• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT SISWA KELAS IV SDN 10 POASIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT SISWA KELAS IV SDN 10 POASIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

[82]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT SISWA KELAS IV SDN 10 POASIA

Oleh: Nurhan

Guru SDN 10 Poasia Kendari Email: nurhan@gmail.com

Abstrak: Menulis adalah keterampilan yang harus dimiliki siswa yang termasuk dalam keterampilan dalam berbahasa indonesia perlu dilatihkan sedini mungkin. Kenyataannya hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis surat untuk teman sebaya masih banyak yang belum mencapai KKM dan proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah Think Talk Write karena dalam proses pembelajarannya dapat melatih siswa berpikir dan mengembangkan keterampilan menulisnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan dua siklus penelitian. hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapka model TTW nilai siswa yang dapat mencapai KKM persentasenya bertambah pada tiap siklusnya. Selain itu persentase aktivitas guru pada tiap siklus pembelajarannya pun bertambah, ini menunjukan bahwa aktivitas yang guru lakukan berdampak pada hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Think Talk Write, Keterampilan menulis surat

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum, kajian materi Bahasa Indonesia diajarkan mengenai keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Slamet, 2008: 4). Pembelajaran Bahasa Indonesia bukan lagi menekankan pada pengetahuan bahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa yang diberikan secara terpadu yaitu meliputi keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

Menulis dan membaca merupakan aktivitas komunikasi ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi (Slamet, 2008: 95). Kebiasaan menulis tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan membaca. Meskipun belum tentu membawa kebiasaan menulis, kebiasaan membaca akan memperluas pengetahuan dan wawasan. Pengetahuan dan wawasan menjadi dasar kegiatan menulis dan kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti kebiasaan membaca.

Pembelajaran menulis diajarkan di sekolah dasar sejak kelas I sampai dengan kelas VI. Kemampuan menulis di kelas I dan II merupakan kemampuan awal atau tahap permulaan. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di kelas I dan II disebut pembelajaran menulis permulaan.

Sedangkan di kelas III, IV, V, dan VI disebut pembelajaran menulis lanjut. Jadi, di sekolah dasar ada dua jenis menulis, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut.

(2)

[83] tersebut hendaknya seorang guru harus bisa memberikan inovasi dalam pembelajaran menulis. Perlu adanya kajian lebih lanjut dalam memilih teknik maupun model pembelajaran yang tepat sehingga bisa merangsang siswa untuk tertarik dalam pembelajaran menulis surat untuk teman sebaya.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis pada siswa. Proses awal pembelajaran yang baik adalah dimana peran dari seorang guru sebagai fasilitator untuk memberikan materi yang mudah diterima dan dikuasai siswa. Secara tidak langsung siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi verbal (berbicara) dan visual (menulis).

Ketepatan penggunaan model pembelajaran terhadap suatu materi dapat menentukan keberhasilan suatu pengajaran. Dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IV terdapat materi menulis surat untuk teman sebaya. Model yang tepat untuk pembelajaran menulis surat untuk teman sebaya adalah model think talk write yakni model pembelajaran yang di desain untuk meningkatkan tanggungjawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus bisa membagi ide (sharing) dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya. Oleh sebab itu penulis melakukan sebuah studi yaitu, tentang “Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Siswa Kelas IV SDN 10 Poasia”

Model pembelajaran think talk write merupakan salah satu dari metode pembelajaran kooperatif (cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif menekankan prinsip kerja sama dalam belajar. Menurut Slavin (Asma, 2006: 11) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar-mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.

Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Newman (Asma, 2006 :11) yang menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil

dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau menyelesaikan suatu tujuan bersama.

Lie dalam Anam, (2000: 2) mengemukakan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa, yaitu: (1) meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa yang lain; (2) akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan; (3) Partisipasi siswa pembelajaran dapat meningkat; (4) Mengurangi kecemasan siswa; (5) Meningkatkan motivasi diri, sikap positif; dan (6) Meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran think talk write ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

Think (berpikir) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Dalam berpikir, otak seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Dalam berpikir menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Cara berpikir ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. (Hernacky, 1992: 152). Talk (komunikasi lisan) dapat digunakan dalam segala macam situasi belajar, namun tidak merupakan satu-satunya alat. Bagi kelas-kelas rendah di SD mungkin komunikasi lisanlah yang paling efektif. Akan tetapi di kelas-kelas yang lebih tinggi, bila anak-anak telah pandai membaca, bahan tertulis, dan gambar-gambar tidak kurang efektifnya dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi lisan (berbicara) banyak manfaatnya dalam berbagai situasi belajar, seperti memberi bimbingan belajar, dalam memberikan feedback atau balikan, atau memulai topik baru. (Nasution, 1992: 195-196).

(3)

[84] Metode pembelajaran think talk write ini menurut Arends dalam Asma (2006:16) mengandung unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yakni:

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan atau akan diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

Ciri-ciri Metode pembelajaran kooperatif think talk write sebagai berikut. 1) siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender, dan 4) penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

Menurut Ansari (2008: 89) langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran think talk write adalah sebagai berikut:

1. Guru membagikan lembaran Kerja Siswa (LKS) yang memuat soal yang harus dikerjakan oÌeh siswa serta petunjuk pelaksanaannya. 2. Siswa membaca teks dan membuat catatan

kecil berupa hal- hal yang diketahui dan tidak diketahui (think).

3. Siswa berinteraksi dan bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk membahas isi catatan kecil pribadi (talk).

4. Síswa mereduksi sendiri pcngetahuan yang memuat pemahaman ke dalam tulisan naskah drama (write).

Menurut Silver dan Smith (dalam Ansari, 2008: 90), menjabarkan peranan dan tugas guru dalam mengefektifkan penggunaan model pembelajaran think talk write antara lain sebagai berikut:

(a)mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan mendorong siswa untuk berpikir, (b) mendengar secara hati-hati ide siswa, (c) menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan, (d) memusatkan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi, (e) memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan, menggunakan model membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, (f) menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

Oleh karena itu, model think talk write ini menitikberatkan peranan siswa selama proses pembelajaran berlangsung secara efektif pada pemberi tugas, membuat catatan kecil atau merefleksi, dan mereka berkolaborasi pada penyelesaian tugas dalam satu tim heterogen yang terdiri dari anggota kelompok 3-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda.

Menurut Santoso, dkk (2008: 6.14) menulis dapat dianggap sebagai proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Dilihat dari prosesnya, menulis mulai dari hal yang tidak tampak baru menjadi sebuah tulisan yang utuh. Hal ini dikarenakan apa yang hendak ditulis masih dalam bentuk pikiran, bersifat sangat pribadi. Menulis dan mengarang merupakan dua hal yang dianggap sama pengertiannya oleh sebagian ahli dan berbeda oleh sebagian ahli lainnya. Menurut Crimmon dalam Slamet (2008: 97), menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan jelas.

(4)

[85] a) adanya kesatuan gagasan, b) penggunaan kalimat yang jelas dan efektif, c) paragraf disusun dengan baik, d) penerapan kaidah ejaan yang benar, dan e) penguasaan kosakata yang memadai. Santosa, dkk (2008: 6.15) memberikan kiat-kiat agar siswa mudah dalam menulis yang merupakan suatu proses, yaitu sebagai berikut:

a) langsung menulis teori belakangan b) mulai dari manapun boleh

c) belajar sambil bercanda

d) pembelajaran menulis non linear, yaitu tidak harus berdasarkan urutan dari a sampai z

e) berbicara meniru mendengarkan, menulis meniru membaca.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang hasilkan produk yaitu tulisan tersebut. Selain itu, menulis merupkan suatu kemapuan berbahasa yang bersifat produktif, karena menulis aktivitas pnuangan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat, dan menjadi suatu gagasan. Menulis merupakan salah satu bentuk komuniasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan.

Surat menurut Setiawa, dkk (2010) surat merupakan komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi pernyataan, pesan, kepada pihak laian yang mempunyai keperluan kegiatan dengan berbagai pihak tertentu. Pendapat lain diungkapakan Sedarmayanti (2001: 162) menyatakan surat adalah alat komuniasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditunjukan kepada pihak lain untuk meyampaikan berita.

Warsanto (1997: 120) surat adalah sejenis warkat yang dipergunakan sebagai sarana komunikasi tertulis antara pihak pertama dengan pihak lain dengan menggunakan kertas berukuran tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa surat merupakan bentuk komunikasi tertulis yang dilaksanakan dengan menggunakan kertas, selain itu surat berisikan informasi yang berasal dari satu pihak kepada pihak lainnya.

Dalam penelitian ini kemampuan menulis yang dimaksud adalah kemampuan menulis surat untuk teman sebaya. Adapun aspek yang dinilai dalam penulisan surat untuk teman sebaya seperti yang disyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) adalah; (1) bahasa yang digunakan, (2) bentuk surat, (3) ejaan, (4) isi surat

METODE PENELITIAN

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode PTK Kemmis dan MC Taggart. Pertimbangan ini didasarkan pada tujuan dari penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil belajar dan daya serap siswa terhadap materi pokok Tumbuhan Hijau, serta memperbaiki kinerja guru dalam mengelola pembelajaran IPA. Selain itu juga model penelitian ini karena Model Kemmis dan Taggart dicirikan satu kali tindakan sama dengan satu kali pelaksanaan pembelajaran (mulai dari membuat RPP hingga evaluasi keseluruhan) sama dengan satu siklus tindakan (dalam Wardani. Dkk. 2006:2.4).

