• Tidak ada hasil yang ditemukan

GARIS PANGKAL LAUT PANGKAL LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GARIS PANGKAL LAUT PANGKAL LAUT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

GARIS PANGKAL LAUT

NAMA : Dimas bayu suprapto

NBI : 1311401592

Ada bermacam-macam garis pangkal, yaitu:

1. Garis pangkal biasa, yaitu garis air rendah di sepanjang pantai. Dalam hal ini garis air rendah dan fringing reefs (batu-batu karang) yang terluar juga dapat dipergunakan. Garis air rendah dan fringing reefs tersebut harus di perlihatkan dalam peta-peta yang diakui secara resmi oleh negara

bersangkutan. (Pasal 5dan 6);

2. Garis pangkal lurus, yaitu garis lurus yang ditarik untuk menutup pantai-pantai yang terlalu melekuk, delta, low-tide elevations, mulut sungai, teluk, bangunan-bangunan pelabuhan. Dalam hal:-hal mi, garis dasar dapat ditarik, secara lurus tanpa mengikuti garis air rendah di pantai. Roadsteds (tempat kapal-kapal buang jangkar di laut di depan pelabuhan) dianggap termasuk dalam laut wilayah.

Dalam hal-hal negara berdampingan atau berhadapan, laut wilayah masing-masing perlu ditetapkan dengan perjanjian antara negara-negara tersebut (Pasal 15). Di luar laut wilayah, negara pantai diperkenankan mempunyai Lajur Tambahan (Contiguous Zone) sebesar 24 mil (12 mil di luar laut wilayah), yang diukur dan garis pangkal yang dipergunakan untuk mengukur laut wilayah.

Oleh karena itu, guna mendukung ketentuan tersebut, maka tindakan-tindakan yang perlu dilakukan adalah:

* Meninjau kembali garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia dan menyesuaikannya dengan ketentuan-ketentuan dalam Konvensi, baik

dengan ketentuan-ketentuan dalam laut wilayah maupun ketentuan ketentuan dalam negara-negara Nusantara;

* Merundingkan penyelesaian batas laut wilayah Indonesia dengan negara-negara tetangga khususnya: (a) Garis batas segitiga RI-Malaysia-Singapura di selat Singapura; (b) Garis batas laut wilayah RI-Malaysia di pantai timur Kalimantan; (c) Garis batas laut wilayah RI-Philipina;

* Mendepositkan peta-peta dan koordinat-koordinat dan garis batas tersebut pada Sekjen PBB sesuai dengan Pasal 16 ayat 2;

(2)

pabean, keuangan, imigrasi dan kesehatan sesuai dengan Pasal 33. * Innocent Passage melalui Laut Wilayah.

Kapal semua negara menikmati hak untuk lewat secara damai (innocent passage) melalui laut wilayah (Pasal 17) selama tidak membahayakan

perdamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai. Pasal 19 memperinci tindakan-tindakan kapal yang lewat yang dapat dianggap membahayakan perdamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai tersebut.

Pasal 21 memperkenankan negara pantai untuk membuat undang-undang/ketentuan-ketentuan tentang lintasan laut damai tersebut, tetapi

terbatas kepada hal-hal yang terperinci dalam pasal 21 tersebut yaitu: * Keselamatan pelayaran dan lalu lintas laut;

* Perlindungan sarana bantu pelayaran dan fasilitas atau instalasi lainnya; * Perlindungan kabel-kabel dan pipa-pipa di dasar laut;

* Pelestarian kekayaan hayati laut;

* Pencegahan pelanggaran ketentuan-ketentuan perikanan; * Pemeliharaan lingkungan dan pencegahan polusi; * Penyelidikan ilmiah dan survey hydrografis; dan

* Pencegahan pelanggaran aturan-aturan pabean, keuangan, imigrasi dan kesehatan.

* Untuk keselamatan pelayaran, negara pantai juga boleh menetapkan sealanes dan traffic separation scheme (TSS) melalui laut wilayah dan

mewajibkan kapal-kapal tertentu seperti tanker dan kapal yang digerakkan dengan tenaga nuklir atau membawa muatan nuklir untuk hanya lewat melalui sealanes tersebut. Pasal 22 dan 23 mengatur cara-cara penetapan sealanes dan TSS melalui wilayah laut tersebut.

Tindakan-tindakan yang diperlukan diantaranya adalah:

* Menata kembali dan mengembangkan perundang-undangan Indonesia tentang innocent passage terutama tentang 8 hal tersebut di atas;

* Mengumumkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan tentang halhal tersebut;

* Di mana perlu menetapkan sealanes dan TSS dan mengumumkan sealanes dan TSS yang telah ditetapkan melalui laut wilayah tersebut.

Khusus bagi Indonesia sealanes dan TSS dalarn laut wilayah haruslah sinkron dengan sealanes dan TSS melalui perairan Nusantara;

* Mengumumkan dangers to navigation yang diketahui yang ada di laut wilayah;

(3)

innocent passage melalui selat yang dipakai bagi pelayaran internasional tidak boleh ditangguhkan (Pasal 45 ayat 2).

LAUT TERITORIAL

Menurut UNCLOS, laut teritorial adalah garis-garis dasar (garis pangkal / baseline), yang lebarnya 12 mil laut diukur dari garis dasar laut teritorial didefinisikan sebgai laut wilayah yang terletak disisi luar dari garis pangkal.

Yang dimaksud dengan garis dasar disini adalah garis yang ditarik pada pantai pada waktu air laut surut . Negara pantai mempunyai kedaulatan atas laut teritorial, ruang udara di atasnya, dasar laut dan tanah di bawahnya serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dimana dalam pelaksanaannya kedaulatan atas laut teritorial ini tunduk pada ketentuan Hukum Internasional.

Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996, laut teritorial adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil yang diukur dari garis pangkal Kepulauan Indonesia sebagaimana yang dimaksud Pasal 5 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996.

Pasal 5 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 menyebutkan.

1) Garis pangkal Kepulauan Indonesia ditarik dengan menggunakan garis pangkal lurus kepulauan.

2) Dalam hal garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat digunakan, maka digunakan garis pangkal biasa atau garis pangkal lurus.

3) Garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah garis -garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada garis air rendah pulau-pulau dan karang- karang kering terluar dari kepulauan Indonesia.

(4)

-garis pangkal yang mengelilingi Kepulauan Indonesia dapat melebihi kepanjangan tersebut, hingga suatu kepanjangan maksimum 125 (seratus dua puluh lima) mil laut.

5) Garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh ditarik dari dan ke elevasi surut, kecuali apabila di atasnya telah dibangun mercu suar atau instalasi serupa yang secara permanen berada di atas permukaan laut atau apabila elevasi surut tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu jarak yang tidak melebihi lebar laut teritorial dari pulau yang terdekat.

6) Garis pangkal biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah garis air rendah sepanjang pantai.

7) Garis pangkal lurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah garis lurus yang

menghubungkan titik-titik terluar pada garis pantai yang menjorok jauh dan menikung ke daratan atau deretan pulau yang terdapat di dekat sepanjang pantai.

Dalam laut teritorial berlaku hak lintas laut damai bagi kendaraan-kendaraan air asing. Kapal asing yang menyelenggarakan lintas laut damai di laut teritorial tidak boleh melakukan ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara pantai serta tidak boleh melakukan kegiatan survey atau penelitian, mengganggu sistem komunikasi,

melakukan pencemaran dan melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungan langsung dengan lintas laut damai. Pelayaran lintas laut damai tersebut harus dilakukan secara terus menerus, langsung serta secepatnya, sedangkan berhenti dan membuang jangkar hanya dapat dilakukan bagi keperluan navigasi yang normal atau kerena keadaan memaksa atau dalam keadaan bahaya atau untuk tujuan memberikan bantuan pada orang, kapal atau pesawat udara yang berada dalam keadaan bahaya.

Terkait dengan pelaksanaan hak lintas damai bagi kapal asing tersebut, Negara pantai berhak membuat peraturan yang berkenaan dengan keselamatan pelayaran dan pengaturan lintas laut,

perlindungan alat bantuan serta fasilitas navigasi, perlindungan kabel dan pipa bawah laut, konservasi kekayaan alam hayati, pencegahan terhadap pelanggaran atas peraturan perikanan, pelestarian

(5)

Di laut teritorial kapal dari semua negara, baik negara berpantai ataupun tidak berpantai, dapat menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial, demikian dinyatakan dalam pasal 17 UNCLOS 1982. Dalam pasal 18 UNCLOS 1982, disebutkan pengertian lintas, berarti suatu navigasi melalui laut teritorial untuk keperluan :

1) Melintasi laut tanpa memasuki perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut atau fasilitas pelabuhan di luar perairan pedalaman, atau

2) Berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut (roadstead) atau fasilitas pelabuhan tersebut.

Termasuk dalam pengertian lintas ini harus terus menerus, langsung serta secepat mungkin, dan mancakup juga berhenti dan buang jangkar, tetapi hanya sepanjang hal tersebut berkaitan dengan navigasi yang lazim atau perlu dilakukan karena force majureatau memberi pertolongan kepada orang lain, kapal atau pesawat udara yang dalam keadaan bahaya.

Pasal 32 UNCLOS memberikan pengecualian bagi kapal perang atau kapal pemerintah yang

dioperasikan untuk tujuan non-komersial. Pasal 29 UNCLOS memberikan definisi kapal perang yaitu suatu kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu Negara yang memakai tanda luar yang menunjukkan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut, di bawah komando seorang perwira, yang diangkat oleh pemerintah Negaranya dan namanya terdaftar dinas militer yang tepat atau daftar yang serupa yang diawasi oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin angkatan bersenjata reguler.

Negara pantai tidak boleh menghalangi lintas damai kapal asing melalui laut teritorialnya, kecuali dengan ketentuan Konvensi atau Perundang-undangan yang dibuat sesuai dengan ketentuan Konvensi. Negara pantai juga tidak boleh menetapkan persyaratan atas kapal asing yang secara praktis berakibat penolakan atau pengurangan hak lintas damai. Lain dari pada itu Negara pantai tidak boleh

(6)

Selanjutnya Pasal 25 UNCLOS, mengenai hak perlindungan bagi keamanan Negaranya, Negara pantai dapat mengambil langkah yang diperlakukan untuk mencegah lintas yang tidak damai di laut teritorialnya. Negara pantai juga berhak untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran apapun terhadap persyaratan yang ditentukan bagi masuknya kapal ke perairan

pedalaman atau ke persinggahan demikian. Tanpa diskriminasi formil atau diskriminasi nyata di antara kapal, Negara pantai dapat menangguhkan sementara pada daerah tertentu di laut teritorialnya untuk perlindungan keamanannya termasuk keperluan latihan senjata.

1. Cara Menentukan Lebar Dan Garis Batas Laut Teritorial

Seperti yang diuraikan diatas bahwa penentuan laut teritorial suatu Negara pantai dilakukan dengan cara penarikan sejauh 12 mil dari garis pangkal terluar yang merupakan titik pasang surut terendah seperti yang diatur dalam Pasal 5 UNCLOS dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996. Namun UNCLOS dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 memberikan pengecualian terhadap wilayah laut yang memiliki pantai yang saling berhadapan antar Negara pantai.

1) Pasal 10 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 menyebutkan bahwa :

(1) Dalam hal pantai Indonesia letaknya berhadapan atau berdampingan dengan negara lain, kecuali ada persetujuan yang sebaliknya, garis batas laut teritorial antara Indonesia dengan negara tersebut adalah garis tengah yang titik-titiknya sama jaraknya dari titik- titik terdekat pada garis pangkal dari mana lebar laut teritorial masing-masing negara diukur.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku apabila terdapat alasan hak historis atau keadaan khusus lain yang menyebabkan perlunya menetapkan batas laut teritorial antara kedua Negara menurut suatu cara yang berbeda dengan ketentuan tersebut.

2) Pasal 83 UNCLOS 1982, menetapkan bahwa penentuan batas landasan kontinental antar negara dengan pesisir yang berhadapan atau berdekatan akan dilaksanakan melalui perjanjian berdasarkan Hukum Internasional dengan tujuan untuk mencapai suatu penyelesaian yang pantas dan fair.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini peneliti menggunaan algoritma Naive Bayes sebagai penghitung probabilitas untuk melakukan prediksi kemungkinana tepat waktu atau tidak tepat waktu

Abstrak: Waduk Sengguruh, Sutami dan Wlingi merupakan tiga waduk seri di hulu Sungai Brantas dengan laju sedimentasi yang tinggi, sehinggaperlu dilakukan penelitian untuk

Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum yang memenuhi syarat untuk bahan campuran beton, tetapi air untuk campuran beton adalah air yang bila

Masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah melalui permainan roda jenius dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tanah Inceptisol dengan tingkat kesuburannya tergolong sedang, penggunaan pupuk Fertindo dengan dosis 300 kg per ha yang

SMK Telekomunikasi Tunas Harapan menyediakan bandwidth 20 Mbps digunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar yang dikelola menggunakan Simple Queue. Saat kegiatan belajar

Hasil pengujian memperlihatkan hasil pengukuran pada sisi sekunder memberikan hasil dekomposisi wavelet yang lebih mudah untuk membedakan keadaan gangguan hubung

Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Huda (2016:226-231) mengemukakan bahwa pada umumnya manajemen keuangan sekolah masih menggunakan buku besar sebagai acuan