• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERAT MAKANAN DAN PERANANNYA BAGI KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SERAT MAKANAN DAN PERANANNYA BAGI KESEHATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SERAT MAKANAN DAN PERANANNYA BAGI KESEHATAN

(Diet ary Fiber and It s Rol e f or Heal t h)

Clara M. Kushart o1

ABST RACT

A st udy of f iber used epidemiol ogical approach proved t hat in indust rial count ries occurence of a west ern diseases were cl osel y relat ed t o l ow f iber diet . The ideal int ake of diet ary f iber shoul d be considered t o produce weight of f aeces equival ent t o 140 – 150 g/ day and a t ransit t ime l ess t han 3 days, however ot hers were st at ed t hat a variet y of body response may al so be considered in order t o enhance a diet ary f iber int ake, since each component of diet ary f iber gives a dif f erence physiol ogical ef f ect in t he body. Dail y requirement int ake of f iber is 25 – 30 g/ man/ day. Widyakarya (2004) st at ed t hat RDA of diet ary f iber f or adul t and adol escence is 19 – 30 g/ cap/ day, and f or chil dren 10 – 14 g/ 1000 kcal . A diet cont ained high f iber has a posit ive ef f ect t o healt h. However, a f urt her st udy is st il l needed wit h regards t o ant agonist ic rol e if it is over consumed. Fiber has a unique roles as a component of prebiot ic, which is usef ul f or growt h of int est inal microf l ora, and probiot ic microf l ora.

Keywords: diet ary f iber, int est inal microf l ora, prebiot ic, probiot ic.

PENDAHULUAN1

Dibandingkan dengan prot ein, lemak dan karbohidrat selama ini pembahasan mengenai serat makanan seringkali t erabaikan. Serat t er- masuk bagian dari makanan yang t idak mudah diserap dan sumbangan gizinya dapat diabai- kan, namun serat makanan sebenarnya mem- punyai f ungsi pent ing yang t idak t ergant ikan oleh zat lainnya.

Waspadj i (1989) dalam pembahasannya mengenai diabet es mellit us dan serat mene- rangkan, bahwasanya serat larut yang berben- t uk viskus dapat memperpanj ang wakt u pengo-

songan lambung. Serat larut guar dan pekt in

memperpanj ang wakt u t ransit di usus, sebalik- nya serat t idak larut memperpendek wakt u t ransit di usus. Serat makanan berpengaruh j uga pada pelepasan hormon int est inal, dapat mengikat kalsium, zat besi, seng dan zat or- ganik lainnya, j uga dapat mengikat kolest erol dan asam empedu sehingga berpengaruh pada sirkulasi ent erohepat ik kolest erol. Dalam usus besar, serat dapat dif erment asi oleh bakt eri kolon dan dapat menghasilkan asam lemak rant ai pendek yang mungkin dapat mengham- bat mobilisasi asam lemak dan mengurangi glukoneogenesis. Hal ini akan berpengaruh pa- da pemakaian glukosa, sekresi insulin dan pe- makaian glukosa oleh sel hat i.

Selanj ut nya peran serat dalam pence-

gahan kanker kolon dibahas oleh Daldiyono et

1

St af Pengaj ar Depart emen Gizi Masyarakat , Fakult as Ekol ogi Manusia (FEMA), IPB.

al. (1990), dikat akan bahwa serat makanan

t erut ama yang t erdiri dari selulosa, hemiselu- losa dan lignin sebagian besar t idak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim dan bakt eri di dalam t rakt us digest ivus. Serat makanan ini akan menyerap air di dalam kolon, sehingga volume f eses menj adi lebih besar dan akan merangsang syaraf pada rekt um, sehingga me- nimbulkan keinginan unt uk def ikasi. Dengan demikian t inj a yang mengandung serat akan lebih mudah dieliminir at au dengan kat a lain

t ransit t ime yait u kurun wakt u ant ara masuk- nya makanan dan dikeluarkannya sebagai sisa makanan yang t idak dibut uhkan t ubuh menj adi lebih singkat . Wakt u t ransit yang pendek, me- nyebabkan kont ak ant ara zat -zat irit at if de- ngan mukosa kolorekt al menj adi singkat , se- hingga dapat mencegah t erj adinya penyakit di kolon dan rekt um. Di samping menyerap air, serat makanan j uga menyerap asam empedu sehingga hanya sedikit asam empedu yang da- pat merangsang mukosa kolorekt al, sehingga t imbulnya karsinoma kolorekt al dapat dicegah.

Ranakusuma (1990) menj elaskan, bahwa serat makanan j uga berguna mengurangi asup- an kalori. Diet seimbang rendah kalori disert ai diet t inggi serat bermanf aat sebagai st rat egi menghadapi obesit as.

