• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK

DENGAN HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIER

MAKALAH

Tugas Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Disusun Oleh:

Nina Septianti

Maulana Agus Rizqi

Siti Samiratul Azizah

Tri Novianti

Yohana Bili

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA

Program Studi S1 Keperawatan

Jl.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak Dengan Hidrofesalus Dan Atrisia Bilier ”.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Pamulang, 22 september 2014

(3)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN TEORI A. Hidrosefalus ...3

7. Asuhan Keperawatan pada Hidrosefalus...6

B. Atrisia Bilier...12

8. Asuhan Keperawatan pada Atresia Bilier...14

BAB. III PENUTUP A. Kesimpulan...18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi atau anak sangat perlu diperhatikan sejak

masa konsepsi, karena apabila terjadi kelainan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan individu tersebut di masa depan.

Dewasa ini banyak kita temui kelainan kongenital pada bayi, kelainan kongenital itu

sendiri adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama

dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam kandungan dan kematian

neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada bayi berat badan lahir rendah

diperkirakan 20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama

kehidupannya. Malformasi kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir

mati, dan kematian neonatal.

Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang

mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia bilier,

eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan metabolik dan endokrin.

Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan oleh kelainan genetik dan kebiasaan

ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.

Melihat fenomena yang terjadi maka kelompok tertarik untuk membahas dua diantaranya

kelainan pada bayi atau anak yaitu hidrosefalus dan atresia bilier.

B. Identifikasi Masalah

(5)

C. Pembatasan Masalah

Setelah membuat latar belakang, kelompok membatasi makalah hanya pada pembahasan

mengenai hidrosefalus dan atresia bilier, mulai dari pengertian hingga penatalaksanaan

keperawatan.

D. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu memberikan informasi mengenai kelainan

(6)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Hidrosefalus

1. Definisi

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventriikel serebral, ruang

subarachnoid, atau ruang subdural. ( Suriadi, 2010)

Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang

menyebabkan dilatasi system ventrikel otak. ( Mitayani, 2010)

Hidrosefalus berarti terjadi pertambahan cairan otak di dalam ventrikel,sehingga

ukuran kepala menjadi besar. Hidrisefalus sering di sertai cacat bawaan lain,seperti spina

bifida. Hidrosefalus sering menimbulkan distosia, bahkan ruptur uteri, dan anak sering di

lahirkan dalam letak sungsang kerena kepala terlalu besar untuk masuk kedalam pintu atas

panggul. (Dinan S, 2013)

2. Patofisiologi

Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorbs CSF dalam subarachnoid

(communicating hidrosefalus ) dan adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSP

masuk ke rongga subarachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelinan bentuk

perkembangan otak janin. (noncomunicating hidrosefalus).

Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan

(7)

3. Etiologi

Menurut Mitayani, hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likour didalam

system ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor.

a. Hidrosefalus obstruksi atau non komunikans terjadi bila sirkulasi likuor otak

terganggu, yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvii. Atresia

foramen megandi dan lushka jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus. Gangguan absorbs cairan

serebrospinal diruang subarachnoid (communicating hydrocephalus)

Obstruksi aliran cairan serebrospinal melalui system ventrikel (non communicating hydrocephalus )

Akumulasi cairan serebrospinal diventrikel

Ventrikel dilatasi dan menekan organ organ yang terdapat didalam otak diventrikel

(8)

b. Hoidrosefalus komunikans terjadi karena produksi berlebihan gangguan oenyerapan

yang jarang ditemukan.

Penyebab hidrosefalus terbagi menjadi dua yaitu congenital ; disebabkan gangguan

perkembangan janin dalam rahim (misalnya malformasi arlnold chiari) atau infeksi

intarauterin. Didapat ; disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan.

4. Manisfestasi klinis

Maniesfestasi klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul

oleh gangguan neurologi akibat tekanan leukor yang meningkat, sehinggan menyebakan

hipoteropi otak.

Pada bayi yang saturanya masih terbuka, akan terlihat lingkar kepala frontooksipital

yang makin membesar, satura yang merengang dengan fontanel cembung dan tegang,

serta vena kulit kepala yang sering terlihat menonjol.

Kelainan neourologi berupa mata yang selalu mengarah ke bawah (fenomena

matahari terbenam), gangguan perkembangan motroris, dan gangguan penglihatan akibat

atropi atau hipotropi akibat penglihatan.

Bila proses penimbunan cairan serebrospinal dibiarkan terus berlangsung pada bayi,

maka akan terjadi penipisan korteks serebrum yagn permanen walaupun kemudian

hidrosefalus dapat di atasi.

5. Komplikasi

a. Peningkatan tekanan intracranial

b. Kerusakan otak

c. Infeksi; septikema, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses

(9)

d. Suhu tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.

e. Hematom subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam rongga

abdomen, fistula, hernia dan ileus

f. Kematian

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Diagnosa dini dengan pengukuran kepala fronto – oksivital yang teratur pada bayi.

b. Rotgen foto kepala polos lateral tampak kepala yang membesar dengan distroposi

kraniofasial, tulang yang menipis, dan sutura melebar.

c. CT scan kepala terlihat jelas dilatasi seluruh system vertical otak.

d. Pemeriksaan cairan serebrosfinal dengan fungsi fentrikal melalui fontanel mayor

menunjukan tanda peradangan dan perdarahan baru atau lama yang juga menentukan

tekanan ventrikel.

e. USG kepala melalui fontanel yang terbuka lebar dapat di tentuka adanya pelebaran

ventrikel atau perdarahan dalam otak.

7. Asuhan Keperawatan pada Hidrosefalus

a. Pengkajian

1) Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan dahulu.

Adanya riwayat infeksi meningen (meningitis)

 Riwayat kesehatan sekarang.

Pembesaran tengkorak, adanya keluhan neorologi seperti mata yang selalu

mengarah ke bawah, gangguan perkembangan motoarik, gangguan penglihatan,

(10)

 Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ibu infeksi intrauterus : virus dan bakteri.

2) Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum

- Terjadi penurunan kesadaran

- Perubahan tanda – tanda vital

 Kepala

- Adanya pembesaran tengkorak

- Sutura yang masih terbuka terlihat lingkar kepala fronto – oksifital yang

makin merenggang dengan fontanel cembung dan tegang.

- Vena kulit kepala sering terlihat menonjol

- Mata selalu melihat ke bawah

- Pada perkusi kepala bunyi seperti pot kembang yang retak (craked pot sign).

 Mata

- Terdapat edema pupil syaraf otak II pada meperiksaan funduskopi

- Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan penipisan tulang supra orbital

- Sclera tanpak di atas iris

- Pergerakan bola mata tidak teratur

 System gastrointestinal

Mual dan muntah akibat peningkatan tekanan intra – cranial (TIK).

 Ekstermitas

(11)

3) Data pisikologi dan social

 Kecemasan Ibu karena adanya perubahan fisik bayi dan juga karena

kurangnya pengetahuan informasi.

 Hubungan ibu dan orang lain akan terganggu kareba cacat pada bayinya

b. Diagnosa keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala yang berhubungan dengan tekanan likuor

yang meningkat.

2) Perubahan persepsi penglihatan yang berhubungan dengan kelainan neurologi,

mata yang melihat ke bawah

.

c. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang dapat diberikan oleh perawat.

1) Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala yang berhubungan dengan tekanan likuor

yang meningkat

Data objektif :

a) Perilaku distraksi

b) Menangis

c) Meringis dan gelisah

d) Memilih posisi yang nyaman

e) Tegangan muskuler, wajah menahan nyeri pucat

(12)

Data subjektif :

a) Laporan dari ibu bayi sering menangis, meringis dan gelisah

Tujuan: nyeri berkurang, bayi dapat istirahat dengan nyaman

Intervensi :

a) Berikan lingkungan tenang dan agak gelap sesuai dengan indikasi

Rasional: menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada

cahaya serta meningkatkan istirahat atau relaksasi.

b) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri

Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

c) Letakkan kantong es di atas kepala, pakaian dingin di atas mata

Rasional: meningkatkan fase kontriksi yang selanjutnya akan menurunkan nyeri

d) Dukung menemukan posisi yang nyaman seperti kepala ditinggikan sedikit.

Rasional: menurunkan rasa nyeri.

e) Lakukan terapi relaksasi seperti memberikan sentuhan dan pijatan ringan pada

bayi.

Rasional: sentuhan dan pijatan ringan memberikan kelancaran sirkulasi yang

dapat menurunkan nyeri

f) Berikan analgetik, narkotika, dan kolaborasi untuk tindakan medis seperti

pemasangan VP shunting

(13)

VP shunting: pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan

serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau jantung atau ke rongga

peritoneum, yaitu pintasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitoneal.

2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan yang

berhubungan dengan kurang mengingat: salah interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber informasi.

Data objektif :

Tidak akurat mengikuti intruksi atau mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

Data subjektif :

a) Pernyataan salah persepsi

b) Meminta informasi

c) Mengajukan pertanyaan

Tujuan: Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dipahami dengan

criteria hasil:

a) Menyatakan pemahaman proses penyakit

b) Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

c) Menghubungkan gejala dan faktor penyebab

Intervensi:

a) Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa yang akan dating.

(14)

b) Mendengar aktif tentang peran program terapi atau perubahan pola hidup.

Rasional: membantu ibu bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa

control terhadap apa yang terjadi

c) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medis.

Rasional: dengan meningkatkan evaluasi segera dapat mencegah komplikasi

serius.

d) Tunjukan perawatan yang tepat terhadap insisi atau keteter bila ada.

(15)

B. Atresia Bilier

1. Definisi

Suatu defek congenital yang merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi ,

deatau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau intrahepatik. ( Suriadi, 2010)

Atresia bilier adalah suatu penghambatan didalam pipa atau saluran-saluran yang

membawa cairan empedu dari hati (liver) menuju kekantung empedu (gallbladder). Ini

merupakan kondisi kongenital yang terjadi pada setiap kelahiran. (Lavanilate, 2010)

2. Patofisiologi

Obstruksi atau tidak adanya saluran empedu ekstrahepatik

Empedu tersumbat dan kembali ke liver

Pradangan, odema, degenerasi hepatic Malabsorsi lemak, vitamin

Fibrosis Malnutrisi

(16)

Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal

empedu kelar hati dan kedalam kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan

dan menyebabkan empedu balik kehati. Ini akan menyebabkan peradangan, edema dan

degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis dan hipertensi portal sehingga

akan mengakibatkan gagal hati

Degenerasi secara gradual pada hati menyebabkan jaundice, ikterik dan

hepatomegaly. Karena tidak ada empedu dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak

dapat diabsorsi, kekurangan vitamin larut lemak dan gagal hati

3. Etiologi

a. Belum diketahui secara pasti

b. Kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine

4. Manifestasi klinis

a. Warna tinja pucat

b. Distensi abdomen

c. Varises esophagus

d. Hepatomegaly

e. Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan

f. Lemah

g. Pruritus

h. Anoreksia

(17)

5. Pemeriksaan diagnosis

a. Fungsi hati (bilirubin, aminotransferase ALTAST dan factor pembekuan prothrombin

time. Partial thromboplastin time.)

b. Pemeriksaan urine dan tinja c. Biopsy hati

d. Cholangiography untuk menentukan keberadaan atresia

6. Pemeriksaan terapeutik a. Pembedahan: laparotomi

b. Portoenterostomi (kasai prosedur) untuk drainage empedu dari hati. Prosedur ini dimana empedu langsung dialirkan ke usus melalui anastomosis pada jejenum dengan porta hepatis

8. Asuhan Keperawatan pada Atresia Bilier a. Pengkajian

1. Pemeriksaan fisik

2. System gastrointestinal: warna tinja, distensi, asites, hepatomegaly, anoreksia, tidak mau makan

(18)

5. Integument: jaundice, kulit kering, pruritus, kerusakan kulit, edema perifer 6. Muskuloskeltal; letargi

b. Diagnosa Keperawatan

1. Kurangnya volume cairan b/d gangguan absorbs 2. Gangguan tumbuh kembang b/d kondisi kronik 3. Risiko perdarahan b/d prosedur pembedahan 4. Risiko infeksi b/dprosedur pembedahan

5. Perbahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbs dan tidak mau makan

6. Gangguan integritas kulit b/d pruritus

c. Perencanaan Keperawatan

1. Anak akan menunjukan tanda-tanda keseimbangan cairan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan membrane mukosa lembab, pengisian kembali kapiler 3 sampai 5 detik, turgor kulit baik, pengeluaran urine 1 2 ml/kg/jam

2. Anak akan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan yang normal 3. Anak tidak menunjukan perdarahan dan infeksi

4. Anak akan menunjukkan status nutrisi adekuat yang ditandai dengan nafsu makan baik dan berat badan sesuai

5. Orang tua/keluarga akan menekspresikan pemahamanya tentang perawatan dirumah

6. Anak akan menunjukkan keutuhan kulit

d. Implementasi

1. Meningkatkan status hidrasi

 Pertahankan terapi cairan intaravena

 Kaji tanda-tanda dehidrasi; ubun-ubun turgor kulit, membrane mukosa

 Kaji intake dan output

(19)

 Monitor resistensi perifer, tekanan darah, total protein, albumin, urea nitrogen dan kreatinine

2. Mempertahankan tumbuh kembang secara normal

 Lakukan stimulasi yang dapat dicapai sesuai dengan usia ; gerakan (motorik halus dan kasar, ROM , posisi duduk, memberikan benda-benda yang dapat dicapai)

 Jelaskan pada orang tuan pentingnya melakukkan stimulasi tumbu8h kembang dengan menyesuaikan kondisi anak; seperti perlu istirahat.

3. Mencegah perdarahan dan infeksi

 Pantau tanda-tanda vital

 Pantau perdarahan dan tanda-tanda infeksi

 Hindari pergerakan yang berlebihan yang dapat menambah ketegangan

 Pantau distensi abdomen

 Monitor bising usus

4. Meningkatkkan status nutrisi yang adekuat

 Pertahankan nutrisi parenteral, dan jaga kepatenan IV

 Pertahankan nutrisi melalui NGT

 Berikan nutrisi yang adekuat; vitamin dan mineral supplement

 Timbang berat badan setiap hari

 Monitor intake dan output

 Monitor laboratorium; albumin, protein sesuai program

5. Meningkatkan pemahaman orang tua tentang perawatan pada anak yang sakit

 Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan; dosis, reaksi obat dan tujuanya

 Jelaskan pentingnya stimulasi pada anak; pendengaran, visual dan sentuhan

 Jelaskan pentingnya monitor adanya muntah, mual, keram otot, diare, HR yang tidak teraktur, segera lapor ke perawat atau dokter

6. Mempertahankan keutuhan kulit

 Kaji tanda-tannda kerusakan kulit

(20)

e. Evaluasi

1. Perencanaan pemulangan

 Jelaskan tentang kondisi anak

 Jelaskan untuk control ulang

(21)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan

serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga

terdapat pelebaran ventrikel.

Menurut Mitayani, hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likour didalam

system ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor.

a. Hidrosefalus obstruksi atau non komunikans terjadi bila sirkulasi likuor otak

terganggu, yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvii. Atresia

foramen megandi dan lushka jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus.

b. Hoidrosefalus komunikans terjadi karena produksi berlebihan gangguan oenyerapan

yang jarang ditemukan.

Cara penyembuhan dari penyakit Hidrosefalus adalah mengurangi produksi CSS,

mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi , dan

pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial.

Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak

berkembang secara normal.

Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung empedu. Hal

ini bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat

(22)

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada atrisia billier adalah dengan memeriksa Fungsi

hati (bilirubin, aminotransferase ALTAST dan factor pembekuan prothrombin time. Partial

thromboplastin time.), Pemeriksaan urine dan tinja, Biopsy hati, Cholangiography untuk

menentukan keberadaan atresia

B. Saran

Diharapkan kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan kasus Hidrocephallus

untuk tidak berkecil hati karena masih ada pengobatan yang dapat dilakukan. Pengobatan

tersebut dapat membantu anak tersebut untuk proses tumbuh kembang si anak dikemudian

hari

.

Bagi petugas kesahatn diharapkan data memberikan penatalaksanaan yang tepat dan

asuhan yang adekuat serta hati-hati untuk mencegah terjadi infeksi, sehingga nantinya dapat

menurunkan angka kematian akibat penyakit Hidrocephallus ini.

Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian penatalaksanaan yang tepat demi

tercapainya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang optimal bagi penderita atresia

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Amru sofian.2011.” synopsis obstetric”.jakarta, EGC

Mitayani, 2009, ”asuhan keperawatan maternitas.” jakarta, salemba merdeka.

Referensi

Dokumen terkait

Bidhumas bertugas menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat antara Instansi Kepolisian Daerah melalui pengumpulan, pengelolaan hingga penyampaian pemberitaan dan

memiliki hubungan yang signifikan dengan perceived classroom goals structure dan dari hasil multiple regression analysis didapatkan bahwa tipe persepsi classroom

01-05 agar lebih bijak dalam membeli hijab dengan cara tidak berlebihan serta dapat melihat trend fashion hijab saat ini mana yang cocok untuk dipakai dan sesuai dengan

Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke

Kedua faktor tersebut adalah alasan rasional yang menyebabkan wilayah Laut Cina Selatan dan Kepulauan Spartly menjadi sengketa antara 4 (empat) negara ASEAN

Hasil dari usulan perancangan terhadap fasilitas permainan tersebut telah memenuhi kaidah-kaidah ergonomi dimana dimensi produknya telah disesuaikan dengan data antropometri

(1) Sosialisasi peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, untuk pembinaan daerah tertinggal terentaskan dilakukan oleh Menteri kepada