Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm. called biodiesel. Besides also have many benefits, like: as traditional drug, vegetation insecticides, protector crop and preventative of erosion/conservation, and also can be processed by become livestock pakan, organic manure, and product of surfactant. In Indonesia there are some castor types, altogether from set of relativeses of Euphorbiceae (one set of relatives with and rubber of cassava), like: distance of kepyar/kaliki/kastor (Ricinus communis), apart bali (Jatropha podagrica), excellent distance/landi (Jatropha gossypifolia), baby-abdominal belt distance (Jatropha multifida), and fence distance (Jatropha curcas L.). Castor Fence start to be Indonesia estimated by time of at the same time it comes to Malaysia that is after 1700. But, start to be recognized by Indonesia society since year 1942 passing Japan nation commanding society plant castor fence as crop fence lawn. Fence distance are clump crop highly reach 2-5 m. Can grow good at farm fertile which do not and have hot climate to, of lowland until 1700 asl m and need rainfall which vary, that is 200-2000 mm/year, or 480-2380 mm/year, or minimize 250 mm/year but best growth 900-1200 mm/year. In fence distance conducting which need to be paid attention, for example: seed (seed materials or of vegetative), processing of land, cultivation, conservancy, and crop. Till now there is no pre-eminent variety of free fence distance by government. To get production and growth which is good to be expected to select fence castor which in local area as pre-eminent seed.
Ringkasan
Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm. PENDAHULUAN
anaman jarak adalah tanaman tahunan yang hasil bijinya dapat digunakan sebagai
pengganti bahan bakar minyak atau biodiesel. Di Indonesia ada beberapa jenis
tanaman jarak, semuanya dari famili Euphorbiceae (satu famili dengan karet dan
ubikayu), seperti: jarak kepyar/kaliki/kastor (Ricinus communis), jarak bali (Jatropha
podagrica), jarak ulung/landi (Jatropha gossypifolia), jarak gurita (Jatropha multifida), dan
jarak pagar (Jatropha curcas L.). Tanaman ini telah lama dikenal masyarakat Indonesia yaitu
sejak tahun 1942-an melalui bangsa Jepang yang memerintahkan masyarakat menanam
tanam jarak sebagai tanaman pagar pekarangan (Syakir, 2006).
Sejak disepakatinya pelaksanaan gerakan nasional budidaya jarak pagar pada Rakor
Kesra tanggal 6 September 2005 lalu, diikuti Inpres No.1 Tahun 2006 dan Pepres No. 5 tahun
2006 tentang “penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuels) sebagai bahan
bakar lain, telah banyak masyarakat dan pemerintah daerah menyatakan kesediaannya untuk
segera bertanam jarak pagar. Di Pulau Jawa, seperti ”Dulang Mas” (Kedu, Magelang,
Banyumas), ”Joglo Semar” (Jogya, Solo, Semarang), dan “Cindera Mata Sunda” (Cirebon,
Inderamayu, Majalengka, Tasikmalaya, dan sekitarnya) saat ini sudah menyiapkan lahan
untuk pengembangan jarak pagar. Sedangkan NTT dan Gorontalo akan mengembangkan
budidaya jarak pagar ribuan hektar (Setyawan, 2005).
Propinsi Sumatera Barat juga tidak ketinggalan dalam pengembangan jarak pagar.
Menurut Ana Haryati, jarak pagar sangat cocok dikembangkan pada lahan terlantar di
Sumatera Barat. Pemerintah Propinsi Sumatera Barat sudah merencanakan
pengembangannya seluas 35 ribu hektar yang dibagi dalam beberapa tahap. Langkah awal
difokuskan pada program demplot/kebun percontohan seluas 25 hektar, tersebar di
Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Sawahlunto, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten 50 Kota,
dengan biaya Rp.120 juta dari APBN. Sementara itu, untuk kebun rintisan direncanakan
masing-masing seluas lima hektar di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kabupaten
50 Kota, dan Kabupaten Dharmasraya. Selanjutnya, pada tahap pengembangan
direncanakan kebun induk seluas 10 ribu hektar di Sukarami Solok. Bibit unggul akan
didatangkan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Bogor
(Singgalang, 2006).
Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm.
Sementara itu, Kabupaten Padang Pariaman merencanakan membudidayakan
tanaman jarak pagar di lahan kritis sekitar 14.000 hektar. Pada tahap awal akan
dikembangkan penanaman 2.500 bibit jarak di lahan seluas 1.000 hektar. Langkah taktis ini
dilakukan untuk mendukung kebijakan ekonomi nasional (Satria, 2006).
MANFAAT JARAK PAGAR
Tanaman jarak pagar memiliki banyak manfaat, karena disamping sebagai penghasil
minyak nabati non pangan juga bermanfaat sebagai obat tradisional, insektisida nabati,
tanaman pelindung dan pencegah erosi/konservasi, serta dapat diolah menjadi pakan ternak,
pupuk organik, dan produk surfaktan (Syakir, 2006). Menurut Mahmud, et al. (2006), jarak
pagar selain sebagai bahan bakar juga sebagai bahan untuk pembuat sabun dan bahan
industri kosmetika. Ragam potensi pemanfaatan jarak pagar disajikan pada Gambar 1.
Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm. PENYEBARAN JARAK PAGAR
Tanaman jarak pagar berasal dari daerah tropis Amerika Tengah, khususnya Meksiko
yang disebarluaskan oleh pelaut-pelaut Portugis pada awal 1800-an melalui Kepulauan Cape
Verde (Afrika) keberbagai negara lainnya di Afrika dan Asia. Pertanaman jarak pagar hanya
diusahakan di negara-negara Afrika Barat dan Madagaskar. Di Afrika dan Asia hanya
ditemukan dalam bentuk pertanaman pada pagar-pagar rumah atau batas-batas lahan
pertanian (Heller, 1996: Heyne, 1950).
Tidak ada catatan pasti kapan tanaman jarak pagar ini mulai dimasukkan ke
Indonesia. Tetapi diperkirakan waktunya bersamaan dengan masuknya ke Malaysia yaitu
setelah 1700-an (Heyne, 1950). Namun, menurut Syakir (2006) tanaman ini mulai dikenal
masyarakat Indonesia sejak tahun 1942-an melalui bangsa Jepang yang memerintahkan
masyarakat menanam tanaman jarak sebagai tanaman pagar pekarangan.
Di Indonesia, tanaman jarak dikenal dengan berbagai nama daerah, antara lain:
nawaih nawas di Aceh, jarak wolanda di Manado, jirak di Minangkabau, jarak kosta di Jawa
Barat, jarak budeg, jarak gundul, jarak iri, jarak pager, jarak cina, kaleke di Madura, jarak
pageh di Bali, tangan-tangan kali kanjoli di Makasar, malate (hoti) di Seram Timur, Bolacai di
Halmahera Utara, dan balaci hisa di Tidore (Heyne, 1950).
DESKRIPSI DAN SYARAT TUMBUH JARAK PAGAR
Jarak pagar merupakan tanaman perdu dengan tinggi mencapai 2-5 m. Dapat tumbuh
baik pada lahan yang tidak subur dan beriklim panas, dari dataran rendah sampai 800 m dpl
(fierna.com, 2006). Pohonya bercabang tidak teratur, batangnya berkayu, silindris bila terluka
mengeluarkan getah. Daunya tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari
dengan 5-7 tulang utama, dan warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat
dibanding bagian atas). Panjang tangkai daun 4-15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan,
berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina
tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul di ujung batang atau ketiak daun. Buah
berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm, berwarna hijau ketika masih muda
dan kuning bila masak. Buah terbagi menjadi 2-4 ruang yang masing-masing ruang berisi 1
biji. Biji bulat lonjong berwarna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak
Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm.
Menurut Heller (1996) dan Arivin, et al. (2006), jarak pagar ditemui pada ketinggian
0-1700 m dpl. Berbagai laporan menyatakan bahwa jarak pagar memerlukan curah hujan yang
bervariasi, yaitu 200-2000 mm/tahun, atau 480-2380 mm/tahun, atau minimal 250 mm/tahun
tetapi pertumbuhan terbaik 900-1200 mm/tahun (Allorerung, et al., 2006).
Menurut Henning (2004), jarak pagar membutuhkan curah hujan paling sedikit 600
mm/tahun untuk tumbuh baik, sedangkan bila curah hujan <600 mm/tahun tidak dapat
tumbuh kecuali dalam kondisi tertentu seperti di Kepulauan Cape Verde (curah hujan hanya
250 mm/tahun tetapi kelembaban udara sangat tinggi (rain harvesting). Sebaliknya pada
daerah basah dengan curah hujan yang terlalu tinggi (seperti Bogor), akan didapatkan
tanaman yang memiliki pertumbuhan vegetatif lebat disertai kurangnya pembentukan bunga
dan buah (Allorerung, et al., 2006). Menurut Arivin, et al. (2006), di Desa Cikeusik Malingping
Banten umumnya ditemui tanaman jarak pagar yang memiliki bunga, buah muda, buah tua,
dan buah kering dalam satu cabang meskipun curah hujan 2500-3000 mm/tahun. Sementara
itu Satria (2006) menyatakan bahwa jarak pagar membutuhkan curah hujan 300-1200
mm/tahun. Pada daerah bersuhu rendah (<18oC) dapat menghambat pertumbuhan
sedangkan pada suhu tinggi (>35oC) menyebabkan gugur daun dan bunga, buah kering
sehingga produksi menurun.
Jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang lebih
baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan aerasi yang
baik (terbaik mengandung pasir 60-90%) (Allorerung, et al., 2006). Bila perakaran jarak
pagar sudah cukup berkembang, maka dapat toleran terhadap kondisi tanah-tanah masam
atau alkalin (terbaik pada pH 5,5-6,5) (Heller, 1996; Arivin, et al. 2006). Sementara itu Satria
(2006) menyatakan bahwa jarak pagar dapat tumbuh pada tanah kurang subur tetapi memiliki
drainase baik, tidak tergenang, dan derajat kemasaman tanah (pH) berkisar 5,0-6,5. Untuk
mendapatkan produksi yang baik pada tanah alkalin atau miskin hara, diperlukan pupuk
buatan atau pupuk organik yang mengandung sedikit kalsium, magnesium, dan sulfur.
Sedangkan pada daerah dengan kandungan fosfat rendah, penggunaan mikoriza dapat
Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm. BUDIDAYA JARAK PAGAR
a. Pembibitan
Sampai saat ini belum ada varietas unggul jarak pagar yang dilepas oleh pemerintah.
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang baik diharapkan menggunakan bibit
yang baik. Menurut Atman (2006), mendatangkan bibit dari daerah bukan asalnya dapat saja
mendatangkan kegagalan karena diperlukan adaptasi dengan lingkungan tumbuh baru.
Menseleksi tanaman jarak pagar yang ada di daerah setempat sebagai benih unggul
merupakan cara terbaik sampai adanya varietas unggul. Bahan tanaman dapat berasal dari
biji atau stek. Penanaman jarak pagar untuk memproduksi bahan baku minyak, bibit
sebaiknya berasal dari biji karena hidupnya lebih lama dan produksinya lebih tinggi dibanding
bibit asal stek. Sedangkan untuk tanaman pagar dan pencegah erosi dapat digunakan bahan
tanaman yang ditanam langsung berupa biji atau stek (Mahmud, 2006).
Bahan tanam dari biji. Lakukan perkecambahan terlebih dahulu dengan merendam biji dalam air selama semalam. Setelah itu, biji-biji dimasukkan ke dalam media pasir (bak
perkecambahan). Biji akan berkecambah 7-10 hari. Selanjutnya dapat dipindahkan ke
polybag setelah + 2 minggu berkecambah, dengan menanamnya sedalam 5-6 cm ke
dalam polybag. Biji dapat pula dikecambahkan langsung di dalam polybag atau
penanaman langsung di lapang dengan cara tugal. Polybag berukuran 25x15 cm atau
20x35 cm diisi tanah yang dicampur pupuk kandang dan sekam (perbandingan 1:1:1)
atau tanah dicampur kompos/pupuk kandang dan pasir (perbandingan 2:1:1).
Bahan tanam dari stek. Siapkan polybag seperti diatas, lalu tanamkan stek ke dalam polybag sedalam 10-15 cm ditengah polybag dengan kondisi tegak. Stek hendaknya
dipilih dari cabang-cabang berpucuk dan sudah berkayu (berumur + 1 tahun) yang
ditandai oleh warna hijau keabu-abuan dengan panjang stek 40-50 cm, dan diameter stek
2-3 cm.
b. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul atau traktor. Untuk menghemat biaya,
pengolahan tanah juga dapat dilakukan dengan metode minimum tillage (pengolahan
minimum) yaitu dengan membersihkan lahan yang diikuti pengolahan tanah hanya pada
Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm.
Saluran drainase perlu dibuat pada lahan-lahan yang pembuangan airnya kurang baik atau
lahan yang terletak pada daerah cekungan.
c. Penanaman
Disarankan dilakukan awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air
bagi tanaman cukup tersedia. Sebelum tanam, terlebih dahulu dibuat lubang tanam ukuran
30x30x30 cm. Penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibiarkan selama 2-3 minggu.
Jarak tanam 2x2 m sehingga didapat populasi tanaman 2500 batang per hektar.
d. Pemeliharaan
Pupuk diberikan saat tanam dengan cara mencampur tanah bagian atas dengan
pupuk kandang (1-2 kg/lubang) dan pupuk buatan (10-50-10 g Urea-SP36-KCl/lubang).
Pupuk susulan dilakukan umur 3-4 minggu setelah tanam (mst) dengan meberikan Urea
sebanyak 10 g/lubang. Kebutuhan pupuk buatan pada tahun kedua adalah 50-150-30 kg
Urea-SP36-KCl/ha dan pupuk kandang 2,5-5 ton/ha. Penyiangan dilakukan tergantung
kondisi gulma di lapang, sebaiknya 20 hari setelah tanam (hst) dan diikuti sekali dalam 3-4
bulan. Pemangkasan bertujuan untuk memperoleh cabang produktif yang dapat mulai
dilakukan pada ketinggian sekitar 20 cm dari permukaan tanah (Satria, 2006).
e. Panen
Jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup lebih dari 20 tahun.
Tanaman ini mulai berbunga umur 3-4 bulan dan pembentukan buah umur 4-5 bulan. Panen
dapat dilakukan mulai umur 6 bulan jika buah telah masak dengan ciri-ciri: kulit buah
berwarna kuning dan mulai mengering.
KESIMPULAN
Tanaman jarak pagar adalah tanaman tahunan yang hasil bijinya dapat digunakan
sebagai pengganti bahan bakar minyak atau biodiesel. Selain itu juga memiliki banyak
manfaat, seperti: sebagai obat tradisional, insektisida nabati, tanaman pelindung dan
pencegah erosi/konservasi, serta dapat diolah menjadi pakan ternak, pupuk organik, dan
produk surfaktan.
Sejak disepakatinya pelaksanaan gerakan nasional budidaya jarak pagar pada Rakor
Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm.
bakar lain, telah banyak masyarakat dan pemerintah daerah menyatakan kesediaannya untuk
segera bertanam jarak pagar. Propinsi Sumatera Barat sudah merencanakan
pengembangannya seluas 35 ribu hektar yang dibagi dalam beberapa tahap. Sementara itu,
Kabupaten Padang Pariaman merencanakan membudidayakan tanaman jarak pagar di lahan
kritis sekitar 14.000 hektar. Pada tahap awal akan dikembangkan penanaman 2.500 bibit
jarak di lahan seluas 1.000 hektar. Langkah taktis ini dilakukan untuk mendukung kebijakan
ekonomi nasional (Satria, 2006).
Dalam budidaya jarak pagar yang perlu diperhatikan, antara lain: pembibitan (bahan
asal biji atau stek), pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Sampai saat
ini belum ada varietas unggul jarak pagar yang dilepas oleh pemerintah. Untuk mendapatkan
pertumbuhan dan produksi yang baik diharapkan menseleksi tanaman jarak pagar yang ada
di daerah setempat sebagai benih unggul.
DAFTAR PUSTAKA
1. Allorerung, D., Z. Mahmud, A.A. Rivaie, D.S. Effendi, A. Mulyani. 2006. Peta Kesesuaian Lahan dan Iklim Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Makalah pada Lokakarya Status Teknologi Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).. Jakarta, 11-12 April 2006. Puslitbangbun Bogor.
2. Arivin, A.R., D. Allorerung, Z. Mahmud, D.S. Effendi, Sumanto, dan Isa, S. 2006. Karakteristik factor iklim dan tanah pada pertanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di Desa Cikeusik-Banten (in press).
3. Atman. 2006. ”Hati-hati” Dalam Mengembangkan Jarak Pagar. Paper BPTP Sumatera Barat; 4 hlm.
4. Fierna.com. 2006. Deskripsi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.).
5. Heller, J. 1996. Physic nut (Jatropha curcas L.). Promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops. 1. Institute of Plant Genetic and Crop Plant Research. Gatersleben/International Plant Genetic Resources Institute, Rome.
6. Henning, R.K. 2004. The Jatropa System. Economy and Dissemination Strategy. International Conference of Renewable 2004. Bonn, 1-4 June, Germany.
7. Heyne, K. 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta. 8. Mahmud, Z. 2006. Kultur Teknis Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Makalah pada
pelatihan Teknis Budidaya Tanaman Jarak Pagar. Bogor, 20-22 Juli 2006. Puslitbangbun Bogor.14 hlm.
9. Mahmud, Z., A.A. Rivaie, dan D. Allorerung. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Puslitbangbun Bogor.
10. Satria, B. 2006. Budidaya tanaman jarak pagar. (Peningkatan productivitas lahan dan bahan bakar energi). Makalah Diskusi Actual Tanaman Jarak. Badan Litbang Propinsi Sumatera Barat, 8 Juni 2006; 24 hlm.
Jurnal Ilmiah Tambua UMMY, Vol. VI, No. 3, September-Desember 2007;367-372 hlm.
Kemiskinan. Jakarta, 6 September 2005. Dalam: hhtp://menkokesra.go.id/content/ view/201/109/.
12. Singgalang. 2006. Jarak Pagar Cocok di Sumbar. Harian Independen Singgalang. Rabu, 30 Agustus 2006. Halaman 5. Padang.