SERAT MAKANAN (DIET ARY FIBER)

Dalam ilmu gizi, serat sayuran dan buah

yang kit a makan disebut serat kasar (crude

(2)

Tabel 1. Hubungan Konsumsi Zat Gizi dengan Kej adian Kanker Kolon di Berbagai Benua

Masyarakat

Benua Sayur Buah Protein Lemak Serat

Insiden Kanker Kolon

Eropa/ Amerika Sedikit Banyak Banyak Sedikit Tinggi

Asia Banyak Sedikit Sedikit Banyak Rendah

Af rika Banyak Sedikit Sedikit Banyak Rendah

Sumber: Daldiyono et al . (1990)

makanan yang t idak hanya t erdapat pada sayur dan buah, t et api j uga ada dalam makanan lain misalnya beras, kent ang, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Serat dalam makanan lazim di- sebut sebagai diet ary f iber sangat baik unt uk kesehat an manusia. Serat makanan ini semakin mendapat perhat ian sej ak t ahun 1970-an yait u sej ak kelompok penelit i Burkit t et al. (1972) dan Trowel (1972) memelopori penelit ian serat dengan pendekat an epidemiologi. Hasil pene- muannya menunj ukkan bahwa pada masyara-

kat dengan west ern diet yang umumnya ren-

dah serat , banyak dit emukan orang yang mengidap berbagai penyakit sepert i divert icul- it is, kanker kolon, at herosklerosis, coronary

heart disease, diabet es mellit us dan

appendicit is (Tabel 1).

Serat adalah bagian dari t anaman yang t idak dapat diserap oleh t ubuh. Namun akhir-akhir ini ist ilah serat mangalami perkem- bangan dengan pengert ian yang lebih t epat sehubungan dengan perannya di dalam t ubuh. Dalam ilmu gizi, pengert iannya dij elaskan se- bagai al l st ruct ural mat erial s of t he plant cel l t aken in our diet which are resist ant t o digest ive t ract (Speller, 1975). Dalam kepus-

t akaan t erakhir disebut sebagai unavail abl e

carbohydrat es dan bagian t anaman yang dise- but lignin, yang t idak dapat diserap t ubuh se- bagai crude f iber adalah non-karbohidrat .

Tabel 2. Klasif ikasi Serat Makanan

Tipe Komponen Efek Faali Sumber

Ut ama

*Tidak Larut Non KH

Lignin Tidak j elas Semua

t anaman KH Selolosa

Hemiselolosa

Massa t inj a/ Wakt u t ransit

Semua t anaman Sayuran, gandum *Larut

KH Pekt in Gum

Wakt u pengosongan lembung; ef ek met abol ik

Kacang-kacangan

Sumber: Waspadj i (1990)

Dengan demikian agar t idak salah dalam pengert iannya, maka ist ilah diet ary f iber digu

-nakan unt uk membedakan serat makanan

dengan crude f iber, yait u semua polisakarida

dan yang t idak t erhidrolisa oleh kerj a sekresi usus manusia.

Pengukuran karbohidrat dengan met ode

by dif f erence dalam memperkirakan j umlah

energi yang diperoleh dari pangan, seringkali memberikan inf ormasi yang salah saat membe-

dakan j enis karbohidrat yang t ermasuk avail -

abl e dan yang non-avail abl e (Sout hgat e, 1975). Hal t ersebut Sama sulit nya saat mem-

perkirakan int ik t rue diet ary f iber denga

mempergunakan Daf t ar Komposisi Bahan Ma- kanan (DKBM) yang t idak mencant umkan nilai

serat at au hanya menggunakan nilai t rue crude

f iber. Int ik diet ary f iber serat dalam makanan

biasanya beberapa kali lipat int ik crude f iber

t ermasuk unavail abl e carbohydrat es.

Unt uk penerapannya perlu diket ahui ba- han makanan apa yang banyak mengandung serat . Pada Tabel 3 t erlihat kandungan serat kasar pada berbagai j enis bahan makanan.

Cont oh bahan penukar yang dapat di- pakai sert a j umlah serat nya dapat dilihat pada Tabel 4. Dalam t abel t ersebut dicant umkan pula cont oh menu t inggi serat yang dapat diberikan pada penderit a diabet es mellit us, baik unt uk sehari-hari maupun yang dirawat .

Kecukupan asupan serat kini dianj urkan semakin t inggi, mengingat banyak manf aat yang mengunt ungkan unt uk kesehat an t ubuh,

adequat e int ake (AI) unt uk serat makanan se- bagai acuan unt uk menj aga kesehat an saluran pencernaan dan kesehat an lainnya kini t elah dikeluarkan oleh Badan Kesehat an Int ernasion- al. AI unt uk serat makanan bagi orang dewasa adalah 20-35 g/ hari (Fransisca, 2004). Sebe- lumnya menurut Sout hgat e (1972) hanya 16-28 g/ hari (Sout hgat e, 1975) at au 1-4% dari crude int ake Brit ish diet s (Sout hgat e, 1973). Serat

makanan dalam American diet s diperkirakan

(3)

kecukupan serat yang dianj urkan 25g/ 1000 kal, dan menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004) angka kecukupan serat bagi orang dewasa ada- lah 19-30 g/ kap/ hari sedangkan bagi anak-anak adalah 10-14 g/ 1000 kkal. Speller et al.

(1975), dan St asse et al. (1989) menyarankan

int ik ideal dari diet ary f iber unt uk memper-

oleh berat f eses 140 – 150 g/ hari dan t ransit

t ime kurang dari 3 hari. Namun, beberapa

penelit i mengemukakan adanya keragaman di dalam respon t ubuh unt uk meningkat kan int ik serat makanan, karena komponen serat yang berbeda akan memberikan ef ek f isiologis yang berbeda pula.

Tabel 3. Jenis Pangan Tinggi Serat Makanan

Selulosa Hemiselulosa Pektin

Gandum Bekat ul Keluarga kol Kacang-kacangan Apel

Umbi-umbian

Bekat ul Padi-padian Bij i-bij ian Gums, Oat meal’ s Kacang kering

Kacang-kacangan lainnya

Apel Jeruk St rawberi Lignin

Sayuran masak Gandum Di Negara Barat yang dianj urkan sebagai sumber serat , ant ara lain: Beras merah

Couscous Barley Oat

Bulgur Kasha Cornmeal Popcorn

Polong-pol ongan

Bahan makanan di Indonesia yang diket ahui mengandung t inggi serat , ant ara lain: Golongan bahan penukar karbohidrat :

Ubi j alar Singkong Tales Sukun

Jagung Kent ang Ganyong Gembili

Hevermout

Golongan bahan penukar sumber prot ein nabat i: Kacang bogor

Kacang hij au Kacang t olo

Tempe Kacang merah Kacang t anah

Wij en

Golongan Sayuran A: Daun bawang Bawang prei Kecipir muda Jamur segar Daun bawang put ih Toge

Kangkung Tomat Lobak Kembang kool Daun seledri Cabai hij au besar Golongan Sayuran B:

Buncis Daun kelor Daun mengkudu Daun singkong Paria put ih Daun melinj o Buah kelor Kulit melinj o

Daun kacang panj ang Daun kemanggi Daun kat uk Daun singkong Daun ubi j alar Encung asam Uceng Golongan buah:

Jambu bij i Belimbing Jambu bol Kedongdong

Anggur Nangka masak Markisa

Sumber: Waspadj i (1990)

Tabel 4. Kandungan Serat Kasar Berbagai Jenis Bahan Makanan

Bahan Makanan Berat Satu Penukar Kandungan Serat

Dalam 100 g Dalam 1 penukar

Gol ongan (sumber karbohidrat ) I : 1. Nasi

2. Jagung 3. Kent ang

100 100 200

0. 2 1. 65

0. 4

0. 2 1. 65

(4)

Tabel 4. Lanj ut an

Bahan Makanan Berat Satu Penukar Kandungan Serat

Dalam 100 g Dalam 1 penukar 10. Tepung sago 11. Mie kering

2. Kacang kedelai 3. Kacang merah 4. Kacang t anah

Golongan (sayur-sayuran) IV: Kelompok A

1. Baligo 2. Daun bawang 3. Daun kacang panj ang 4. Jamur segar

(5)

Tabel 4. Lanj ut an

Bahan Makanan Berat Satu Penukar Kandungan Serat

Dalam 100 g Dalam 1 penukar 5. Daun singkong 6. Daun pepaya 7. Jant ung pisang 8. Kacang panj ang 9. Labu siam 10. Nangka muda 11. Pare

Golongan (buah-buahan) V : 1. Alpokat 12. Nangka masak 13. Pepaya

Golongan (susu dan hasil olahannya) VI : 1. Susu sapi

2. Susu kambing 3. Susu kerbau 4. Susu kent al t awar 5. Joghurt

6. Tepung susu penuh 7. Tepung susu skim

200

Golongan (minyak dan lemak) VII :

1. Minyak goreng 2. Margarine

(6)

PROSES PENCERNAAN DAN PENYERAPAN

DIET ARY FIBER

Ada berbagai komponen kimiawi dan si- f at -sif at f isik spesif ik yang dit emukan dalam serat makanan, dan hal ini akan mempenga- ruhi kondisinya di dalam usus. Menurut Mendelof f (1975), meskipun proses pengunyah- an sayuran dan buah di dalam mulut dapat menst imulir kerj a maksimal dari bagian pha- rynx, namun saat t erj adi proses penelanan (swal l owing) serat nya belum mengalami peru- bahan. Demikian j uga pada bread-cereal s t idak

berbeda nyat a dengan yang ada pada whit

e-bread. Di dalam lambung, kelompok sayuran

berserat t inggi, bila dimakan ment ah akan la- ma berada di lambung dibandingkan dengan yang sudah dimasak sedangkan kelompok ka-

cang-kacangan (nut s) yang berserat t inggi

membut uhkan wakt u pengosongan lebih lama dibandingkan dengan j enis makanan lainnya, karena lebih banyak mengandung lemak. De- ngan penelit ian mempergunakan radio isot op, diket ahui bahwa diet yang relat if kaya karbo- hidrat akan lebih cepat meninggalkan lambung dan lebih cepat melalui usus halus dibanding- kan dengan diet yang mengandung rot i yang t erbuat dari t epung rendah ekst raksi (Mc

Cance et al ., 1953). Namun demikian, sulit

memperlihat kan kont ribusi serat pada f ungsi normal organ pencernaan lain, sepert i pankre- as dan kant ong empedu dan penyerapan dalam usus halus berkait an dengan zat -zat gizi lainnya (Sout hgat e, 1975).

Hampir semua f ungsi met abolisme serat makanan berkait an dengan kolon. Flora bak- t eri bekerj a akt if di dalam kolon. Set elah men- capai kolon, serat relat if t idak ada perubahan saat di lambung dan usus halus. Met abolisme bakt eri ini menyebabkan pemecahan serat ma- kanan di dalam kolon. Lebih kurang separuh dari serat makanan (t erut ama yang t ermasuk

unavail abl e carbohydrat e) dalam west ern diet

akan diurai oleh kerj a enzim dan bakt eri usus menj adi produk-produk sebagai berikut : a. Dirombak menj adi: :

1). 50 % serat t idak t ercerna (undigest ed cel l ul ose).

2). 50 % asam lemak berant ai pendek (short chain f at t y acid), air, CO2, H dan met ana.

b. Dipergunakan oleh t ubuh:

1). Sedikit f raksi ai r akan diserap oleh bak- t eri usus at au diserap oleh serat melalui

hydrophobic binding.

2). Asam empedu deoksikolat (deoxy chol ic

acid), asam lit okolat (lit ho-colic acid

diserap unt uk membent uk koloni bakt e-

ri. Kedua asam empedu ini bersif at ko-karsinogen at au membant u memperce- pat pert umbuhan karsinoma. St alder (1984) membukt ikan korelasi posit if an- t ara kadar asam empedu dengan insiden kanker kolon.

3). Asam lemak volat il (aset at , but irat , propianat ) merupakan anion ut ama di dalam f eses, kemurnian lemak larut air mempunyai ef ek osmot ik, dan ef ek pen- cahar unt uk perist alsis.

4). Hidrogen and CO2, gas met ana yang me-

ningkat kan f lat ulens, sebagai hidrogen

bebas melalui naf as/breat h hidrogen

5). Meningkat kan kandungan dan berat / vo- lume f eses.

Serat makanan dapat berikat an dengan garam asam lemak di dalam usus halus, dan kemudian dilepaskan unt uk kerj a bakt eri di dalam kolon. Kandungan serat yang t inggi

dalam diet akan meningkat kan f ecal out put.

Di bagian at as usus, conj ugat ed bile acids

berperanan dalam pembent ukan micelle de- ngan lipid dan t idak diserap oleh serat (East wood et al. , 1968). Di dalam kolon, asam empedu bebas akan banyak diserap oleh serat makanan.

Mengingat serat makanan t idak dicerna di dalam usus, maka t idak berkepent ingan de- ngan pembent ukan energi. Akan t et api serat dimet abolisme oleh bakt eri yang berada dan melalui saluran pencernaan. Pengaruh nyat a yang t elah dibukt ikan adalah bert ambahnya volume f eses, meningkat kan pengaruh laksa- t if , melunakkan konsist ensi f eses, memperpen- dek t ransit t ime di usus, memproduksi f lat us, hasil produksi met abolisme bakt eri dan keluar- an anion organiknya akan mengubah garam empedu dan asam lemak berant ai pendek yang mengunt ungkan kesehat an.

Walaupun pembahasan di at as menun- j ukan pengaruh nyat a dari serat makanan, namun dat a dari berbagai negara yang sudah berkembang menunj ukkan bahwa konsumsi se- rat makanan dalam j umlah yang besar j uga akan menyebabkan t erj adinya penyumbat an usus yang disebut volvulus pada kolon. Heat on (1973), memberi beberapa t anggapan bahwa- sanya serat makanan j uga mempunyai penga- ruh ant agonit is unt uk kesehat an. Ada t iga hal yang harus dicermat i dalam hal ini berkait an dengan int ik energi:

1.Diet ary f iber menyebabkan displ aces avail -

abl e nut rient s. Serat menyebabkan displ a-

ces energy karena menempat i ruang bagi

(7)

2.Proses pengunyahan serat secara

perlahan-lahan, akan menurunkan rasa puas/sat iet y.

Serat akan memperlambat keinginan unt uk makan, dan merasa kenyang. Int ik yang t erbat as j umlahnya akan merangsang lang- sung pengeluaran saliva/ air ludah dan akan

memperlambat f ase cephal ic sekresi cairan

lambung.

3.Diet ary f iber menurunkan ef isiensi makanan yang diserap. Hal ini merupakan pengaruh dari serat yang memberi muat an, menurun- kan t ransit t ime sehingga memperkecil wak- t u unt uk pencernaan dan penyerapan yang t erj adi dalam t ubuh, dan pada saat yang bersamaan dif usi dari hasil proses pencerna- an melalui hilus menj adi t erbat as. Dinding sel t anaman, akan membat asi proses dif u- si, akan menahan zat gizi yang t ersedia pa- da cairan usus dan enzim pencernaan (Sout hgat e, 1975).

ASPEK BIOKIMIA DAN GIZI SERAT MAKANAN SEBAGAI PREBIOTIK

Perkembangan penelit ian membukt ikan bahwa meski t idak mengandung zat gizi, serat mempunyai f ungsi yang t idak t ergant ikan oleh zat lainnya dalam memicu t erj adinya kondisi f isiologis dan met abolik yang dapat memberi- kan perlindungan pada kesehat an saluran pen- cernaan, khususnya usus halus dan kolon.

Berbagai penelit ian dan review lit erat ur mem-

berikan dat a yang mendukung peranan serat

makanan at au diet ary f iber dalam memicu

pert umbuhan bakt eri asam lakt at (Lact oba- cillus) yang mempunyai sif at met abolik sepert i bif idobakt eri dalam menghasilkan asam le- mak berant ai pendek (short chain f at t y acid, ALRP) dan perbakan sist em imun.

Di dalam kont eks serat makanan, Fruk- t osa Oligosakharida (FOS) merupakan salah sat u serat makanan yang dapat diperoleh secara sint et ik maupun dapat diisolasi dari bahan pangan at au t anaman. Serat makanan yang berasal dari sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan merupakan subt ansi yang t idak saj a memperbaiki f lora usus melalui per- t umbuhan bakt eri Lact obacillus, t et api j uga memberi dampak posit if pada unsur kesehat an lainnya sepert i pencegahan penyakit -penyakit degenerat if (misalnya coronary heart disease, kanker kolon, diabet es).

Diket ahui bahwa saluran cerna manusia, khususnya usus besar, dihuni oleh lebih dari 500 spesies bakt eri yang j umlahnya mencapai t rilyunan. Berbagai j enis bakt eri t ersebut t ak bisa dihindari keberadaannya karena t empat

hidup manusia memang t ak st eril. Ada kuman yang “ baik” sepert i Bif idobact eria dan Lact o- bacillus. Ada pula kuman penyebab penyakit misalnya Escherichia Colli, Clost ridium dan St aphylococcus. Masalah t imbul apabila bak- t eri “ j ahat ” at au bakt eri pat ogen j umlahnya berlebihan, misalnya bakt eri E. coli yang dapat menyebabkan diare. Para penelit i menyat akan bet apa pent ingnya peranan mikrof lora at au bakt eri “ baik” di saluran pencernaan bagi ke- sehat an t ubuh. Salah sat unya adalah bakt eri asam lakt at yang berperan posit if membant u meningkat kan sist em kekebalan t ubuh.

Peranan Probiotik Bagi Kesehatan

Probiot ik merupakan kuman “ baik” yang bila dikonsumsi dalam j umlah t ert ent u akan memberikan dampak yang baik bagi kesehat - an. Prebiot ik merupakan bahan yang bila di- konsumsi akan merangsang pert umbuhan ku- man probiot ik. Berart i dengan memberikan probiot ik akan menambahkan kuman “ baik” ke dalam saluran cerna, sedangkan memberikan prebiot ik berart i memberikan “ makanan” un- t uk kuman probiot ik yang t elah ada dalam saluran cerna.

Manf aat probiot ik t elah banyak dit elit i. Beberapa penelit ian membukt ikan bahwa pro- biot ik dapat digunakan unt uk mencegah sekali- gus sebagai pengobat an diare akut yang dise- babkan inf eksi usus. Penelit ian j uga t elah membukt ikan manf aat probiot ik dalam mence- gah dermat it is at opik at au alergi kulit sert a int oleransi lakt osa (t idak t ahan t erhadap gula susu).

Bakt eri probiot ik yang sudah melalui uj i klinis di ant aranya adalah Lact obacil l us casei, yang t erdapat dalam Yakult . Bakt eri probiot ik yang hidup dalam saluran pencernaan set elah dikonsumsi membant u mengat asi int oleransi t erhadap lakt osa, mencegah diare, sembelit , kanker, hipert ensi, menurunkan kolest rol, menormalkan komposisi bakt eri saluran pen- cernaan set elah pengobat an ant ibiot ik, sert a meningkat kan sist em kekebalan t ubuh.

(8)

Bahan makanan yang mengandung prebiot ik dapat memperbaiki sist em pencernaan. Di da- lam usus besar, bahan prebiot ik akan dif er- ment asi oleh bakt eri, t erut ama Bif idobact eria dan Lact obacillus dan menghasilkan asam le- mak rant ai pendek yang oleh t ubuh dapat digunakan sebagai sumber energi. Sumber pre- biot ik alami adalah air susu ibu (ASI) dalam bent uk oligosakarida yang t erkandung dalam kolost rum, yait u oligosakarida N-acet yl gluco- samine yang mendukung pert umbuhan bakt eri

Bif idobact eria.

Peranan Pangan Fungsional Prebiot ik FOS dan GOS

Menurut Kushart o, Clara dan Hilmansj ah (2005), prebiot ik yang banyak dit elit i ant ara lain inulin, Frukt o-Oligo-Sakarida (FOS) dan Galakt o-Oligo-Sakarida (GOS) unt uk membant u pert umbuhan f lora usus besar. Bahan prebiot ik yang paling sering dipakai adalah FOS yang me- nurut penelit ian t ernyat a disukai dan dif er-

ment asi oleh Bif idobact eria. FOS dan GOS me-

rupakan perpaduan komposisi oligosakarida (karbohidrat berant ai sedang). St udi klinis me- nunj ukkan bahwa perpaduan dua unsur t erse- but t erbukt i mampu menst imulir perkembang- biakan bakt eri mengunt ungkan di usus, sehing- ga penyerapan makanan menj adi lebih baik sert a mampu meningkat kan daya t ahan t ubuh. Perpaduan FOS dan GOS ini secara ef ekt if t erbukt i dapat memperkuat daya t ahan t ubuh secara alami.

FOS dan GOS memiliki f ungsi sangat pen- t ing bagi kesehat an bayi karena bermanf aat

unt uk meningkat kan j umlah bakt eri Bif idus

dan Lact obacil l us. Menekan pert umbuhan bak- t eri pat ogen (yang merugikan), meningkat kan daya t ahan saluran cerna, mencegah sembelit dan membant u penyerapan makanan menj adi lebih baik. Penelit ian ilmiah j uga menunj ukkan FOS, GOS at au inulin secara simult an dapat memperbanyak populasi bakt eri posit if . Ber- dasarkan eksperimen t erhadap hewan percoba- an, FOS t erbukt i dapat menurunkan kadar gula darah pada penderit a diabet es dan menekan peningkat an kadar kolest rol.

FOS t erdapat di dalam buah dan sayur- an, misalnya bawang merah (2. 8 persen), bawang put ih (1 persen), gandum (0. 7 persen) dan pisang (0. 3 persen). Sement ara it u, GOS secara alamiah dapat dit emukan pada kacang kedelai, dan dapat pula disint esis dari lakt osa (gula susu). Penelit ian menunj ukkan, populasi bakt eri “ j ahat ” lebih t inggi dalam f eses orang yang banyak mengonsumsi makanan t inggi le- mak, t inggi prot ein dan rendah serat , diban-

dingkan orang yang lebih banyak mengonsumsi sayuran.

