• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemberian media gambar untuk meningkatka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pemberian media gambar untuk meningkatka"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002: 57) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.

Bygate (1987:26) mengatakan bahwa dalam berbicara seseorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan keterampilan interaktif, maka agar dapat bercerita dengan baik, seseorang harus mempunyai kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar. Diantaranya adalah lafal, intonasi, ejaan, kosa kata, dan sebagainya.

Bercerita adalah seni menggunakan bahasa, vokalisasi, atau gerakan fisik dan isyarat untuk mengungkapkan unsur-unsur dan gambaran dari sebuah cerita kepada sesuatu yang spesifik, kehidupan penonton. Untuk itu, agar cerita tersebut dapat didengar dengan baik oleh pendengar selain suara atau vokal diperlukan media untuk mendukung pencerita dalam melakukan gerakan saat bercerita. Media dapat digunakan sebagai penghubung atau pembawa pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Anitah (2009:123) menyatakan, media merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Dengan kata lain media dijadikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu sumber pesan dan penerima pesan atau informasi.

(2)

guru TK dapat memotivasi anak, agar anak sejak usia dini mampu berbahasa terutama pada aspek berbicara, anak diharapkan untuk dapat bercerita secara baik dan benar, serta senang belajar menulis meskipun masih dalam bentuk-bentuk gambar-gambar atau simbo-simbol yang dapat mengekspresikan minat dan kemampuannya. Tetapi rancangan kurikulum ini kenyatannya kurang mendapat perhatian.

Berdasarkan permasalahan diatas, jelas terlihat harapan-harapan yang diinginkan dalam pembelajran di TK terutama dalam meningkatkan kemampuan bercerita anak, tetapi dalam realitanya yang terjadi pada pembelajaran di TK saat ini belum sesuai dengan harapan. Kegiatan bercerita dengan menggunakan media gambar jarang diberikan, sehingga anak kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran, karena pembelajaran menurutnya bersifat monoton dan membosankan, begitu juga guru yang jarang mengajak anak-anak bercerita karena tidak terbiasa, guru merasa sulit dalam membawakan cerita, sehingga guru lebih baik membawa anak-anak berhitung, menulis dan membaca awal. Pengetahuan guru dalam bercerita sangat kurang dan minim. Padahal kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang menyenangkan anak apalagi kegiatan ini didukung oleh media yang menarik.

Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan bercerita kepada anak, guru menerapkan metode bercerita dengan mnggunakan media gambar dengan begitu guru akan memberikan pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.

(3)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pemberian media gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak TK ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah megetahui apakah pemberian media gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak TK.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis : hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan salah satu teori belajar sehingga dapat dipakai sebagai referensi dalam upaya pelaksanaan penelitian lebih lanjut.

(4)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Anak Usia Prasekolah

Menurut Syamsu Yusuf, anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitas 0-6 tahun, dimana anak pada usia tersebut adalah usia yang masih mengalami perkembangan yang pesat, baik fisik maupun psikis. Adapun tugas perkembangan anak pada usia ini adalah mengembangkan keterampilan fisik dan sosial, mengembangkan hubungan emosional serta kata hati (conscience).

Sedangkan menurut Aisyah (2007: 1.3) menyatakan anak usia dini adalah yang berada pada rentang usia 0-8 tahun yang tercakup dalam program pendidikan ditaman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah swasta maupun negeri, Taman kanak- kanak dan SD.

Menurut Biechler dan Snowman (1993), yang dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarten. Di indonesia, umumnya mereka mengikuti program kelompok bermain (2-3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak.

B. Keterampilan Berbicara Anak TK

1. Pengertian Keterampilan Berbicara Anak TK

Keterampilan berbicara terdiri dari dua kata yaitu keterampilan dan berbicara, keduanya memiliki makna masing-masing yang jika digabungkan akan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami dalam kaitannya dengan peningkatan aspek keterampilan berbicara anak di Taman Kanak-kanak dalam penelitian ini.

(5)

melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)” (Yudha M. Saputra dan Rudyanto, 2005: 7).

Keterampilan yang akan dibahas disini adalah keterampilan yang diperuntukkan bagi anak usia Taman Kanak-kanak, sebab masa usia TK merupakan masa emas untuk dilatihkan keterampilannya.

