• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SUMBER DAYA SUNGAI CODE SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS SUMBER DAYA SUNGAI CODE SEBAGAI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SUMBER DAYA SUNGAI CODE SEBAGAI BASIS WISATA

ALAM di KAWASAN PERKOTAAN YOGYAKARTA

Ir. Suparwoko, Ir. MURP PHD

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia E-mail: parwoko@ftsp.uii.ac.id

Makalah ini akan memberikan analisis berkenaan dengan potensi bantaran sungai code yang telah banyak dikembangkan untuk permukiman dan industri rumah tangga/kerajinan. Kajian tentang potensi sungai Code telah banyak dilakukan seperti kajian lingkunga, sorial, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Namun kajian yang melakukan pengamatan sungai Code dari aspek sempadan dan wisata alam bantaran sungai Code tidak banyak dilakukan. Dasar analisis yang akan digunakan adalah (1) sistem drainasi alami di kawasan sekitar sungai dan (2) Undang-undang No. 63 tahun 1993 tentang garis sempadan sungai dan daerah manfaat sungai, dan (3) potensi dan kegiatan wisata di kawasan perdesaan atau pinggiran perkotaan. Sistem drainasi alami sungai memberikan rekomendasi bahwa pembangunan kawasan perlu memberikan perlindungan pada daerah aliran sungai atau sempadan agar kawasan sekitar sungai berfungsi dengan baik. Namun pembangunan permukiman di kawasan sungai Sungai tidak memperhatikan fungsi sungai sebagai drainasi alami. Analisis perundangan sempadan dan manfaat sungai memberikan temuan bahwa kawasan Code Utara masih memiliki lingkungan alami sungai dan bantaran sungai Code utara tersebut masih layak digunakan sebagai sempadan sungai sesuai UU no. 63 tahun 1993. Sehingga sempadan tersebut akan digunakan sebagai fuingsi lindung melalui kegiatan wisata alam. Analisi potensi wisata alam didasarkan atas konsep something to see, to do and to buy. Analisis diskriptif dari potensi wisata alam sungai Code mengahasilkan banyak potensi wisata alam yang di dukung oleh wisata budaya dan belanja. Langkah positif yang perlu dilakukan adalah melakukan perencanaan, action plan, pilot project, monitoring dan evaluasi melalui koordinasi pihak masyarakat Code, pemerintah daerah melalui dinas terkait, pengusaha kepariwisataan, PHRI, travel biro, LSM, dan perguruan tinggi.

Key words: sumber daya sungai Code, wisata alam, perkotaan Yogyakarta

1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

(2)

Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal sebagai kota budaya dengan berbagai komunitas yang hidup di dalamnya. Komunitas masyarakat yang cukup terkenal adalah komunitas Kali Code. Kali Code atau Sungai Code merupakan sebuah sungai yang terentang dari utara ke selatan membelah kota Jogja. Selama ini di bantaran Kali Code hanya dijadikan sebagai suatu wilayah permukiman kumuh dan kali Code sendiri dijadikan sebagai salah satu tempat pembuangan sampah oleh warga disekitarnya dan menjadi aliran limbah misalnya yang berasal dari Rumah Sakit Sardjito.1

b. Permasalahan

Secara fisik, Code memiliki potensi untuk kegiatan wisata, terutama wisata ekologi dan wisata budaya atau komunitas. Di hampir sepanjang bantaran Kali Code terdapat jalan yang sudah dipaving dan dapat dimanfaatkan sebagai jogging track. Pada beberapa titik dapat dijadikan sebagai spot pemancingan atau kegiatan lain berbasis sumber daya air sungai seperti rafting dan canoeing dengan penyesuaian atau rekayasa arus sungainya. Upacara Merti Code setiap tahun sekali dapat menjadi atraksi wisata yang sanggup mengundang kunjungan wisatawan. Sementara untuk wisata kuliner sudah mulai dirintis secara komunal di dekat Jembatan Gondolayu yang menjajakan nasi kucing dalam suasana angkringan di malam hari. Pesona Kali Code bahkan sudah sering dijadikan setting film nasional yang dapat dipandang sebagai ajang promosi gratis dan memperkenalkan Code secara nasional. Masalah yang menjadi penghambat pengembangan wisata terkait dengan aspek kebersihan dan keamanan sepanjang Kali Code. Pemanfaatan lahan berupa pemukiman warga menyebabkan banyak warga yang masih membuang sampah di sungai Code atau menggunakan jalan pinggiran sungai Code untuk kepentingan pribadi. Sehingga sumber daya sungai Code di kawasan perkotaan akan mengalami banyak degradasi alam yang akhirnya akan mempercepat perubahan iklim, yaitu mempercepat proses pemanasan global jika lingkungan alami di lingkungan sungai Code terus berkurang.

c. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah melakukan analisis sumber daya sungai code sebagai pendukung wisata alam di kawasan perkotaan Yogyakarta. Adapun sasaran analisisnya adalah jenis kegiatan wisata yang berbasis sumber daya sungai Code yang ada di kawasan perkotaan Yogyakarta. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan analisis potensi sumber daya sungai Code sebagai pendukung kegiatan wisata kota Yogyakarta dan untuk kepentingan pelestarian lingkungan alam sungai (terutama vegetasi) yang ditujukan untuk mendukung iklim mikro kawasan perkotaan dan mengurangi dampak negative perubahan iklim.

2.

WISATA ALAM DAN SUMBER DAYA AIR DI KAWASAN PERKOTAAN

Peran alam sebagai sumber daya kegiatan wisata sangat besar dan penting karena didasarkan atas tinjauan dari klasifikasi jenis obyek wisata dan daya tarik wisata dimana alam menempati prosentasi tertinggi sebagai alas an melakukan kunjungan wisata di Indonesia. Motivasi wisatawan asing dan domestik sebesar 52,24% adalah melakukan kegiatan wisata alam di Indonesia. Sedangkan di Australia motivasi wisatawan domestik maupun asing mengunjungi wisata alam adalah sebesar 55,8% (Weiter, 1992). Menurut Ramaini (1992), motivasi wisatawan mengunjungi obyek wisata alam adalah 54,2% dari selurung pengunjung di kepariwisataan di Indonesia.

1

(3)

Fandeli, 1995 menyebutkan bahwa jenis obyek wisata atau atraksi alam dan lingkung terdiri dari flora dan fauna, pemandangan alam, gunung, sungai dan danau, laut, gua, dan waduk. Sungai merupakan aset wisata yang sangat memikat bagi wisatwan dan pecinta alam. Janis kegiatan wisata berbasis sumber daya air yang bisa dilakukan, digemari atau dikembangkan di sungai adalah rafting, sailing, fishing, dan canoeing. Potensi sungai di Jawa dan Madura cukup banyak yaitu 638 sungai disbanding sumatera dan Kalimantan yang memiliki sungai sebanyak 352 dan 193 aliran sungai.

Profil wisatawan di Kota Yogyakarta dalam upaya menyusun konsep dan strategi pemasaran yang efektif dan tepat sasaran. Dari jumlah responden 800 wisatawan yang disurvei pada bulan Mei-Juni 2008 diperoleh data antara lain; mayoritas wisatawan yang datang ke jogja adalah anak muda berusia 20-24 tahun (17%) diikuti dengan remaja sebanyak 14%. Pengeluaran wisata/hari untuk wisnus rata-rata < Rp. 500.000/hari dengan nilai pembelanjaan: makan minum (26%), akomodasi (14,29%), cenderamata (16,74%) dan transportasi (13,81%). Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang paling banyak diminati adalah Budaya (62,2%), Kuliner (57%) dan Belanja (55%). Sedangkan rata-rata lama tinggal wisatawan (Length of Stay) di Jogja adalah 3 dalam arti sebagian besar tinggal di Jogja 1-3 hari (Puspar UGM, 2008). Sehingga wisata alam di Sungai Code bisa dikembangkan sebagai pendukung wisata perkotaan Yogyakarta yang didominasi oleh kekuatan wisata budaya, dimana waktu kungjungan wisatawan bisa memanfaatkan lama tinggal wisatawan di Yogyakarta selama 1 s/d 3 hari.