Pada bayi yang minum ASI eksklusif ,

usus bayi didominasi kuman “ baik” yait u Bif i-

dobact eria dan Lact obacil l us karena di dalam ASI banyak t erkandung kolost rum, yait u suat u oligosakharida N-acet yl glucosamine (prebio- t ik), yang mendukung pert umbuhan bakt eri t ersebut . Oligosakarida pada ASI mencapai 10-12 gram per lit er. Dengan dominasi kuman “ baik” t ersebut maka pert umbuhan kuman “ j ahat ” akan dit ekan sehingga kej adian inf eksi dapat dicegah. Pada kenyat aannya bayi yang minum ASI akan j auh lebih j arang sakit diban- dingkan bayi yang minum susu bot ol.

Set elah bayi disapih, secara perlahan-lahan j umlah bakt eri probiot ik dalam usus akan menurun sehingga mikroekosist em dalam usus t ak lagi didominasi oleh bakt eri probiot ik t et api oleh bakt eri lain. Penambahan FOS dan GOS ke dalam f ormula bayi menghasilkan spek- t rum kuman usus bayi yang dominannya kuman baik. Diharapkan penambahan prebiot ik FOS dan GOS ke dalam f ormulai bayi dapat mem- berikan manf aat bagi kesehat an bayi, karena peran kuman probiot ik yang dikembangbiak- kannya.

Lalu sej ak kapan bayi dianj urkan unt uk mengonsumsi f ormula yang mengandung pre- biot ik ? Secara alamiah mest inya begit u lahir akan t ercukupi dari ASI. Jadi, ket ika anak mu- lai mengenal makanan t ambahan bolehlah mengonsumsi susu f ormula yang mengandung FOS dan GOS. Menurut Winarno (2004) isi saluran usus bayi pada saat lahir yang dikeluar- kan dalam wakt u sehari adalah meconium yang nyaris bebas dari bakt eri.

KESIMPULAN

Hasil penelit ian dengan pendekat an epi- demiologi menunj ukkan bahwa perkembangan penyakit (west ern diseases) berkait an erat de- ngan diet rendah serat pada berbagai Negara indust ri. Speller et al. (1977) dan St asse et al.

(1989) menyarankan int ik ideal dari diet ary

f iber unt uk memperolah berat f eses 140 – 150

g/ hari dan t ransit t ime kurang dari 3 hari.

(9)

rat yang diperoleh dari makanan, maka akan diperoleh banyak manf aat bagi kesehat an. Tet api masih diperlukan lebih banyak lagi pe- nelit ian karena serat j uga mempunyai peran ant agonis t erhadap kesehat an, unt uk it u perlu dilakukan lebih banyak lagi percobaan menge- nai serat makanan dengan pendekat an epide- miologi unt uk mengungkapkan peran unik dari serat makanan yang ant ara lain sebagai kom- ponen prebiot ik yang di perlukan bagi pert um- buhan mikrof lora usus, bakt eri probiot ik yang memberi manf aat posit if bagi kesehat an. Winarno (2004) memberikan wawasan akan

t rend perkembangan masa depan mikrof lora

usus sbb:

a. Mengembangkan probiot ik dan prebiot ik

dalam meningkat kan daya ket angguhan ba- gian dist al kolon.

b. Pengembangan makanan f ungsional synbio-

t ic (konsep probiot ik digabungkan dengan prebiot ik).

c. Ant i adhesive propert ies. Dengan probiot ik yang t epat , bakt eri pat ogen t idak dapat menempel pada usus.

d. Enkapsulasi probiot ik dengan prebiot ik.

Probiot ik diarahkan dengan t arget sasaran lokasi usus yang dikehendaki. Dapat de-

ngan prosedur coat ing t erhadap st rain bak-

t eri probiot ik, sehingga bakt eri probiot ik- nya dapat dilepaskan pada lokasi t ert ent u dalam kolon.

e. Immunonut rit ion. Zat gizi t ert ent u dapat menj adi det erminan krit is dalam kompe- t ensi immunit as.

f . Bank bakt eri asam lakt at . Secara alamiah

orang muda mempunyai j umlah bakt eri ” baik” yang j auh lebih banyak daripada orang-orang t ua dan orang yang sedang dan yang sering sakit -sakit an. Bakt eri baik ini

dit ernakkan dan diperbanyak secara in

vit ro, dan kemudian dapat dimasukkan

kembali ke dalam t ubuhnya sendiri dalam keadaan hidup, sehingga individu t ersebut dapat mengembalikan kebugaran t ubuh awalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Burkit t DP, Walker ARP & Paint er NS. 1972. Ef f ect of diet ary f iber on st ools and t ransit t imes & it s role in t he causat ion of disease. Lancet . 1408–1411

_________. 1973. Epidemiology of Large Bowel Disease. The Role of Fiber. Proc. Nut r. Soc. 32. 145

Burkit t DP, Walker ARP & Paint er NS. 1974. Diet ary f iber & diseases. Am J Med Assoc, 229, 1068–1074.

Daldiyono, Ismail A, Rani AA, Manan C & Sumadibrat a R. 1990. Kanker kolon dan peran diit t inggi serat : Kej adian di negara barat . Gizi Indonesia, 15(1), 73-75.

East wood MA, Hamilt on D. 1968. St udies on t he Adsorpt ion Component s of t he Diet Biochem. Biophys. Alt a. 152: 165.

FNRI. 1997. The Philippine Food Consumpt ion Tables. Food and Nut rit ion Research Inst it ut e, Depart ment of Science and Technology

Hardinsyah & Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Prot ein dan Serat

Makanan. Dalam Soekirman et al.

(Eds. ), Ket ahanan Pangan dan Gizi di Era Ot onomi Daerah dan Globalisasi. Pro- siding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (hlm. 317-330), 17-19 Mei. LIPI, Jakart a.

Heat on KW. 1973. Food f iber as an obst acle t o energy int ake. Lancet , 11, 1418.

James WPT & Cummings JH. 1974. Diet ary f iber and energy regulat ion. Lancet , 1, 61-62.

Kushart o, Kushart o CM & Hilmansj ah H. 2005. Si dua serangkai FOS dan GOS. Tabloid Mingguan NAKITA, 6 Agust us, No. 331/ VII.

Mendellof f AI. 1975. Ef f ect of Diet ary Fiber Upon Gast roint est inal f unct ions and Dysf unct ions. Proc. West ern Hemisphere Nut r. Con. IV (hlm. 45–50). Publishing Science Group Inc Act ion Press.

McCance KA, Prior KM & Widowson EM. 1953. A Radiological st udy of t he rat e of passage bran and whit e bread t hrough t he digest ive t ract of man. Brit J Nut r, 7, 98-104.

Ranakusuma B. 1990. Obesit as dan Manf aat Serat . Gizi Indonesia, 15 (1), 76-80.

(10)

Speller & Amen RJ. 1975. Plant Fibers in Nut rit ion used f or Bet t er Nomenclat ure. Am J Clin Nut r, 28, 675.

Sout hgat e DAT. 1975. Fiber and ot her Avail- able Carbohydrat e and Energy Ef f ect s in t he Diet 1975. Proc. west ern Hemisphere Nut r. con. IV. (hlm. 51–55). Publishing Science Group Inc Act ion press.

St asse – Wolt hius, Kat an MB & Haut vast JG – AJ. 1989. Fecal weight , t ransit t ime and recommendat ions f or diet ary f iber int ake. AJCN, 31, 909-910.

Trowel H. 1972. Ischemic heart disease and diet ary f iber. Am J Clin Nut r, 25, 926- 933.

Zakaria F. 2003. Aspek Biokimia dan gizi pangan Fungsional Prebiot ik. Makalah Seminar Sehari Keseimbangan Flora Usus Bagi Kesehat an dan Kebugaran. Bogor, 15 Februari.

Waspadj i S. 1989; 1990. Diabet es Mellit us dan Serat . Gizi Indonesia. Vol XIV, No. 2 dan Vol XV, No. 1.

Gambar

Tabel 1. Hubungan Konsumsi Zat  Gizi dengan Kej adian Kanker Kolon di Berbagai Benua
Tabel 3.    Jenis Pangan Tinggi Serat Makanan
Tabel 4.  Lanj utan
Tabel 4.  Lanj utan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

2 IMPLEMENTASI TIME DRIVEN ACTIVITY BASED COSTING (TDABC) PADA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) TAPE HANDAYANI 82 BONDOWOSO.. Jurnal Akuntansi

Klarifikasi Akta Pendirian / Perubahan Perusahaan, Surat Ijin Usaha Perdagangan dengan bidang / sub bidang Event Organizer, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat

Seluruh berkas asli yang tercantum didalam dokumen kualifikasi perusahaan yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut di atas (Khusus Ijazah, cukup menunjukan

[r]

Jika diagram batang di bawah ini memperhatikan frekuensi kumulatif hasil tes matematika siswa kelas XII, maka persentase siswa yang memperoleh nilai 8 adalah ….. Jika

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui email juga ditayangkan pada website SPSE Kabupaten Bolaang Mongondow, oleh karenanya Pokja tidak dapat menerima

n : Hasil Rapat Dewan Guru SD Negeri 2 Karanganyar tanggal 16 Juni 2016 di SD Negeri 2 Karanganyar tentang Pembagian Tugas Guru Dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar