• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGGULANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENANGGULANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGGULANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (Botryodiplodia sp.) PADA TANAMAN JERUK

Disusun Oleh : Ilhamin Barkah Ritonga

(171510601104)

Dosen Pengampu : Irwanto Sucipto, S.P., M.Si

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris, sehingga hampir seluruh wilayah Indonesia dapat dijadikan lahan pertanian. Indonesia juga merupakan negara yang beriklim tropis, karena dialui oleh garis khatulistiwa. Sehingga berbagai jenis tanaman dapat tumbuh di Indonesia seperti tanaman pangan, tanaman perkebunan, maupun tanaman hortikultura.

Salah satu komoditas utama di Indonesia adalah buah jeruk. Tetapi ada beberapa kendala dalam proses budidaya-nya yakni terdapat beberapa jenis penyakit dan hama yang sering muncul. Salah satunya adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang banyak dialami di Indonesia.

Sampai saat ini belum ada identifikasi yang tepat mengenai patogen utama BPB di sentra produksi jeruk di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab BPB jeruk dengan metode konvensional berdasarkan karakter morfologi cendawan patogen. Identifikasi penyebab penyakit yang akurat sangat diperlukan sebagai dasar menyusun strategi pengendalian penyakit yang efektif dan efisien ( Eka Retnosari et al, 2014, p. 93).

II. POKOK PERMASALAHAN

Penyakit busuk pangkal batang atau biasa disebut penyakit blendok ini disebabkan oleh fungi atau jamur. Yakni jenis jamur Botryodiplodia sp. dan yang menyebabkan penyakit blendok. Setelah dilakukan uji tanaman yang terinfeksi terdapat fakta bahwa, jenis jamur Botryodiplodia sp. ditemukan dari semua sampel tanaman sakit ( Eka Retnosari et al, 2014, p. 93).

Terdapat beberapa gejala penyakit blendok seperti, mengering dan rontoknya daun, bunga, dan buah pada tanaman yang terinfeksi. Serta busuknya batang bagian bawah, ditandai dengan gejala batang yang berwana kuning kecoklatan. Pada tanaman yang sudah terinfeksi, biasanya akan terlihat infeksi pada bagian permukaan batang. Meski infeksi sering tidak tampak meluas, tetapi justru sudah meluas di dalam batang.

Dampak paling parah dari penyakit blendok ini adalah dapat mematikan tanaman. Hal ini dapat terjadi karena infeksi jamur sudah menyebar secara meluas di dalam batang. Sehingga banyak petani yang secara terpaksa harus memotong tanaman jeruk tersebut karena sudah tidak dapat menghasilkan buah lagi ( Zayin Sukri dan Hariyono Rakhmad, 2016, p. 124).

Sehingga harus ada upaya pencegahan dan penanganan yang tepat dan efisien terhadap penyakit busuk pangkal batang ini. Upaya yang tepat dan efisien juga sangat penting untuk diimplementasikan karena selain mencegah kerugian akibat gagal panen juga dapat menanggulangi dampak penyakit dengan metode yang tepat. Sehingga petani tidak banyak yang merugi akibat harus banyak membeli obat untuk tanaman mereka yang terjangkit penyakit busuk tersebut.

III. KERUGIAN YANG DIAKIBATKAN

(3)

petani. Karena tanaman yang sudah terinfeksi tersebut tidak bisa lagi menghasilkan buah jeruk berkualitas yang dapat dipanen. Pada kasus yang parah, petani juga secara terpaksa harus menebang tanaman yang sudah terinfeksi tersebut karena sudah tidak bisa dipanen lagi.

Menurut Eka Retnosari et al (2014), p. 96, penyakit BPB yang menyerang tanaman jeruk tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan kehilangan hasil. Penyakit tersebut menyebabkan daun, bunga, dan buah mengering dan rontok pada semua stadium pertumbuhan tanaman di pembibitan maupun di lapangan. Gejala khas penyakit BPB berupa busuk pada batang bawah atau di sekitar mahkota akar dekat dengan permukaan tanah. Busuk batang ditandai oleh jaringan batang dan kambium berwarna cokelat kekuningan.

Bila penebangan tanaman terpaksa dilakukan akibat penanganan infeksi tanaman yang tidak efektif dan efisien, maka dapat dipastikan produksi jeruk akan berkurang. Karena penyakit ini juga menyerang tanaman jeruk pada setiap siklus pertumbuhannya. Sehingga berbahaya jika tidak segera diatasi dengan penanganan yang tepat. Dampaknya adalah petani bakal merugi akibat banyak tanaman jeruk yang tidak dapat panen atau istilahnya gagal panen.

IV. FAKTOR-FAKTOR LUAR YANG MENDUKUNG

Terdapat beberapa faktor pendukung berkembangnya penyakit busuk pangkal batang ini. Salah satunya adalah tingkat kelembaban kebun yang terlalu tinggi, sehingga tingkat kelembaban kebun yang tinggi ini harus dikurangi. Supaya jamur penyebab penyakit BPB atau blendok ini dapat dicegah pertumbuhannya.

Sistem drainase perkebunan yang buruk juga merupakan salah satu faktor pendorong bertumbuhnya jamur penyebab penyakit blendok ini. Sehingga sistem drainase yang buruk harus diatur kembali agar lebih baik. Supaya dapat menekan pertumbuhan jamur penyebab penyakit BPB.

Para petani jeruk juga harus sering mengecek bagian akar dan pangkal batang pada tanamannya. Karena jika akar dan pangkal batang pada tanaman jeruk sudah terjadi pelukaan, maka besar kemungkinan jamur penyebab penyakit blendok akan tumbuh di bagian yang terluka tersebut. Sehingga pengecekan berkala pada bagian akar dan pangkal batang tanaman jeruk harus dilakukan agar dapat meminimalisir pertumbuhan jamur penyebab penyakit BPB.

V. UPAYA PENGENDALIAN

(4)

untuk mengurangi kemungkinan batang atas yang rentan terinfeksi cendawan tanah. Apabila ditemui gejala tanaman yang terserang berat harus segera dibongkar dan dibakar. Demikian pula, bagian tanaman yang menunjukkan gejala awal harus dipotong dan dibakar. Setelah dipotong, bagian kulit batang yang sehat di sekitarnya diolesi fungisida karbendazim 6.2% ditambah dengan mankozeb atau tembaga oksiklorida 73.8% ( Eka Retnosari et al, 2014, p. 97).

Tindakan pencegahan penyakit secara kimiawi umumnya dilakukan dengan pengolesan ter (Carbolineum plantarum 50%) pada pangkal batang dan akar-akar yang tampak dari luar sampai setinggi 50 cm. Perlakuan tersebut dianjurkan dimulai pada tahun ketiga setelah penanaman dan setiap awal musim hujan (Alvarez et al. 2008; Savita et al. 2012).

VI. PENUTUP

Setelah ditemukan penyebab serta cara menanggulangi penyakit busuk pangkal batang (BPB) atau penyakit blendok pada tanaman jeruk ini sangat bermanfaat bagi para petani. Hal ini sangat bermanfaat karena para penyuluh dan petani akan mengetahui bagaimana cara mengatasi permasalahan penyakit blendok ini dengan cara yang benar. Sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan secepat mungkin dan penurunan hasil produksi jeruk dapat dicegah.

Sekarang tinggal bagaimana peran pemerintah yang diwakili oleh penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian diharapkan dapat mengedukasi para petani agar paham dan mengerti mengenai penyakit busuk pangkal batang (BPB) atau penyakit blendok ini. Sehingga para petani dapat mencegah dan menanggulangi dampak dari jamur Botryodiplodia sp. sebagai jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang (BPB) dengan efektif dan efisien. Jadi penurunan produksi jeruk akibat penyakit BPB dapat ditanggulangi dengan baik.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Retnosari, E., Henuk, J. B. D., Sinaga, M. S. (2014). Identifikasi Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Jeruk. Jurnal Fitopatologi Indonesia. Volume 10, No. 3,p. 93-97, http://journal.ipb.ac.id/index.php/jfiti/

article/view/8581. (Diakses 15 September 2017 pukul 20.00 WIB). Sukri, Z., Rakhmad H. (2017). Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit

Tanaman Jeruk Menggunakan Metode Euclidean Distance. JUSTINDO. Volume 1, No. 2, p. 124, jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/

JUSTINDO/article/download/573/453. (Diakses pada 15 September 2017 pukul 20.10 WIB).

Herman, S., Destiani, D., Fatimah, S. (2016). Pengembangan Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit Jeruk Keprok Siem Berbasis Android. Volume 1, No. 13. http://jurnal.sttgarut.ac.id/index.php/algoritma/ article/view/179. (Diakses pada 15 September 2017 pukul 20.20 WIB). Depparaba, F., Mamesah, D. (2005). Populasi dan Serangga Penggerek Daun

(Phyllocnistis citrella Staint) Pada Tanaman Jeruk dan Alternatif Pengendaliannya. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

(5)

2017 pukul 20.40 WIB).

Referensi

Dokumen terkait

Respon pasien terhadap nyeri akut dengan nyeri kronis biasanya berbeda, Pada pasien nyeri kronik biasanya karena nyeri yang begitu lama yang dialami membuat pasien letih untuk

Dari kasus ekonomi di atas dapat kita pahami bahwasannya penyebab melambatnya pengetasan kemiskinan di Indonesia saat ini walau dalam keadaan ekonomi tumbuh

Aktivitas antibakteri pada kitosan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan derajat deasetilasi berbeda, memperlihatkan DD 93% lebih besar membentuk zona

The occurrence of antimicrobial resistance in enteric bacteria, especially Enterobacteriaceae, is an indication of the emergence of resistant bacterial strains in the community

Morfologi bentuk kota bandar mengalami penyurutan akibat proses geomorfologi alam pantai dan secara drastis terjadi perubahan orientasi dan aksesibilitas 41. Hal ini

Pada penelitian ini, hasil menunjukkan bahwa pemberian prebiotik dan sinbiotik melalui pakan dapat meningkatkan indeks fagositik ikan yang lebih tinggi dibanding

Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab permasalah yang telah dikemukakan, yaitu mengembangkan sistem komunikasi industri berbasis wireless sensor network dan IoT edge

This study discusses the Temperature and Humidity Monitoring System Chili Plant Greenhouse Based on LabVIEW. Each plant requires a climate in order to grow optimally and results in