PEMILIHAN DAN PENGORGANISASIAN BAHAN SUNTINGAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar PenyuntinganRabu, 12 Oktober 2016
Dosen Pengampu: Dr. Ita Rodiah
Disusun oleh:
Salma Hafizh 11140240000032
Siti Solehah 11140240000039
Muhammad Zaenal A.11140240000047
Fitria Ningsih 11140240000050
JURUSAN TARJAMAH (BAHASA ARAB) FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga Pemakalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini hingga selesai.
Pada kesempatan ini, Pemakalah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Seiring itu pula, Pemakalah tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, yang telah terlibat dalam proses pembuatan makalah ini,
1. Bapak Dr. Ita Rodiah, selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar-dasar Penyuntingan di Jurusan Tarjamah, Semester 5; dan
2. Seluruh Mahasiswa Jurusan Tarjamah Kelas 5B yang turut ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.
Karena kurangnya pengalaman serta keterbatasan pengetahuan, Pemakalah yakin dalam makalah ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Maka dari itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat Pemakalah harapkan sebagai masukan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu Pemakalah dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Aamiin.
DAFTAR ISI
JUDUL ………...……….. i
KATA PENGANTAR ……… ii
DAFTAR ISI ………..……... iii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang ………... 1
B. Perumusan Masalah …………..………. 1
C. Maksud dan Tujuan ………...……... 2
BAB II PEMBAHASAN ...……….……….... 3
A. Pemilihan Bahan Suntingan ………... 3
B. Pengorganisasian Bahan Suntingan ... 7
BAB III PENUTUP ………...………... 9
A. Kesimpulan ………... 9
B. Saran …………...……….………… 9
DAFTAR PUSTAKA ……….……….. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang menganggap bahwa kegiatan penyuntingan naskah adalah kegiatan yang dapat dipelajari secara amatiran. Bahkan tidak sedikit orang yang memiliki profesi dibidang penyuntingan tahu akan seluk-beluknya. Padahal naskah yang sedang disuntingnya itu adalah karya yang nantinya akan dibaca banyak orang. Banyak dari penyunting atau yang biasa disebut dengan editor, tidak sadar bahwa keberadaannya tidak kalah penting dari penulis buku itu sendiri.1 Kebanyakan dari
mereka meremehkan hal-hal dasar yang berkaitan dengan peyuntingan, padahal kegiatan ini tidak semudah itu. Kegiatan penyuntingan benar-benar diperlukan keahlian khusus untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, hal penting yang harus dimiliki seorang editor adalah hal-ihwal kebahasaan.
Selain itu, tahap sebelum penyuntingan pun tentunya juga harus diketahui oleh pihak-pihak yang ingin melakukan kegiatan penyuntingan. Seperti dalam pemilihan naskah, judul, tema, dan pendekatan-pendekan lain yang tentunya akan berpengaruh dalam proses penyuntingan. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal yang harus diketahui sebelum melakukan kegiatan penyuntingan yakni bagaimana proses pemilihan bahan sunting dan pengorganisasian bahan suntingan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang di atas, Pemakalah merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pemilihan bahan sunting?
2. Bagaimana pengorganisasian bahan sunting?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini mengacu pada rumusan masalah yaitu:
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana proses pemilihan bahan sunting
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemilihan Bahan Sunting
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyunting sebuah naskah. Diantaranya adalah:
1. Kelengkapan Naskah
Sebelum memulai menyunting naskah, seorang penyunting harus memeriksa terlebih dahulu kelengkapan naskah. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah semua unsur naskah sudah lengkap atau belum.2 Kelengkapan naskah
yang dimaksud ialah sebagai berikut:
r. Indeks, dan s. Biografi singkat. 2. Ragam Naskah
Sebelum menyunting naskah, penyunting naskah harus memastikan ragam naskah yang dihadapinya itu.3 Dalam kenyataan ada beberapa ragam naskah,
antara lain:
a. Fiksi dan non fiksi b. Populer dan ilmiah c. Sekolah dan non sekolah d. Jenjang pendidikan e. Bidang keilmuan f. Anak-anak dewasa
3. Daftar Isi
Setelah memeriksa kelengkapan naskah dari depan hingga ke belakang dan dari belakang hingga ke depan, barulah penyuntingan naskah memeriksa isi naskah.4
Dalam hal ini ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab:
a. Apakah daftar isi sesuai dengan isi naskah? b. Bagaimana sistematika atau susunan naskah? c. Apakah penulis menggunakan kata bab atau tidak?
d. Apakah sistematika pada daftar isi sesuai dengan sistematika pada isi naskah?
4. Subbab dan Sub-subbab
Seorang penyunting naskah perlu memeriksa apakah dalam bab-bab naskah digunakan subbab dan sub-subbab. Penyunting naskah pun harus memeriksa apakah subbab dan sub-subbab dari bab yang satu sama dengan yang ada pada bab-bab yang lain.
Setelah itu, penyunting naskah perlu memeriksa apakah penomoren subbab dan sub-subbab sudah seragam atau belum.5 Dalam hal ini, ada beberpa
kemungkinan yang diterapkan penulis misalnya:
a. Angka Romawi (I, II, III, dan seterusnya), b. Angka Arab (1, 2, 3, dan seterusnya), dan c. Huruf Latin (A, B, C, dan seterusnya).
5. Ilusrasi/Tabel/Gambar
Seorang penyunting naskah perlu memeriksa apakah naskah yang akan ditangani memuat tabel, ilustrasi, atau gambar. Sekiranya ada, pada naskah tertentu diberi tanda atau dsisipkan ruangan untuk itu. Sekiranya sudah tersedia table/ilustrasi/gambar, perlu pula diperiksa apakah sudah ada teksnya. Seandainya belum ada teksnya, hal ini perlu dicatat untuk dimintakan ke penulis nanti.6
Adakalanya, tabel/ilustrasi/gambar naskah akan disusulkan kemudian. Artinya, ketika menawarkan atau memasukkan naskah ke penerbit, penulis belum menyertakannya. Hal ini perlu dicatat penyunting naskah dan tentunya perlu diberikan batas waktu kapan tabel/ilustrasi/gambar itu harus diserahkan ke memiliki catatan kaki. Jika catatan kaki ini ada pada naskah, penyunting naskah perlu memperhatikan cara penempatannya. Dalam hal ini, penyunting naskah perlu berkonsultasi pada penulis naskah tentang penyeragaman penempatan catatan kaki itu.
7. Informasi mengenai Penulis
Sebelum memulai menyunting naskah, alangkah baiknya jika penyunting naskah sudah memperoleh informasi megenai penulis naskah. Dalam berhubungan dengan penerbit, paling sedikit dikenal tiga tipe penulis, yaitu: penulis yang gampang, penulis yang sulit, dan penulis yang sulit-sulit gampang.
a. Penulis yang gampang
Penulis tipe ini tidak akan rewel. Ia akan menyerahkan sepenuhnya cara penyuntingan pada penerbit. Ia percaya pada kebijakan penerbit.
b. Penulis yang sulit
Penulis tipe ini merupakan kebalikan dari tipe a. Pendek kata, penulis ini mau menangnya sendiri dan penerbit harus mengikuti kemauannya. Menangani naskah penuli tipe ini tentu penyunting naskah perlu ekstra hati-hati.
c. Penulis yang sulit-sulit gampang
Penulis berbeda di antara tipe a dan tipe b di atas. Menangani naskah penulis ini tetap diperlukan kehati-hatian. Jangan sampai penyunting naskah mengubah kata atau kalimat tertentu tanpa konsultasi kepada penulis.
Termasuk pada tipe mana pun seorang ppenulis naskah sebaiknya memelihara hubungan baik dengan penulis. Dalam menangani naskah, penyunting naskah perlu berkonsultasi terus menurus pada penulis. 7
8. Membaca naskah secara keseluruhan
Sebelum memulai menyunting naskah, sebaiknya seorang penyunting naskah membaca naskah secara keseluruhan. Pembacaan ini perlu agar penyunting naskah memperoleh gambaran tentang apa dan bagaimana kira-kira naskah yang yang akan disunting itu serta bahasa yang dipakai penulis cukup baik atau masih jelek.8
Secara umum, manfaat pembacaan naskah secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
a. Penyunting naskah dapat mengetahui apakah naskah sudah sistematis atau belum.
b. Penyunting naskah dapat mengetahui sistematika naskah. Apakah penulis naskah menggunakan angka Romawi, angka Arab, atau huruf Latin.
c. Penyunting naskah dapat mengetahui apakah ada kata-kata atau istilah-istilah asing bagi penyunting naskah.
d. Penyunting naskah dapat mengetahui apakah istilah-istilah yang digunakan penulisdalam naskah konsisten atau tidak.
e. Penyunting naskah dapat mengetahui apakah dalam naskah ada hal-hal yang berbau SARA dan berbau pornografi.
Dengan demikian, penyunting naskah bisa memulai suntingannya melalui tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, serta ia dapat mengorganisasikan bahan suntingan tersebut setelah mengetahui tahap-tahapnya.
B. Pengorganisasian Bahan Suntingan
Yang dimaskud pengorganisasian di sini adalah pengelompokan bahan naskah, yaitu bagian-bagian mana yang didahulukan untuk disunting dan bagian mana yang akan dikemudiankan. Jika data terkumpul, penyunting menyeleksi dan mengorganisasi data itu. Penyunting menggolong-golongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk dari naskah tersebut. Penyunting menentukan data mana yang dibicarakan kemudian. Jadi, penyunting mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya jika penelitian bersifat kuantitatif, data
diolah dan dianalisis dengan teknik statistik yang sederhana.9
Lazimnya, naskah-naskah karangan atau tulisan yang dating dan masuk ke meja penerbitan tersebut bersumber dari banyak kemungkinan. Bisa saja naskah karangan atau naskah tulisan itu datang dari seseorang yang hanya secara kebetulan saja mengirimkan naskah keredaksi, bisa merupakan naskah yang memang sudah dipesan sebelumnya oleh pihak redaksi karena relasi tertentu atau karena maksud dan tujuan tertentu, bisa pula naskah karangan itu merupakan naskah yang memang secara sengaja dicari oleh pihak penerbit kepada para penulis yang lazimnya
terdapat dikampus-kampus perguruan tinggi dan sekolah-sekolah umum. Naskah-naskah ttersebut dipastikan memiliki kerumitan dan kompleksitas yang berbeda-beda.10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kegiatan penyuntingan, banyak hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil suntingan yang maksimal. Hal yang perlu dilakukan oleh seorang penyunting adalah pemilihan bahan suntingan meliputi kelengkapan naskah, ragam naskah, daftar isi, subbab dan sub-subbab, ilustrasi/table/gambar, catatan kaki, informasi mengenai penulis, serta membaca naskah keseluruhan. Selain itu, penyunting juga harus melakukan pengorganisasian naskah yang akan disunting. Hal ini juga sangat dibutuhkan oleh seorang penyunting untuk menentukan naskah mana yang akan ia garap lebih dulu dan naskah mana yang tidak terlalu proritas.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Puji, dkk. 2014. Cara menyusun Konveksi Naskah dan Penyuntingan, Makalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Palembang.
Eneste, Pamusuk. 2012. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: PT Gramedia.
Leo, Sutanto. 2010. Kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku. Bandung: Penerbit
Erlangga.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang