• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN - PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS XI DI MA MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN - PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA KELAS XI DI MA MA’ARIF UDANAWU BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data 1. Studi Pendahuluan

Penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan

Metode Diskusi Kelompok Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Siswa

Kelas XI di MA Ma’arif Udanawu Blitar” adalah sebuah penelitian untuk

mendeskripsikan bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada

mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode diskusi kelompok.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan

dokumentasi di kelas XI IIS 9 pada semester genap. Dimana sebelum peneliti terjun

kelokasi penelitian, peneliti melakukan validasi pedoaman wawancara, observasi,

dan dokumentasi kepada 1 (satu) dosen Pendidikan Agama Islam. Pertama, ibu Dita

memberikan pendapat bahwa pedoman wawancara dan pedoman observasi yang

saya berikan sudah layak digunakan. Kedua, Bapak Anam memberikan pendapat

bahwa pedoman wawancara dan pedoman observasi yang saya berikan sudah layak

digunakan dan yang ketiga Ibu Badriyah selaku guru mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam kelas XI IIS 9 memberikan pendapat bahwasanya pedoman

wawancara, instrumen tes dan pedoman observasi sudah layak digunakan sebagai

instrumen penelitian. Berdasarkan rwvisi dan pernyataan layak dari ketiga

validator, peneliti sudah mempunyai instrumen validasi yang dapat digunakan

sebagai instrumen penelitian yang sudah dinyatakan layak.

Penelitian ini dilakukan di MA MA’arif Udanawu Blitar tepatnya dikelas

(2)

secara garis besar dapat kami tulis bahwa mengingat pendidikan bukan hanya

tanggung jawab pemerintah saja, namun juga tanggung jawab kita bersama yaitu

antara pemerintah dan masyarakat. Di desa Bakung sejak era sebelum tahun 60 an

sekolah tingkat menengah,yang dikelola oleh tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama,

dengan label Sekolah Menengah Islam, setelah memasuki era tahun 60 an, seiring

dengan tuntunan dan perkembangan kebutuhan pendidikan pada saat itu, maka

menjelmalah menjadi Mu’alimin Nahdlatul Ulama 4 tahun, yang melaksanakan

kurikulum Departemen Agama, dengan berafiliasi kepada PGA 4 Tahun

(Pendidikan Guru Agama), kemudian berkembang menjadi 6 tahun. Sampai pada

tahap ini, tokoh pengelola yang sempat duduk sebagai Kepala Sekolah (Direktur )

adalah:

1. Bp.Suharjoto MS

2. Bp. H.Abdul Kholiq Al Hilaly.

3. Bp. Drs.H.Imam Sya’roni.

Tahap setelah ini adalah era lahirnya SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga

menteri,yang mensejajarkan dan menghargai sama antara sekolah Umum (yang di

kelola Departemen Pendidikan) dengan Sekolah Agama (yang di kelola

Departemen Agama) seiring dengan status itu, Maka Madrasah Mu’alimin Mu’alimat NU, yang berubah menjadi Sekolah Menengah Pertama Islam

menyesuaikan menjadi Madrasah Tsanawiyah Ma’arif yang berjalan dan

berkembang besar sampai sekarang. Tokoh pengelola yang berjasa antara lain :

a. Bp.H.Fatkhur Rahman, BA

(3)

Setelah memasuki era tahun 80 an, dirasakan kebutuhan pendidikan dan

semangat masyarakat untuk mendidik anak pada jalur umum dan agama semakin

meningkat, menyadari hal ini, beberapa orang alumni Madrasah Mu’limin NU

berkumpul di rumah Bpk. H. Fatkhur Rahman, BA dan di saksikan pengurus NU

MWC Udanawu, pertemuan ini mencetuskan untuk menambah MTs Ma’arif dengan mendirikan Madrasah Aliyah Ma’arif dan menunjuk Bpk.Drs.H.Ahmad

Zamrodji, MH (Guru MTs Ma’arif) untuk merintis dan mengadakan persiapan-persiapan, maka direalisasikan memulai menerima siswa baru tahun ajaran

1984/1985.

Sejak berdiri tahun 1984/1985 Status Madrasah Aliyah Ma’arif terdaftar

sampai tahun 1994. Kemudian sesuai dengan perkembangan zaman dan jumlah

siswa yang semakin bertambah, maka mulai tahun ajaran 1994/1995 status

Madrasah menjadi Diakui sampai tahun 2004.

Seiring dengan perkembangan Madrasah di segala aspek baik sarana

prasarana, jumlah siswa maupun jumlah guru dan karyawan yang sesuai dengan

bidangnya, maka mulai tanggal 14 September 2004, Madrasah Aliyah Ma’arif

Bakung Udanawu Blitar terakreditasi A (Unggul) dan sejak tahun pelajaran

2005-2006 telah dipercaya menjadi Sub Rayon 10. Dalam perkembangannya, siswa

bukan lagi berasal dari masyarakat sekitar (lokal), tetapi sudah menjangkau luar

Pulau Jawa. Melihat kondisi demikian, agar madrasah dapat dikelola dengan baik

dan maksimal, maka pada tahun 2005 terjadi regenerasi/pergantian Kepala

Madrasah dari Drs. KH. Ahmad Zamrodji, MH kepada Edi Basuki, S.Ag.

Mengingat dengan pertimbangan bahwa pada saat itu, Drs. KH. Ahmad Zamrodji,

(4)

a. Profil Madrasah Aliyah Ma’arif Udanawu Blitar

1. Nama Madrasah : MADRASAH ALIYAH MA’ARIF

2. Nomor Statistik Madrasah (NSM) : 131235050011

3. NPSN : 20514814

4. Tahun Berdiri : 1984

5. Propinsi : Jawa Timur

6. Kabupaten : Blitar

7. Kecamatan : Udanawu

8. Desa/Kelurahan : Bakung

9. Jalan : Jl. Raya Bakung

10. Kode Pos : 66154

11. No Telp : (0342)552350

12. No Fax : (0342)555447

13. E-mail : ma_almaa@yahoo.co.id

14. Website : www.maalmablitar.com

15. Status Sekolah : Swasta

16. Akreditasi Sekolah : A

17. SK Akreditasi Terakhir : No. MA.014886 TGL 13-11- 2012

18. Luas Tanah : 11984 m2

19. Luas Bangunan : 8226 m2

20. Kepemilikan Tanah : Milik Sendiri

(5)

b. Visi, Misi, Tujuan

 VISI : Visi dari penyelenggaraan pengajaran dan pendidikan di MA Ma’arif Udanawu Blitar adalah : “Terwujudnya Generasi Muslim yang Tangguh dan Berkualitas dengan Berdasarkan Iman, Ilmu dan Amal”.

 MISI : Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu lulusan baik

secara keilmuan, maupun secara moral dan sosial sehingga mampu menyiapkan

dan mengembangkan sumberdaya insani yang unggul dibidang iptek dan imtaq.

Sedangkan misi dari penyelenggaran pembelajaran dan pendidikan di MA

Ma’arif Bakung Udanawu Blitar terurai sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap

siswa dapat berkembang secara optimal.

2. Meningkatkan disiplin siswa dalam amal ibadah dan taqwa kepada Allah

SWT.

3. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga

Madrasah.

4. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan sosial budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai

dengan nilai-nilai Islam.

5. Meningkatkan prestasi akademik sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

6. Membimbing dan membina siswaq agar memiliki sifat-sifat kepribadian

(disiplin, cermat, teliti, tanggung jawab, toleransi , memiliki daya saing yang

(6)

7. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan Sumber Daya Manusia (SDM)

secara bertahap.

 Tujuan Madrasah :

Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan di MA Ma’arif Udanawu Blitar adalah:

1. Mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan (PAKEM) dan kekompakan (team teaching) untuk mencegah

kekosongan jam pelajaran sehingga setiap siswa berkembang secara optimal

sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2. Menerapkan pelaksanaan evaluasi atau penilaian hasil belajar (ulangan blok

bersama dua kali dalam satu semester dan ulangan umum semester) secara

konsisten dan berkesinambungan.

3. Mengoptimalkan pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.

4. Memotivasi dan membantu peserta didik untuk mengenali potensi dirinya

dengan memberikan wadah dalam kegiatan ekstrakurikuler (gemar mata

pelajaran, seni, olah raga dan keterampilan) sehingga setiap siswa dapat

berkembang secara optimal.

5. Mengoptimalkan pelayanan terhadap siswa dengan melengkapi sarana dan

prasarana penunjang proses pembelajaran.

6. Mengoptimalkan kegiatan ektrakurikuler.

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif

(7)

Siswa Kelas XI di MA Ma’arif Udanawu Blitar” merupakan sebuah penelitian yang

dilakukan guna mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Peningkatan berpikir kreatif siswa

dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini akan diklasifikasikan sesuai

komponen berpikir kreatif yang telah dirangkum oleh Wallas dan Haefele, ada

beberapa tahap yang harus dilalui yaitu 1). Persiapan (preparation) 2).

Pengembangan (incubation) 3). Pencerahan 4). Pengetesan/pembuktian

(verification)

Pada tahap Persiapan (preparation) ini, otakmengumpulkan informasi dan

data yang berfungsi sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi

dengan berbagai kegiatan yang berfungsi mengumpulkan fakta, ide atau opini.

Setelah informasi dikumpulkan dilakukan pengaturan atau pengolahan terhadap

konsep-konsep yang merupakan bahan-bahan pemikiran untuk menimbulkan

konsep baru. Pada tahap Pengembangan (incubition) adalah masa otak menyimpan

informasi dan data untuk direnungkan sadar mengolah atau mengambil alih

informasi, menyampaikan dengan mengaitkan berbagai ide, termasuk

penyejajarkan, mendukung/menggabungkan, manyoritas/memilih, membanyakna

dan mempersempit atau mencari intisari ide pada tahap selanjutnya tahap

Pencerahan adalah tahap dimana sebuah inspirasi sebuah gagasan baru muncul

dalam pikiran seakan-akan dari ketidak munculan jawaban baru yang jitu dan

terakhir adalah tahap Pengetesan/pembuktian (verification)tahapan yang akhir ini

merupakan tahapan pengetesan dan memberi hipotesis, apakah keputusan yang

diambil tepat atau tidak. 1

(8)

Penelitian ini dilaksanakan di MA Ma’arif Udanawu Blitar tepatnya dikelas XI IIS-9, dengan materi Khalifah – khalifah Abbasiyah yang terkenal dan kebijakan

pemerintah Abbasiyah. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama,

pada hari Senin tanggal 05 Februari 2018 peneliti minta izin kepada pihak sekolah

yaitu dengan memberikan surat izin penelitian dari kampus. Surat keputusan dari

pihak sekolah terkait permohonan izin penelitian disampaikan pada hari itu juga

Senin tanggal 05 Februari 2018, yang isinya peneliti diberikan ijin untuk

melaksanakan penelitian di MA Ma’arif Udanawu Blitar. Peneliti langsung

diterima oleh bapak Jufri selaku ketua TU, yang kemudian dianjurkan untuk

langsung koordinasi dengan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu

Ibu Badriyah. Pada hari itu juga peneliti langsung menemui Ibu Badriyah selaku

pengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI IIS-9, selanjutnya

peneliti menyampaikan maksud dan tujuan dari penelitian. Mengenai penelitian

lebih lanjut saya koordinasi dengan beliau dan juga diberi izin.

3. Pelaksaan Lapangan

Pelaksanaan lapangan adalah suatu kegiatan pelaksanaan pengambilan data

penelitian di lapangan yang meliputi obsevasi, wawancara dan dokumentasi

terhadap siswa untuk mendapatkan sebuah data sebagai bahan dalam identifikasi

berpikir kreatif siswa dalam metode diskusi kelompok. Adapun tahapan pelaksanan

penelitian ini adalah sebagai berikut. Pelaksaana pengambilan data di lapangan

diawali dengan kegiatan observasi kelas yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal

06 Februari 2018 pada jam pelajaran ke 1-2 atau pada pukul 0700-08.30 WIB. Pada

(9)

kegiatan rutin setiap hari pagi sebelum pembelajaran dimulai, setelah itu tidak

berselang lama bu Badriyah sebagai guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

masuk kedalam kelas XI IIS-9 dan memberikan materi. Pada saat itu beliau

memberikan materi tentang Khalifah-khalifah Abbasiyah yang Terkenal dan

Kebijakan Pemerintah Abbasiyah. Beliau mengajar dengan metode pembelajaran

klasik (ceramah) yaitu pembelajaran yang lebih mengacu pada guru dan buku LKS.

Dalam kegiatan awal beliau melakukan kegiatan pembelajaran yang sistematis,

yaitu seperti membuka pelajaran dengan salam, mengabsen, motivasi belajar

kepada siswa dan mempersiapkan materi yang akan diajarka kepada siswa.

Dalam kegiatan inti, guru langsung menjelaskan tentang Khalifah-khalifah

Abbasiyah yang Terkenal. Beliau memberikan materi yang dilanjutkan dengan

meminta tanggapan dari siswa. Pada saat guru menjelaskan maupun menunjuk

beberapa siswa untuk menanggapi materi masih banyak siswa yang ramai dengan

teman sebangkunya. Kemudian beliau bertanya kepada seluruh siswa apakah sudah

memahami materi yang telah diberikan. Dan ternyata semua siswa menjawab telah

memahami materi yang dijelaskan tadi. Selanjutnya beliau mengecek PR yang

beliau berikan minggu kemaren kepada siswa dengan beliau berjalan menghampiri

siswa satu persatu dan memberikan nilai, ternyata masih banyak siswa yang belum

selesai dengan PR nya bahkan masih ada yang belum mengerjakan sama sekali.

Sebelum Bu Badriyah menutup pelajarannya beliau memberitahukan kepada siswa

kelas XI IIS-9 maksud dan tujuan peneliti mengikuti mata pelajaran hari ini dan

beberapa hari kedepan lantas di sambut dengan tepuk tangan dari para siswa.

Pada hari berikutnya, yaitu pada tanggal 13 Februari 2018 peneliti

(10)

masih sama dengan minggu sebelumnya yaitu metode pembelajaran klasik

(ceramah) pembelajaran yang lebih mengacu pada guru dan buku LKS. Dalam

kegiatan awal peneliti melakukan kegiatan pembelajaran yang sistematis, yaitu

seperti membuka pelajaran dengan salam dan membaca surat Al Fatihah, menyapa

kondisi kelas sekaligus mengabsen, mempersiapkan mental siswa, motivasi belajar

kepada siswa dan mempersiapkan materi yang akan diajarka dan kepada siswa.

Dalam kegiatan inti, peneliti mengingatkan materi minggu kemaren tentang

Khalifah-khalifah Abbasiyah yang Terkenal dan memberikan beberapa pertanyaan

yang selanjutnya dilemparkan kebeberapa siswa untuk mengetahui apakah siswa

memang sudah belajar, kemudian peneliti melanjutkan materi minggu kemaren

mengenai Kebijakan Khalifah Bani Abbasiyah dengan mempersilahkan peserta

didik untuk membaca materi dan dilanjutkan dengan menjawab soal yang telah di

buat oleh peneliti dan yang sebelumnya telah konsultasikan ke bu Badriyah selaku

guru Sejarah Kebudayaan Islam, adapun soal-soalnya antara lain: 1). Bagaimana

hasil dari pengamatan anda tentang materi khalifah Bani Abbasiyah yang terkenal

? 2). Pembelajaran apa yang dapat anda ambil dari materi khalifah-khalifah Bani

Abbasiyah yang terkenal ? 3). Bagaimana pendapat anda dari kebijakan khalifah

Bani Abbasiyah ? Selanjutnya peneliti meminta tanggapan dari siswa dengan cara

ditunjuk oleh peneliti, Pada saat peneliti menjelaskan maupun menunjuk beberapa

siswa untuk menanggapi materi masih ada siswa yang mengobrol dengan teman

sebangkunya karena peneliti menyadari akan hal itu peneliti memberikan

pemahaman mengenai akhlak, etika, moralitas kepada seluruh siswa, bahwasanya

akhlak, etika, moralitas dapat melengkapi kekurangan tapi kelebihan tidak pernah

(11)

seluruh siswa apakah sudah memahami materi yang telah diberikan. Dan ternyata

masih cukup banyak siswa yang ragu-ragu untuk menjawab telah memahami materi

yang dijelaskan tadi. Selanjutnya peneliti memberitahukan bahwasanya untuk

minggu depan materi pembelajaran tetap sama namun menyangkup seluruh Bab 6

yaitu Khalifah-khalifah Abbasiyah yang Terkenal dan Kebijakan Pemerintah

Abbasiyah.

Pada minggu berikutnya, yaitu pada tanggal 27 Februari 2018 peneliti

mengadakan penelitian dengan cara mengajar di kelas XI IIS 9 dengan metode

diskusi kelompok. Dalam kegiatan awal peneliti melakukan kegiatan pembelajaran

yang sistematis, yaitu seperti membuka pelajaran dengan salam dan membaca surat

Al Fatihah, menyapa kondisi kelas sekaligus mengabsen, mempersiapkan mental

siswa, motivasi belajar kepada siswa dan mempersiapkan materi yang akan diajarka

dan kepada siswa.

Dalam kegiatan inti, peneliti mengingatkan materi minggu kemaren tentang

Khalifah-khalifah Abbasiyah yang Terkenal dan memberikan beberapa pertanyaan

yang selanjutnya dilemparkan kebeberapa siswa untuk mengetahui apakah siswa

memang sudah belajar, kemudian materi peneliti mengulang materi mengenai

Khalifah-Khalifah Bani Abbasiyah yang Terkenal dan Kebijakan Khalifah Bani

Abbasiyah namun dengan metode pembelajaran diskusi kelompok. Untuk

selanjutnya peneliti mempersilahkan peserta didik untuk membuat 6 kelompok

yang masing-masing di isi antara 5 sampai 6 orang. Selanjutnya peserta didik di

persilahkan membaca dan mendiskusikan soal yang peneliti sudah siapkan dari

rumah. Adapun soal-soal yang di buat oleh peneliti dan telah di setujui oleh bu

(12)

teman sekelompok anda, penyebab khalifah-khalifah Abbasiyah yeng terkenal ?.

2). Pilih 3 dari 8 kebijakan khalifah Bani Abbasiyah untuk kelompok anda analisis

?. 3). Bagaimana hasil dari pengamatan kelompok anda tentang khalifah Bani

Abbasiyah ?. 4). Ibrah apa yang dapat kelompok anda ambil dari materi

khalifah-khalifah Bani Abbasiyah yang terkenal dan kebijakan kebijakan Bani Abbasiyah ?.

5). Bagaimana pendapat kelompok anda dari kebijakan- kebijakan yang di

keluarkan oleh khalifah Bani Abbasiyah ?. Dilanjutkan dengan pemaparan jawaban

dari masing-masing kelompok dengan cara di tunjuk oleh peneliti dan selanjutnya

peneliti meminta tanggapan dari masing-masing kelompok. Pada sesi terakhir

peneliti memberikan penguatan pemahaman terkait materi dan bertanya kepada

seluruh siswa apakah sudah memahami materi yang telah diberikan. Siswa

menjawab denagn kompak telah memahami materi dan memperlihatkan

kesenangan dalam pembelajaran dengan metode diskusi kelompok. Selanjutnya

peneliti memberitahukan bahwasanya untuk minggu depan pembelajaran akan di

kembalikan kepada bu Badriyah.

Untuk pelaksaan observasi dan wawancara dilaksanakan dengan rincian

sebagai berikut. Pelaksanaan obsevasi dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06,

13, 20, 27 Februari, tanggal 06, 13 Maret 2018 pada jam ke 1 dan 2, yaitu pukul

07.00-08.20 WIB. Sementara untuk pelaksanaan tes wawancara kepada siswa kelas

XI IIS-9 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 01 Maret 2018 pada waktu jam

kosong pelajaran yaitu pukul 12.00-12.40 sedangkan wawancara keguru Sejarah

Kebudayaan Islam kelas XI IIS-9 dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 02 Maret 2018 pada waktu pulang sekolah yaitu pukul 10.00-11.40 WIB dan wawancara

(13)

Peneliti melakukan observasi di dalam kelas dan mengambil posisi di

bangku paling belakang yang telah di siapakan sebelumnya. Pengambilan posisi

tersebut atas anjuran dari bu Badriyah. Sedangkan peneliti melakukan wawancara

kepada siswa yang terpilih dari hasil pengerjaan atau siswa yang telah

dipertimbangkan.

Untuk mempermudah dalam pelaksanaan dan analisis data serta untuk

menjaga privasi subjek, maka peneliti melakukan pengodean siswa dalam

penelitian ini didasarkan pada inisial nama siswa, dan nomor absen siswa.

Misalnya, kode siswa AS02 memliki arti siswa dengan nama Ahamad Shodek

bernomor absen 02. Untuk selanjutnya daftar peserta wawancara secara lengkap

dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Daftar Nama Subjek Penelitian (Wawancara dan kode siswa)

Perwakilan Kelompok Subjek

Kelompok 01 AS02

Kelompok 02 MF20

Kelompok 03 NAF26

Kelompok 04 ITM08

Peneliti mengambil 4 siswa untuk pelaksanaan wawancara untuk mewakili

setiap kelompok masing-masing.

Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 01 Maret 2018. Untuk

memudahkan dalam memahami dan menganalisa data hasil wawanara, maka

(14)

menyampaikan kejadian selain suara yang tidak dapat direkam oleh alat perekam,

maka peneliti menggunakan alat tulis dan juga dokumentasi berupa foto.

4. Penyajian Data

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti laksanakan, secara umum

dapat diketahui bahwa siswa kelas XI IIS-9 MA Ma’arif Udanawu Blitar memiliki

karakteristik yang bermacam-macam mulai dari yang aktif, dan tidak aktif akan

tetapi lebih banyak yang aktif, karena pada kelas XI IIS-9 ini merupakan kelas yang

disarankan oleh bu Badriyah dan sedikit memiliki keunggulan dibandingkan

dengan kelas lainnya. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran di kelas, ketika

siswa-siswi diberi kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya.

meskipun terkadang masih ada siswa pasif dan ngobrol sendiri dengan temannya.

Pada aktivitas siswa dalam belajar, muncul permasalahan yang dialami oleh

siswa. Secara umum siswa memahami materi dan soal-soal analisis yang diberikan

oleh peneliti dengan berkonsultasi terlebih dahulu dengan guru mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam, namun masih ada yang tampak ragu-ragu dan takut

salah dan itu menghambat siswa mengembangkan berpikir kreatifnya dalam

menyelesaikan suatu soal.

1. Karakteristik Berpikir Kreatif Pada Materi Pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam Siswa Kelas XI di MA Ma’arif Udanawu Blitar Dengan

Metode Diskusi Kelompok.

Penerapan metode diskusi kelompok salah satu diantaranya ialah dilakukan

melalui pendidikan didalam kelas yaitu melalui mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

(15)

Disini seorang Guru Mata Pelajaran diketahui dapat memberikan ilmu

dengan menggunakan Metode Diskusi Kelompok yang dapat meningkatkan

berpikir kreatif peserta didik. Dalam menyampaikan pembelajaran juga disertai

dengan contoh kenyataan akan kejadian yang terjadi, seperti halnya hikayah atau

kisah-kisah terdahulu dan kisah nyata saat ini apabila ada yang terkandung dalam

buku pelajaran. Dari pembelajaran inilah tingkat berpikir kreatif siswa dapat

berkembang.

Dalam penerapan pada metode diskusi kelompok untuk meningkatkan

berpikir kreatif siswa, pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentunya

mempunyai karakteristik yang dilakukan dalam pelaksanaannya. Terkait dengan

hal tersebut maka karakteristik penerapan metode diskusi kelompok untuk

meningkatkan berpikir kreatif pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, 1). dapat

berupa ketrampilan berpikir lancar, yang dimaksud dengan berpikir lancar dalam

hal ini adalah mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau

pertanyaan, memberikan banyak cara utau saran untuk melakukan berbagai hal dan

selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2) ketrampilan berpikir luwes, yang

dimaksud dengan berpikir luwes adalah mengasilkan gagasan, jawaban atau

pertanyaan yang bervariasi.dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang

berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda dan mampu

mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3). ketrampilan berpikir orisional

adapun yang dimaksud dengan ketrampilan berpikir orisional adalah Mampu

melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri dan mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari

(16)

memperkarya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk dan menambahkan

atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasana atau situasi sehingga lebih

menarik. 5) Ketrampilan mengevaluasi, yang dimaksud dengan ketrampilan

mengevaluasi adalah menentukan patokan evaluasi sendiri dan menentukan apakah

suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana, mampu

mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka dan tidak hanya mencetuskan

gagasan tetapi juga melaksanakannya.

Berdasarkan pemamparan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

berpikir kreatif adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan

dan menyelesaikan masalah dan dapat menciptakan ide, gagasan, cara metode, dan

proses yang baru dan inovatif dengan indikatornya adalah fluency, flexibility,

originality, elaboration, dan evaluasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Badriyah selaku guru Sejarah

Kebudayaan Islam mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dan karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan berpikir

kreatif melalui metode pembelajaran diskusi kelompok menurut beliau,

mengatakan bahwa:

Hasilnya cukup bagus, untuk yang IIS-9 memang memiliki keberagaman untuk siswanya, antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dan indeknya lebih bagus dibandingkan dengan kelas lainnya. Sedangkan untuk karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif, mereka cenderung lebih aktif didalam kelas, berani berpendapat, aktif bertanya, berani menjawab saat ada pertanyaan dari guru dari siswa yang sebelumnya dipersilahkan guru untuk menjawab, berani berkarnya bukan untuk dirinyasendiri dan kaya refrensi.

(17)

Secara harfiah seluruh siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif namun ada yang terlihat jelas dan semu, namun untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang terlihat jelas memiliki karakteristik, memiliki keinginan untuk lebih tahu, jika seandainya diterangkan saat pelajaran tidak hanya cukup dengan itu tapi juga menggali pengetahuan dari banyak refrensi, jadi tidak hanya melulu hanya terpaku kepada bapak ibu guru, tingkah lakunya juga, berani berkarnya, berani menjadi pemimpin, didalam kelas berani berpendapat (aktif).

Tentunya siswa yang memiliki karakteristik berpikir kreatif memiliki

keaktifan saat didalam kelas dengan salah satunya saat berpendapat atau

menyampaikan gagasan mengenai materi yang disampaikan namun apakah

gagasan-gagasan yang disampaikan siswa memiliki gagasan yang kreatif saat

penyampaiannya. Hal ini juga dijelaskan pula oleh Bu Badriyah selaku guru Sejarah

Kebudayaan Islam. Bahwa :

Untuk selama ini saya mengajar keseluruhan siswa hampir sama dalam kemampuan ini. Namun kreatifnya siswa ya hanya sebatas refrensi buku yang mereka baca, Jadi ya hanya terbatas oleh buku bacaan dan untuk mendapatkan itu guru harus mengarahkan.

Bapak Gunawan selaku Waka Kurikulum menuturkan:

(18)

Ketika peneliti melakukan observasi atau pengamatan saat mata pelajaran

berlangsung, peneliti mengetahui sebenarnya banyak gagasan yang ingin

disampaikan oleh siswa namun siswa masih terkendala oleh rasa malu dan takut

(Takut salah), karena kurangnya apresiasi kepada siswa yang mampu menunjukkan

keaktifan dan responsive terhadap penyampaian materi. Dengan hal itu maka dapat

digaris bawahi bahwasannya siswa sebenarnya mampu untuk tampil aktif dan

responsive pada saat mata pelajaran berlangsung, tinggal bagaimana pengarahan

dari guru, namun pada saat mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan

metode diskusi kelompok siswa mampu menunjukkan karakteristik berpikir kreatif

yang ditunjukkan dengan keaktifan dalam waktu diskusi kelompok, aktif dalam

penyampaian pendapat, aktif dalam menjawab permaslahan yang perlu dipecahkan

yang diberikan oleh guru dan siswa juga menunjukkan responsive pada saat ada

jawaban dari temannya yang menurut mereka kurang benar, sehingga siswa

langsung merespon dengan cara membenarkan dengan cara yang sopan.

Sesuai penjelasan salah satu siswa AS02 mengatakan bahwa:

Sebenarnya banyak pertanyaan, pendapat yang mau disampaikan namun terhalang oleh rasa malu dan takut, saya malu seandainya salah dan juga takut kalaupun salah.

Sejalan dengan penjelasan dari siswa NAF26 mengatakan bahwa:

(19)

juga jadi saya diam saja dan waktu yang tepat bagi saya dapat mengutarakan pendapat pas waktu diskusi kelompok.

Berikut penuturan Bu Badriyah terkait permaslahan siswa:

Terkait interaksi sebenarnya interaksi sudah dimaksimalkannya sudah cukup baik, saya berusaha agar siswa tidak ada malu dan sungkan untuk bertanya terkait materi, terutama pada metode pembelajaran kuis siswa banyak yang bertanya, menjawab juga.

Jadi dari pengamatan peneliti siswa akan cenderung lebih aktif dalam

metode pembelajaran yang lebih menekankan kepada pengembangan pandangan

siswa, terbukti dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dengan metode

diskusi kelompok siswa mampu menunjukan karakteristik berpikir kreatif salah

satunya adalah siswa mampu mencetuskan banyak gagasan, pertanyaan dan siswa

mampu mengambil keputusan dalam diskusi kelompok, meskipun masih terdapat

kekurangan, namun hal ini akan terus dievaluasi oleh pihak sekolah.

2. Stategi Peningkatan Berpikir Kreatif Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas XI di MA Ma’arif Udanawu Blitar Dengan Metode Diskusi Kelompok.

Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai digunakan untuk peningkatan

berpikir kreatif adalah strategi pembelajaran induktif. Pembelajaran induktif yang

dimaksud meliputi inkuiri, pemecahan masalah, discovery, dan metode saintifik.

1. Inkiuri

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan

(20)

sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis

sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri.

2. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu metode mengajar dengan cara peserta

didik dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkannya berdasarkan data

atau informasi yang akurat sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

3. Discovery

Model Discovery Learning (DL) mengacu kepada teori belajar yang

didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila peserta didik tidak

disajikan dengan materi dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik

mengorganisasi sendiri.

4. Metode Saintifik

Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah,

selain dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi

pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong peserta didik untuk

melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau

kejadian.

Permasalah yang ada sekarang adalah bagaimana pengeloaan pembelajaran

didalam kelas agar tercapainya siswa yang mampu berpikir kreatif, bagaimanakah

strateginya terhadap permasalahan ini, Bu Badriyah selaku Guru mata pelajaran

(21)

Terkait dengan pengelolaan pembelajaran didalam kelas biasanya saya mulai dulu dengan kuis agar siswa termotivasi dan semangat mengikuti pelajaran terus memberikan gambaran akan materi yang akan dipelajari dan yang pasti siswa saya suruh aktif.

Bagaimana cara ibu untuk menyuruh siswa aktif, berikut hasil wawancara dengan

Bu Badriyah selaku Guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam:

Sebagai guru itu harus tahu karakter siswa tanpa kita suruh begini-begini, tapi dengan penyampaian materi yang luwes siswa akan paham tanpa disuruh. Jadi bahasa suruh atau menyuruh itu hanya kiasan.

Mengenai pengelolaan pembelajaran didalam kelas disekolah sini apakah telah

memiliki pakemnya pak, berikut hasil wawancara dengan Waka kurikulum:

Untuk standart ada, yang jelas untuk pengelolaan kelas itu standartnya ada namum masing-masing itu menurut kebutuhan karakter peserta didik karena peserta didik itu beragam sehingga masing-masing guru dalam kegiatan belajar mengajar itu pasti memiliki pakem sendiri-sendiri, ada istilahnya elaborasi kemudian inovasi dan seterusnya yang dapat meningkatkan kemampuan dalam hal menanfer ilmu pengetahuan. Jadi ada bapak ibu guru istilahnya memilki inovasi dalam pembelajarannya ada yang ada pembelajarannya yang berbasik kelas ada yang belajar berbasik keterampilan ada pembelajaran yang berbasik alam, itu semua dalam rangka mencari suana baru, jadi tidak melulu satu pakem saja tapi disesuaikan dengan karakter peserta didik karena peserta didik itu homogeny bermacam-macam, makanya itu perlunya inovasi dari bapak ibuk guru tidak hanya berbasis kelas saja.

Pemaparan selanjutnya:

(22)

Pengelolaan kelas merupakan bentuk kegiatan yang disengaja dilakukan

oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi proses belajar mengajar

dikelas. Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua pokok, yaitu mengajar dan

mengelola kelas, kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan

siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa,

menyusun rencana pembelajaran, menyajikan bahan pembelajaran kepada siswa

dan lain-lain. Kegiatan pengelolaan bermaksud menciptakan dan mempetahankan

kodisi kelas agar kegiatan pengajaran itu berlangsung secara efektif dan efisien.

Bagaimana cara ibu menyampaikan materi kepada siswa, berikut hasil wawancara

dengan Bu Badriyah selaku Guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam:

Penyampaian materi saya simpel cukup bagaimana siswa bisa paham, kalo caranya saya lebih sering menggabungankan motode ceramah tutor teman sebaya dan mempersiapkan beban materi pembalajaran.

Terkait penyampaian materi didalam kelas maupun diluar kelas (kelas alam)

menurut Waka kurikulum, hasil wawancara sebagai berikut:

Penyampaian materi pembelajaran disesuikan dengan kebutuhan kelas, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat sampai tujuannya, maka dari itu bapak ibu guru juga sudah harus paham dan siap, dalam setiap akan masuk kelas.

Sesuai penjelasan salah satu siswa ITM08 tentang ketertarikan dalam mengikuti

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan pemahaman materi, mengatakan

bahwa:

(23)

Pemaparan selanjtnya:

Untuk pemahaman materi tergantung ibu guru menyampaikan pak, kalau ceramah sering bosan, saya sendiri lebih senang dengan tutor sebaya atau diskusi kelompok karena pada diskusi kelompokkan banyak individu-individu dan pasti banyak pemikiran yang berbeda jadi kita bisa saling sering bisa saling menguatkan pendapat dan banyak tau sumber.

Persiapan penyampaian materi memang seharusnya sudah dipersiapkan

sebelum masuk kekelas dan juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa, apalagi jika

penyampaian setiap materi menarik dapat menimbulkan rasa tartantang bagi siswa,

maka peneliti rasa tujuan dari pendidikan akan tercapai.

Bagaimana strategi ibu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa,

berikut hasil wawancaranya dengan Bu Badriyah selaku Guru mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam:

Salah satun strategi saya dengan tutor teman sebaya dengan begitu siswa mampu percaya diri, siswa berani bertanya kepada temannya, akar dari orang mampu berpikir kreatif itukan karena percaya diri.

Apakah dengan tutor sebaya ini sudah cukup meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif siswa, berikut hasil wawancaranya dengan Bu Badriyah selaku Guru mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam:

Sejauh ini saya rasa sudah cukup memuaskan, pemahaman siswa bertambah rasa percaya diri siswa bertambah, metode pembelajaran yang paling baik dengan mengajarkan dengan orang lain dalam ranah ini siswa yang paham menerangkan kepada siswa yang belum paham.

Bagaimana dengan metode diskusi kelompok bu, berikut hasil wawancaranya

(24)

Metode ini adalah metode yang teratur, jika boleh membandingkan metode ini metode lebih berat, namun hasilnya akan lebih bagus, karena ada pertukaran informasi, pemecahan masalah, menyimpulkan dan setiap siswa mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran. Namun anehnya banyak siswa lebih senang menggunakan metode ini.

Model pembelajaran seperti apakah yang sering ibu guru terapkan. berikut hasil

wawancaranya dengan Bu Badriyah selaku Guru mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam:

Saya lebih sering menggunakan model pembelajaran gabungan antara ceramah, tutor teman sebaya, kuis. jadi secara pasti tidak mempunyai nama model pembelajaran. Tapi intinya saya berusahabagaimana siswa yang saya ajar bisa memahami pembelajran saya.

Bagaimana alternative model pembelajaran lain untuk meningkatkan kemampuan

bepikir kreatif, berikut hasil wawancaranya dengan Bu Badriyah selaku Guru mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam:

Kalo alternative dari model pembelajaran saya. Hm…. Biasanya ya pemberian tugas-tugas yang mengharuskan membaca, tugas-tugas mencari pengetahuan tambahan di perpus maupun lewat internat.

Dalam usaha pencapaian belajar (strategi) perlunya diciptakan sebuah

sistem lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif.

Strategi pembelajaran yang bagaimanakah yang menurut bapak mampu membuat

siswa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berikut hasil wawancara

dengan Waka kurikulum:

(25)

Sesuai penjelasan siswa NAF26 mengenai semangat dalam mengikuti mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, mengatakan bahwa:

Jujur kalo saya agak membosankan jika guru menerangkan saja, karena hanya mendengarkan, kalaupun saat pembahasan tidak menarik akan saya tinggal tidur.

Jika menggunkan metode diskusi kelompok bagaimana apakah tetap

membosankan, berikut hasil wawancaranya dengan siswa NAF26:

Tidak pak, lebih semangat, karena lebih menarik dan lebih leluasa dalam menyampaikan pendapat, bisa bertukar informasi, saling berdebat dan lain-lain.

Sesuai penjelasan siswa MF20 mengenai semangat dalam mengikuti mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam, mengatakan bahwa:

Semangatnya biasa saja pak, karena cuma mendengarkan dan buat ngantuk pak.

Jika menggunakan metode diskusi kelompok bagaimana apakah tetap

membosankan, wawancaranya dengan siswa NAF26:

Lebih semangat pak, karena saya lebih cepat memahami materi pembelajaran, Hm.. Bisa bertukar pikiran juga, bisa mengutaran pendapat, bisa dapat banyak ilmu pak.

Strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam baru dapat berlangsung

efektif jika guru mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar

mengajar. Keadaan siswa yang memilki konsentrasi atau perhatian yang penuh

(26)

Siswa yang memilki konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah,

selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama.

3. Proses Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Mata Pelajaran Materi Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas XI di MA

Ma’arif Udanawu Blitar Dengan Metode Diskusi Kelompok.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam proses berpikir kreatif

menurut beberapa ahli salah satunya yang dikemukakan oleh Wallas dan Haefele

yaitu: 2

1. Persiapan (preparation)

Tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi sebagai

dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi dengan berbagai kegiatan

yang berfungsi mengumpulkan fakta, ide atau opini. Setelah informasi

dikumpulkan dilakukan pengaturan atau pengolahan terhadap konsep-konsep yang

merupakan bahan-bahan pemikiran untuk menimbulkan konsep baru.

2. Pengembangan (incubation)

Tahap istirahat masa penyimpanan informasi dan merenungkannya. Alam

bawah sadar mengolah atau mengambil alih informasi, menyampaikan dengan

mengaitkan berbagai ide, termasuk penyejajarkan pendukung/menggabungkan

manyoritas/memilih, membanyakna dan mempersempit atau mencari intisari ide.

3. Pencerahan

2Tuhana Taufiq Andrianto, Cara Cerdas Melejitkan IQ Kreatifitas Anak, (Yogyakarta:

(27)

Tahap ini merupakan tahap saat inspirasi sebuah gagasan baru muncul dalam

pikiran seakan-akan dari ketiadaan muncul dalam jawaban baru yang jitu.

4. Pengetesan/pembuktian (verificationi)

Tahap yang akhir ini merupakan tahap mengetes dan memberikan hipotesis

apakah keputusan yang diambil tepat atau tidak.

Bagaimana proses pembelajaran ibu guru dengan metode diskusi kelompok untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, berikut hasil wawancara dengan

Bu Badriyah selaku guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam:

Prosesnya yang pertama siswa harus sudah memiliki kelompok masing-masing, berikan stimulus untuk siswa agar bersemangat, beritahu tujuan metode diskusi kelompok setelah itu guru mau menyuruh siswa untuk membaca dan menganalisi materi ataupun menganalisi soal. Saya biasanya seperti itu.

Bagaimana respon siswa pada saat pelajaran berlangsung dengan metode diskusi

kelompok, berikut hasil wawancara dengan Bu Badriyah selaku guru mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam:

Ya berbeda, kalo menggunakan model diskusi kelompok siswa lebih aktif dan siswa lebih antusias apalagi saat menerangkan keteman-temannya apalagi saat saya izinkan untuk saling lempar pertanyaan kekelompok lain. Ini sesuai pengalaman saya pada saat menggunakan metode diskusi kelmpok.

Bagaimana proses pembelajaran yang efektif dan mampu meningkatkan berpikir

kreatif siswa menurut bapak. Berikut hasil wawancara dengan Waka kurikulum:

(28)

embrionya dari silabus kemudian diturunkan keRPP kemudian nanti juga ada evaluasi

Pembelajaran memang tidak harus dilakukan dengan sembarangan,

diperlukan mulai perancangan yang matang, pembuatan perangkat pembelajaran,

memilih strategi, media, teknik, metode pembelajaran, hingga evaluasi

pembelajaran yang semua itu saling berkesinambungan. Dengan proses yang

matang sehingga dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa.

Bagaimana interaksi siswa dengan anda pada saat mata pelajaran berlangsung,

berikut hasil wawancara dengan Bu Badriyah selaku guru mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam:

Cukup positif saya rasa, karena saya berusaha bagaimana antara saya dan siswa ini tidak merasa sungkan. Tapi harus tetap dalam koridor lo ya.

Pemaparan selanjutnya:

Dari interaksinya, lebih banyak saya yang bertanya selama ini kepada siswa, contoh: bagaimana sudah dibaca, bagaimana sudah paham dengan yang saya terangkan. Namun jika menggunakan tutor sebaya ataupun diskusi kelompok saya berusaha bagaimana siswa ini yang aktif bertanya kepada saya kepada teman-temannya.

Untuk interaksi antara siswa dengan siswa bagaimana bu, berikut hasil wawancara

dengan Bu Badriyah selaku guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam:

Baik, bahkan saya bisa katakana sangat baik dibandingkan kelas lain dalam mata pelajaran saya, namun kalo di bandingkan dengan kelas exsak ya udah berbeda.

(29)

Dikelas XI IIS-9 ini interaksi antara siswa dengan siswa baik, baik dalam metode pembelajaran ceramah, tutor sebaya, diskusi kelompok. Dengan interaksi yang baik ini saya harapkan proses dalam pemahaman pembelajaran dapat tercapai meskipun interaksinya yang keluar dari pembelajaran tetap ada.

Didalam proses belajar supaya tercapainya proses berpikir kreatif siswa

guru harus menciptakan suasana interaktif sehingga siswa aktif bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu

proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuan, bukan proses pasif

yang menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran

tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka

pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.

Didalam proses ada interaksi dan jika interaksi ini baik maka dapat menciptakan

proses berpikir kreatif siswa, menurut bapak interaksi antara siswa dengan siswa

itu seharusnya gimana, interaksi antara siswa dengan guru seharusnya gimana,

berikut hasil wawancara dengan Waka Kurikulum:

Inteaksi itu sangat penting dalam KBM sehingga harus nyambung antara guru dan siswa, siswa dengan siswa ini semua akan tercipta apabila nanti kita menerapkan system pembelajaran yang bersifat interktif jadi ada komunikasi timbal balik dua arah jadi guru tidak harus dominan anak diberi kesempatan untuk mengembangkan sesuai bnhnhapa yang kita inginkan dan itu tentunya harus sesuai dengan RPP Yang kita susun jadi anak kita libatkan dalam proses belajar mengajar guru tidak harus nomor 1 guru tidak dominan tapi juga melibatkan anak dan anak juga harus dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Contohnya metode diskusi, kemudian kita ajak saling membedah permasalahan apa yang kita sampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi komunikasi itu harus dua arah antara guru dan siswa dan ada kepada sesame teman.

(30)

1. Karakteristik berpikir kreatif

Pembelajaran dengan metode diskusi kelompok di MA Ma’arif Udanawu

Blitar adalah pembelajaran yang terintergrasi. Guru dalam mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam harus memilih metode yang tepat untuk dapat memadukan

penyampaian materi. Adapun cara untuk mengetahui karakteristik berpikir kreatif

siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas XI di MA Ma’arif

Udanawu Blitar adalah keterampilan, fleksibel (luwes), Originality (ketrampilan

berpikir orisional), Elaboration, ketrampilan mengevaluasi.

a. Keterampilan

Melingkupi banyak mencetuskan gagasan, jawaban, penyelesaian masalah

atau pertanyaan, memberikan banayak cara atau saran untuk melakukan berbagai

hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. Fleksibel (luwes)

Luwes dalam keterampilan berpikir melingkupi menganalisis gagasan,

jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah darisudut

pandang yang berbeda-beda, mampu nencari banyak alternative atau arah yang

berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

c. Originality (ketrampilan berpikir orisional)

Ketrampilan berpikir orisional melingkupi mampu melahirkan ungkapan

yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri,

(31)

d. Elaboration

Definisi dari mampu Elaboration memperkarya dan mengembangkan suatu

gagasan atau produk menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek,

gagasana atau situasi sehingga lebih menarik.

e. Ketrampilan mengevaluasi

Ketrampilan mengevaluasi melingkupi menentukan patokan evaluasi

sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau

suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang

terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

Dalam melakukan penelitian peneliti menemukan beberapa temuan.

Pada saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan

metode diskusi kelompok siswa mampu menunjukkan hasil-halil yang memuaskan,

diantaranya banyaknya gagasan yang disampaikan banyak pertanyaan yang

diutarakan kesesaman siswa maupun ke guru, mampu mengutarakan ide baru dalam

menyelesaikan soal analisis yang diberikan, mampu menghasilkan kesimpulan dari

materi sejarah yang dibahas.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa memang

belajar dengan sungguh-sungguh dengan metode diskusi kelompok, siswa

diberikan banyak kesempatan untuk menentukan dan menyelesaikan masalah.

Hal ini menunjukkan karakteristik siswa berpikir kreatif dalam model

pembelajaran diskusi kelompok.

(32)

Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai digunakan untuk peningkatan

berpikir kreatif adalah strategi pembelajaran induktif. Pembelajaran induktif salah

satunya adalah terkait dengan pengelolaan pesan yang dimulai dari hal-hal yang

khusus. Pembelajaran induktif yang dimaksud meliputi inkuiri, pemecahan

masalah, discovery, dan metode saintifik.

Dalam melakukan penelitian peneliti menemukan beberapa temuan.

Pada saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan starategi model

pembelajaran diskusi kelempok peneliti menemukan strategi yang mampu

meningkatkan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, yang pertama

pemberiam motivasi, memberi tahu tujuan dari metode pembelajaran diskusi

kelompok, Pemberian soal analisis yang perlu di pecahkan bersama dan akhirnya

siswa mendapatkan stimulus untuk berpikir kreatif.

Maka dengan pemaparan diatas peneliti yakin bahwa untuk strategi

peningkatan berpikir kreatif pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, siswa

lebih berpeluang untuk membangun pengetahuan dan pengalaman dengan cara

mereka sendiri.

3. Proses Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif

Dalam melakukan penelitian peneliti menemukan beberapa temuan.

Pada saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan model

pembelajaran diskusi kelompok peneliti menemukan proses berpikir kreatif siswa,

mulanya siswa membaca, mengamati materi, dalam proses berpikir kreatif disebut

dengan penyimpanan informasi, pengumpulan fakta maupun ide. Pada tahap

(33)

didapat dengan mengaitkan dengan berbagai ide, dan menggabungan dengan

berbagai unsur. Pada tahap ketika tahap pencerahan siswa mampu memunculkan

gagasan baru, ide-ide baru, pada tahap ini diketahui pada saat siswa melakukan

pertukan informasi pengetahuan dan gagasan kepada teman satu kelompoknya,

pada tahap terakhir tahap pengetesan/pembuktian (verification) siswa mampu

mengambil inisiatif memutuskan jawaban yang akan mereka gunakan dalam

menjawab sebuah soal analisi yang peneliti berikan.

C. Pembahasan Temuan

Seluruh data telah peneliti kumpulkan dari lapangan dan telah peneliti sajikan.

Tahap selanjutnya yang akan peneliti lakukan adalah analisis data.

Sesuai dengan judul skripsi “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan Metode Diskusi Kelompok Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam Siswa Kelas XI di MA Ma’arif Udanawu Blitar” serta pembahasan dapat

dianalisis adalah :

1. Karakteristik berpikir kreatif pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam siswa kelas XI di MA Ma’arif Udanawu Blitar dengan metode diskusi

kelompok.

Penggunaan model pembelajaran diskusi kelompok adalah suatu proses

yang membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran.

(34)

menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial.

Pembelajaran harus menekankan kepada kerja sama dalam kelompok untuk

mencapai tujuan yang sama. Oleh sebab itu, penerapan motode pembelajaran

diskusi kelompok perlu diterapkan antara lain itu berani bertanya, menjawab,

mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagi tugas,

menyimpulkan.

Namun jumlah peserta didik yang bekerja sama dalam masing masing

kelompok harus dibatasi agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja

sama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan

produktivitasnya.

Karakteristik berpikir kreatif dalam pengertiannya memilki rasa ingin tahu,

kebiasaan ingin tahu yang mendorong mereka untuk memberikan perhatian sambil

menyelidiki terhapat apa yang menarik bagi mereka dalam penelitian ini pada mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Salah satu cara untuk mengembangkan rasa

ingin tahu adalah banyak bertanya, banyak muncul gagasan baru dengan dorongan

ilmu atau ide lama, baik saat sedang berpikir kreatif dengan orang lain (kelompok)

maupun saat berbicara dalam pikiran dengan diri anda sendiri (Pengolahan).

Karakteristik berpikir kreatif itu mengekplorasi berbagai pilihan dan

kemungkin membantu merangsang imajinasi dan imajinasi itu sangat penting bagi

kreatifitas. Pada saat metode pembelajaran diskusi kelompok peneliti mengamati

karakteristik yang keluar pada siswa antara lain pemikiran yang menghubungkan

antara pemikiran siswa yang lain, karena kreatif itu menggunakan ide-ide orang lain

ada nilain besar dalam kemampuan menghubungkan suatu ide dengan ide yang

(35)

2. Strategi peningkatan berpikir kreatif pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam siswa kelas XI di MA Ma’arif Udanawu Blitar dengan

metode diskusi kelompok.

Strategi peningkatan berpikir kreatif adalah strategi untuk peningkatan

kemampuan berpikir kreatif, merupakan strategi pembelajaran yang menekankan

kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini dengan metode

pembelajaran diskusi kelompok. Pada proses pembelajaran dalam motode diskusi

kelompok materi tidak disajikan begitu saja kepada siswa. Akan tetapi siswa

dibimbing untuk menemukan sendiri melalui strategi yang telah di siapkan untuk

dapat mengetahui peningkatan berpikir kreatif siswa, bukan berarti guru

membiarkan siswa dalam pembelajaran akan tetapi ada bimbingan agar siswa tetap

dalam koridornya.

Pada proses pembelajaran didalam kelas peneliti menemukan strategi untuk

meningkatkan berpikir kreatif siswa yaitu a) pemberian motivasi, motivasi sangat

penting bagi siswa mengingat motivasi merupakan dorongan yang dapat

mempengaruhi semangat belajar b) memberi tahu tujuan dari metode pembelajaran,

tujuan dari pemberitahuan model pembelajaran ini agar siswa tertarik mengikuti

pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat sampai. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode diskusi kelompok, metode yang jarang diterapkan

dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, sehingga siswa tertarik mengikuti

pembelajaran dengan ketertarikan ini maka dapat ditarik kesimpulan strategi

peningkatan berpikir kreatif siswa terbentuk c) Pemberian soal analisis yang perlu

(36)

Madrasah Aliyah sudah harus dapat menelaah tentang asal usul, perkembangan,

perenan kebudayaan, peradapan Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam

sejarah Islam dimasa lampau, maka dengan itu peneliti membuat soal analisis yang

telah disepakati dengan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Bu

Badriyah.

Dalam penelitian ini peneliti bersama guru mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam Bu Badriyah juga membadingkan berpikir kreatif siswa pada

saat metode pembelajaran dengan ceramah dan dengan metode diskusi kelompok.

Alhasil siswa lebih kreatif dalam pemecahan soal analisis dengan metode diskusi

kelompok, maka dengan itu peneliti mengetahui startegi peningkatan berpikir

kreatif siswa.

3. Proses peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas XI di MA Ma’arif Udanawu Blitar

dengan metode diskusi kelompok.

Pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok merupakan proses

peningkatan kemampuan berpikir kreatif membantu siswa untuk lebih memperoleh

informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir. Proses pembelajaran harus benar

benar memperhatikan keterlibatan siswa. Selama ini, aktivitas pembelajaran di

sekolah menengah dalam penelitian ini di Madrasah Aliyah Ma’arif Udanawu

Blitar masih banyak menekankan pada kemampuan berpikir kreatif pada tingkat

dasar, belum memaksimalkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Kemampuan proses berpikir kraetif juga sangat penting bagi perkembangan

(37)

dapat berhasil. Salah satu metode yang peneliti gali adalah dengan menggunakan

metode diskusi kelompok yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu

permasalahan dalam kemampuan berpikir kreatif pada tingkat dasar.

Keberhasilan proses peningkatan berpikir kreatif dalam pembelajaran tidak

terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang

berorientasikan pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di

dalam proses pembelajaran. Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran

yang efektif, maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai

berkenaan dengan konsep dan cara-cara mengimplementasikan model-model

tersebut dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini guru telah menerapkan

metode pembelajaran diskusi kelompok sehingga intensitas keterlibatan siswa

sangat besar.

Pada saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam peneliti mengikuti

perkembangan proses berpikir kreatif siswa yang mulanya pembelajaran dengan

metode ceramah dan dilanjutkan dengan pemberian soal uraian analisis yang telah

disepakati oleh guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk melihat

seberapa jauh perkembangan proses berpikir kreatif siswa. Pada pertemuan

selanjutnya dengan metode pembelajaran diskusi kelompok, siswa diberikan

beberapa soal yang hampir sama. Terbukti setelah peneliti bersama guru mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mengoreksi hasil soal analisis siswa, siswa

lebih tajam saat menjawab soal-soal yang diberikan, selain itu pada saat

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Nama Subjek Penelitian (Wawancara dan kode siswa)

Referensi

Dokumen terkait

• Pos Luar Biasa  kerugian yang timbul dari kejadian atau transaksi yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi • Harga Pokok Penjualan  jumlah yang harus

 Suatu anak panah ( arrow ) biasanya dipergunakan untuk mewakili suatu kegiatan dengan ujungnya menunjukkan arah kemajuan dalam proyek.  Hubungan suatu kegiatan dengan kegiatan

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan apabila diwakilkan diharapkan membawa surat kuasa, serta membawa berkas klarifikasi 1 (satu) Dokumen

[r]

Hambatan-hambatan dalam penanganan perbedaan individual pada proses pembelajaran stenografi di SMK Negeri Bidang Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Administrasi

[r]

menghapus  giudice isfrnc/toYt' (model  hakim komisari~   Pcrancis  dan  Bela;,da)  dan  menggantikannya  dengan  lembaga  baru  yang  disebut  giudice per Ie intltlgini

[r]