Didalam perkembangannya pengertian wisata alam tidak lagi merupakan wisata yang tidak hanya didasarkan atas sumber daya alam melainkan lebih dari itu pengertian pengamatan sumber daya alam secara lebih mendalam. Sehingga wisata berbasis sumber daya sungai tidak hanya sebagai atraksi dan olah raga namun sungai juga dilihat sebagai suatu sumber daya wisata yang dikaitkan dengan citra atau image sebagai sumber daya sungai dan lingkungan alamnya yang “exotic.” (Nuryanti, 1995). Sehingga wisata yang berbasis sumber daya sungai Code apa saja yang potensial untuk dikembangkan perlu dilakukan analisis sebagi penunjang kegiatan wisata di kota Yogyakarta. Ditinjau dari aspek wisata atropologi, maka wisata alam akan terkait dengan wisata budaya yang ada di lingkungan alam itu sendiri (Smith, 1989). Oleh karena itu, wisata alam sungai Code akan terkait dengan wisata budaya yang ada di masyarakat sekitar sungai Code. Berdasarkan aspek antropologi, maka analisis sumber daya sungai Code juga akan dikembangkan untuk memperoleh potensi wisata sungai Code yang didasarkan atas kegiatan budaya dilingkungan sungai Code di kawasan perkotaan Yogyakarta.

(4)

Didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) disebutkan bahwa sempadan sungai merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Kawasan Perkotaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan dimana susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Dalam hal ini Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Tumbuhan dan tanaman merupakan komponen vegetasi dimana pengertian vegetasi adalah keseluruhan tumbuhan dan tanaman yang menutupi permukaan tanah. Tanaman khas daerah adalah jenis tumbuhan atau tanaman yang khas tumbuh dan menjadi identitas daerah. (Anonim, 2007). Sehingga analisis sumber daya sungai Code dari aspek vegetasi akan dikaitkan dengan aspek manfaat ekologi, sosial ekonomi budaya dan estetika. Selain itu, makalah ini juga akan melakukan analisis kondisi sempadan sungai sebagai fungsi RTHKP dan fungsi lainnya termasuk fungsi permukiman yang mencakup kegiatan sosial ekonomi dan budaya di kawasan perkotaan Yogyakarta.

Cara analisis RTHK sempadan sungai didasarkan atas fungsi sungai sebagai drainasi alam (lihat Gambar 1) pada kawasan perdesaaan maupun kawasan perkotaan.

Gambar 1. Sistem Drainasi Alami di Kawasan Sekitar Sungai

Dalam hal ini, fungsi ekosistem adalah proses, transfer, dan distribusi energi dan materi di antara komponenkomponen ekosistem (komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan dan organisme lainnya) serta interaksi fungsional antar mereka, maupun dengan lingkungannya baik dalam bentuk ekosistem daratan, ekosistem perairan, dan ekosistem peralihan, maupun dalam bentuk ekosistem alami dan yang buatan (Anonim, 2007). Analisis selanjutnya adalah melakukan kajian fungsi sempadan sungai yang didasarkan atas fungsi lindung sungai dan fungsi vegetasi yang berfungsi sebagai indikator perubahan iklim atau pemanasan global. Sebagai ukurannya adalah bahwa adanya fenomena urban heat island (UHI) bahwa kawasan perkotaan menjadi lebih panas dibanding lingkungan perdesaan karena kepadatan bangunan, banyaknya perkerasan dan jaringan jalan, serta semakin sedikitnya jumlah vegetasi baik yang tergolong tumbuhan dan tanaman (Solecki et al, 2004).

(5)

a. Ada sesuatu yang dapat dilihat / to see

Tempat kunjungan wisata memiliki sesuatu yang bisa dilihat oleh wisatwan. Sehingga obyek atau atraksi apa saja yang bisa dilihat dan menarik bagi wisatawan perlu di kembangkan guna menarik para wisatawan baik domestik maupun manca negara. b. Adanya sesuatu yang dapat dikerjakan / to do

Selain potensi yang dapat dilihat, maka wilayah obyek wisata perlu memiliki sesuatu yang dapat dilakukan atau dikerjakan oleh wisatawan seperti jalan kaki, bermain, belajar, olah raga dsb sehingga para wisatwan akan merasa betah berada di daerah tersebut yang akan mempengaruhi lama tinggal wisatawan pada obyek wisata.

c. Faktor sesuatu yang dapat diperoleh / to buy

Tenpat kunjungan wisata sebaiknya mempunyai sesuatu yang menarik untuk dibeli seperti makanan, minuman, kerajinan atau souvenir sebagai kenangan wisatawan. Ketiga faktor diatas perlu diukur keberadaannya yang kemudian perlu dianalisis manfaatnya sebagai dasar perencanaan kegiatan wisata di kawasan sungai Code.

3.

ANALISIS WISATA SUNGAI CODE DI KAWASAN PERKOTAAN YOGYAKARTA

Sejumlah kajian tentang Sungai Code telah banyak dilakukan (Tabel 1) berkenaan dengan potensi wisata, pencemaran, dan permukiman.

Tabel 1. Kajian dan Penelitian tentang sungai Code

KAJIAN dan KEGIATAN LEMBAGA dan WAKTU

Topik: Tengoklah sketsa Menunggu Kekasih, MCK Berhati nyaman, Antri Mandi, Arena Permainan, Liebel, Cuci Badan, Mandi, buang air besar dan Mencuci.

Aspek Kajian: Sungai Code sebagai fungsi sosial budaya yang berdampak negative terhadaplingkungannya/ekologi

Birul Sinari-Adi 20-23 Oktober 2003

Topik: TERITORIALITAS PERMUKIMAN TEPI SUNGAI CODE:

Permukiman spontan di tepi sungai Code merupakan manifestasi perilaku spasial

Aspek kajian: ekspansi lahan publik untuk kepentingan dan " kepemilikan" bagi kegiatan domestic, ekonomi, dan social, baik yang bersifat individu maupun komunal.

Hastuti Saptorini

UII Dimensi Vol 34, No 1 (2006)

Topik: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui taraf pencemaran lingkungan sungai

Aspek kajian: Pencemaran logam berat kromium (Cr) Ti, Cr DAN Mn TERHADAP DEBIT AIRpada air dan tanah baik bagian hulu, tengah dan hilir aliran sungai Code Yogyakarta.

 Muzakky, Agus Taftazani BATAN-YOGYAKARTA 10 Juli 2007.

 Syamsul A. Siradz Fakultas Pertanian UGM 20/09/2007

Topik: Wisatawan asing di sungai Code

Kajian: Puluhan wisatawan mancanegara mengikuti jelajah wisata dalam rangka Merti Code. Wisman yang rata-rata sudah lama tinggal di Jogja ini antara lain berasal dari Belgia, Afrika Selatan, Prancis dan Amerika. Tak hanya Code saja yang ingin diperkenalkan kepada wisatawan. Kerajinan tangan karya warga di sepanjang sungai ini juga patut dibanggakan. Seperti batik, makanan tradisional, maupun kerajinan dari kulit.

Jawa Pos Merti Code, 5 Januari 2008

Topik: Potensi wisata Code

Kajian: kawasan sungai Code memiliki potensi wisata yang meliputi wisata budaya, kesenian, kerajinan, dan terdapat banyak situs bangunan kuno, seperti Jetis Pasiraman, STM Jetis, tangsi, berbagai dan sentra produk makanan dan kesenian tradisional, budaya, dan perajin bunga

Pusat Studi Pariwisata UGM, 19 Juli 2008

(6)

KAWASAN PERKOTAAN YOGYAKARTA akan memperkaya kajian dan pengembangan potensi sungai Code Utara di kawasan perkotaan Yogyakarta menjadi penting untuk dilakukan.

Berdasarkan Gambar 1 menunjukan bahwa sungai merupakan suatu sistem drainasi alam sehingga perlu perlindungan kawasan sekitar sungai agar. Sedangkan Gambar 2 menunjukan bagian pinggiran sungai yang perlu diminimalisir dan dihindarkan untuk pembangunan untuk lingkungan binaan terutama pembangunan fisik seperti permukiman, industri dan sebagainya. Sehingga analisis tingkat pembangunan di area sempadan sungai akan dilakukan berdasarkan kepadatan bangunan atau penduduk secara visual dengan menggunakan foto udara dari Google yang bisa mengindikasikan tingkat pembangunan dipinggiran sungai Code. Perturan Menteri No. 63 tahun 1993 Pasal 6 menyatakan bahwa (a) Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.(b) Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.Sedangkam Pasal 8 Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria: (a) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan (b) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh)meter, garis sempadan ditetaplan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Lebih lanjut pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan bantaran Sungai Code ditetapkan sebagi fungsi kawasan lindung (Bappeda Kota Yogyakarta, 2009).

Gambar 2. Area Sempadan Sungai atau Daerah Aliran Sungai (DAS) harus dilindungi

(7)

lindung. Vegetasi di sungai besar antara 100 meter, sungai kecil 50 meter, dan selokan 5-10 meter. Adipura untuk pemerintahan kota dan Indonesia hijau untuk kabupaten.

Berdasarkan dua paragraph diatas nampaknya sungai Code di kawasan perkotaan Yogyakarta mempunyai tantangan sangat berat untuk diwujudkan sebagai DAS dan kawasan lindung perkotaan Yogyakarta (lihat Tabel 2). Kawasan padat permukiman di DAS Code tengah dan Selatan akan menjadi masalah sosial dan fisik untuk mewujudkan DAS sungai Code sebagai kawasanlindung. Namun di kawasan Code Utara di perkotaan Yogyakarta masih mungkin diwujudkan sebagai sempadan sungai tanpa tanggul di kawasaan perkotaan sesuai dengan Peraturan Menteri No. 63 tahun 1993 Pasal 8 yaitu sempadan sungai tidak bertanggul di kawasan perkotaan (minimal 10 meter).

Tabel 2. Kondisi Bantaran Sungai Code di Kawasan Perkotaan Yogyakarta,

Kawasan Tapak View

Kawasan Sungai Code di Perkotaan Yogyakarta terbagi menjadi sub kawasan (1) Cide Utara, (2) Code

Tengah dan (3) Code Sleatan

Catatan: Code Utara kawasan mencakup Sendowo dan Gemawang (Suparwoko, 2009)

Sempadan sebagai kawasan lindung sungai sungai 10 – 15 m masih cukup

Suasana alami sungai Code Utara di perkotaan Yogyakarta masih kuat

Sempadan sebagai kawasan lindung

sungai 10 – 15 m sudah tidak terpenuhi Sempadam sungai sebagai akses dan tapak bangunan yang padat

Sempadan sebagai kawasan lindung sungai 10 – 15 m sudah tidak terpenuhi

Sempadan sebagai kawasan lindung sungai 10 – 15 m tidak terpenuhi

Sumber: observasi lapangan, googleEarth, dan diolah

(8)

(dekat dengan kampus UGM, Kraton Yogyakarta, dan Malioboro perlu dikembangan wisata air, sepeda, dan river walk. Caranya mengkonservasi DAS Code, menaikan air sungai, penataan, peremajaan, sanitasi sungai, pengadaan space, konsolidasi lahan, pola rumah susun, dan membangun kesadaran masyarakat (Merti Code, 2007). Sehingga kondisi lingkungan alami sungai Code Utara di kawasan Yogyakarta potensial untuk wisata alam.

Potensi penggal Code tengah memiliki karakter permukiman perkotaan. Penggal selatan sungai Code memiliki karakter permukiman dan industry kerajinan (Totok 2009 dan Heru, 2009). Berdasarkan Tabel 2, potensi wisata alam terdapat pada sungai Code utara di kawasan perkotaan Yogyakarta. Potensi wisata alam Code utara perlu dianalisis berdasar wisata lingkungan perdesaan atau kota kecil dari teori Gunn (2004) dan berdasar konsep potensi wisata something to see, something to do, and something to buy (Haryono, 1979; Merigi, 2007; Rosadi, 2009).

4.

SOMETHING TO SEE, TO DO, DAN TO BUY DI KAWASAN SUNGAI CODE

.

Salah satu cara terbaik untuk konservasi sungai Code menurut Totok adalah melalui pariwisata, sehingga orang yang berkunjung di sungai Code akan membelanjakan uang atau sesuatu bagi masyarakat di sekitar sungai Code (Merti Code, 2007). Kesenian daerah atau seni tradisional merupakan sesuatu yang dapat di lihat atau dinikmati oleh wisatawan dan jika wisatawan akan belajar kesenian maka kesenian dan kerajianan akan hidup, dan program pengentasan kemiskinan akan berjalan dengan sendirinya. Kesenian tradisional atau daerah adalah materi belajar atau sesuatu yang dapat dikerjakan oleh wisatawan Sedangkan souvenir atau kerajinan yang dibuat oleh masyarakat Code merupakan sesuatu yang dapat dibeli. Totok mengutarakan keinginannya untuk menjual kawasan Code utara ini sebagai asset wisata,tapi bukan dari menjual infrastrukturnya, melainkan menjual ilmu untuk belajar tentang pengelolaan sampah mandiri, pengelolaan air bersih, pengelolaan Ipal komunal. Dari aspek potensi, berbagai tawaran wisata oleh Totok merupakan sesuatu yang bisa dilakukan oleh wisatawan (Merti Code 2007).

.

Menurut Merigi (2007) bahwa Sungai Code Utara masih alami.dimana kawasan dan kawasan tersebut memiliki pondokan dan banyak tempat pepohonan atau vegetasi besar dan kecil yang sudah diberi nama untuk studi anak-anak. Di lokasi tersebut terdapat hutan bambu yang rimbun, pohon besar untuk berteduh, namun kondisinya kurang terawat. Dilokasi tersebut terdapat air terjun yang bisa digunakan untuk PLT Mikro Hidro. Potensi lainnya adalah masyarakat Code utara yang sudah terstruktur dalam pengeloaan lingkungan, Hal ini tebrukti dengan pengelolaan sampah organik dan non organik, adanya pengelolaan air bersih secara komunal untuk pembelajaran bagi dinas-dinas dan instansi lain. Di kawasan tersebut juga memiliki potensi hiburan rakyat atau kesenian tradisional, makanan khas masyarakat pinggir kali Code. Suasana di pinggiran sungai Code Utara masih cukup alami sehingga lokasi atraksi tersebut memiliki karakter atraksi kawasan perdesaan atau suasana pinggiran kota kecil. Gunn (2004) menyampaikan bahwa sejumlah potensi kegiatan wisata di kawasan perdesaan atau kota kecil (small town) seperti pada Tabel 1 yang sekaligus dilakukan analisis kesesuaian dengan kondisi lingkungan sungai Code serta tingkat rekayasa yang berkaitan dengan investasi.

(9)

Code, menaikan air sungai, penataan, peremajaan, sanitasi sungai, pengadaan public space, konsolidasi lahan, pola rumah susun, dan membangun kesadaran masyarakat. Sebagi dampaknya maka lingkungan sungai Code dan permukimannyaakan menjadi sehat dan lebih hijau. Dengan masyarakat yang semakin peduli terhadap lingkungan sungai yang bersih dan menarik (dan indah) maka kunjungan wisatawan akan berpengaaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Code (Widodo, 2007; 2009; Suparwoko, 2009) dan sekitarnya.

