• Tidak ada hasil yang ditemukan

perkembangan islam menurut tokoh di indo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "perkembangan islam menurut tokoh di indo"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

A. K.H. Ahmad Dahlan

1. Biografi Ahmad Dahlan

Beliau dilahirkan di kauman (Yogyakarta) tahun 1868 dan meninggal pada tanggal 25 Pebruari 1923. Nama kecilnya Muhammad Darwis. Ayahnya bernama. K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid besar kraton Yogyakarta. Ibunya bernama Siti Aminah. Beliau berasal dari keluarga yang didaktis dan alim dalam ilmu agama. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik sebagai putera kiyai. Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji Al-Qur’an, dan kmitab-kitab agama. Menejelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama’ besar pada waktu itu. Diantaranya , K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqih), K.H.Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh (ilmu hadis) ,Syekh Amin dan Sayyid Bakri (Qiraat Al-Qur’an). Dalam usia relatif muda, beliau telah mampu menguasai beberapa disiplin ilmu keislaman.

Setelah beliau lulus pendidikan dasar di madrasah dalam bidang nahwu, fiqih dan tafsir di Yogyakarta, beliau pergi ke makkah pada tahun 1890 untuk menuntut ilmu di sana selama satu tahun. Salah satu gurunya adalah Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903, beliau kembali ke makkah dan menetap di sana selama dua tahun. Sepulang dari makkah beliau berganti nama Haji Ahmad Dahlan. Kemudian beliau menikah dengan siti Waalidah putri Kyai Penghulu Haji Fadhil.1

Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.

2. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan Islam

Beliau mengatakan, uapaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari berpikir statis menuju pemikiran yang dinamis adalah melalui

(2)

pendidikan.umat islam dididik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang tajan dalam membaca dinamika kehidupan yang akan datang. Adapun kunci bagi kemajuan umat islam adalah kemabali pada Al-Qur’an dan hadits, mengarahkan umat islam pada pemahaman ajaran islam yang komprehensif, dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Pendidikan islam hendaknya menjadi media dan mampu mengembangkanal-ruh dan al-akal.hal ini disebabkan di alam ini ada dua dimensi yaitu dimensi pisika dan metapisika. Manusia adalah integrasi dari dua dimensi yaitu dimensi ruh dan jasad. Maka aktivitas pendidikan harus mampu mengembangkan dimensi tersebut. Dan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung sesuai prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Hadits.Ahmad Dahlan melihat bahwa problem epistemologi pendidikan islam tradisional disebabkan karena ideologi ilmiahnya terbatas pada dimensi religius yang membatasi pada pengkajian kitab-kitab klasik, khususnya dalam madzhab syafi’i. Sikap ilmiah yang demikian mengakibatkan umat islam tidak mampu menganalisa ilmu pengetahuan secara kritis sehingga kurag mampu berkompetisi secara preoduktif dan kreatif terhadap perkembangan peradaban kekinian.

(3)

Materi Al-Qur’an dan hadits yaitu ibadah, persmaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian kebenaran Al-Qur’an dan hadits menurut akal, kerjasama anatara agama-kebudayaan keamajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan,,nafsu dan kehendak, demokratisasi, dan liberalisasi, kebebasan berpikir, dinamika kehidupan dan peranannya, dan akhlak.

Komitmen ahmad dahlan terhadap pendidikan agama adalah sanagat kuat, untuk itu beliau masuk orgnasisasi Budi Oetomo pada tahun 1909, untuk mendapatkan peluang mengajarkan pendidikan agama kepada para anggotanya. Komitmen terhadap pendidikan selanjutnya menjadi salah satu ciri khas organisasi yang didirikannya pada tahun 1912 yaitu Muhammadiyah.

Pandangan ahmad dahlan dalam pendidikan juga dapat dilihat dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem pendidikan gubernemen. Disamping itu , Muhammadiyah mendirikan sekolah yang agamis yaitu madrasah diniyah di minangkabau untuk memperbaiki pengajian Al-Qur’an yang tradisional. Pada tanggal 8 Desember 1921, Muhammadiyah mendirikan pondok Muhammadiyah sebagai sekolah pendidikan guru agama. Dalam sekolah tersebut pelajaran umum diberikan oleh dua orang guru dari sekolah pendidikan guru (kweekschool), sedangkan ahmad dahlan dan beberapa orang lainnya memberikan pelajaran agama yang lebih mendalam.

Muhammadiyah berhasil melanjutkan model pembaruan pendidikan dikarenakan lingkungan sosial yang dihadapi adalah terbatas pada pegawai, guru maupun pedagang. Kelompok ini banyak menguasai perusahaan percetakan yang secara ekonomis sangat penting di masyarakat. Oleh karena itu, muhammadiyah dengan model pendidikan barat ditambah dengan pendidikan agama, mendapatkan hasil yang baik dalam kalangan ini. Diantara sekolah-sekolah yang tertua dan besar yaitu :

a. Kweekschool Muhammadiyah, di Yogyakarta

(4)

c. Zu’ama/Za’imat di Yogyakarta

d. Kulliyah Muballigh/Muballigat di Padangpanjang Sumatera Tengah e. Tabligh School dan HIK School di Yogyakarta

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa ide-ide pendidikan menurut Ahmad Dahlan yaitu

a. Pembaruan di bidang lembaga pendidikan, yang semula sistem pesantren menjadi sistem sekolah.

b. Beliau memasukkan pelajaran umum ke sekolah-sekolah agama atau madrasah.

c. Perubahan pada metode pengajaran sosrogan menjadi metode yang bervariasi.

d. Dengan organisasi Muhammadiyah beliau berhasil mengembangkan lembaga pendidikan yang lebih bervariasi dan manajemen yang modern.2

Peran ahmad dahlan

Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti gagasan-gagasan pembaharuan Islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif menyebarkan gagasan pembaharuan Islam ke pelosok-pelosok tanah air.Sambil berdagang batik, KH. Ahmad Dahlan melakukan tabligh dan diskusi keagamaan dan pada akhirnya atas desakan dari para muridnya pada tahun 1912 M, KH. Ahmad Dahlan mendirikan perkumpulan Muhammadiyah.

KH. Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat berani. Baginya kebenaran harus tetap dilaksanakan dan ditegakkan, sekalipun harus berhadapan dengan kekuasaan. Beliau pun patut diberikan penghargaan terhadap ide, jasa, dan perjuangannya. Hal ini dibuktikan dalam usaha dan jasa-jasanya yang besar:3

a. Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar di Yogyakartamenghadap ke jurusan Timur dan orang-orang sholat di dalamnyamenghadap ke arah barat lurus. Padahal kiblat yang sebenarnyamenuju Ka’bah dari tanah Jawa

2 Drs. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos, 1997, hal.206-208

(5)

haruslah miring ke arah utara +24derajat dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang ilmufalak bahwa orang tidak boleh menghadap kiblat menuju barat lurus,melainkan harus miring ke utara +24 derajat. Oleh sebab itu, KH.Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya sendiri, supayamenuju ke arah kiblat yang betul. Memang perubahan yang diadakanoleh KH. Ahmad Dahlan itu mendapat tantangan keras dari pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan kerajaan.

b. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan secara popular,bukan saja di pesantren, melainkan beliau pergi ke tempat-tempat lainseperti mendatangi berbagai golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan adalah bapak muballigh Islam di Jawa Tengah.

c. Memberantas bid’ah, khurafat dan takhayul yang bertentangan denganajaran Islam.

d. Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912, yanghidup dan tersebar seluruh Indonesia sampai sekarang. Pada permulaanberdirinya Muhammadiyah mendapat halangan dan rintangan yangsangat hebatnya, bahkan KH. Ahmad Dahlan dikatakan telah keluar dari mazhab meninggalkan ahli sunnah wal jamaah.4

Pendeknya bermacam-macam tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan kepadanya,tetapi semuanya itu diterimanya dengan sabar dan tawakal sehingga Muhammadiyah menjadi salah satu perkumpulan yang terbesar diIndonesia serta berjasa kepada rakyat dengan mendirikan sekolah-sekolah dari Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Tinggi. Dalam masalah pemikiran dan perjuangannya mendakwahkan Islamdi Indonesia, KH. Ahmad Dahlan memang banyak

(6)

mengadopsi pemikirandan perjuangan tokoh-tokoh Islam dari Timur Tengah (Ibnu Taimiyah,Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha) yang menjadi motivator daninovator bagi KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil kesimpulan.

Dalam perjalanannya, beliau banyak mendapatkan perlawanan dari pertentangan dari masyarakat. Sebab, apa yang dipergunakan KH. Ahmad Dahlan dalam mengambil suatu kesimpulan dan hukum pada saat itu dianggap melenceng dan jauh dari tradisi yang sudah mendarah daging dalam komunitas Indonesia.5

Namun, berkat keuletan serta kerja keras, akhirnya sedikit demisedikit tantangan dan halangan yang dihadapi KH. Ahmad Dahlan semakin melemah, dan hingga saat ini sudah tidak terasa lagipengaruhnya. KH. Ahmad Dahlan telah ikut serta memajukan dan menyejahterakan bangsa dan negara Indonesia. Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.Dasar-dasar penetapan itu adalah sebagai berikut:6

a. KH. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajardan berbuat.

b. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecedasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat dengan dasar iman dan Islam.

c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dankemajuan bangsa dengan jiwa ajaran Islam.

d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian perempuan Indonesia (Aisyiah) telah memelopori kebangkitan perempuan Indonesia untuk mengecap pendidikan.

5Adi Nugraha, KH. Ahmad Dahlan; Biografi Singkat (1869-1923) , ( Yogyakarta : Garasi, 2009),hlm 43

(7)

K. H. Hasyim Asy’ari 1. Biografi

Beliau lahir di desa Nggedang Jombang Jawa Timur, pada tanggal 25 Juli 1871. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn Abd Wahid Ibn Abd Halim yang mempunyai gelar pangeran Bona ibn Abd al-Rahman yang dikenal dengan jaka tingkir sultan hadiwijaya ibn Abdullah ibn abd Aziz ibn abd al-Fattah ibn Maulana Ishaq dari sunan giri.7

Guru pertama beliau adalah ayahnya sendiri yang mendidikny membaca Al-Qur’an dan literatur islam lainnya. Jenjang pendidikan yang ditempuh beliau adalah di berbagai pesantern. Pada awalnya, beliau menjadi santri di pesantren Wonokojo Probolinggo, lalu pindah di langitan, Tuban. Dari langitan pindah ke bangkalan yang diasuh oleh kyai kholil. Dan terakhir sebelum ke Makkah beliau sempat nyantri di pesantren siwalan panji, sidoarjo. Pada pesantren terakhir inilahbeliau diambil menantu oleh Kyai Ya’qub pengasuh pesantren tersebut.8

Sepulang dari Makkah untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmunya beliau membuka Pesantren Tebuireng pada tanggal 26 Rabi’ul Awwal tahun 1899 M. Pada tahun 1919 beliau mendirikan madrasah Salafiyah sebagai tangga untuk measuki tingkat menengah pesantren Tebuireng. Pada tahun 1929 beliau menunjuk K.H. Ilyas menjadi kepala Madrasah Salafiyah, maka di bawah pimpinan K.H. Ilyas dimasukkan pengaetahun umum ke dalam madrasah yaitu 1. Membaca dan menulis huruf latin

2. Mempelajari bahasa indonesia

3. Mempelajari ilmu bumi dan sejarah indonesia

4. Mempelajari ilmu hitung.9

2. Pemikiran pendidikan.

Diantara karaya K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat monumental yaitu kitab adab al-alim wa al- muta’alim fima yahtaj ilah al-muta’allim fi ahuwal ta’allum wa ma yataqaff al-muta’allim fi maqamat ta’limih yang dicetak pertama kali pada

7 Hasyim Asy’ari, Adab Ta’lim wa Muta’allim, Jombang : Turats al Ilamy, 1415 H, hal, 3

8Ensiklopedi Islam II, Jakarta : PT Ikhtiyar Baru Van Hooeve, 1994, hal.102-103

(8)

tahun 1451 H. Kitab tersebu terdiri dari 8 bab, yaitu keutamaan ilmu serta keutamaan mengajar, etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar, etika seorang murid terhadap guru, etika murid terhadap pelajaran, etika yang harus dipedomani oleh guru, etika guru ketika akan mengajar, etika guru terhadap murid-muridnya dan etika terhadap buku. Dari 8 bab dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu

a. Signifikansi pendidikan

Berkaitan dengan pendidikan ,di dalam kitab tersebut beliau banyak mengutip ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan keutamaan ilmu dan orang yang berilmu. Dan dalam pembahasan bab pertama dilengkapi dengan berbagai hadits Nabi dan pendapat berbagai ulama’. Diantara isinya yaitu tentang tujuan ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya, mkasudnya agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal di kehidupan akhherat, syariat mewajibkan menuntut ilmu dan memperoleh pahala yang besar, ilmu merupakan sifat yang menjadikan jelas identitas pemiliknya.,bertauhid itu harus mempunyai iman. Maka barang siapa beriman maka ia harus bertauhid. Keimanan mewajibkan adanya syariat, sehingga orang yang tidak menjalankan syariat maka berarti ia tidak beriman dan bertauhid. Sementara orang yang bersyariat harus beradab. Dengan demikian beradab berarti ia juga bertauhid, beriman dan bersyariat.

Dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu pertama bagai murid hendaknya berniat suci, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi, jangan melecehkan dan menyepelekannya. Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmunya meleuruskan niat, tidak mengharapkan materi semata-mata. Dalam penjelasannya tidak ada definisi khusus tentang belajar. Tetapi yang menjadi titik tekan pengertian belajar adalah ibadah mencari ridha Allah yang mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilia islam, bukan hannya sekedar menghilangkan kebodohan.10

b. Tugas dan tanggung jawab murid

1) Etika yang harus diperhatikan dalam belajar

(9)

Etika dalam belajar yaitu membersihkan hati dari keduniawian, membersihkan niat, tidak menunda-nunda kesempatan belajar. Sabar dan qana’ah,pandai mengatur waktu,menyederhanakan makan dan minum, bersikap hati-hati (wara’), menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan dan kebodohan, menyedikitkan waktu tidur, meninggalkan hal-hal yang kurang berfaedah.

2) Etika seorang murid terhadap guru

Etika seorang murid terhadap guru yaitu memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, memilih guru yang wara’ dan profesional, mengikuti jejak-jejak guru, memuliakan guru, memperhatikan hak guru, bersabar terhadap kekerasan guru, berkunjung ke rumah guru, duduk dengan rapi dan sopan ketika berhadapan dengan guru, berbicara dengan sopan dan lemah lembut, mendengarkan fatwanya, jangn sekali-kali menyela-nyela ketika guru sedang menjelaskan, menggunakan anggota yang kanan ketika menyerahkan sesuatu kepadanya.

3) Etika murid terhadap pelajaran

Etika murid terhadap pelajaran yaitu memperhatikan ilmu yang fardhu ‘ain, mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu fardhu ‘ain, berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf ulama’, mendiskusikan dan menyetorkan hasilnya kepada orang yang dipercaya, menganlisa dan menyimak ilmu, mempunyai cita-cita tinggi, bergaul dengan orang yang ilmu lebih tinggi, ucapkan salam ketika sampai di majlis ta’lim, hendaklah bertanya jika belum paham,, jangan mendahukui antrian, selalu membawa catatan, pelajari pelajaran yang telah diberikan, sealalu semanagat dalam belajar.

c. Tugas dan tanggung jawab guru

1) Etika seorang guru

(10)

menebarkan salam, semangat menambah ilmu pengetahuan, tidak sombong, membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.

2) Etika guru dalam mengajar

Etika guru ketika mengajar yaitu mensucikan diri dari hadts dan kotoran, berpakaian rapi, sopan dan berbau wangi, berniat ibadah, menyampaikan perintah allah, selalu membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, mengucapkan salam ketika masuk kelas, berdo’a dahulu sebelum memulai pelajaran, berpenampilan yang kalem, menjauhkan diri dari banyak bergurau dan tertawa, jangan mengajar ketikakondisi marah, lapar, dan mengantuk, mengambil tempat duduk yang strategis, mendahukukan materi yang penting, menciptakan ketenangan dalam belajar, dan memberikan kesempatan bertanya jika ada yang belum jelas atau belum paham.

3) Etika terhadap buku, alat pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Etika terhadap pelajaran yaitu berusaha memiliki buku yang diajarkan, merelakan dan mengizinkan apabila ada teman yang pinjam, meletakkan buku pelajaran di tempat yang terhormat, memeriksa dahulu ketika membeli atau meminjam buku, , bila menyalin buku pelajaran syari’ah hendaknya bersuci dahulu dan mengawalinya dengan basmalah.

F. Prof. Dr. Mahmud Yunus

1. Biografi

Mahmud Yunus lahir di Batusangkar, Sumatra Barat pada tanggal 10 Pebruari 1899 dan wafat pada tanggal 16 Januari 1982. Beliau termasuk tokoh pendidikan islam indonesia yang gigih memperjuangkan masuknya pendidikan agama ke sekolah umum dan ikut berusaha memperjuangkan berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).

2. Usaha dan Pemikiran Pendidikan

(11)

Madrasah ini yang pertama kali memiliki Laboratorium ilmu fisika dan kimia di Sumatra Barat. Pembaruan di diutamakan pada metode mengajar bahasa arab.

Mahmud Yunus memilki komitmen dan perhatian yang besar terhadap upaya membangun, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan agama islam, Diantara gagasan dan pemikirannya adalah :

a. Dari segi tujuan pendidikan islam, hendaknya lulusan pendidikan islam

mutunya lebih baik dan mampu bersaing dengan lulusan sekolah yang sudah maju.

b. Dari segi kurikulum,beliau menawarkan pengajaran bahasa arab yang

integrated antara satu cabang dengan cabang lainnya dalam ilmu bahasa arab. c. Dalam bidang kelembagaan, perlu mengubah sistem yang bercorak individual

kepada sistem pengajaran klasikal.

d. Dari segi metode pengajaran, hendaknya cara mengajarkan agama sesuai

dengan tingkat usia dan jenjang pendidikan dengan menggunakan metode yang bervariasi.

Peran Buya Hamka

Aktivitas Buya Hamka dalam Bidang Dakwah

Muhammadiyah mempunyai satu tugas yaitu dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang dilaksanakan dengan jalur-jalur tabligh, pendidikan, pembinaan atau penyantunan kesejahteraan sosial dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah adalah dalam rangka dakwah Islam yang mencakup pelaksanaan pembangunan nasional terutama dalam sektor keagamaan, pendidikan, sosial dan kesehatan.11

Buya Hamka dilahirkan dari keluarga yang cinta Agama dan memiliki kemampuan mendakwahkan. Hal ini menyebabkan Buya Hamka kecil ingin keluar dari pagar daerah kelahirannya dan menimba ilmu dari tokoh ulama yang dijumpainya. Ilmu yang diterima kemudian diserapnya dan diteruskan melalui dakwah lisan dan tulisan. Melalui dua media komunikasi ini, Buya Hamka

(12)

kemudian dikenal oleh bangsanya sebagai sastrawan, budayawan, ulama dan sejarawan.12

Banyak cara yangdilakukan Buya Hamka dalam melakukan dakwah atau fatwanya, bukan melalui pantun ataupun syair ciptaannya tetapi dengan menimbulkan gelak tawa orang yang mendengarnya. Dakwah atau fatwa disampaikannya pada saat berpidato dihadapan banyak orang maupun secara perorangan pada anak-anaknya serta pada tamu yang sengaja datang untuk meminta fatwa.13

Khotbah-khotbahnya didengar oleh kaum muslimin yang sering mendengarkan kuliah-kuliah subuhnya melalui radio. Selain mengisi kegiatan khotbah diradio, Buya Hamka juga terkadang hadir dalam seminar-seminar ilmiah terutama yang berkaitan erat dengan agama dan sejarah baik sebagai peserta maupun sebagai pengkhotbah.Buya Hamka pernah memaksa anak-anaknya untuk melakukan sholat dan mengaji, karena sejak kecil mereka sudah diajari untuk bangun pagi dan melakukan sholat shubuh.Buya Hamka mengetuk pintu kamar anak-anaknya dan memanggil anak sulungnya yaitu Zaky, Rusydi dan kemudian Fakhri. Buya Hamka tidak akan berhenti mengetuk pintu sebelum anak-anaknya benar-benar bangun danmelaksanakan ibadah sholat shubuh. Apabila ada anak-anaknya yang berpura-pura sakit, Buya Hamka pura-pura menaruh perhatian dengan memegang kepala anaknya dan kemudian menyuruh agar mengambil air wudhu. Hal ini dilakukan Buya Hamka agar anak-anaknya melaksanakan sholat karena sholat merupakan kewajiban sebagai umat Islam.14

Pada awal tahun 1950-an, Buya Hamka telah menjadi salah satu tokoh Muhammadiyah Nasional karena pada kongres ke 32 di Purwokerto terpilih menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Aktivitas non-politis inilah yang kemudian mendorong Buya Hamka untuk menetap di Kebayoran Baru karena pada tahun 1950-1952, Dr. Syamsudin yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Sosial mendirikan Yayasan Nurul Islam. Buya Hamka kemudian

12 Mansur Suryanegara, “Prof.Dr.Hamka Sejarawan dan Pelaku Sejarah”. Dalam Buya Hamka (Ed). Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Jakarta: Yayasan Nurul Islam,1978,hlm.135.

13 Rusydi, op.cit., hlm. 77

(13)

dihubungi untuk mengelola yayasan ini.Proyek inilah yang kemudian melahirkan Masjid Al-Azhar15 yang sangat besar pengaruhnya bagi kegiatan dakwah di

Jakarta.Penduduk asli Betawi sebenarnya kurang senang dengan berdirinya mesjid modern dan imamnya yang merupakan orang Padang, sedangkan orang-orang gedongan masih merasa segan untuk datang ke mesjid tersebut.Tetapi satu dua orang gedongan yang datang menginginkan agar mesjid ini bisa lebih modern lagi. Semakin hari, jamaah mesjid Al-Azhar ini bertambah banyak. Orang-orang betawi yang tadinya curiga melihat orang-orang gedongan mulai bisa bergaul di mesjid dan mendengar pengajian-pengajian yang Buya Hamka berikan. Suasana kekeluargaan antara para jamaah pun terjalin sangat erat.Secara berangsur-angsur Buya Hamka mengumpulkan jamaah masjid yang sebagian besar merupakan tukang becak dan kuli-kuli bangunan yang bekerja di masjid tersebut. Lama kelamaan jumlah jamaah yang datang semakin banyak. Selain tukang becak dan kuli bangunan, para pedagang pasar pun tertarik untuk datang kemasjid, terutama karena mereka mendengar pengajian tersebut diadakan oleh Buya Hamka.

Kegiatan yang dilakukan Buya Hamka ini mendapat perhatian dari orang-orang terkemuka antara lain Jenderal Sudirman yang merupakan Komandan Seskoad Bandung dan Kolonel Muchlas Rowi yang juga menjabat sebagai Kepala Pusroh Islam Angkatan Darat di Jakarta.Sekitar bulan Juli tahun 1961, Jenderal Sudirman mengajak Buya Hamka untuk mendirikan sebuah perpustakaan Islam di komplek Masjid Al-Azhar tersebut. Usul mendirikan perpustakaan tersebut diterima dengan senang hati oleh Buya Hamka. Peresmian pendirian Yayasan Perpustakaan Islam Pusat tersebut dihadiri oleh banyak undangan. Pengguntingan pita dilakukan oleh ibu Fatmawati.Selain ibu Fatmawati, hadir pula Jenderal A.H. Nasution dan Ruslan Abdul Ghani yang mencatatkan diri sebagai anggota perpustakaan itu.16

15 Masjid Agung Al-Azhar adalah masjid yang paling banyak pengaruhnya di tanah air. Masjid ini terletak di tengah kota Kebayoran Baru yaitu kota satelit Jakarta yang paling modern. Masjid ini menjadi pelopor dalam berbagai macam kegiatan, seperti penggunaan pengeras suara untuk azan dan pengajian Al-Quran.Masjid Agung Al-Azhar dengan Buya Hamka mempunyai peranan yang sangat menonjol karena berhasil menarik jamaah dari kalangan sosial-kultural.Lihat :Nurcholish Madjid,“Buya Hamka, Profil Seorang Ulama berjiwa Independen”. Dalam Buya Hamka (Ed). Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka. Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1978,hlm.242.

(14)

Dalam kegiatan dakwah yang dilakukannya, Buya Hamka mengatakan tujuan yang akan ditempuhnya yaitu dengan membina umat Islam dan meningkatkan dakwah Islam. Bentuk-bentuk kegiatan dakwah mulai terlihat ketika perayaan Maulid nabi Muhammad SAW dikomplek Masjid yang dilakukan oleh HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) dibawah pimpinan Mayor M.Yunan Helmi Nasution.Bentuk dakwah ini dilakukan dengan suatu pementasan arena terbuka. Cerita pementasan tersebut mengangkat kisah serbuan pasukan gajah ke kota Mekkah yang akhirnya mampu dilumpuhkan oleh burung Ababil. Pesan yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah bahwa betapapun kuat dan berkuasanya seseorang, Tuhan dengan malaikat-malaikatnya pasti akan menghancurkannya. Dakwah yang dilakukan oleh Buya Hamka di mesjid Al-Azhar mulai mendapatkan perhatian dari daerah dan kota lain. Banyak bermunculan organisasi-organisasi dakwah diberbagai daerah-daerah. Buya Hamka juga pernah diundang untuk menghadiri seminar dakwah di Surabaya yang diadakan oleh organisasi-organisasi Islam setempat pada tanggal 23 Februari 1962. Seminar dakwah di Surabaya tersebut ditulisnya dalam majalah Gema Islam17 dengan

disertai ajakan agar umat Islam mengumandangkan dakwah Islam. Rosihan Anwar pernah menulis dalam buku Kenang-Kenangan 70 tahun

Buya Hamka : “ Jasa Hamka dengan penerbitan Gema Islam itu menurut hemat saya ialah mengumandangkan dengan santer da’wah Islamiyah. Ia melihat kedudukan Umat Islam di masa itu terjepit dan terdesak “.18

Selain mengadakan acara dakwah di mesjid Al-Azhar Jakarta, Buya Hamka lebih senang memenuhi permintaan dakwah dari jamaah dari kalangan rakyat biasa. Cabang Muhammadiyah kota Madya Jambi pernah mengundangnya

17 Gema Islam berdiri pada tahun 1962, merupakan majalah pengetahuan dan kebudayaan Islam.Pemimpin umumnya pada waktu itu adalah Mayor Jenderal sudirman, penanggungjawabnya adalah Kolonel M.Rowi, pimpinan redaksi Rusydi Hamka. Para pembantu nya antara lain : Dr. Hamka, K.H. Fakih usman, Jusuf Abdullah Puar, Sidi Gazalba, Abubakar Atceh, Osman Raliby, Abdullah sjahrir, Bahrum Rangkuti, Aisjah Aminy, Barorah Baried, Ny. Mahmudah Mawardi dan H.Musaffa Basjir.Gema Islam berusaha untuk memanggil umat Islam untuk merapatkan barisannya.Para penulis dan pengarang seperti Buya Hamka menyumbangkan tulisan untuk Gema Islam dengan tujuan memelihara dan mempertahankan identitas umat Islam. Lihat Rosihan Anwar,“Hamka dan Gema Islam dan Kumandang Da’wah.” Dalam Buya Hamka (Ed). Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka.Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1978,hlm.155.

(15)

untuk berdakwah dan mengaji di beberapa mesjid-mesjid kecil selama seminggu. Selain menghadiri undangan dakwah cabang Muhammadiyah kota Madya Jambi, Buya Hamka juga datang menghadiri undangan warga Sulawesi Selatan dan Ternate yang ingin mendengarkan kuliah subuh darinya.

Sahabat Buya Hamka seperti Pak Hasyim pernah meminta agar anak-anaknya mencegah agar Buya Hamka tidak memenuhi permintaan peresmian mesjid di Garageh dan Bukittinggi pada tahun 1980 dikarenakan faktor usia Buya Hamka saat itu. Tetapi Buya Hamka berkata : “ Puas hati saya bertemu dengan orang-orang desa yang jauh itu. Mereka benar-benar ikhlas menerima dan mendengar pengajian saya. Saya percaya da’wah saya akan menjadi amalan mereka “.19

Selain melakukan dakwah secara lisan, Buya Hamka juga melakukan dakwah melaluitulisan. Dakwahnya ini ditulis dalam karya sastra yang dibuatnya. Lewat tokoh-tokoh dalam karya sastranya, Buya Hamka berdakwah dengan menampilkan ajaran-ajaran Islam mengenai akidah, ibadah, mu’amalah, akhlak, filsafat dan sejarah.20

Dalam bukunya yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah, lewat tokoh utamanya yang bernama Hamid, Buya Hamka mengemukakan hal-hal seputar ibadah Haji, menggambarkan betapa damainya orang beribadah di bawah lindungan Ka’bah, serta Tanah Suci Mekah yang membuat hati damai dan tenteram. Zainuddin sebagai tokoh utama dalam buku karangannya yang berjudul Karamnya Kapal Van Der Wijk, Buya Hamka menampilkan adat bangsa Indonesia sehingga terasa adat-adat bangsa Indonesia dengan ajaran-ajaran Islam.

Selain itu, percakapan-percakapan yang ada dalam buku tersebut juga melukiskan betapa tingginya ajaran-ajaran Islam. Secara keseluruhan, buku ini menggambarkan makna dari Islam itu sendiri.Lewat tokoh-tokoh utama dalam karyanya yang berjudul Dari Lembah Penghidupan, Buya Hamka juga menampilkan berbagai ajaran Islam terutama mengenai akhlak dan tata cara kehidupan sosial menurut Islam. Dari karyanya ini, dapat disimpulkan bahwa

19 Rusydi.Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka.Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, hlm.105.

(16)

Islam mengajarkan kesabaran, tolong-menolong, cinta kasih kepada sesama manusia dan sayang kepada orang yang tidak mampu. Dalam karyanya ini Buya Hamka menjelaskan bahwa Islam membenci permusuhan, pertengkaran, penindasan, pemerasan.21

Selain itu, Buya Hamka juga selalu mengikuti dari dekat perkembangan Pemuda Muhammadiyah. Buya Hamka selalu memberikan saran-saran, dorongan dan semangat yang berguna bagi perkembangan Pemuda Muhammadiyah. Buya Hamka banyak memberikan perhatian kepada pemuda termasuk pelajar dan Mahasiswa. Beliau selalu memberikan bimbingan baik dari kursus-kursus atau konferensi-konferensi mulai dari tingkat yang paling bawah sampai tingkat nasional.22

Buya Hamka selalu menekankan dan mendorong serta memberi semangat kepada anggota Pemuda Muhammadiyah untuk bersungguh-sungguh menuntut ilmu agar bisa maju dan berkembang, berbakti kepada orang tua, berbakti kepada agama, masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu dorongan yang diberikan Buya Hamka kepada Pemuda Muhammadiyah ini juga bertujuan agar para pemuda tersebut menjadi kader-kader agama dan bangsa yang militan. Buya Hamka selalu menunjukkan betapa hebatnya peranan pemuda, betapa kuat iman mereka seperti yang telah dibuktikan oleh para pemuda sahabat Nabi Muhammad yang turut mengembangkan dan mempertahankan Islam serta turut merobah jalannya sejarah. Buya Hamka juga menyebut bagaimana hebatnya peranan seorang pemuda Muhammadiyah yang dikenal sebagai bapak TNI yaitu Jenderal Sudirman.

Buya Hamka banyak mendapat perhatian masyarakat dan mendapat tempat tersendiri di kalangan pemuda karena cara menyampaikan pidatonya yang khas dengan bahasa yang baik dan penuh irama.23Dalam perkembangan Pemuda

Muhammadiyah ini, Buya Hamka ikut pela menghadiri Mu’tamar Pemuda Muhammadiyah di Garut pada tahun 1963, Mu’tamar Pemuda Muhammadiyah

21 Ibid.,hlm. 140.

22 Lukman Harun, “Prof.Dr.Hamka yang Saya Kenal”. Dalam Buya Hamka (Ed). Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka.Jakarta: Yayasan Nurul Islam,1978, hlm. 247.

(17)

tahun 1966 di GOR Istora Senayan serta Mu’tamar Pemuda Muhammadiyah tahun 1975 di Semarang. Buya Hamka betul-betul menghayati dan memahami aspirasi Pemuda Muhammadiyah dan mau menerima pendapat dan pemikiran-pemikiran pemuda, hal itulah yang membuat Buya Hamka disenangi dan dihormati oleh para pemuda

Peran di Bidang Pendidikan 1.Mendirikan Tabligh School

Pengalaman beberapa tahun dalam menggerakan Muhammadiyah memunculkan sebuah ide untuk membentuk sebuah kader. Abdullah Kamil menganjurkan kepada kawan-kawannya pemimpin Muhammadiyah Padang Panjang supaya membentuk sekolah agar dapat mencetak kader Muhammadiyah. Usul beliau diterima baik dan pada tahun 1929 berdiri sebuah sekolah bernama Tabligh School. Buya Hamka diserahi amanat untuk memimpin Tabligh Schooltersebut.

Guru-guru yang mengajar antara lain Sutan Mansur, Buya Hamka, Sutan Mangkuto, Abdullah Kamil dan Dt Sinaro Panjang. Mata pelajaran yang diajarkan antara lain mengenai kepemimpinan dan semangat penyebaran dakwah Muhammadiyah.Pelajar yang diterima sebagai murid sekurang-kurangnya telah menempuh sekolah sampai kelas 5 di SumateraThawalib atau sederajat. Pada masa itu, di Yogyakarta juga berdiri sebuah perguruan yang bernama Tabligh school. Tujuan didirikan Tabligh Schoolini sama dengan Tabligh School yang ada di Padang Panjang yaitu kebutuhan akan kader Muhammadiyah. Almarhum Haji Marzuki Yatim merupakan salah satu murid keluaran Tabligh School Yogyakarta yang pernah menjadi anggota Pimpinan Organisasi Islam International.

(18)

nama Buya Hamka mulai terkenal disamping pemimpin-pemimpin Muhammadiyah yang lain. Buya Hamka kerap hadir disetiap adanya Mu’tamar Muhammadiyah sebagai utusan dari Padang Panjang. Nama Buya Hamka mulai dikenal di luar daerah Minangkabau dan mulai menjadi perhatian dari pemimpin-pemimpin Muhammadiyah di daerah lain.24

Mendirikan Kulliyatul Mubalighin

Awal tahun 1935, Kulliyatul Mubalighin Muhammadiyah Padang Panjang mulai didirikan. Buya Hamka tidak lagi menggunakan nama Tabligh School untuk sekolah ini karena isi dan pelajaran di dalamnya memang berbeda. Tujuan didirikannya Kulliyatul Muballighin ini adalah untuk mencetak kader, dan untuk mendukung hal tersebut, kemudian disebarkan program dan maklumat pembukaan Kulliyatul Muballighin ke cabang-cabang Muhammadiyah di Sumatera Barat. Kulliyatul Mubhalighin juga membuka kesempatan kepada para pemuda-pemuda tamatan Sumatera Thawallib, Irsyadunnas, Sekolah Diniyah yang mempunyai kecakapan sederajat untuk mengikuti kulliyah tersebut. Banyak sekali pemuda yang berasal dari berbagai daerah datang ke Padang Panjang untuk belajar di Kulliyatul Mubalighin. Guru-guru yang mengajar di Kulliyatul Mubhalighin antara lain, Buya Hamka, Sutan Mansyur, Abdullah Kamil dan Sutan Mangkuto.25

Awal pertama Kulliyatul Mubalighin dibuka, pelajar yang datang belum begitu ramai. Kelas yang dibuka baru 2 kelas yaitu kelas satu dan kelas Tajhizi atau kelas persiapan. Kelas satu digunakan oleh pelajar keluaran Thawallib atau Diniyah dan Irsyadunnas. Pelajar Kulliyatul Mubalighin yang pertama yaitu Abdur Rahim, dia kehilangan ayah dan ibunya sejak kecil dan kemudian diasuh oleh bibinya. Bibinya berkeinginan untuk mendidik dia lebih baik, tetapi suasana kehidupan yang sulit tidak memberikan kesempatan padanya. Bibinya pernah mendengar pengajian dan ceramah Buya Hamka, maka timbullah pikiran dari bibinya itu untuk menyerahkan Abdur Rahim kepada Buya Hamka. Didorong rasa

24 Agus Hakim, op.cit.,hlm. 52.

(19)

santun serta kewajiban menurut Islam, Abdur Rahim kemudian diterima oleh Buya Hamka dan Ummi Raham sebagai anak angkat.

