SMA Negeri 3 Cilacap 1
PENDAHULUAN
Krisis moneter merupakan sebuah krisis yang berhubungan dengan keuangan suatu Negara. Hal ini ditandai dengan keadaan keuangan yang tidak menentu sebagai akibat lembaga keuangan dan nilai tukar mata uang yang tidak berfungsi dan tidak berjalan sesuai harapan.
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi sangat penting bagi manusia karena memudahkan aktivitas manusia sehari-hari.
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 sangat berpengaruh terhadap dunia transportasi di Indonesia. Padahal transportasi merupakan tulang punggung perekonomian dan kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu kami tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh krisis moneter tehadap dunia transportasi.
Kami mengambil para supir angkutan pedesaan ( angkudes ) di kota Cilacap sebagai
sample penelitian. Alasan kami memilih para supir angkudes sebagai sample penelitian ini karena mereka merupakan supir yang paling sepi trayeknya di kota Cilacap. Sehingga strategi mereka dalam menghadapi badai krisis moneter sangat menarik untuk dikaji. Harapan kami adalah masyarakat dapat mengambil pelajaran dari kegigihan para supir angkudes dalam menghadapi terpaan badai krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 2015 ini.
Rumusan Masalah
Krisis moneter tahun 2015 memberikan dampak yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat kecil. Sebagian masyarakat mengalami kesulitan setelah adanya krisis moneter. Dari rumusan masalah tersebut, didapatkan pertnyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kesulitan yang dialami supir angkudes dalam menghadapi krisis moneter ?
2. Bagaimana strategi supir angkudes dalam menghadapi krisis moneter ?
STRATEGI SUPIR ANGKUDES DALAM MENGHADAPI KRISIS MONETER
Ika Silviany, Fidelia Qisthi dan Irma Dewi Istikomah SMA NEGERI 3 CILACAP
ABSRAK
Krisis moneter memberikan dampak besar terhadap suatu masyarakat suatu negara termasuk dalam bidang transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti strategi yang dilakukan oleh para supir angkudes dalam menghadapi badai krisis moneter. Penelitian kami lakukan dengan melakukan survei menggunakan angket dengan metode total sampling yang melibatkan 18 responden atau 100% dari total populasi supir angkudes di Kota Cilacap dan sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis moneter sangat berpengaruh terhadap kehidupan para supir angkudes yang ditandai dengan penurunan penghasilan para supir angkudes secara drastis, karena krisis moneter memicu kenaikan BBM, suku cadang kendaraan, biaya perawatan dan cicilan kredit kendaraan, bahkan menyebabkan harga kebutuhan pokok sehari-hari mengalami kenaikan, sementara itu jumlah penumpang malah menurun. Berbagai strategi dilakukan oleh para supir angkudes, mulai dari penghematan hingga mencari penghasilan tambahan. Usaha ini dinilai efektif karena dengan usaha sampingan tersebut para supir angkudes bisa mendapat penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Namun ada beberapa faktor penghambat para supir angkudes dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarganya, sehingga mereka berharap kepada Pemerintah agar segera menghentikan badai krisis moneter ini.
SMA Negeri 3 Cilacap 2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan kesulitan yang dialami para supir angkudes dalam menghadapi krisis moneter dalam mencukupi kehidupan keluarganya.
2. Mendeskripsikan strategi para supir angkudes dalam menghadapi badai krisis moneter
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Membantu menemukan strategi yang paling efektif dalam menghadapi krisis moneter.
2. Menyalurkan aspirasi para supir angkudes kepada Pemerintah
KAJIAN PUSTAKA Krisis Moneter
Krisis moneter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai krisis yang berhubungan dengan uang atau keuangan suatu negara.
Penyebab Dari Krisis Moneter tahun 1998 menurut Marie Mahammad :
1. Liberalisasi perbankan yang overshoot , dimana di tahun 1980-an mengalami resesi ekonomi serta merosotnya harga minyak dunia.
2. Krisis moneter tersebut dimulai dari gejala atau kejutan keuangan pada bulan juli tahun 1997, menurunnya nilai tukar rupiah dengan secara tajamnya terhadap valas, diukur dari dollar Amerika serikat yang merupakan pencetus atau trigger point. Meskipun tidak terdapat depresiasi tajam Baht (mata uang Thailand), krisis moneter tersebut tetap akan terjadi di Indonesia. Disebabkan karena gejolak
sosial serta politik Indonesia yang memanas. Oleh Sebab itu penyebab Krisis moneter tahun 1998 dapat dikatakan campuran dari unsur-unsur eksternal serta juga domestik.
