PENDAHULUAN
1. Teori Aliran lalulintas adalah ilmu baru pada teknik lalulintas, adapun topik yang banyak dikembangkan adalah hubungan antara variabel aliran, kecepatan, dan kepadatan.
2. Aliran lalulintas terdiri dari berbagai macam kendaraan yang memiliki tipe dan ukuran kendaraan yang melintas di jalan raya, dengan kecepatan yang berbeda pula. 3. Komponen aliran lalulintas antara lain :
a) Flow (q) b) Volume (V) c) Time headway d) Speed
e) Time mean speed f) Space mean speed g) Density
4. Komponen utama dari aliran lalulintas adalah : a) Volume
b) Speed c) Density
5. Angka aliran (flow rate = q) adalah aliran kendaraan yang melintas di suatu titik di jalan raya. Flow rate dinyatakan dalam kendaraan per-jam (vph), tetapi waktu observasinya singkat. Misal dalam 15 menit disurvei adalah 1500 kendaraan yang
melintas pada titik di suatu jalan, maka q =
1500kend
[
1560]
jam = 6000 kend/jam (kpj)6. Volume (V) adalah jumlah kendaraan yang melintas di suatu titik di jalan raya dalam interval waktu tertentu, misal 15 menit, 1 jam, 1 hari dll. Misal dalam 15 menit disurvei adalah 1500 kendaraan yang melintas pada titik di suatu jalan, maka V =
V(km/jam)
D(kend/km)
V(km/jam)
Q(kend/ jam)m) Q(kend/
jam)m)
1500 kend/15 menit. Jika menghendaki volume dalam 1 jam, maka harus survei selama 1 jam dst.
7. Waktu antara (time headway = h) adalah waktu antara kendaraan pertama dengan kendaraan yang kedua, yang melintas secara berurutan pada suatu titik di jalan. Dan h dinyatakan dalam detik.
8. Waktu antara rata-rata [ h´ = detik per-kendaran (dt/kend) ] adalah rata-rata dari semua waktu antara.
VOLUME
1. Volume lalulintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik di jalan raya selama interval waktu tertentu (misal 1 jam, 1 hari, 1 tahun). Satuan volume adalah kendaraan per-jam, atau kendaraan per-hari, atau kendaraan per-tahun.
2. Volume lalulintas harian rata-rata tahunan (Average Annual Daily Traffic = AADT) adalah volume lalulintas rata-rata 24 jam disuatu lokasi survei yang diperoleh dari survei selama satu tahun dibagi 365 hari.
3. Volume lalulintas harian rata-rata (Average Daily Traffic = ADT) adalah volume lalulintas rata-rata 24 jam disuatu lokasi survei yang diperoleh dari survei selama satu minggu atau satu bulan, kemudian dibagi 7 hari atau 30 hari.
4. Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah suatu satuan yang digunakan untuk menyamakan karakteristik kendaraan yang berbeda-beda yang ada di jalan raya. Adapun nilai konversinya disebut ekivalensi mobil penumpang (emp), sedangkan nilai emp menurut MKJI adalah sebagai berikut :
Tipe jalan Arus lalulintas per lajur (kend/jam)
emp
HV MC
Dua lajur satu arah (2/1) Empat lajur terbagi (4/2 )
0 Tiga lajur satu arah (3/1)
Enam lajur terbagi (6/2)
0
Misal : Dalam suatu survei didapat data sebagai berikut :
Waktu SM SM(0,40) SM(0,25)
06.00
-07.00 2100 840 525
06.15
-07.15 2150 860 537,5
06.30
-07.30 2110 844 527,5
06.45
-07.45 2140 856 535
07.00
-08.00 2150 860 537,5
08.15 07.30
-08.30 2005 802 501,25
07.45
-08.45 1990 796 497,5
08.00
-09.00 1960 784 490
KECEPATAN.
1. Time Mean Speed (TMS= u´t ) adalah kecepatan di jalan berdasarkan rata-rata kecepatan masing-masing kendaraan yang melintas pada suatu ruas jalan. TMS dinyatakan dalam km/jam (kpj) atau meter/detik (mpd).
2. Space mean speed (SMS = u´s ) adalah kecepatan di jalan berdasarkan rata-rata waktu masing-masing kendaraan dalam menempuh suatu jarak tertentu pada suatu ruas jalan.
3. Travel time (waktu perjalanan) adalah waktu yang dipakai oleh suatu kendaraan untuk menempuh suatu jarak tertentu di suatu ruas jalan.
KEPADATAN
1. Density (kepadatan = k) yakni pemusatan kendaraan di suatu ruas jalan. Kepadatan dinyatakan dengan kendaraan per-km (kend/km). Kepadatan bisa per-jalur atau total jalur.
Misal : Dalam suatu survei pada suatu ruas jalan sepanjang 0,5 km, pada suatu waktu tertentu. Jalan tersebut terdiri dari 3 jalur searah. Diperoleh data survei ada 20 kendaraan per-jalur.
Maka kepadatan per-jalur = k (1 jalur ) = 200,5kendkm = 40 kend/km/jalur.
Kepadatan total jalur = k(ruas jalan) = (200,5x3km)kend = 120 kend/km
2. Space headway (jarak antara = s ) yakni jarak antara muka kendaraan pertama sampai dengan muka kendaraan yang kedua yang berurutan pada waktu tertentu. Space headway dinyatakan dalam meter (m)
3. Average space headway (jarak antara rata-rata = ´s ) yakni rata-rata dari semua jarak antara (s) pada suatu ruas jalan, dinyatakan dengan meter/kend.
Pertemuan jalan atau simpang jalan adalah tempat bertemunya berbagai pergerakan kendaraan yang arahnya berbeda-beda, ada yang belok kiri, belok kanan ataupun lurus. Arus lalulintas pada masing-masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan secara bersama-sama, sehingga perlu pengendalian arus lalulintas pada simpang.
Masalah utama yang saling terkait pada simpang antara lain : 1) Volume dan kapasitas
2) Desain geometrik.
3) Kecelakaan dan keselamatan, lampu penerangan jalan 4) Parkir
5) Pejalan kaki
6) Jarak antar simpang.
PERGERAKAN KENDARAAN
Terdapat 4 jenis alih gerak kendaraan yang terjadi pada simpang yakni berpencar (diverging), bergabung (merging), berpotongan (crossing), dan jalinan (weaving).
1. Berpencar (diverging), yakni konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan yang saling menyebar.
2. Bergabung (merging), yakni konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan yang saling bertemu.
3. Berpotongan (crossing), yakni konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan yang saling berpotongan.
4. Jalinan (weaving). yakni konflik yang terjadi akibat pergerakan kendaraan yang saling bertemu dalam satu ruas jalan tetapi kemudian berpindah jalur.
Diverging merging
Crossing weaving
Dengan MKJI 1997.
Menurut MKJI 1997 kapasitas bundaran dihitung dengan rumus sebagai berikut : C = 135 x Ww1,3 x ( 1 + WE / WW )1,5 x ( 1 – pw / 3)0,5 x ( 1 + Ww / Lw )-1,8 x Fcs x FRSU
Dimana : C = Kapasitas Ww = Lebar jalinan
WE = Lebar rata-rata = (W1 + W2) / 2
pw = Rasio jalinan
Lw = Panjang jalinan
Fcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan
Tabel : Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FCS.
UKURAN KOTA PENDUDUK (JUTA) Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FCS
Sangat Kecil < 0,1 0,82
Kecil 0,1 – 0,5 0,88
Sedang 0,5 – 1,0 0,94
Besar 1,0 – 3,0 1,00
Sangat Besar 3,0 1,05
Sumber : MKJI 1997 Tabel : Faktor penyesuaian tipe lingkungan FRSU
Kelas tipe
lingkungan jalan
Kelas Hambatan Samping
Rasio kendaraan tidak bermotor PUM
0,00 0,005 0,10 0,15 0,20 >0,25
Komersial TinggiSedang 0,930,94 0,880,89 0,840,85 0,790,80 0,740.75 0,700,70
Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Pemukiman
Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74
Sumber : MKJI 1997
Contoh :
Diketahui data geometrik bundaran sebagai berikut :
Lingkungan
Barat (A) Komersial Sedang 18 10 20 25 25
Utara (B) Komersial Sedang 18 9 19 24 25
Selatan (C )
Komersial Sedang 19 9 20 24 25
Ww = Lebar jalinan
W1 = Lebar pendekat pertama dari median ke tepi jalan
W2 = Lebar pendekat kedua dari median ke bundaran
r1 = entry radius
Lw = Panjang jalinan
Diketahui data arus lalulintas pada jam sibuk pagi :
A-LT A-RT B-LT B-RT C-LT C-RT
597 1119 491 582 682 462
Bagian Jalinan AB : QAB = QART + QALT + QCRT
QWAB = QART + QCRT
PWAB = QWAB / QAB
Bagian Jalinan BC : QBC = QBRT + QBLT + QART
QWBC = QBRT + QART
PWBC = QWBC / QBC
Bagian Jalinan CA : QCA = QCRT + QCLT + QBRT
QWCA = QCRT + QBRT
PWCA = QWCA / QCA
Perhitungan Arus Total pada jalinan dan arus yang menjalin.
QAB QWAB QBC QWBC QCA QWCA
2178 1581 2192 1701 1726 1044
Perhitungan rasio jalinan.
PWAB = QWAB / QAB PWBC = QWBC / QBC PWCA = QWCA / QCA
Perhitungan Kapasitas.
1) 135 x Ww1,3 = 135 x (20)1,3 = 135 x 40,129 = 6632,43
2) WE = (W1 + W2 ) / 2 = ( 18 + 10 ) / 2 = 14.
( 1 + WE / WW )1,5 = ( 1 + 14/20 )1,5 = 2,216
3) ( 1 – pw / 3)0,5 =
(
1 −¿0,7253)
0,5
= 0,87
4) ( 1 + Ww / Lw )-1,8 =
(
1 +¿2025)
−1,8
= 0,347
5) Fcs = 1 , dimisalkan penduduk kota antara 1 – 3 juta
6) FRSU = 0,94, dimisalkan tidak ada kendaraan tak bermotot dan tipe lingkungan komersial.
7) C = 6632,43 x 2,216 x 0,87 x 0,347 x 1 x 0,94 = 4170,79
Perhitungan derajad jenuh : DS = QC = 4170,792178 = 0,522 < 0,70 Perhitungan Tundaan.
D = DT + DG
Dimana : D = tundaan rata-rata bagian jalinan.
DT = tundaan lalulintas rata-rata bagian jalinan.
DG = tundaan geometrik rata-rata bagian jalinan, ditentukan 4 detik/smp Jika DS < = 0,6 maka DT = 2 + 2,68982*DS – (1 – DS)*2
Jika DS > 0,6 maka DT = 0,59186 −¿10,52525∗DS - (1-DS) * 2
Sehingga untuk kasus diatas DS = 2 + 2,68982 * 0,522 – (1-0,522)*2 = 3,404 – 0,956 = 2,448 Jadi D = 4 + 2,448 = 6,448 dt/smp
PERHITUNGAN KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN DUA LAJUR DUA ARAH
Kecepatan Arus Bebas.
FV = ( FVO + FVW ) x FFVSF x FFVCS Dimana :
FV = Kecepatan arus bebas (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur efektif
FFVSF = Faktor Penyesuaian akibat Hambatan Samping dan bahu jalan
FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota.
Tabel : Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo )
Tipe Jalan Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVo ) km/jam
LV HV MC Rata-rata
Dua jalur dua arah tak terbagi ( 2/2 UD) 44 40 40 42 Sumber : MKJI 1997
Tabel : Penyesuaian Kec. Arus Bebas untuk Lebar Jalur (FVW )
Tipe Jalan Lebar jalur lalulintas efektif FVW (km/jam)
Dua Jalur Tak terbagi Total
5
Sumber : MKJI 1997 Tabel : Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Hambatan Samping (FFVSF) dengan bahu jalan.
Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu
Lebar bahu efektif rata-rata WS (m)
<= 0,5 m 1,0 m 1,5 m >= 2 m Dua lajur tak terbagi (2/2
UD ) Sumber : MKJI 1997 Tabel : Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Ukuran Kota (FFVCS )
>3,0 1,03
Sumber : MKJI 1997 Contoh :
Diberikan data dari suatu ruas jalan dengan (1) lebar jalur 6 m; (2) lebar bahu jalan pada kedua sisi 1m dan rata dengan jalan; (3) hambatan samping tinggi (4) jumlah penduduk kota 900 ribu.
Berapa kecepatan arus bebas kendaraan ringan (LV)? Jawab :
FV = ( FVO + FVW ) x FFVSF x FFVCS
= [ 44 + (-3) ] x 0,86 x 0,95 = 33,5 km/jam
Perhitungan Kapasitas.
C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam)
Dimana : C = Kapasitas
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalur
FCSP = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
Tabel : Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Kapasitas Dasar ( smp/jam ) Catatan Empat jalur terbagi
Empat jalur tak terbagi Dua jalur tak terbagi
1650 1500 2900
Per-jalur Per-jalur Total dua arah
Sumber : MKJI 1997 Tabel : Faktor penyesuaian lebar jalur
Tipe Jalan Lebar jalur lalulintas efektif ( WC dalam meter )
FCW
Dua Jalur Tak terbagi Total dua arah 5
7
Sumber : MKJI 1997 Tabel : Faktor penyesuaian pemisah arah
Pemisah Arah SP%-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSP Dua jalur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat jalu 4/2
1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
Sumber : MKJI 1997
Tabel : Faktor penyesuaian hambatan samping Tipe Jalan Kelas Hambatan
Samping
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu ( FCSF )
Lebar bahu efektif rata-rata WS (m)
<= 0,5 m 1,0 m 1,5 m >= 2 m Dua lajur tak terbagi (2/2
UD ) Sumber : MKJI 1997 Tabel : Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCCS )
Ukuran Kota ( Juta Penduduk ) Faktor Penyesuaian Untuk Ukuran Kota < 0,1
Sumber : MKJI 1997 Contoh :
jalan adalah 6 meter, lebar bahu kanan-kiri 1 meter, pemisah arah 50-50. Penduduk kota tersebut kuarang lebih 900 ribu. Hambatan samping di sekitar jalan tinggi.
1) Perkirakan kapasitas jalan. 2) Hitung derajad jenuhnya.
3) Perkirakan kecepatan kendaraan di ruas jalan tersebut. Jawab :
1) C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam)
= 2900 x 0,87 x 1 x 0,86 x 0,94 = 2039,5 smp/jam
2) Q = 1000 x 1 + 100 x 1,2 + 500 x 0,25 = 1245 DS = Q / C = 1245 / 2039,5 = 0,61
3) Kecepatan arus bebas 33,5 km/jam dan DS = 0,61 maka kecepatan kendaraan ringan di ruas jalan tersebut = 26 km/jam
ANALISIS DAERAH JALINAN (WEAVING AREA)
Di jalan dengan banyak lajur dimungkinkan adanya kendaraan yang saling menjalin, untuk kemudian menuju ke arah yang berbeda. Adapun rumus untuk memperkirakan arus kendaraan maksimal di daerah jalinan adalah :
v = PHF x f V
HV x fW x fp
dimana : v = angka aliran untuk jam puncak 15 menit V = volume lalulintas per-jam
fHV =
1
1+Pr(Er−1) = faktor penyesuaian kendaraan berat
Pr = prosentase kendaraan berat dan Er = faktor ekuivalensi kendaraan berat.
fW = faktor penyesuaian lebar lajur
fP = faktor penyesuaian karakteristik lalulintas
Tabel : Faktor ekuivalensi kendaraan berat.
Faktor Er Tipe daerah
Datar Pegunungan
Truk
Sumber : HCM 1985 Tabel : Faktor penyesuaian lebar lajur (fW) untuk jalan 4 lajur.
Lebar Bahu (ft) Lebar setiap lajur
12 ft 10 ft
>= 6 5
1 0,99
0,91 0,90
Sumber : HCM 1985
Tabel : Faktor penyesuaian untuk karakteristik arus lalulintas.
Arus lalulintas pada Faktor fp
Hari libur atau komuter Yang lain
1,0 0,75 – 0,9
Sumber : HCM 1985 Contoh :
Pada salah satu jalan dengan 4 lajur diperoleh data arus lalulintas : arus dari A ke C = 1815 vph, A ke D = 692 vph , B ke C = 1037 vph, B ke D = 1297 vph; diantaranya 7% kendaraan berat, Jika PHF = 0,91; lokasi daerah datar dengan lebar masing-masing lajur 12 ft, dan lebar bahu 6 ft, arus lalulintas comuter.
Perkirakan angka aliran pada jam puncak untuk setiap jalinan! Jawab :
fHV =
1
1+0,07(1,7−1) = 0,95
v untuk AC = 0,91x18150,95x1x1 = 2099 pcph
v untuk AD = 0,91x0,95692x1x1 = 800 pcph
v untuk BC = 0,91x10370,95x1x1 = 1199 pcph
Daftar Pustaka :
..., 1985, Highway Capacity Manual, Transportation Research Board, Washington DC. ..., 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Dirjen Bina Marga, Jakarta
Adolf D. May, 1990, Traffic Flow Fundamentals, Prentice Hall, New Jersey.
Ahmad Munawar, 2004, Manajemen Lalulintas Perkotaan, Beta Offset, Yogyakarta. Fachrurrozy, Teori Aliran Lalulintas, MSTT – UGM, Yogyakarta.
Nurul Hidayati, 2006, Teknik Lalulintas, Teknik Sipil, UMS
PHF ( Peak Hour Factor = Faktor jam puncak )
Adalah suatu nilai yang menyatakan perbandingan antara arus lalulintas jam puncak dengan empat kali 15-menitan arus lalulintas tertinggi dalam jam yang sama (jam puncak)
PHF = 4x Q Qpuncak maksimum15−menitan
JAM VOLUME VOL/JAM
6.00-6.15 90
6.15-6.30 120
6.30-6.45 250
6.45-7.00 210 670
7.00-7.15 230 810
7.15-7.30 215 905
7.30-7.45 220 875
7.45-8.00 180 845
Jadi, PHF = 4x Q Qpuncak
maksimum15−menitan = 905
4x250 = 0,905
Menentukan Hambatan Samping. 1. Penentuan frekuensi kejadian.
Tipe kejadian hambatan samping
Faktor bobot Frekuensi kejadian Frekuensi berbobot
Pejalan kaki
2. Penentuan klas hambatan samping.
Frekuensi
Pemukiman, hampir tidak ada kegiatan Pemukiman, beberapa angkutan umum Daerah industri dan toko-toko dipinggir jalan Daerah niaga dengan aktifitas sisi jalan tinggi