Atraksi wisata sesuai dengan lingkungan dan tingkat rekayasa

Atraksi wisata yang sesuai dengan lingkungan sungai Code cukup banyak. Atraksi wisata alam yang sesuai dengan lingkungan sungai Code terdapat 14 buah (lihat Tabel 3 nomer 1 s/d 14). Terdapat wisata alam yang kurang sesuasi dengan geografis dan aliran sungainya, seperti berenang dan ski air. Di kawasan Code utara terdapat pula potensi yang kurang sesuai dengan aspek konservasi alam yaitu kegiatan berburu. Sedang atraksi pendukung wisata alam sungai Code terdapat sejumlah atraksi wisata seperti:

(1) wisata budaya: festival Kesenian Code dan wisata bangunan bersejarah sekitar sungai Code (lihat Gambar 3)

(2) wisata kuliner (aneka makanan khas Yogyakarta) dan wisata belanja souvenir (hasil kerajinan masyarakat kawasan sungai Code)

Tabel 3. Potensi dan Keseuaian Kegiatan Wisata Alam dan Lingkungan Sungai Code Utara

Jenis potensi kegiatan Kesusuaian dengan lingkungan dan tingkat rekayasa/investasi 19. Ya - budaya (rekayasa ringan) 20. Ya – budaya (rekayasa ringan) 21. Ya - kuliner (rekayasa ringan) 22. Ya – belanja ( rekayasa ringan)

Sumber: diadopsi dari Gunn (2004) dan diolah

Dari berbagai potensi wisata alam yang bisa dikembangkan di sungai Code memiliki tingkat rekayasa pengembangan sarana wisata yang berbeda yaitu:

(10)

(2) rekayasa sedang akan memiliki tingkat teknologi dan pendanaan yang sedang dan membuutuhkan waktu yang lebih banyak; Misal, untuk mewujudkan sarana wisata kamping perlu penelntuan lahan kamping, kebersihan dan kesehatan serta prasarana KM/WC dan bangunan bangunan penunjang lainnya. Hal ini perlu perencanaan, investasi dan koordinasi berbagai instansi pemerintah terkait.

(3) rekayasa berat akan memiliki tingkat teknologi dan pendanaan yang relative besar dan membutuhkan waktu lebih banyak. Sebagai contoh untuk pembuatan saran kegiatan kano akan memerlukan bendungan yang membutuhkan perencanaan, teknologi, biaya dan waktu lebih lama dengan koordinasi dari berbagai instansi pemerintah dan masyarakat.

Gambar 3. Festival Budaya Merti Code dan Bangunan Sejarah

5. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Sempadan sungai Code Utara yang bersifat alami perlu dipertahankan atau dilestarikan melalui pengembangan wisata alam. Dengan adanya atraksi wisata maka pemasukan dana dari wisata akan mampu untuk mendukung kegiatan perlindungan ekologi sungai Code Utara. Berdasarkan dengan kondisi dan kepadatan pembangunan permukiman, maka penggal sungai Code di wilayah perkotaan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu penggal tengah yang memiliki karakter permukiman perkotaan; penggal selatan memiliki karakter permukiman padat dan industry rumah tangga. Kondisi alam sungai Code Utara memiliki potensi wisata alam yang cukup banyak seperti trecking (riverwalk), camping, pemancingan, berkemah, outbond dsb. Sebagai penunjang terdapat potensi budaya atau kesenian masyarakat Code seperti tarian dan music. POtensi lain adalah obyek wisata bangunan bersejarah di sekitar sungai Code terutama bangunan militer di kawasan Jetis. Potensi pendukung lain adalah wisata kuliner dan wisata belanja kerajinan/rumah tangga atau souvenir yang di buat oleh masyarakat code, seperti kerajinan kulit, pernik-pernik, batik, hiasan renda, dsb. Potensi wisata alam lingkungan Code tersebut adalah sesuai dengan hasil survey profil wisatawan ke Yogyakarta (Puspar UGM, 2008) sehingga diharapkan potensi wisata Code tersebut akan mendukung Yogyakarta sebagai kota wisata pendidikan dan budaya.