Gambar 1: Alur Dasar Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & MC Target

Kegiatan penelitian tindakan kelas inni dilakukan dalam pembelajaan bahasa Indonesia di kelas IV SDN 10 Poasia pada semester ganjil. Subjek dalam penellitian ini adalah siswa keelas IV yang berjumlah 42 siswa, yang terdiri dari 9 laki-laki dan 33 perempuan.

(5)

[86] dan dihitung tingkat ketuntasan belajarnya dengan menggunkan rumus:

Secara individu

(Kasim. 2008:85) Menentukan presentase ketuntasan belajar

Dengan:

TB = Tingkat Ketuntasan Belajar

∑TB = Jumlah siswa pada kategori tuntasan belajar

N = Jumlah siswa secara keseluruhan Menentukan nilai rata-rata dengan menggunakan rumus:

Dengan:

X = Nilai rata-rata N = Jumlah siswa Xi = Skor tiap siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan melibatkan 42 orang siswa kelas IV SDN 10 Poasia. Penelitian berlangsung selama dua miggu dimana setiap minggunya pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan. Setiap siklus penelitian dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama berlangsungnya proes pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis surat untuk teman sebaya, pertemuan ke dua peneliti melakukan tes hasil belajar bahasa Indonesia materi menulis surat untuk teman sebya. Berikut ini akan dijabarkan hasil tes belajar dan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung:

1. Hasil Belajar

Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada setiapsiklus menunjukan peninkatan jumlah siswa yang dapat mencapi KKM, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Persentase Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus

Berdasarkan gambar 2, persentase jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 52% atau sekitar 22 orang siswa yang tuntas belajar, jumlah ini masih jauh dari inidikator kinerja yaitu 75% dari jumlah siswa tuntas dalam belajar. Sedangkan, siswa yang belum tuntass belajar adalah 47,61% atau setara dengan 20 orang siswa. Pada proses pembelajaran di siklus satu terlihat siswa terihat masih sedikit bingung dengan LKS yang diberikan guru, pemberian LKS bertujuan untuk merangsang siswa agar dapat mengembangkan cara berpikirnya. Dengan LKS siswa diharapkan dapat mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pertayaan yang diberikan, dengan cara tersebut siswa berpikir (think) dan mencatat hal-hal yang diperlukan dalam proses pembelajarannya. Kenyataanya di kelas siswa belum mampu melakukan secara mandiri, siswa senantiasa berteriakan meminta bantuan kepada guru. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan cara belajar yang diterapkan guru.

Pada tahapan selanjutnya yaitu berbicara (talk) dalam tahap ini siswa juga belum mampu untuk dapat mengungkapkan pendapat pada kelompknya. Dalam pembagian kelompok disikusi guru membagi siswa secara hetrogen. Diamana yang aktif di sebar pada setiap kelompok dengan harapan siswa yang pasif dapat termotivasi hingga dapat berpartisipasi aktif dalam proses diskusi. Dalam proses dikusi ini siswa yang terlibat aktif dalam diskusi masih minim, bahkan ada siswa yang terlihat sibuk sendiri dengan buku catatannya setelah di hampiri ternyata siswa tersebut sedang menggambar. Proses diskusi pun tidak berjalan sesuai yang diharapkan oleh guru.

(6)

[87] teman kelompoknya. Pada tahapan ini surut yang ditulis siswa dikumpulkan dan dinilai oleh guru sebagai prodak hasil belajar. Surat yang dibuat dinilai adapun aspek yang dinilai adalah; bahasa yang digunakan, bentuk surat, ejaan dan isi surat.

Berdasarkan gaya bahasa yang digunaka siswa masih banyak menggunakan gaya bahasa yang tidak baku atau gaya bahasa yang digunkan dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini, berdampak pada penilaian ejaan dan penulisan tanda baca yang digunakan kurang tepat. Selain itu bentuk surat yang dibuat oleh siswa serupa kurang bervariasi. Oleh sebab itu hasil belajar siswa pada siklus satu yang dapat mencapai KKM masih sangatlah rendah.

Hasil refleksi dari sisklus menunjukan bahwa siswa belum terbiasa dengan model yang diterapkan, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran masihlah rendah, dalam proses pengumpulan informasi siswa masih tergolong pasif dan masih mengharapkan informasi dari guru. Perlu ada perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya seperti guru menyiapkan bahan bacaan sebagai sumber informasi, selain ituh guru juga hasus menyiapkan contoh-contoh surat untuk teman sebaya agar surat yang dibuat siswa lebih bervariasi.

Pada siklus dua siswa mulai terlihat aktif dalam proses pembelaran, tertarik terhadap bahan bacaan dan contoh-contoh yang dibawa oleh guru. Sehingga pada saat berdiskusi siswa sudah mulai terlihat aktif karena siswa mendapat informasi dan contoh yang berbeda. Antusias belajar meningkat siswa yang pada saat sikuls satu menggambar mulai terlihat aktif terlibat dalam diskusi. Pada akhir pembelajaran siswa diminta untuk membuat surat untuk teman sebaya akan tetapi berbeda dari sisklus pertaman pada siklus kedua ini siswa diminta untuk menulis surat kepada teman yang berada jauh.

Dari hasil analisis dari surat yang dibuat siswa terlihat ada perbaikan dari gaya bahas yang dibuat oleh siswa, ejaan yang yang digunakan dalam menulis surat pun mulai membaik. Akan tetapi masih banyak siswa yang belum dapat mletakan tanda baca secara tepat. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan ada peningkatan hasil belajar dari sisklus sebelumnya, dimana jumlah siswa yang dapat nilai diatas nilai KKM meningkat dibandingkan sikllus sebelumnya.

2. Aktivitas guru

Selain hasil belajar siswa, aktivitas guru selama proses pembelajaran diamati oleh teman sejawat. Berdasarkan hasil pengamatan teman sejabat diperoleh persentase keterlaksanaan keiatan pembelajaran pada setiap siklusnya, berikut ini adalah grafik presentase keterlaksanaan pembelajaran pada setiap siklus:

Gambar 3. Persentase aktivitas guru tiap siklus

Berdasarkan grafik di atas terlihat pada sikllus I guru hanya dapat melaksanakan 78% pembelajaran yang telah direncanakan dalam rancangan proses pembelajaran (RPP). Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa belum terbiasa belajar mandiri, akibatnya banyak aktivitas guru yang yang direncanakan tidak dapat terlaksana dengan baik.

Pada siklus II persentase aktivitas guru menigkat menjadi 85% hal ini dikarenakan siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan guru. Sehingga guru dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Oleh sebab itu dapat disimpulkan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV SDN 10 Poasia materi menulis surat untuk teman sebaya menunjukn bahwa aktivitas guru dan hasil belajar siswa saling mempengaruhi.

SIMPULAN

(7)

[88] dikarenakan guru mulai teriasa dengan model pembelajaran yang digunakan dan perubahan dari aktiviatas belajar siswa. Ketiga, model pembelajaran TTW secara umum dapat meningkatkan hasil belajar, oleh sebab itu model pembelajran tersebut dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B. I. (2008). Komunikasi matematik: konsep dan aplikasi. Banda Aceh: PENA. Anam, K. (2000). Implementasi cooperative

learning dan model pembelajaran dalam pembelajaran geografi. Adaptasi Model Jigsaw dan Fields Study. Jurnal Ilmu Pendidikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan. 02: 36: 0216-0847.

Asma, N. (2006). Model pembelajaran kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Hernacky, M. (1992). Quantum learning.

Bandung: Mizan.

Hastuti, U. Sri. (2008). Petunjuk praktikum mikrobiologi. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.

Kasim, Muh. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bahan Ajar. Kendari: Program S1 PGSD.

Nasution. (1992). Metode research. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Santosa, Puji, dkk. (2008). Materi dan pembelajaran bahasa indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Setiawan, O. Dkk (2010) Surat Menyurat Serbaguna. Bandung: Djambatan.

Sedarmayanti. (2001: 62) Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran, Edisi Revisi. Bandung: CV. Mandar Maju. Slamet, St. Y. (2008). Dasar-dasar keterampilan

berbahasa indonesia. Surakarta: UNS Press.

Slamet, St. Y. (2008). Peningkatan keterampilan berbahasa indonesia. Surakarta: UNS Press.

Gambar

Gambar 1: Alur Dasar Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & MC Target
Gambar 2. Persentase Hasil Belajar Siswa
grafik presentase

Referensi

Dokumen terkait

Ingat bahwa pola dari setiap subbarisan pembangkit dari kode baru adalah benar-benar sama dengan satu dari kode gray terrefleksi terkait, dengan menggunakan batas bawah yang

Judul : Sintesis Selulosa Suksinat Melalui Reaksi Esterifikasi Asam Suksinat dengan Selulosa Hasil Isolasi dari Sabut Buah Pinang ( Areca catechu L.. Mimpin Ginting, M.S

Kecewa Kasus Century, KAMMI Gelar Aksi Unjuk Rasa Di Depan Gedung DPRD Sahabat MQ/ Sekitar 30 an mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

أام ضعب مه ف رقي نأ نوعيطتسي ء او مه كلو ةيسارد ةدام ا ومهفي ها اديج امهف...

Berdasarkan dari latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana besamya pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal di

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberi saran : 1) Dalam penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ramah lingkungan dan gaya hidup merupakan faktor

Pelaksanaan program Pemitra bagi pengembangan produk olahan tepung sayuran di desa Sindon kecamatan Ngemplak kabupaten Boyolali dengan tujuan utama untuk meningkatkan

[r]