3. Diabaikannya early warning system adalah penyebab mengapa krisis moneter 1997 melanda Indonesia. early system warningnya ialah meningkatnya secara tajam deficit transaksi berjalan sehingga disaat terjadinya krisis tersebut, defisit transaksi berjalan Indonesia ialah sebesar 32.5% dari PDB. Utang luar negeri baik itu pemerintah maupun swasta yang tinggi. Boomingnya sektor properti serta juga financial yang mengabaikan kebijakan kehati-hatian didalam pemberian kredit perbankan diperuntukan ialah untuk membiayai proyek-proyek besar yang di sponsori oleh pemerintah dan juga tidak semua proyek besar itu visibel. Tata kelola yang buruk (bad governence) serta tingkat transpalasi yang rendah baik itu sektor publik ataupun swasta.
Menurut M. Fadhil Hasan, krisis moneter yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
1. Argument bahwa pasar financial internasional tersebut tidak stabil secara inheren yang kemudian mengakibatkan buble ekonomi tersebut cenderung bergerak liar. Bahkan sejak tahun 1990-an pasar financiall tersebut lebih tidak stabil lagi. Hal tersebut disebabkan karena tindakan perbankan negara-negara maju yang menurunkan suku bunga mereka. Sehingga mendorong dana-dana masuk pasar global. Maka ditahun 1990-an dana asing tersenit melonjak dari $ 9 Miliyard menjadi lebih dari $ 240 Milliyard.
SMA Negeri 3 Cilacap 3
yang kaku serta juga kebijkan fiskal yang longgar, inflasi yang adalah suatu hasil dari apresiasi nilai tukar efectif riil,deficit neraca pembayaran dan juga pelarian modal.
3. Kelemahan dari sektor finacial yang over gradueted, but under regulete serta juga masalah moralhazar.
4. Semakin membesarnya cronycapitalism serta sistem politik yang otoriter dan juga sentralistik
Penyebab krisis moneter menurut Kwik Kian Gie apabila ditinjau dari teori konjungtur, terdapat dua karakteristik krisis, antara lain ialah sebagai berikut :
1. Krisis yang disebabkan tidak sepadannya kenaikan konsumsi dibandingkan dengan kenaikan kapasitas prouksi atau juga unerconsumption crissis.
2. Krisis yang disebabkan terlampau besarnya investasi yang dipicu modal asing disebabkan karena tabungan nasional tersebut sudah lebih dari habis untuk berinvestasi.
Krisis seperti ini disebut dengan overinvestment, dan hal tersebut yang terjadi di Indonesia.
Angkutan Pedesaan
Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.
Jaringan transportasi jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut
bayaran baik langsung maupun tidak langsung.
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.
Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah Kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.
Pengertian yang lain dari angkutan Pedesaan adalah pelayanan angkutan penumpang yang ditetapkan melayani trayek dari terminal ke terminal tipe C. Ciri utama lain yang membedakan angkutan pedesaan dengan yang lainnya adalah pelayanannya lambat tetapi jarak pelayanan tidak ditentukan. (Warpani, 2002)
Dampak Krisis Moneter Terhadap Dunia Transportasi
SMA Negeri 3 Cilacap 4
Dampak krisis moneter yang paling terasa dalam bidang transportasi umum adalah berkurangnya armada. Pada saat krisis moneter tahun 1998, di Jakarta terjadi penurunan jumlah armada angkutan umum hingga 40 %. Hal ini disebabkan karena krisis moneter memicu kenaikan harga suku cadang kendaraan bermotor hingga 300 %.
Krisis moneter sangat dirasakan oleh para supir angkutan umum karena memicu kenaikan harga suku cadang kendaraan, kenaikan harga BBM, kenaikan biaya perawatan kendaraan, kenaikan biaya cicilan kredit kendaraan, penurunan jumlah penumpang dan kenaikan harga sembilan bahan pokok dan kebutuhan masyarakat sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang kami lakukan menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan survei dengan menggunakan angket.
Indikator Penelitian
Dari rumusan masalah dan kajian pustaka di atas, dapat diturunkan menjadi beberapa indikator penelitian. Indikator ini merupakan landasan kami menyusun daftar pertanyaan pada kuesioner yang kami jadikan sebagai alat dalam pengumpulan data. Data yang akan kami kumpulkan adalah :
1. Kesulitan yang dialami supir angkudes dalam menghadapi krisis moneter 2. Strategi supir angkudes dalam
menghadapi krisis moneter
Untuk menjawab dua pertanyaan penelitian di atas, kami menetapkan beberapa indikator sebagai berikut :
1. Bagaimana kesulitan yang dialami supir angkudes dalam menghadapi krisis moneter ?
Dari pertanyaan ini, indikator yang bisa disusun adalah :
a. Pengaruh krisis moneter terhadap tingkat kesejahteraan keluarga supir angkudes
b. Pengaruh krisis moneter terhadap jumlah pemasukan supir angkudes c. Pengaruh krisis moneter terhadap
harga sembilan bahan kebutuhan pokok
d. Pengaruh krisis moneter terhadap harga bahan bakar minyak
e. Pengaruh krisis moneter terhadap harga suku cadang kendaraan
f. Pengaruh krisis moneter terhadap jumlah penumpang
2. Bagaimana strategi supir angkudes dalam menghadapi krisis moneter ?
Dari pertanyaan ini, indikator yang bisa disusun adalah :
a. Sikap yang dilakukan para supir seperti : mengeluh, berhemat, mencari pekerjaan sampingan atau beralih profesi.
b. Strategi para supir angkudes dalam menghadapi krisis moneter.
c. Efektivitas strategi para supir
angkudes dalam mencukupi kebutuhan keluarganya.
d. Nilai kecukupan usaha sampingan dalam memenuhi kesejahteraan keluarganya.
e. Harapan supir angkudes kepada Pemerintah berkaitan dengan krisis moneter.
f. Faktor penghambat dalam peningkatan kesejahteraan para supir angkudes.
Lokasi Penelitian
SMA Negeri 3 Cilacap 5 – jalan dr. Rajiman – jalan dr. Cipto – jalan
Bisma – jalan Punto – jalan Singa Laut – jalan Lingkar Timur – jalan Soekarno Hatta – jalan Urip Sumoharjo – jalan Perintis Kemerdekaan – jalan Bali – jalan Lombok – Terminal Cilacap.
Teknik Penarikan Sample
Penarikan sample menggunakan metode total sampling, yaitu para supir angkudes di Terminal Cilacap. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, kami mendapati bahwa supir angkudes yang masih aktif di terminal Cilacap hanya tersisa 18 orang. Kami mengambil seluruh sampe (total sampling), yaitu 18 orang supir angkudes karena total populasi tersebut kurang dari 100 orang. Survei yang kami lakukan menggunakan tingkat kepercayaan 99 % dengan margin of error sebesar 1 %.
Metode Pengolahan dan Analisa Data Metode pengolahan dan analisa data yang kami gunakan adalah metode analisa deskrisptif dengan tabulasi silang menggunakan SPSS.
Hipotesis
Krisis moneter di Indonesia sangat berpengaruh terhadap dunia transportasi di Indonesia, khususnya dunia transportasi umum. Dugaan sementara adalah para supir angkudes menyikapi krisis moneter dengan melakukan penghematan dan mencari penghasilan tambahan.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN Identitas Responden
Hasil survei yang kami lakukan berhasil mendapatkan 18 orang responden atau 100% dari total populasi yang mengisi angket. Rincian identitas responden tersebut kami tampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Identitas usia responden
No. Umur Jumlah Prosentase
1. 17-25 0 orang 0.0 %
2. 25-35 3 orang 16.7 %
3. 35-45 8 orang 44.4 %
4. 45-55 6 orang 33.3 %
5. 55-65 1 orang 5.6 %
6. >65 tahun 0 orang 0.0 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa usia responden yang paling dominan adalah supir berusia 35-45 tahun (44,4%), disusul oleh supir usia 45-55 tahun (33,3%), kemudian supir usia 25-35 tahun (16,7%), dan yang paling sedikit adalah supir berusia 55-65 tahun ( 5,6%).
Tabel 4.1.2. Jenis kelamin responden No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1. Laki-laki 18 orang 100 %
2. Perempuan 0 orang 0.0 %
Sumber : Kuesioner no. 2
Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh responden adalah laki-laki. Hal ini karena seluruh supir kendaraan umum di terminal bus / angkutan kota / angkutan pedesaan di kota Cilacap adalah laki-laki.
Tabel 4.1.3. Pendidikan responden
No Pendidikan
Jumlah Prosentase
1.Tdk bersekolah 2 orang 11.1 %
2.SD / MI 7 orang 38.9 %
3.SLTP / MTs 7 orang 38.9 %
4.SMA / MA /
SMK 2 orang 11.1 %
5. Universitas 0 orang 0 %
Total 18 orang 100 %
SMA Negeri 3 Cilacap 6
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan SD / sederajat (38,9 %) dan SLTP/sederajat (38,9 %), kemudian responden berpendidikan SLTA / sederajat (11,1 %) dan responden yang tidak bersekolah (11,1 %). Dominasi responden adalah berpendidikan SD / sederajat dan SLTP / sederajat dikarenakan kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga tidak mampu sehingga tidak bisa melanjutkan sekolah dan memutuskan untuk terjun bekerja / mencari nafkah.
Tabel 4.1.4. Penghasilan responden
No. Penghasilan Jumlah Prosentase
1. <UMK Cilacap 17 orang 94.4 %
2. UMK– 3.500.000 1 orang 5.6 %
3. > Rp 3.500.000,- 0 orang 0.0 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden didominasi oleh supir yang berpenghasilan kurang dari UMK Cilacap (94,4 %), kemudian disusul oleh responden yang berpenghasilan Rp. 1.287.000– Rp. 3.500.000 (5,6 %). Dominasi responden yang berpenghasilan di bawah UMK Cilacap dikarenakan setelah krisis moneter pendapatan mereka semakin menurun sedangkan kebutuhan mereka semakin bertambah.
Tabel 4.1.5. Status responden
No. Status Jumlah Prosentase
1.Sudah menikah 14 orang 77.8 %
2.Belum menikah 2 orang 11.1 %
3.Sudah bercerai 2 orang 11.1 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 5
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden didominanasi oleh adalah responden yang sudah menikah (77,8 %), lalu disusul oleh responden yang belum menikah (11,1 %) dan yang responden yang telah bercerai (11,1 %).
Tabel 4.1.6. Jumlah anak responden
No. Jumlah Jumlah Prosentase
1. Belum punya 2 orang 11.1 %
2. 1 anak 3 orang 16.7 %
3. 2anak 9 orang 50 %
4. 3 anak 1 orang 5.6 %
5. >3 anak 3 orang 16.7 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 6
Tabel di atas menunjukkan bahwa 50 % responden mempunyai 2 orang anak, disusul oleh responden yang mempunyai 1 anak dan >3 anak (16,7 %), kemudian responden yang belum mempunyai anak (11,1 %), dan yang paling sedikit adalah responden yang mempunyai 3 anak (5,6 %). Dominasi responden yang mempunyai 2 anak dikarenakan keberhasilan program KB di kota Cilacap dan sekitarnya.
Tabel 4.1.7. Kepemilikan kendaraan
No. Kepemilikan Jumlah Prosentase
1. Milik sendiri 6 orang 33.3 %
2. Milik keluarga 5 orang 27.8 %
3. Milik perusahaan 0 orang 0 %
4. Sewa 7 orang 38.9 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 7
SMA Negeri 3 Cilacap 7
oleh responden yang menggunakan kendaraan milik sendiri (33,3 %), dan yang terakhir adalah responden yang menggunakan kendaraan milik keluarga (27,8 %). Dominasi responden yang menyewa kendaraan untuk bekerja dikarenakan mereka belum mampu untuk membeli kendaraan sendiri.
Pengaruh Krisis Moneter
Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan, pengaruh krisis moneter bagi kehidupan supir angkudes dapat kami tampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2.1.Pengaruh krisis moneter terhadap perekonomian dan kesejahteraan keluarga
No. Pengaruh Jumlah Prosentase
1. Tidak ada 0 orang 0 %
2. Berpengaruh 10 orang 55.6 %
3. Sngt pengaruh 8 orang 44.4 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 8
Tabel di atas menunjukkan 55,6 % responden mengatakan berpengaruh dan 44,4 % mengatakan sangat berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden yaitu supir angkudes merasakan adanya pengaruh krisis moneter terhadap perekonomian keluarga mereka.
Tabel 4.2.2.Pengaruh krisis moneter terhadap pemasukan para supir angkudes
No. Pengaruh Jumlah Prosentase
1. Tidak ada 0 orang 0 %
2. Berpengaruh 10 orang 55.6 %
3. Sngt pengaruh 8 orang 44.4 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 9
Tabel di atas menunjukkan bahwa 55,6 % responden mengatakan krisis moneter
berpengaruh terhadap pemasukan mereka, bahkan 44,4 % responden menyatakan bahwa krisis moneter sangat berpengaruh terhadap pemasukan mereka. Tidak ada satu pun responden yang mengatakan krisis moneter tidak berpengaruh terhadap pemasukan mereka.
Tabel 4.2.3.Pengaruh krisis moneter terhadap harga sembako
No. Pengaruh Jumlah Prosentase
1. Tidak ada 0 orang 0 %
2. Berpengaruh 10 orang 55.6 %
3. Sngt pengaruh 8 orang 44.4 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 10
Tabel di atas menunjukkan 55,6 % responden mengatakan bahwa krisis moneter berpengaruh terhadap harga sembako, bahkan 44,4 % mengatakan sangat berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden mengatakan krisis moneter mempengaruhi harga sembako dan tidak ada satu pun responden yang mengatakan tidak berpengaruh.
Tabel 4.2.4.Pengaruh krisis moneter terhadap harga BBM
No. Pengaruh Jumlah Prosentase
1. Tidak ada 0 orang 0 %
2. Berpengaruh 11 orang 61.1 %
3. Sngt pengaruh 7 orang 38.9 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 11
SMA Negeri 3 Cilacap 8
Tabel 4.2.5.Pengaruh krisis moneter terhadap harga suku cadang kendaraan
No. Pengaruh Jumlah Prosentase
1. Tidak ada 0 orang 0 %
2. Berpengaruh 11 orang 61.1 %
3. Sngt pengaruh 7 orang 38.9 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 12
Tabel di atas menunjukkan bahwa 61,1 % responden mengatakan krisis moneter berpengaruh terhadap harga suku cadang kendaraan, bahkan 38,9 % responden mengatakan krisis moneter sangat berpengaruh terhadap harga suku cadang kendaraan.
Tabel 4.2.6.Pengaruh krisis moneter terhadap jumlah penumpang
No. Pengaruh Jumlah Prosentase
1. Tidak ada 0 orang 0 %
2. Berpengaruh 6 orang 33.3 %
3. Sngt pengaruh 12 orang 66.7 %
Total 18 orang 100 %
Sumber : Kuesioner no. 13
Tabel di atas menunjukkan bahwa krisis moneter menurut 66,7 % responden sangat mempengaruhi jumlah penumpang, sementara itu 33,3 % responden lainnya menyatakan berpengaruh terhadap jumlah penumpang. Tabel 4.2.7. Jumlah penumpang setelah krisis
No. Penumpang Jumlah Prosentase
1. Menurun 18 orang 100 %
2. Tetap 0 orang 0 %
3. Naik 0 orang 0 %
Sumber : Kuesioner no. 14
Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh responden menhyatakan bahwa dampak dari krisis moneter adalah penumpang angkudes mengalami penurunan drastis.
Grafik 4.2.8. Hubungan antara usia dan pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga
Sumber : Kuesioner 1 dan 8
Grafik di atas menunjukkan bahwa komposisi supir angkudes berusia antara 35 – 45 tahun adalah responden yang paling merasakan dampak krisis moneter terhadap kesejahteraan keluarga mereka. Hal ini karena orang pada komposisi usia antara 35 – 45 tahun memiliki banyak pengeluaran yang tergolong besar, seperti : kebutuhan untuk memiliki rumah sendiri dan kebutuhan membiaya sekolah / kuliah anak-anaknya. Penurunan paling tajam terjadi pada komposisi usia > 55 tahun, hal ini lebih disebabkan kebanyakan orang pada usia ini sudah tidak memiliki tanggungan yang besar karena rata-rata anak-anak mereka sudah bisa mandiri.
Sikap Para Sopir Angkudes Dalam
Menghadapi Krisis Moneter
Sikap dan strategi yang dilakukan sopir angkudes dalam menghadapi krisis moneter yang menerpa mereka : hanya sekedar mengeluh, upaya berhemat, berusaha mencari pekerjaan sampingan dan dengan beralih ke profesi yang lain.
Tabel 4.3.1.Sikap Para Supir Angkudes
No Sikap Jumlah Prosentase
1 Mengeluh 0 orang 0.0 %
2. Berhemat 5 orang 27.8 %
0% 10% 20% 30% 40% 50%
17-25 25 - 35 35 - 45 45 - 55 55 - 65 > 65 Sangat berpengaruh
Berpengaruh
SMA Negeri 3 Cilacap 9
2 Cari sampingan 10 orng 55.6 % 3 Alih profesi 3 orang 16.7 %
Total 18 orng 100.0 %
Sumber : Kuesioner no. 15
Tabel di atas menunjukkan bahwa sikap yang paling banyak dilakukan responden dalam menghadapi krisis moneter adalah dengan mencari perkerjaan sampingan (55,6 %), kemudian upaya berhemat (27,8 %) dan beralih profesi (16,7 %). Yang patut diacungi jempol adalah tidak ada supir angkudes yang memilih “hanya sekedar mengeluh”.
Grafik 4.3.2. Hubungan usia dengan sikap
Sumber : Kuesioner no. 1 dan no. 15
Grafik di atas menunjukkan bahwa komposisi usia 35 – 45 lebih memilih mencari usaha sampingan. Hal ini didorong oleh kebutuhan mereka yang sangat besar dan kemampuan mereka yang masih bisa menjangkau untuk mencari usaha sampingan. Namun komposisi usia 45 – 55 tahun lebih cenderung memilih beralih profesi atau berhemat.
Grafik 4.3.3. Hubungan pendidikan dan sikap
Sumber : Kuesioner no. 3 dan no. 15
Dari grafik di atas didapatkan data bahwa mayoritas responden yang berlatar belakang pendidikan SLTP lebih memilih mencari pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sementara responden yang memiliki latar belakang pendidikan SD lebih cenderung memilih untuk berhemat.
Grafik 4.3.4. Hubungan status dengan sikap
Sumber : Kuesioner no. 4 dan no. 15
Berdasarkan grafik di atas didapatkan data bahwa responden yang berstatus sudah menikah lebih memilih mencari pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini berbeda dengan responden yang sudah bercerai yang memiliki kecenderungan memilih alih profesi.
Grafik 4.3.5.Sikap yang paling efektif
Sumber : Kuesioner no. 16
0%
Menikah Belum
SMA Negeri 3 Cilacap 10
Tabel diatas menunjukkan bahwa 55,6 % responden lebih memilih mencari pekerjaan sampingan sebagai sikap yang paling efektif dalam menghadapi krisis moneter, disusul oleh responden yang memilih berhemat sebanyak 33,3 % dan yang terakhir adalah responden yang memilih alih profesi sebanyak 11,1 %.
Grafik 4.3.6. Hubungan antara usia dengan sikap yang paling efektif
Sumber : Kuesioner no. 1 dan no. 16
Dari grafik di atas didapatkan data bahwa responden pada komposisi usia antara 35-45 tahun menilai bahwa mencari pekerjaan sampingan adalah strategi yang paling efektif dalam menghadapi krisis moneter. Sementara komposisi usia 44 – 55 tahun lebih cenderung menilai bahwa berhemat adalah cara yang lebih efektif.
Grafik 4.3.7.Crosstabs pendidikan dan sikap yang paling efektif
Sumber : Kuesioner no. 3 dan no. 16
Grafik di atas menunjukkan responden yang tidak bersekolah dan yang berlatar belakang pendidikan SD lebih cenderung menilai bahwa berhemat adalah cara yang paling
efektif. Sedangkan responden yang berlatar belakang pendidikan SLTP menilai bahwa strategi yang paling efektif dalam menghadapi krisis moneter adalah dengan mencari pekerjaan sampingan. Sementara responden yang berpendidikan SLTA menilai bahwa alih profesi adalah cara paling efektif dalam menghadapi krisis moneter.
Grafik 4.3.8. Hubungan antara status pernikahan dan sikap yang paling efektif
Sumber : Kuesioner no. 4 dan no. 16
Grafik di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang sudah menikah maupun yang sudah bercerai lebih cenderung menilai usaha mencari pekerjaan sampingan sebagai sikap yang paling efektif dalam menghadapi krisis moneter.
Grafik 4.3.9. Usaha sampingan yang dipilih
Sumber : Kuesioner no. 17
Dari tabel di atas didapatkan data bahwa
Menikah Belum
Menikah
SMA Negeri 3 Cilacap 11
proyek, kemudian responden yang memilih berdagang (27,8 %), lalu responden yang memilih ikut proyek (22,2 %) dan yang paling sedikit adalah responden yang memilih untuk bertani (16,7 %). Responden yang memilih pekerjaan selain berdagang, bertani dan ikut proyek beralasan karena masih ada beberapa pilihan usaha yang lainnya seperti berternak, membuka bengkel, usaha jasa dan lain sebagainya.
Grafik 4.3.10. Hubungaan antara usia dengan usaha sampingan
Sumber : Kuesioner no.1 dan no. 17
Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian komposisi responden yang berusia 35 - 45 lebih memilih usaha sampingan dengan berdagang dan usaha lainnya, sementara itu komposisi usia 45 – 55 lebih cenderung memilih bertani.
Grafik 4.3.11. Hubungan pendidikan dengan usaha sampingan
Sumber : Kuesioner no.3 dan no. 17
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang berpendidikan SD lebih banyak memilih ikut proyek karena keterbatasan keahlian yang mereka miliki. Responden yang berpendidikan SLTP lebih memilih usaha lainnya.
Grafik 4.3.12. Hubungan antara status pernikahan dan usaha sampingan
Sumber : Kuesioner no.4 dan no. 17
Berdasarkan grafik di atas, responden yang sudah menikah maupun yang sudah bercerai lebih memilih untuk melakukan usaha sampingan dengan berdagang dan usaha lainnya.
Grafik 4.3.13. Nilai kecukupan sampingan
Sumber : Kuesioner no. 18
Dalam grafik di atas di ketahui bahwa sebanyak 55.6 % responden menyatakan bahwa usaha sampingan tersebut masih dirasa kurang, sementara itu 22,2 % responden menyatakan tidak cukup, hanya 16,7 % responden menyatakan cukup dan 5,6 % responden yang menyatakan sangat cukup. 0%
5% 10% 15% 20%
17 - 25 25 - 35 35 - 45 45 - 55 55 - 65 > 65
Berdagang
Bertani
Proyek
Lainnya
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%
Tidak sekolah
SD SLTP SLTA
Berdagang
Bertani
Proyek
Lainnya
0% 5% 10% 15% 20% 25%
Sudah Menikah
Belum Menikah
Bercerai
Berdagang
Bertani
Proyek
Lainnya
Tidak cukup 21%
Kurang 56% Cukup
17% Sangat
SMA Negeri 3 Cilacap 12
Grafik 4.3.14. Hubungan antara usia dengan penilaian kecukupan
Sumber : Kuesioner no.1 dan no. 18
Dalam grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa usaha sampingan yang dilakukan masih dirasa kurang. Komposisi responden yang berusia antara 35 - 45 tahun adalah yang paling banyak merasa kurang karena kebutuhan mereka yang besar.