Menurut Djago Tarigan dkk (1997:37) berbicara merupakan keterangan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, bicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan.

Selanjutnya, Nurgiyantoro (2001:276) mengungkapkan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan, berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara, dapat dikatakan berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia, demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktar-faktor fisik, psikologi, neurologis, semantik dan linguistik.

Berbicara (speaking) adalah perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi ini dimaksudkan agar pembicara dan pendengar dapat memahami maksud pembicaraan. Dalam proses komunikasi inilah terjadi interaksi antara pembicara dan pendengar (Tim, 2003: 10).

(6)

pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan (Soenardi Djiwandono, 1996: 68).

Berdasarkan pengertian keterampilan dan berbicara di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide/gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain menggunakan bahasa lisan dengan jelas dan tepat.

Berbicara merupakan keterampilan bagi anak, sehingga berbicara dapat dipelajari dengan beberapa metode yang berbeda. Menurut Hurlock (1978: 183) berbicara dapat diperoleh anak dengan cara: (a) meniru, yaitu mengamati suatu model baik dari teman sebaya maupun dari orang yang lebih tua; dan (b) pelatihan, yaitu dengan bimbingan dari orang dewasa.

Dalam mewujudkan keterampilan yang baik pada anak TK guru perlu mengetahui kemampuan yang dimiliki pada masing-masing anak. Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki anak, guru akan dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki anak kemudian akan dengan mudah untuk melakukan pengembangan keterampilan pada anak. Perubahan keterampilan pada anak terjadi sebagai akibat dari latihan yang telah dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta pemberian pengalaman tertentu.

2. Karakteristik Keterampilan Berbicara Anak TK

(7)

anak memiliki keterampilan berbicara yang baik serta memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan dengan lancar.

Menurut Suhartono, (2005: 123) anak yang sejak kecil dilatih dan dibimbing untuk berbicara secara tepat dan baik, akan mampu berpikir kritis dan logis. Dengan membimbing anak berbicara sejak usia dini akan memberikan banyak manfaat bagi kemampuan anak. Anak akan mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat. Yang berarti bahwa tujuan umum dari pengembangan bicara tersebut adalah :

a. anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat. b. anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan

berkomunikasi, dan

c. anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan.

Anak usia Taman Kanak-kanak mempunyai karakteristik khusus dalam kemampuan berbahasa atau berbicara, antara lain sudah dapat bicara lancar dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata, menjawab dan membuat pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali isi cerita.

Nurbiana Dhieni (2005: 3.8) menyebutkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal.

Dalam linguistik dijelaskan bahwa berbicara memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus, yaitu:

a. Bertujuan, kegiatan berbicara membawa seseorang mencapai tujuan dan keinginannya.

b. Bersifat interaktif, ada dialog sehingga proses komunikasi akan terjadi. c. Kesementaraan, proses komunikasi hanya terjadi selama proses

pembicaraan berlangsung.

(8)

waktu tertentu, mengambil tempat tertentu, ada topik, dan kedua belah pihak dalam keadaan siap.

e. Alfa (tidak memperhatikan) tanda baca. f. Kata-kata terbatas.

g. Pengalaman.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Anak TK

Dalam berkomunikasi harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan berbicara. Menurut Arman Agung (Siti Manar Mufidah, 2010: 55), ada dua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan segala potensi yang ada dalam diri seseorang, meliputi :

1) Faktor fisik, merupakan faktor yang menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan di dalam berbicara, dalam hal ini meliputi pita suara, lidah, gigi, dan bibir. 2) Faktor non fisik (psikis), merupakan faktor yang berhubungan

dengan kondisi psikologis seseorang dan tidak berhubungan dengan fisik. Faktor psikis keterampilan berbicara.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu yang meliputi tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Hurlock (1980: 115) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara adalah:

1) Intelegensi

(9)

2) Jenis disiplin

Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang cenderung lemah lembut lebih banyak berbicara daripada anak yang orang tuanya bersikap keras.

3) Posisi urutan (urutan kelahiran)

Anak sulung didorong untuk lebih banyak berbicara daripada adiknya. 4) Besarnya keluarga

Anak tunggal didorong untuk lebih banyak berbicara daripada anak-anak dari keluarga besar dan orang tuanya punya lebih banyak waktu untuk berbicara dengannya. Dalam keluarga besar, disiplin yang ditegakkan lebih otoriter sehingga menghambat anak-anak untuk berbicara sesukanya.

C. Media Gambar

1. Pengertian Media Gambar

Media gambar memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media gambar dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Gambar dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan dengan isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Menurut Farida Nur’ aini (2010:12) menyatakan bahwa “Alam pikir anak adalah gambar. Dengan perkataan lain, ‘bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar’. Semua informasi yang dia terima, akan dia pikirkan di alampikirannya dalam bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri”.

(10)

gambar seri, potret dan slide. Media gambar merupakan suatu sarana pengajaran yang berbentuk gambar yang mengandung makna situasi, keadaan, peristiwa, benda.

Menurut Schram dan Wilbur (1984: 148) bahwa gambar ialah tiruan barang orang yang sifatnya universal, mudah dimengerti dan tidak terikat o1eh bahasa; sedangkan menurut Rahadi (2004: 23) bahwa gambar dan foto adalah media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran. Gambar dan foto sifatnya universal, mudah dimengerti dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa.

Penelitian yang dilakukan oleh Dweyer pada tahun 1967 yang membandingkan penyajian dengan kata-kata (oral) yang dilengkapi gambar-gambar garis sederhana, gambar-gambar mendetail, foro realistik dengan penyajian yang menggunakan kata-kata (oral) tanpa kelengkapan tersebut, membuktikan bahwa gambar garis sederhana merupakan yang terbaik untuk mengajarkan konsep keseluruhan, lokasinya, strukturnya dan posisi bagian-bagiannya.

2. Manfaat Media Gambar

Manfaat yang diperoleh dalam proses belajar membaca dengan menggunakan media gambar adalah anak dapat memahami isi gambar, sehingga anak lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita bergambar. Dengan demikian membaca bagi anak perlu disediakan media sebagai visualisasi agar dapat menarik minat membaca sehingga kemampuan anak dapat lebih meningkat dibanding sebelum menggunakan media gambar.

Penemuan-penemuan dari penelitian mengenai nilai guna gambar tersebut, menurut Brown dalam Gene L. Wilkinson (1984:23-24) mempunyai sejumlah implikasi bagi pengajaran, yaitu:

(11)

menyertainya.

c. Gambar - gambar dengan garis sederhana sering kali dapat lebih efektif sebagai penyampaian informasi ketimbang gambar dengan bayangan, atau pun gambar fotografi yang sebenarnya.

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ha : Pemberian media gambar dapat meningkatkan keteramppilan

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel sebagai berikut : 1. Variabel terikat : Keterampilan Berbicara

2. Variabel Bebas : Media Gambar

B. Definisi Operasional

1. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide/gagasan, atau isi fikirannya kepada orang lain secara lisan dengan tepat dan jelas dengan melihat beberapa aspek, yaitu kejelasan suara, ketepatan dalam melafal, ketepatan berekspresi, ketepatan struktur kalimat yang dipakai, dan ketepatan pilihan kata yang digunakan.

2. Media Gambar

Media gambar adalah media pembelajaran yang berupa kartu berukuran 50x100 cm berisi gambar – gambar yang menarik.

C. Populasi dan Sampel

Pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) menyebutkan “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi TK yang berjumlah 20 orang. Sementara sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana subjek dipilih berdasarkan kriteria spesifik tertentu. Dalam penelitian ini adapun kriteria subjek yang akan diberikan perlakuan adalah sebagai berikut :

(13)

2. Subjek tidak mengalami gangguan fisik yang behubungan dengan gangguan berbicara.

3. Subjek memiliki keterampilan berbicara yang rendah.

4. Subjek tidak mengalami gangguan mental lain (seperti autisme).

D. Metode Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan pengamatan atau observasi. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian berbicara.

Adapun rancangan lembar observasi untuk melihat kemampuan berbicara diadaptasi dari aspek kemampuan berbicara yang diungkap oleh Jakobovits dan Gordon seperti dikutip Valette (1977) dalam Burhan Nurgiyantoro (1988: 265). Observasi dilakukan dengan teknik naratif, yakni mencatat semua kejadian yang dianggap relevan dengan tujuan observasi. Aspek-aspek yang dinilai dikemukakan oleh Jakobovits dan Gordon dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

1.

No Aspek yang dinilai Catatan

1 Kesesuaian ide dengan isi yang disampaikan

2 Kejelasan suara

3 Ketepatan dalam melafal

4 Ketepatan berekspresi

5 Ketepatan struktur kalimat yang dipakai

(14)

E. Rancangan Eksperimen

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian satu kelompok, yakni One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam Liche dkk (2011), disebutkan bahwa dalam desain ini diawal penelitian dilakukan pengukuran terhadap VT yang telah dimiliki subjek. Setelah diberikan perlakuan (manipulasi), dilakukan kembali pengukuran terhadap VT dengan alat ukur yang sama.

F. Tahapan Penelitian 1. Tahap Awal

Pada tahap awal peneliti melakukan screening untuk mendapatkan subjek sesuai kriteria di atas. Screening dilakukan dengan cara mewawancarai guru mengenai keadaan anak-anak. Selanjutnya, setelah mendapatkan subjek, peneliti melakukan pretest.

2. Tahap Eksperimen

Pada tahap eksperimen, peneliti memberikan pengarahan kepada guru untuk mempergunakan media gambar saat proses belajar, terutama saat subjek diminta untuk bercerita. Subjek diminta menceritakan apapun tentang gambar yang ia lihat. Prosedur ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir, peneliti akan memberikan posttest pada subjek dengan meminta subjek untuk bercerita tanpa menggunakan media gambar lagi. Selama proses ini peneliti akan memeberikan penilaian pada lembar penilaian berbicara.

4. Tahap Analisis

(15)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang dipakai penulis adalah dengan menggunakan teknik analisis data statistik non parametrik yaitu Analisis Test Ranking Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon Sign Rank Test). Teknik ini digunakan sesuai dengan jenis eksperimen dan jenis data yang ada pada penelitian yaitu one group pretestposttest desaign, yang mana sekelompok subyek dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu, dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (T1) dan pengukuran akhir (T2). Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perumusan Hipotesis

Rumusan hipotesis dua pihak

H0 : TX = T (tidak ada perbedaan antara X dan Y) Ha : TX ≠ TY (ada perbedaan antara X dan Y)

b. Pemilihan taraf signifikansi (a) Y Pemilihan taraf signifikansi dipilih 5%. c. Penentuan statistik uji

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Delfita, R. Meningkatkan Kemampuan Berbicaraanak Melalui Permainan Gambar Dalam Bak Pasir ditaman Kanak - Kanak Bina Anap Rasa Mekar Sari Padang. Jurnal Persona Paud Vol. 1 No. 1.

Lestari, H, T. 2006. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Berbicara dengan Teknik Bercerita yang Memanfaatkan Objek langsung dan yang Memanfaatkan Media gambar pada Siswa Sekolah Dasar. Universitas Negeri Semarang.

Nugraha, N, S, A. 2014. Penggunaan Metode Bercerita dengan Media Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa dan Sikap mandiri anak Kelompok A TK Negeri Pembina Bangli Tahun ajaran 2012/2013. Jurnal Program Pascasarjana Universitas pendidikan Ganesha Program studi Pendidikan Dasar Vol. 4.

Salimah, 2011. Dampak penerapan bermain dengan Media Gambar Seri dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini. Jurnal edisi khusus No. 1.

Sari, A, K. 2010. Pengaruh Media Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Keterampilan Menyimak dan Membaca Anak Berkesulitan Belajar Kelas II SD Petora Jebres Surakarta TA 2009/2010. Universitas 11 Maret.

Referensi

Dokumen terkait

Draft assessments for the following countries were subject to consultation: India, Lao People´s Democratic Republic, Republic of Korea, Ukraine.. Stakeholders submitted comments

Biaya sewa DVD untuk anggota lebih rendah dari biaya untuk non anggota, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:. Sewa non-anggota Biaya untuk

Selain itu juga alasan peneliti mengapa mengenai motivasi karyawan untuk tetap bekerja peneliti kaitkan juga dengan gaya komunikasi pimpinan yang di PT First Media Tbk,

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini atau berdasarkan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat korelasi antara indeks massa tubuh (IMT) dengan risiko penyakit

Paige NM, et al melakukan systematic review mengenai efek samping dari terapi spinal manipulation terhadap pasien LBP akut, terdapat beberapa efek samping yang

Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti