur untuk membayar pinjaman yang telah diterima kepada kreditur sesuai dengan kesepakatan keduabelah pihak.

g. Balas Jasa

Dalam penyaluran dana yang diberikan tentunya pihak kreditur menghendaki imbalan yang dalam bank konvensional biasa disebut dengan bunga, atau dalam bank syariah biasa dikenal dengan bagi hasil,yang dicantumkan dalam perjanjian atau kontrak.

2.1.3 Tujuan Kredit

Dalam pemberian kredit memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan yang ingin dicapai diantaranya adalah:

a. Mendapatkan keuntungan

Dengan kredit yang diberikan maka bank akan menerima bentuk bunga sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada debitur.

b. Membantu usaha nasabah

Nasabah yang memperoleh kredit dari bank dapat berupa dana investasi maupun dana untuk modal kerja sehingga pihak debitur dapat memanfaatkan dana tersebut untuk mengembangkan dan memperluas usahanya.

(4)

c. Membantu pemerintah

Semakin banyak kredit yang disalurkan berarti terdapat banyak debitur yang sedang mengembangkan dan memperluas usahanya sehingga terjadi adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

2.1.4 Fungsi Kredit

Fungsi kredit pada dasarnya merupakan suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhannya dalam bentuk dana yang diberikan oleh bank. Secara terperinci, fungsi kredit diantaranya yaitu:

a. Meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa

Uang merupakan suatu alat pembayaran yang sah. Dalam hal tukar menukar barang dan jasa, apabila uang belum tersedia maka dengan adanya kredit dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa. b. Sebagai alat untuk memanfaatkan idle fund

Dalam kehidupan perekonomian terdapat dua pihak, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Dengan adanya kredit, maka pihak yang memiliki kelebihan dana (idle fund) dapat menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan dana melalui perantara bank dengan cara menanamkan uangnya dalam bentuk simpanan dan/atau simpanan lainnya yang nantinya akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit.

c. Sebagai alat pengendali harga

Pemberian kredit kepada masyarakat akan berpengaruh terhadap banyaknya jumlah uang yang beredar. Apabila bank memberikan kredit yang ekspansif maka jumlah uang beredar meningkat dan harga akan menjadi naik. Namun apabila bank membatasi pemberian kredit kepada masyarakat maka jumlah uang beredar akan menurun dan harga akan menjadi turun.

d. Meningkatkan manfaat ekenomi yang ada

Dengan pemberian kredit maka akan mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas seperti memproduksi barang, meningkatkan volume

(5)

perdagangan, dan lain sebagainya sehingga nantinya akan berdampak pada kenaikan potensi ekonomi.

2.1.5 Jenis-jenis Kredit

Jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dibagi berdasarkan beberapa hal berikut:

a. Dilihat dari Tujuan Penggunaan

Berdasarkan tujuan penggunaan kredit dibagi menjadi tiga, yaitu: Kredit Modal Kerja

Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja suatu perusahaan seperti perluasan usaha, pembelian bahan baku, ataupun untuk kegiatan operasional lainnya. Kredit jenis ini biasanya habis dalam satu siklus usaha karena sifatnya hanya digunakan selama 1 tahun sehingga termasuk jenis kredit jangka pendek.

Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan jenis kredit jangka menengah atau panjang yang biasanya digunakan untuk perluasan usaha, pengadaan barang-barang modal yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun yang ditujukan untuk pengadaan proyek baru.

Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif merupakan kredit yang dipergunakan secara pribadi untuk keperluan konsumsi seperti pembelian barang dan jasa, dan tidak digunakan untuk keperluan usaha.

b. Dilihat dari Jangka Waktunya

Berdasarkan jangka waktu yang diberikan maka kredit dibagi menjadi 3, diantaranya:

Kredit Jangka Pendek(short-term loan)

Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan dalam kurun waktu maksimal 1 tahun yang biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja yang jumlah nominalnya tidak besar.

(6)

Kredit Jangka Menengah(medium-term loan)

Kredit jangka menengah merupakan kredit yang diberikan dalam kurun waktu minimal 1 tahun sampai dengan 3 tahun. Biasanya diberikan untuk kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumtif dengan jumlah nominal yang tidak terlalu besar.

Kredit Jangka Panjang(long-term loan)

Kredit jangka panjang merupakan kredit yang diberikan dalam kurun waktu lebih dari 3 tahun karena jumlah nominal yang diberikan sangatlah besar. Biasanya diberikan untuk kredit investasi serta kredit konsumtif dengan nilai yang besar seperti KPR.

c. Dilihat dari Jaminannya

Setiap pemberian kredit debitur wajib menyerahkan jaminan sebagai bukti bahwa debitur tersebut akan memenuhi kewajibannya sesuai kesepakatan. Dalam hai ini kredit dibedakan berdasarkan jaminannya, yaitu:

Kredit dengan Jaminan (secured loan)

Kredit dengan jaminan (secured loan) merupakan kredit yang didukung dengan adanya jaminan (agunan) baik berupa barang yang berwujud maupun barang tidak berwujud.

Kredit tanpa Jaminan (unsecured loan)

Kredit tanpa jaminan (unsecured loan) merupakan kredit yang tidak didukung adanya jaminan (agunan). Pemberian kredit jenis ini sangatlah beresiko karena diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas atau nama baik debitur tersebut selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.

d. Dilihat dari Sektor Usaha

Dilihat dari sektor usaha nasabah maka kredit dapat dibagi menjadi beberapa diantaranya:

Sektor Industri

Kredit ini diberikan kepada nasabah yang memiliki usaha disektor perindustrian, baik industri kecil, menengah, maupun besar. Beberapa contoh sektor industri antara lain:

(7)

Industri elektronik Industri pertambangan Industri kimia

Industri tekstil Sektor Perdagangan

Kredit ini diberikan kepada nasabah yang memiliki usaha disektor perdagangan, baik perdagangan kecl, menengah, maupun besar dengan tujuan untuk memperluas usahanya.

Sektor Jasa atau Profesi

Kredit ini diberikan kepada nasabah yang memiliki profesi dibidang jasa seperti pendidikan, angkutan, dan lain sebagainya.

Sektor Perumahan

Kredit ini diberikan kepada nasabah yang usahanya bergerak dibidang pembangunan atau pembelian rumah yang biasanya diberikan dalam bentuk kredit konstruksi dan berjangka waktu panjang.

Sektor Perkebunan & Pertanian

Kredit ini diberikan kepada nasabah dalam rangka meningkatkan hasil usaha dibidang perkebunan dan pertanian dengan jangka pendek maupun panjang. Kredit ini biasanya diberikan dalam bentuk kredit modal kerja maupun kredit investasi.

Sektor Peternakan

Kredit ini diberikan kepada nasabah yang bergerak disektor peternakan, baik yang bersifat jangka panjang maupun pendek.

e. Dilihat dari Cara Penarikannya

Kredit dapat dibagi sesuai dengan cara penarikannya maupun pengembaliannya menjadi 3 jenis, yaitu:

Kredit Sekaligus (aflopend credit)

Merupakan kredit yang pencairannya dilakukan secara sekaligus sebesar jumlah plafond yang telah disetujui, baik dengan cara tunai maupun pemindahbukuan ke dalam rekening tabungan/giro milik debitur.

(8)

Kredit Bertahap

Merupakan kredit yang pencairannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh bank baik berdasarkan tingkat penyelesaian proyek maupun kebutuhan dana dari debitur

Kredit Rekening Koran(revolving)

Merupakan kredit yang pencairannya dilakukan sesuai dengan kebutuhan debitur, yang dapat dilakukan lebih dari satu kali setalah seluruh ketentuan telah dipenuhi dengan cara bertahap melalui pemindahbukuan.

f. Dilihat dari Jumlahnya

Berdasarkan besarnya jumlah kredit yang diberikan terdiri dari: Kredit UMKM

Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah bentuk pemberian kredit kepada nasabah yang mempunyai usaha dengan skala sangat kecil.

Kredit UKM

Kredit Usaha Kecil Menengah adalah bentuk pemberian kredit kepada nasabah yang memiliki usaha dengan modal yang cukup serta administrasi yang lebih baik daripada UMKM, dengan batasan antara Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 350.000.000,-

Kredit Korporasi

Kredit korporasi adalah bentuk pemberian kredit kepada debitur besar (korporasi) dengan data keuangan yang lengkap, administrasi yang baik, serta struktur permodalan yang kuat. Dalam hal ini debitur besar akan mendapatkan jumlah kredit yang sangat besar.

2.1.6 Penggolongan Kredit

Setiap fasilitas kredit mempunyai tingkat kemungkinan realisasi pembayaran pinjaman oleh debitur yang berbada-beda atau tingkat kolektibilitas yang berbeda-beda. Kredit yang diberikan oleh bank mengandung banyak sekali resiko yang mungkin akan timbul, diantaranya adalah resiko tidak terbayarnya

(9)

kredit mulai dari angsuran pokok hingga pendapatan bunga yang akan diterima oleh bank. Untuk meminimalisir resiko tersebut bank telah melakukan analisis sebelum memberikan kredit kepada calon debiturnya. Namun hal tersebut tidak mengurangi resiko yang akan diterima oleh bank. Bank melakukan penggolongan kualitas kredit guna meminimalisasi resiko pemberian kredit menjadi dua golongan, yaitu performing loan dan non performing loan.

2.1.6.1 Performing loan

Performing Loan merupakan kredit yang tidak bermasalah, yang dibagi kedalam dua kategori, yaitu:

a. Kredit kualitas Lancar

Kredit dengan kualitas lancar merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah dan dalam pembayarannya tidak terjadi tunggakan, baik tunggakan angsuran pokok maupun bunga. Berikut adalah kriteria dari kredit kualitas lancar:

Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga dilakukan tepat waktu

Hubungan antara bank dengan debitur baik serta selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik Memiliki mutasi rekening yang aktif

b. Kredit kualitas Dalam Perhatian Khusus

Kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah yang dalam pembayarannya masih digolongkan lancar, akan tetapi mulai terdapat tunggakan. Berikut adalah kriteria dari kredit kualitas dalam perhatian khusus:

Terdapat tunggakan dalam pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari

(10)

Hubungan antara bank dengan debitur baik serta selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat

Mutasi rekening relatif aktif

Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas 2.1.6.2 Non performing loan

Non Performing Loan dikategorikan dalam kredit bermasalah karena telah terdapat tunggakan dalam pembayarannya. Kredit bermasalah ini dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Kredit Kurang Lancar

Kredit dengan kategori kurang lancar merupakan kredit yang telah mengalami tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga. Berikut adalah kriteria dari kredit kurang lancar:

Terdapat tunggakan dalam pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas Hubungan antara bank dengan debitur memburuk serta informasi keuangan debitur tidak dapat diyakini oleh bank

Kegiatan usaha berpotensi tumbuh sangat terbatas atau tidak tumbuh

b. Kredit Diragukan

Kredit dengan kategori diragukan merupakan kredit yang telah mengalami penundaan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga. Berikut adalah kriteria dari kredit diragukan:

Terdapat penundaan dalam pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga antara 180 hingga 270 hari

Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian dan kekurangan arus kas

(11)

Hubungan antara bank dengan debitur semakin memburuk serta informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya oleh bank

Kegiatan usaha menurun c. Kredit Macet

Kredit dengan kategori macet merupakan kredit yang telah menunggak melampaui 270 hari dan bank akan mengalami kerugian atas kredit macet tersebut. Berikut adalah kriteria dari kredit diragukan:

Potensi pertumbuhan usaha debitur sangat diragukan dan sulit pulih, atau kemungkinan besar akan terhenti

Hubungan debitur dan bank sangat buruk dan informasi keuangan tak tersedia atau tak dapat dipercaya

2.2 Kredit Bermasalah

2.2.1 Pengertian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Kredit bermasalah sering juga disebut non performing loan yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Berikut terdapat beberapa pengertian kredit bermasalah, yaitu:

a. Kredit bermasalah merupakan kredit yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai / memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank.

b. Kredit bermasalah merupakan kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit sehingga belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh bank. c. Kredit bermasalah merupakan kredit dimana terjadi cedera janji dalam

pembayaran kembali sesuai dengan perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan debitur sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas.

(12)

d. Menurut Rahman (1998 : 120), kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet.

e. Menurut Anas (Rahman 1998 : 121), kredit bermasalah adalah kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemberi kredit serta mempunyai resiko dalam penerimaan pendapatan dan bahkan mungkin punya potensi untuk mendatangkan kerugian terhadap bank sebagai kreditur.

Dari berbagai pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit bermasalah yaitu kredit yang telah disalurkan oleh bank kepada debiturnya namun dalam hal pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sehingga menimbulkan kerugian bagi bank dikemudian hari. Persyaratan yang ketat dalam kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah, namun tidak akan menghilangkan timbulnya masalah-masalah seperti terjadinya default atau penunggakan pembayaran. Semakin cepat bank menganggap kredit yang diberikan menjadi bermasalah, maka hal tersebut akan semakin baik karena nantinya bank dapat melakukan upaya penyelamatan dengan segera sehingga kredit yang bermasalah dapat segera ditangani dan kerugian yang akan ditanggung oleh bank bisa diminimalisir.

2.2.2 Penyebab Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami rugi yang potensial. Bank perlu melakukan tindakan yang dapat meminimalisir terjadinya kredit bermasalah. Namun sebelum penulis membahas hal tersebut kiranya perlu diketahui apa yang menjadi penyebab kredit bermasalah tersebut.

Perlu diketahui bahwa menganggap kredit bermasalah selalu dikarenakan kesalahan debitur merupakan persepsi yang keliru. Kredit yang berkembang menjadi kredit bermasalah dapat disebabkan tidak hanya kesalahan debitur namun

(13)

dapat berasal dari kondisi eksternal bahkan bank pemberi kredit itu sendiri. Berikut akan dijabarkan apa yang menjadi faktor-faktor penyebab kredit bermasalah:

a. Kesalahan Nasabah

Dalam hal kredit bermasalah, unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah diantaranya yaitu:

Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran kepada bank

Debitur melakukan ekspansi terlalu besar sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar

Menggunakan dana kredit dengan tidak semestinya, misalnya dana kredit untuk investasi digunakan untuk modal kerja atau keperluan konsumtif

Nasabah tidak jujur mengenai informasi yang diberikan kepada bank b. Faktor Internal Bank

Kredit bermasalah tidak hanya disebabkan karena kesalahan debitur saja namun bisa dikarenakan kesalahan bank, diantaranya yaitu:

Analisis yang kurang tepat

Bank terlalu banyak memberikan kelonggaran kepada nasabah dalam hal pembayaran pinjaman

Kurang berpengalamannya pejabat kredit atau account officer Pengikatan agunan yang kurang sempurna

Campur tangan yang berlebihan dari pemilik

Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit debitur

Ada kepentingan pribadi pejabat bank yang bersangkutan c. Faktor Eksternal

Selain faktor kesalahan dari pihak debiturdan juga bank, terdapat faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, yaitu:

Terjadinya bencana alam yang menyebabkan usaha debitur mengalami kerugian sehingga tidak mampu membayar pinjaman

(14)

Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada usaha debitur

Perusahaan debitur tidak dapat bersaing dengan pasar sehingga volume penjualan menurun dan perusahaan rugi

2.2.3 Dampak Kredit Bermasalah

Dengan adanya kredit bermasalah maka hal tersebut menimbulkan dampak yang signifikan bagi bank di kemudian hari. Dampak yang akan ditimbulkan antara lain:

a. Terjadinya penurunan laba bank akibat adanya penurunan pendapatan bunga kredit

b. Rasio aktiva produktif menjadi lebih rendah

c. Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat yang berakibat pada penurunan keuntungan bank

2.2.4 Upaya Mitigasi Kredit Bermasalah

Bank menggunakan berbagai teknik dan kebijakan yang berbeda untuk mengelola resiko kredit dalam upaya meminimalkan kemungkinan atau konsekuensi kehilangan kredit yang dikenal sebagai mitigasi risiko kredit. Upaya untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah dirasa perlu dilakukan agar kredit yang diberikan tetap sehat dan tidak berkembang menjadi kredit bermasalah.

Jadi dalam menentukan apakah akan memberikan suatu pinjaman atau tidak, seorang bankir harus bisa memperkirakan atau mengukur resiko pinjaman macet. Resiko ini dapat diperkirakan dengan melakukan beberapa langkah mitigasi pemberian kredit, diantaranya yaitu:

a. Administrasi dan Dokumentasi Kredit

Dalam arti luas, pengertian administrasi kredit meliputi kegiatan-kegiatan berupa pengumpulan informasi, penyajian data-data, pencatatan, penguasaan dokumen yang ada kaitannya dengan proses kegiatan perkreditan oleh unit-unit kerja terkait dalam penyelenggaraan pengelolaan portofolio kredit bank yang sehat. Jadi administrasi kredit yang

(15)

dilaksanakan dengan baik diharapkan merupakan instrumen pengawasan kredit serta dapat memperjelas pertanggungjawaban pelaksanaan peraturan dan kebijakan yang diterapkan pada bidang perkreditan. Feedback dari proses administrasi kredit ini adalah output berupa sistem informasi yang memberikan manfaat dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen bank. Dalam hal ini administrasi kredit berfungsi sebagai berikut:

Sebagai sumber informasi

Alat komunikasi bank dengan nasabah Sebagai instrumen pengawasan kredit Sumber materi pembuat laporan Alat untuk penentuan kualitas kredit

Alat bukti dan antisipasi apabila terjadi sengketa

Semua kegiatan yang berkaitan dengan fasilitas kredit ini harus dibuat rekamannya agar posisi bank lebih kuat dan mampu mengantisipasi keadaan mendatang. Kegiatan ini disebut pelaksanaan dokumentasi kredit. Pelaksanaan dokumentasi yaitu kelengkapan dokumen perkreditan sehingga posisi bank baik dari aspek yuridis maupun dari aspek ekonomis bertambah kuat. Rekaman dokumen yang lengkap itu minimal harus meliputi faktor-faktor diantaranya:

Bentuk hukum perusahaan, izin domisili, dan izin usaha Surat kuasa berhak meminjam dan surat-surat kuasa lainnya Proposal dan committment letter dan perjanjian kredit Jenis-jenis pengikatan jaminan dan surat-surat aksep Penutupan asuransi dan perubahan-perubahannya Prasyarat dan syarat-syarat kredit

Pembebanan provisi, committment fee, biaya materai, dan lain-lain Dokumentasi yang lengkap, tertib, dan genuine akan menunjang kecepatan dan ketepatan laporan, pengambilan keputusan, dan memudahkan pengawasan sehingga dapat memperkuat posisi bank khususnya di waktu mendatang.

(16)

b. Analisa Kredit

Analisa kredit yaitu usaha untuk mengetahui resiko-resiko yang mungkin menjadi penyebab gagalnya usaha nasabah dan untuk mengetahui kondisi cashflow nasabah agar diketahui kemampuan melunasi kreditnya.Analisis kredit ini dilakukan dengan tujuan agar kredit yang diberikan mencapai sasaran, yaitu aman. Artinya kredit tersebut harus diterima kembali pengembaliannya oleh bank secara tertib, teratur, dan tepat waktu, sesuai dengan perjanjian antarbank dengan nasabah sebagai penerima dan pengguna kredit. Analisa pemberian kredit perlu dilakukan secara benar, tepat, dan akurat sebelum memberikan kredit kepada calon debitur.

Dalam menganalisis kredit harus mencakup penilaian kuantitatif maupun kualitatif karena analisis kualitatif yang diikuti kuantitatif akan memberi kejelasan bagi pembuat keputusan.

Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan kredit calon debitur antara lain dikenal dengan prinsip 5C. Berikut akan dijabarkan mengenai prinsip-prinsip 5C:

Character

Analisa ini menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur dengan tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana itikad / kemauan debitur untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan.

Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain:

Meneliti riwayat hidup calon nasabah

Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya Meminta bank to bank information

Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon debitur berada

(17)

Mencari informasi apakah calon debitur memiliki hobi berfoya-foya

Karakter merupakan faktor yang dominan sebab walaupun calon debitur tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya, tetapi jika tidak mempunyai itikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi bank di kemudian hari. Idealnya karakter calon nasabah mempunyai nilai-nilai (values) yang berimbang dalam diri pribadinya. Capacity

Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui / mengukur sampai sejauh mana calon debitur mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.Semakin baik kemampuan keuangan calon debitur, maka akan semakin baik kemungkinan kualitas kreditnya dan dapat dipastikan bahwa kredit akan dapat dibayar lunas sesuai jangka waktunya.

Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain yaitu:

Pendekatan historis, yaitu menilai past performance yang menunjukkan perkembangan usaha

Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus

Pendekatan yuridis, yaitu menilai kapasitas calon debitur untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank

Pendekatan manajerial, yaitu menilai kemampuan dan keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan

Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan calon debitur dalam mengelola faktor-faktor produksi

(18)

Capital

Analisa ini melihat jumlah dana / modal sendiri yang dimiliki debitur sebagai objek kredit dan perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting mengingat kredit bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tanggung jawab debitur dalam menjalankan usahanya karena ikut menanggung resiko terhadap gagalnya usaha.

Analisa rasio keuangan dilakukan apabila calon debitur merupakan perusahaan. Dalam hal calon debitur merupakan perorangan maka dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi utang-utangnya. Hal ini untuk melihat tujuan penggunaan kredit yang jelas. Semakin besar modal yang dimiliki oleh calon debitur, maka akan semakin meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon debitur dalam mengajukan kredit.

Collateral

Analisa ini merupakan jaminan / agunan yang diberikan oleh calon debitur atas kredit yang diajukan. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial debitur kepada bank. Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau dari dua segi sebagai berikut:

Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan diagunankan

Segi yuridis, yaitu agunan tersebut harus memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan

Hasil dari penjualan agunan nantinya akan dijadikan sumber pembayaran kedua apabila nantinya debitur tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya. Resiko pemberian kredit dapat dikurangi sebagian atau seluruhnya dengan meminta collateral yang baik kepada nasabah.

(19)

Condition of Economy

Analisa ini mempertimbangkan sektor usaha calon debitur yang dikaitkan dengan kondisi perekonomian dan melihat apakah kondisi ekonomi tersebut akan berpengaruh terhadap usaha calon debitur di masa yang akan datang. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai hal-hal antara lain:

Keadaan konjungtur

Peraturan pemerintah (pusat dan daerah) Situasi, politik, dan perekonomian dunia Keadaan lain yang memengaruhi pemasaran c. Pengawasan dan Monitoring Kredit

Pengawasan kredit dapat diartikan sebagai salah satu fungsi manajemen yang berupaya untuk menjaga dan mengamankan kredit itu sebagai kekayaan bank dan dapat mengetahui terms of lending serta asumsi-asumsi sebagai dasar persetujuan kredit tercapai atau terjadi penyimpangan. Pengawasan kredit juga berarti mengamati, mengendalikan, dan meluruskan pelaksanaan kredit sehingga dapat diketahui, diikuti atau tidak persyaratan kredit dan asumsi-asumsi yang dipergunakan sebagai landasan dari persetujuan kredit.

Sementara monitoring kredit dapat diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk melakukan pemantauan kredit agar dapat diketahui sedini mungkin (early warning system) yang terjadi akan membawa akibat turunnya mutu kredit (collectibility), sehingga memungkinan bank mengambil langkah-langkah untuk tidak timbul kerugian.

Monitoring dan pengawasan kredit itu lebih mendekati upaya sebagai penjagaan dan pengamanan kredit (harta / kekayaan bank) yang bersifat preventive. Fungsi monitoring dan pengawasan kredit merupakan alat kendali apakah dalam pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dibidang perkreditan, yaitu dalam bentuk surat edaran atau peraturan ataupun ketentuan-ketentuan lain yang berlaku secara umum maupun khusus.

(20)

Dalam pengertian pengawasan kredit yang diuraikan diatas secara jelas tujuannya adalah sebagai penjaga dan pengaman dalam pengelolaan tahap-tahap pemberian kredit. Disamping hal-hal tersebut, monitoring dan pengawasan kredit akan memperkuat posisi bank dan nasabah dalam menghadapi resiko-resiko mendatang. Bila dirinci, tujuan monitoring dan pengawasan kredit dapat berupa sebagai berikut:

Sistem / prosedur dan ketentuan-ketentuan sebagai dasar credit operation dapat dilaksanakan semaksimum mungkin

Penjagaan dan pengamanan kredit sebagai kekayaan bank harus dikelola dengan baik agar tidak timbul resiko yang diakibatkan oleh penyimpangan-penyimpangan (deviasi), baik oleh nasabah maupun oleh intern bank

Administrasi dan dokumentasi kredit harus terlaksana sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga ketelitian, kelengkapan, keaslian, dan akurasinya dapat menjadi informasi bagi setiap lini manajemen yang terlibat dalam perkreditan

Efektivitas dan efisiensi meningkat dalam setiap tahap pemberian kredit sehingga perencanaan kredit dapat dilaksanakan dengan baik Pembinaan portofolio baik secara individual maupun secara keseluruhan dapat dilakukan sehingga bank mempunyai kualitas aktiva yang produktif dan mendukung menjadi bank yang sehat

Bank harus mampu melihat bahwa pengawasan kredit meliputi tiga aspek pokok, yaitu:

Aspek administratif, meliputi penatausahaan dan penguasaan kegiatan perkreditan sejak sebelum permohonan sampai menetapkan pelunasan dan penghapusannya

Aspek supervisi, meliputi perkembangan kredit (debitur) yang diikuti secara continue untuk mengetahui pencapaian target usaha dan tingkat kolektibilitasnya

Aspek penagihan, meliputi penarikan kembali kredit sesuai dengan skedul yang disetujui untuk mencegah timbulnya kerugian

(21)

Proses dasar dari pengawasan adalah sama, yaitu terdiri dari langkah-langkah diantaranya:

1. Menetapkan suatu standar baku yang menjadi pedoman dasar dalam penentuan kolektibilitas kredit

2. Menentukan actual performance kredit itu sendiri

3. Membandingkan actual performance kredit dengan standar, kemudian melaksanakan evaluasi untuk mengetahui deviasinya

4. Melakukan corrective program sendiri-sendiri atau bersama dengan unit lainnya

Agar mudah memilih monitoring yang sesuai dengan kondisi kredit saat itu, monitoring ini diklasifikasi dalam tiga jenis berikut ini:

On Desk Monitoring, yaitu pemantauan kredit secara administratif, yakni melalui instrumen-instrumen administrasi seperti laporan-laporan, financial statement, kelengkapan dokumen, informasi pihak ketiga.

On Site Monitoring, yaitu pemantauan kredit itu langsung ke lapangan (nasabah), baik sebagian atau menyeluruh, maupun khusus atau kasus tertentu untuk membuktikan pelaksanaan kebijakan kredit bank, atau secara menyeluruh apakah ada deviasi yang terjadi atas terms of lending yang disepakati.

Exception Monitoring, yaitu pemantauan kredit dengan memberikan tekanan kepada hal-hal yang kurang berjalan baik dan hal-hal yang telah berjalan sesuai dengan terms of lending, dikurangi intensitasnya.

Referensi

Dokumen terkait

instrumen kebijakan baru sebagai hasil dari perubahan kebijakan. Jika dikaitkan dengan inovasi ini, dapat dilihat dari segi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

Kondisi demikian semakin memperlihatkan posisi strategis SATPOL PP Kabupaten Tabanan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya Pemerintah Kabupaten Tabanan

Dari hasil observasi sebelum penelitian tindakan kelas masih banyak siswa yang belum mencapai target ketercapaian KKM karena belum menerima materi secara optimal

Hasil penelitian atas hipotesis ketiga membuktikan bahwa kompleksitas perusahaan berpengaruh secara positif terhadap abnormal audit delays , sehingga perusahaan yang

8 248 2-Amino-4-hydroxy- ethylaminoanisole (INCI) CAS No 83763-47-7 dan garam sulphatenya 2-Amino-4-hydroxy- ethylaminoanisole sulphate (INCI) CAS No 83763-48-8

bahwa berdasarkan Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/6859/SJ, tanggal 4 Nopember 1982, Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/11034/SJ, tanggal 19 Nopember 1983 perihal

Hasil estimasi nilai intrinsik dengan menggunakan metode discounted cash flow dan relative valuation antara Rp2.607 per lembar saham sampai dengan Rp2.624, harga saham rata-

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allh SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran serta rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang selalu terlimpahkan sehingga