Grafik 4.3.15 Hubungan antara pendidikan dan penilaian kecukupan
Sumber : Kuesioner no.3 dan no. 18
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa usaha sampingan yang dipilih responden masih dirasa kurang oleh mayoritas responden dari berbagai usia, hanya sebagian kecil responden yang menyatakan cukup.
Grafik 4.3.15 Hubungan status pernikahan dengan penilaian kecukupan
Sumber : Kuesioner no.3 dan no. 18
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa responden yang sudah menikah menilai usaha sampingan yang mereka pilih masih dirasa kurang. Yang menarik adalah responden yang telah bercerai (duda) terdapat kecenderungan naik pada penilaian sangat cukup. Hal ini karena mereka merasa tidak memiliki beban yang mesti ditanggung selain dirinya sendiri. Harapan Sopir Angkudes
Krisis moneter mempersulit kehidupan sopir angkudes sehingga memunculkan harapan agar masyarakat lebih sering menggunakan transportasi umum khususnya angkudes. Harapan para sopir angkudes yang lainnya ditujukan kepada pihak Pemerintah agar diberikan peluang kerja lain yang lebih layak.
Tabel 4.4.1 Harapan sopir angkudes terhadap Pemerintah
No Harapan Frekuensi Prosentase
1
Ajakan menggunakan angkudes
15 orang 83.3 %
2
Memberikan pekerjaan lain
3 orang 16.7 %
Total 18 orang 100.0 %
Sumber : Kuesioner no. 19
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
17 - 25 25 - 35 35 - 45 45 - 55 55 - 65 > 65
Tidak cukup
Kurang
Cukup
Sangat Cukup
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Tidak sekolah
SD SLTP SLTA
Tidak cukup
Kurang
Cukup
Sangat Cukup
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
Menikah Belum Menikah Bercerai
SMA Negeri 3 Cilacap 13
Tabel di atas menunjukkan bahwa para responden memiliki harapan kepada pemerintah agar di berikan peluang pekerjaan lain yang lebih layak ( 16,7 % ) dan ajaka kepada masyarakat agar memilih menggunakan model angkutann umum sebagai sarana transportasinya, khususnya angkudes ( 83,3 % ).
Grafik 4.4.2. Hubungan antara usia dengan harapan terhadap Pemerintah
Sumber : Kuesioner no. 1 dan no. 19
Menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dari berbagai usia menyatakan bahwa mereka berharap kepada Pemerintah agar memberikan himbauan kepada masyarakat untuk memilih menggunakan angkutan umum khususnya angkudes.
Grafik 4.4.3. Hubungan antara pendidikan dengan harapan terhadap pemerintah
Sumber : Kuesioner no. 3 dan no. 19
Menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dari berbagai latar belakang pendidikan menyatakan bahwa mereka berharap kepada Pemerintah agar menganjurkan masyarakat untuk memilih menggunakan angkutan umum, khususnya angkudes.
Grafik 4.4.4. Hubungan antara penghasilan dengan harapan terhadap Pemerintah
Sumber : Kuesioner no. 4 dan no. 19
Menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dari berbagai latar belakang penghasilan menyatakan bahwa mereka tetap berharap kepada Pemerintah agar menganjurkan masyarakat untuk memilih menggunakan angkutan umum khususnya angkudes.
Grafik 4.4.5. Hubungan status pernikahan dengan harapan terhadap Pemerintah
Sumber : Kuesioner no. 5 dan no. 19
Menikah Belum Menikah Bercerai
Anjuran Menggunakan Angkudes
SMA Negeri 3 Cilacap 14
Menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan beragam status pernikahannya menyatakan mereka berharap kepada Pemerintah agar menganjurkan masyarakat untuk memilih menggunakan angkutan umum khususnya angkudes
Kendala Yang Dihadapi Sopir Angkudes Dalam Meningkatkan Penghasilan
Dalam upaya untuk meningkatkan penghasilan terdapat berbagai macam kendala dan faktor yang menghambat, di antaranya adalah sudah terlalu banyak kendaraan pribadi dan mahalnya harga BBM.
Tabel 4.5.1. Faktor penghambat
No Penghambat Jumlah Prosentase
1
Sumber : Kuesioner no. 20
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa terdapat dua faktor penghambat upaya peningkatan penghasilan para supir angkudes, yaitu sudah terlalu banyaknya kendaraan pribadi yang mengakibatkan jumlah penumpang menurun ( 83,3 % ) dan
melonjoknya harga BBM yang
mengakibatkan naiknya biaya operasional (16,7 %).
Grafik 4.5.2. Usia dan faktor penghambat
Sumber : Kuesioner no. 1 dan no. 20
Dari grafik di atas dapat di ambil informasi bahwa mayoritas responden dari berbagai usia menyatakan bahwa faktor yang menghambat peningkatan penghasilan supir angkudes adalah banyaknya kendaraan pribadi sehingga mengurangi jumlah penumpang angkudes. Komposisi usia 35 – 45 adalah responden yang paling merasakan dampak banyaknya kendaraan pribadi yang menjadikan jumlah penumpang menurun dan pendapatan mereka pun turun drastis. Faktor kenaikan harga BBM dinilai tidak terlalu signifikan dalam menghambat pendapatan para supir angkudes karena kenaikan harga BBM biasanya diimbangi oleh kenaikan harga jasa naik angkudes.
Grafik 4.5.3. Hubungan antara pendidikan dengan faktor penghambat
Sumber : Kuesioner no. 3 dan no. 20
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dari berbagai latar belakang pendidikan menyatakan faktor yang menghambat peningkatan penghasilan mereka adalah karena banyaknya penggunaan kendaraan pribadi.
Grafik 4.5.4. Penghasilan dan penghambat
SMA Negeri 3 Cilacap 15
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dari berbagai latar belakang penghasilan menyatakan bahwa faktor yang menghambat peningkatan penghasilan mereka adalah banyaknya kendaraan pribadi
Pembahasan
Angkutan pedesaan ( angkudes ) adalah angkutan umum yang memiliki jalur trayek paling sepi dibandingkan dengan angkutan kota ( angkot ) maupun bus antar kota. Hal ini disebabkan karena jalur trayek angkudes didominasi oleh jalur pedesaan ( luar kota ) yang mobilitas masyarakatnya sangat rendah. Trayek angkudes hanya ramai pada jam para pedagang dan pembeli pergi ke pasar dan jam anak-anak berangkat dan pulang sekolah. Di kota Cilacap jalur trayek angkudes sebenarnya diuntungkan oleh posisi start berawal dari terminal bus antar kota. Namun demikian hanya 20 % angkudes melewati jalur perkotaan, selebihnya 80 % jalur yang dilewati adalah pinggiran kota dan daerah pedesaan. Sehingga nasib para supir angkudes tidak seberuntung nasib para supir angkot dan bus antar kota.
Krisis moneter yang pernah mendera Indonesia sangat dirasakan oleh para supir angkudes. Kini armada angkudes di terminal Cilacap hanya tersisa 18 kendaraan. Terpaan krisis moneter di pertengahan tahun 2015 ini cukup memberikan pukulan yang berarti kepada para supir angkudes. Hal ini lebih dikarenakan naiknya harga suku cadang yang dibarengi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Bila BBM sampai dinaikkan, penderitaan para supir angkudes akan semakin lengkap.
Yang patut diacungi jempol adalah ketangguhan para supir angkudes dalam menerjang badai krisis moneter dengan berbagai strategi yang diupayakan agar tetap bisa menafkahi keluarganya, mulai dari usaha penghematan hingga mencari pekerjaan
sampingan seperti berdagang, bertani, ikut proyek, beternak, usaha jasa dan lain sebagainya.
Harapan supir angkudes sebenarnya tidak muluk-muluk. Mereka mengharap agar Pemerintah berkenan mengeluarkan himbauan agar masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan umum seperti angkudes daripada menggunakan kendaraan pribadi. Karena faktor yang paling dominan mempengaruhi pemasukan mereka di tengah-tengah krisis moneter adalah banyaknya orang yang memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum.
Kesimpulan
Krisis moneter memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan para supir angkudes dikarenakan pendapatan para supir angkudes menurun drastis sementara harga-harga kebutuhan pokok naik dengan signifikan. Strategi yang dilakukan oleh sebagian besar supir angkudes adalah usaha mencari pekerjaan sampingan. Hal ini karena mencari pekerjaan yang bagus tergolong sangat sulit sehingga mereka ingin tetap bertahan menjadi supir angkudes dengan tetap berupaya mencari penghasilan tambahan. Saran
Hendaknya Pemerintah lebih memperhatikan nasib masyarakat kecil seperti supir angkudes, lebih mendengarkan harapan mereka sehingga nantinya kesejahteraan masyarakat kecil akan meningkat atau seminimalnya mampu untuk tetap bisa bertahan di tengah-tengah badai krisis moneter.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 tahun
2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online
3. Pengertian Krisis Moneter dan Penyebab Krisis Moneter. http://pendidikanku.net
4. Tinggal 60 Persen, Angkutan Umum di DKI.
Kompas Online.
5. Trijoyo Ariwibowo, FHUI / CV Nuansa Alia,