• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BUDAY (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BUDAY (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BUDAYA

DISUSUN OLEH :

1.

ELA EFRIKA SARI

2.

AHMAD GIRSA ARIANDIKA

3.

PRISKA AYU

KRISTIANINGRUM

PRODI BAHASA INGGRIS 1A

(2)

Jl. Mayor Sujadi Timur No. 7 Tulungagung

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini tanpa ada suatu halangan apapun.

Makalah ini kami susun dengan metode dan kajian pustaka tentang Pancasila Sebagai Ideologi Budaya. Dengan demikian, semua pihak secara aktif mengembangkan ide – idenya dari hasil kajian.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi peningkatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Tulungagung, 13 Oktober 2014

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(4)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

a. Apa peran pancasila dalam bidang sosial dan budaya?

b. Bagaimana cara menerapkan dan memahami nilai pancasila sebagai paradigma sosial dan budaya?

c. Mengapa pancasila sebagai paradigma social dan budaya sangat berpengaruh dan berperan penting terhadap kemajuan bangsa Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui seberapa besarkah peranan Pancasila sebagai paradigma sosial. 2. Untuk mengetahui perkembangan dan penerapan pancasila sebagai paradigm

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai

Nilai dalam bahasa Inggris adalah value. Nilai masuk dalam bidang kajian filsafat, yaitu filsafat nilai. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjukan kata benda yang abstrak, yang artinya worlh ( keberhargaan ) atau goodness ( kebaikan ). Nilai sendiri memiliki banyak arti bagi beberapa tokoh.

 Ralp Perry : “Value as any object of any interest.”

Maknanya adalah bahwa nilai sebagai suatu objek dari suatu minat individu.

 John Dewey : “Value is any object of social interest.”

Maknanya adalah bahwa sesuatu bernilai apabila disukai dan dibenarkan oleh sekelompok manusia (sosial). Dalam hal ini Dewey mengutamakan kesepakatan sosial ( masyarakat, antar manusia, termasuk Negara ).

 Kupperman : “Nilai adalah patokan normatif yang memperngaruhi manusia dalam

menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.”

 Gordon Allport : “Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar

pilihannya.”

 Kluckhohn : “Nilai adalah konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi

pilihan terhadap cara, tujuan antara, dan tujuan akhir tindakan.”

 Mulyana : ”Nlai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.”

Purwodarminto mengatakan nilai dapat diartikan dalam 5 hal. Lima hal itu adalah harga dalam taksiran, harga sesuatu, angka kepandaian, kadar/mutu, dan sifat – sifat yang penting.

(6)

B. Pembahasan

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia - manusia biadab, kejam, brutal, dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita - cita menjadi manusia adil dan beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila Persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya - budaya yang beragam seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial diartikan bahwa, Pancasila bersifat sosial bangsa dalam cita - cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai - nilai dalam Pancasila. Pemahamannya adalah sebagai berikut :

 Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama,

dan ekonomi dalam kehidupan sehari - hari.

 Mementingkan kepentingan rakyat ( demokrasi ) bilamana dalam pengambilan

keputusan.

 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep

mempertahankan persatuan.

Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab. Tidak dapat tidak, nilai - nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan ( keadilan – keberadaban ) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi tersebut perlu diperbaiki ke dalam pewujudan masyarakat. Warga ( civil society ) yang mencakup masyarakat tradisional ( berbagai asal etnik, agama, dan golongan ), masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial. Dengan demikian, nilai – nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah : nilai toleransi, nilai transparansi hukum dan kelembagaan, nilai kejujuran dan

(7)

Hubungan Antara Pancasila Dengan Keanekaragaman Budaya di Indonesia

Indonesia memiliki budaya yang unik dan berbeda-beda. Namun tanpa alat pemersatu bangsa yaitu Pancasila, maka perbedaan tersebut akan membuat bangsa Indonesia terpecah belah. Oleh karena itu Pancasila dijadikan sebagai paradigma pengembangan kebudayaan Indonesia. Artinya, Pancasila dijadikan asumsi-asumsi dasar dalam pengembangan kebudayaan Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan inti kebudayaan Indonesia yang mengandung nilai-nilai budaya Indonesia.

Pancasila Inti Kebudayaan Indonesia

Dalam artinya yang lengkap kebudayaan adalah keseluruhan pikiran, karya dan hasil karya manusia sebagai anggota masyarakatnya yang tidak berakar pada nalurinya dan hanya dapat dikuasai atau dihasilkannya dalam suatu proses belajar. Dalam arti ini kebudayaan adalah ungkapan kehidupan manusia dan masyarakatnya yang mengolah alam lingkungannya untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya dan mencakup segala perbuatan manusia. Dengan demikian kebudayaan bukanlah semata-mata sekumpulan barang dan karya kesenian, buku, bangunan dan lain sebagainya, melainkan juga dan pertama-tama kegiatan manusian membuat alat-alat dan benda-benda tersebut, adat-istiadat, tata cara, cara mengasuh anak, sistem-sistem sosial, pranata-pranata sosial dan lain sebagainya. Termasuk pula kegiatan manusia mengadakan pembaruan-pembaruan di segala bidang guna meningkatkan mutu hidupnya. Ciri khasnya ialah kemampuan manusia untuk belajar dan menemukan sesuatu baru demi perbaikan hidupnya. Oleh sebab itu kebudayaan dapat dibatasi sebagai keseluruhan penemuan manusia demi perbaikan hidup manusiawi. Kebudayan harus selalu mempunyai nilai hidup, artinya harus selalu mengabdi kepada kehidupan manusiawi. Dalam rangka meningkatkan mutu hidup itu, manusia menciptakan teknik-teknik dan organisasi-organisasi termasuk negara untuk meningkatkan efisiensi kerja guna mencapai hasil sebanyak mungkin dengan tenaga yang tersedia. Manusia selalu berusaha memperbaiki keduanya itu dalam pembaruan-pembaruan dan penemuan-penemuan baru.

(8)

Dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945 ditandaskan bahwa “kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.” Dengan perkataan lain, subyek kebudayaan nasional Indonesia adalah seluruh bangsa Indonesia, bukan suku bangsa ini atau suku bangsa itu. Secara tersirat itu berarta bahwa kebudayaan nasional Indonesia baru muncul dengan terbentuknya bangsa Indonesia. Sebelumnya yang ada ialah kebudayaan-kebudayaan daerah. Dengan demikian kebudayaan nasional Indonesia masih muda dan sedang pada tahap penyusunan dan pengembangan, biarpun unsur-unsurnya sudah tua. “Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa,” demikian penjelasan pasal 32 UUD 1945 tersebut lebih lanjut. Artinya, kebudayaan nasional Indonesia terdiri atas unsur-unsur kebudayaan daerah yang dapat dinilai sebagai puncak-puncaknya. Unsur-unsur yang baik diambil alih dan dikembangkan, sedangkan unsur-unsur yang kurang baik secara berangsur-angsur disingkirkan. Dalam GBHN 1978 ditetapkan sehubungan dengan Wawasan Nusantara : “ Bahwa Budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu; sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya Bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan Budaya Bangsa seluruhnya.” Dengan demikian kebudayaan nasional Indonesia adalah bhineka tunggal ika, satu tetapi beraneka ragam.

Nilai-nilai moral yang tekandung dalam Pancasila adalah bagian inti kebudayan nasional Indonesia itu. Moral Pancasila bukanlah semata-mata satu bagian di samping bagian-bagian lain kebudayaan kita, melainkan bagian inti dan jiwanya. Moral Pancasila mengarahkan kebudayaan kita pada tujuannya dan memberikan dimensi manusiawi kepadanya. “Bentuk-bentuk kebudayaan sebagai pengejawantahan Pribadi Manusia Indonesia harus benar-benar menunjukkan nilai hidup dan makna kesusilaan yang dijiwai Pancasila,” demikian ditetapkan dalam GBHN 1978 tersebut. Berkat peranan Pancasila itu kebudayaan nasional Indonesia akan dapat memegang peranan yang diharapkan, yaitu sebagai panglima kehidupan bangsa Indonesia. Dalam arti ini kebudayaan nasional dapat berfungsi sebagai strategi kehidupan masyarakat dan negara Indonesia dan secara demikian menjamin tercapainya tujuan-tujuan nasional kita.

Pancasila Dasar Pengembangan Kebudayaan

Oleh sebab itu Moral Pancasila adalah juga dasar atau landasan ideal pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Sesuai dengan itu dalam GBHN 1978 “Kebudayaan nasional terus dibina atas dasar norma – norma Pancasila dan diarahkan pada penerapan nilai – nilai yang tetap mencerminkan kepribadian bangsa dan meningkatkan nilai – nilai luhur”.

(9)

mengembangkan kebudayaan kita. Unsur – unsur dari kebudayaan daerah yng bertentangan dengan Pancasila harus ditolak dan disingkirkan secara berangsur – angsur, sedangkan unsur – unsurnya yang sesuai dengan sila – silanya dipelihara dan dikembangkan. Oleh sebab itu ditandaskan dalam GBHN bahwa “perlu ditiadakan dan dicegah nilai – nilai sosial budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit”. Hal itu juga berlaku bagi unsur – unsur kebudayaan – kebudayaan asing. Dalam pembentukan kebudayaan nasional Indonesia kita harus terbuka. Dalam penjelasan pasa 32 UUD1945 ditandaskan bahwa usaha kebudayaan kita “tidak menolak bahan – bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”. Dengan perkataan lain, kita harus menolak unsur – unsur yang bertentangan dengan Pancasila tetapi bersedia menyerap unsur – unsur positif yang sesuai dengan sila – silanya. Sehubungan dengan itu dalam GBHN 1978 ditandaskan “Dengan tumbuhnya kebudayaan nasional yang berkeribadian dan berkesadaran maka sekaligus dapat ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif, sedang di lain pihak ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk menyaring dan menyerap nilai – nilai dari luar yang positif dan yang memang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan.

(10)

Nilai-Nilai Kebudayaan yang Terkandung Dalam Sila-Sila Pancasila

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai – nilai Pancasila itu memenuhi kriteria puncak – puncak kebudayaan dengan segala fungsinya. Nilai pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa jelas sangat luas persebarannya di kalangan masyarakat Indonesia yang majemuk dengan keanekaragaman kebudayaannya. Dapat dikatakan bahwa tidak satupun suku bangsa ataupun golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Mengenai sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab juga merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warga negara Indonesia tanpa membedakan asal – usul kesukubangsaan, kedaerahan maupun golongannya.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia juga merupakan salah satu puncak kebudayaan yang mencerminkan nilap budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat majemuk di kepulauan Nusantara untuk mempersatukan diri mereka sebagai satu bangsa yang berdaulat.

Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan menceminkan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan masyarakat majemuk Indonesia yang menghargai tinggi kedaulatan rakyat untuk melakukan kesepakatan dalam mencari kebijaksanaan lewat musyawarah. Nilai-nilai budaya yang menghargai kepentingan kolektif lebih tinggi daripada kepentingan individu itu merupakan gejala yang universal dan relevan sebagai kendali dalam menghadapi perkembangan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan.

Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia tidak perlu dijelaskan lagi, betapa sesungguhnya nilai-nilai keadilan itu menjadi landasan yang membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan, kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

(11)

ragam latar belakang kebudayaan. Oleh karena itu ia harus diwujudkan secara nyata dalan pengembangan kebudayaan bangsa yang akan berfungsi sebagai acuan bagi masyarakat dalam menyelanggarakan kehidupan sehari-hari maupun dalam menggapai tantangan kemajuan.

(12)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi,

Pemberhentian anggota KPU harus didahului dengan verifikasi oleh DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu) karena adanya pengaduan dari penyelenggara pemilu, peserta pemilu,

di sekoiah merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial dan humaniira ya,'g diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan persekolahan d'an terpilah

mengajarkan kembali (re-teaching) yaitu kegiatan perbaikan dilaksanakan dengan jalan mengajarkan kembali bahan yang sama kepada para siswa yang memerlukan bantuan dengan

Proporsi kursi DPRD yang diduduki perempuan Angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup.. 2 Bantul 24 14

Dalam hal pengembangan kurma, harus kita akui bahwa kita sebagai petani Indonesia masih sangat jauh ketinggalan dibandingkan Thailand – bahkan bila tidak ada upaya

Framework RiskIT merupakan framework yang tepat digunakan dalam melakukan menyelesaikan kasus yang terjadi pada bank permata khususnya untuk risiko TI. Hasil dari Analisa,

Maka muncullah ide dari Penulis yaitu membuat “Celengan Tepat Waktu” dimana celengan ini meupakan inovasi terbaru dari celengan atm yang dimodifikasi supaya