Abdur Rahim sudah menamatkan sekolah rendahnya, dan mulailah dia diajar oleh Buya Hamka tentang bahasa Arab dan Agama. Abdur Rahim merupakan anak yang tekun dalam belajar, cepat tanggap dan ingatannya pun kuat. Melihat kecakapan dan kecerdasan otaknya yang seimbang dengan mereka yang belajar di Thawallib dan Diniyah, maka Abdur Rahim kemudian dimasukkan ke Kulliyatul Mubalighin sebagai murid yang pertama. Pada waktu Buya Hamka dan istrinya pindah ke Medan, Abdur Rahim ikut bersamanya. Pelajarannya di Kulliyatul Mubhalighin hanya sampai akhir tahun pertama. Walaupun begitu dengan asuhan Buya Hamka, dia sudah berhasil membaca kitab-kitab besar hingga menjadi alim ulama.

Awal permulaan Kulliyatul Mubalighin, Muhammadiyah belum memberi tempat yang khusus untuk berkuliah. Pelajaran yang diberikan dua hari sekali, pertama di pagi hari yaitu di tempat sembahyang didalam asrama Muhammadiyah dan yang kedua pada malam hari sesudah sholat Isya yang bertempat di Lokal HIS Muhammadiyah. Mata pelajaran utama yang diberikan pada saat itu adalah Agama dan Bahasa Arab, yaitu : Tafsir Alquran, Tauhid, Al-Akhlak, Bahasa Inggris, dan Manthiq. Kitab-kitab yang dipakai yaitu Al-Qur’an, dan Tafsir Almanar.26 Selain pelajaran-pelajaran tersebut, Buya Hamka juga mengajarkan

mata pelajaran Thabaqatul Umam.27 Pelajaran ini berguna bagi calon da’i atau

kader Mubaligh agar calon mubaligh tersebut mengerti watak, adat istiadat, kebiasaan, larangan atau pantangan bagi setiap kota atau negara yang akan didatanginya.

Hampir setahun Kulliyatul Mubalighin berdiri, timbul keinginan dari para pendiri dan pengasuhnya agar sekolah ini menjadi bagian dari Muhammadiyah. Untuk itu Buya Hamka mengajukan usul kepada sidang Konferensi Muhammadiyah Minangkabau agar Kulliyatul Mubalighin bukan hanya menjadi milik cabang Muhammadiyah Padang Panjang tetapi juga menjadi bagian dari

26ibid, hal. 56

(20)

Muhammadiyah daerah Minangkabau. Usul Buya Hamka itu kemudian disetujui oleh Konferensi dan Kulliyatul Mubalighin menjadi milik dan tanggungjawab Muhammadiyah daerah Minangkabau. Menginjak tahun kedua Kulliyatul Mubalighin, mulai diusahakan perbaikan-perbaikan dan peningkatan pembelajarannya. Guru-guru yang mengajar antara lain adalah Sutan Mansur, Haji Rosul, Syekh Daud Rasyidi, Buya Hamka sebagai Direktur, Sutan Mangkuto, Abdullah Kamil, Dt Sinaro Panjang dll.

Ketika tahun kedua ajaran baru akan dimulai pada 1936, Buya Hamka hijrah ke kota Medan. Di Medan Buya Hamka menjabat sebagai redaktur majalah Pedoman Masyarakat. Kepergian Buya Hamka ke Medan menimbulkan kekecewaan bagi murid dan juga kakak iparnya yaitu Sutan Mansur. Setelah Buya Hamka meninggalkan Padang Panjang, hubungan pelajar Kulliyatul Mubalighin dengan Buya Hamka tetap terjaga dengan baik walaupun Buya Hamka tidak lagi mengajar disana. Buya Hamka memberi kesempatan kepada pelajar Kulliyatul Mubalighin untuk berlatih dan belajar menambah pengalaman menjadi penulis untuk mengisi halaman Pedoman Masyarakat.Pada tahun 1945, Buya Hamka kembali dari Medan ke Padang Panjang. Kedatangan Buya Hamka disambut hangat oleh sahabat-sahabat dan Sutan Mansur kakak iparnya. Buya Hamka kembali mengajar di Kulliyatul Mubhalighin sampai tahun 1949.

Referensi

Dokumen terkait

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi pertama yaitu Mengukur intensitas cahaya dengan menggunakan lux meter kemudian mengukur data posisi

1. The pattern performed by the teacher and the students in SMA Kolese De Britto Yogyakarta. 1) Interactional Pattern Teacher and Student by IRF Table 2. the pattern of IRF on

”Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan

Tanggal Distribusi Saham secara Elektronik 26 Juni 2013 Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan 26 Juni 2013 Tanggal Pencatatan Saham dan Waran pada Bursa 27 Juni 2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Humas menyusun strategi agar fungsi tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan Universitas Negeri Makassar diantaranya, berusaha

This chapter discusses the conclusions on the concrete block pavement (CBP) for sloping road section in relation to performance of CBP deformation (horizontal creep and

Pengenalan ucapan warna setelah didapat ekstraksi ciri dengan LPC kemudian dilakukan kombinasi koef cepstral dan frame. Pendeteksian bacaan ucapan warna melalui

Hal senada juga disampaikan oleh siswa kelas XII. Adapun hasil wawancara tersebut sebagai berkut:“ Perilaku disiplin yang diterapkan di sekolah adalah disiplin