b. Saran

(11)

kerja (pokja) pembangunan wisata alam Code Utara dan melakukan langkah nyata berupa perencanaan, rencana aksi, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring. Kegiatan kesehatan lingkungan yang penting untuk dilakukan adalah pengolahan sampah, pengolahan limbah domestic (rumah tangga dan industry rumah tangga) dan sumur peresapan air hujan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN

Fandeli, Chafid, 1995, Potensi Obyek Wisata Alam Indonesia, dalam Fandely, Chafid, 1995, Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, Yogyakarta: Liberty

Merigi, Karmolis (Pusat Studi Jerman), 2007, “Peluang Code Utara Sebagai Objek Studi Sungai Dan Lingkungan” dalam Merti Code, Focus Grup Discussion (Strategi Pemasaran Ekowisata

Code Utara) 2 September 2007 di Hotel Santika diakses 21 Juli 2009 dari sumber http://merticode.multiply.com/journal/item/17

Merti Code, 2007, FORUM PEMBINAAN PERIKANAN TANGKAP DI PERAIRAN UMUM DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN SUNGAI CODE YOGYAKARTA 28 JULI 2007 diakses 21 Juli 2009 dari sumber

http://merticode.multiply.com/journal/item/9/FORUM_PEMBINAAN_PERIKANAN_TANGKAP Muzakky, Agus Taftazani BATAN-YOGYAKARTA , 2007, KOREKSI KONSENTRASI LOGAM Ti, Cr DAN Mn TERHADAP DEBIT AIR SUNGAI CODE,YOGYAKARTA, diakses 20 Mei 2009, dari sumber http://nhc.batan.go.id/muzakky2.php

Nuryanti, Windu, 1995, Perencanaan Pembangunan Regional dan Kawasan untuk Kepariwisataan Alam, dalam Fandely, Chafid, 1995, Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, Yogyakarta: Liberty

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai

Rosadi, Hendri, 2009, Tahun Kunjungan Wisatawan dan Pesta Rakyat Lampung Barat, diakses 21 Juli 2009 dari sumber

http://lampungbarat.go.id/pemerintahan/index.php?option=com_content&task=view&id=119 9&Itemid=1

Ramaini, 1992, Geografi Pariwisata untuk sekolah Menengah Industri Pariwisata dan Sekolah Menengah Ekonomi Atas, Jakarta: Gramedia

Smith, L. Valene (editor), 1989, Host and Guest: Anthropology of Tourism, Philadelphia: University of Pennsylvania Press

Solecki, W.D., Rosenzweig, C., Pope, G., Chopping, M., Goldberg, R., and Polissar, A., 2004,Urban Heat Island and Climate Change: An Assessment of Interacting and Possible Adaptations in the Camden, New Jersey Region, , Environmental Assessment and Risk Analysis Element, Research Project Summary, NJDEP April 2004

Suparwoko, 2009, Menuju Code Riverfront Masterplan, makalah disampaikan dalam workshop

“Revitalisasi Kawasan Sungai Code” pada tangga 2 Juni 2009 di Auditorium Universitas Islam Indonesia Jl. Di Tiri 1 Yogyakarta

Widodo, 2007, Code River Walk (CRW) Belajar dari San Antonio di Amerika Serikat, diakses 21 Juli 2009 dari http://merticode.multiply.com/journal/item/9

Widodo, 2009, Visi Pengembangan Kampung Code: ekologis, ekonomi, dan sosial budaya, makalah

disampaikan dalam workshop “Revitalisasi Kawasan Sungai Code” pada tangga 2 Juni 2009

di Auditorium Universitas Islam Indonesia Jl. Di Tiri 1 Yogyakarta

Gambar

Gambar 1. Sistem Drainasi Alami di Kawasan Sekitar Sungai
Tabel 1. Kajian dan Penelitian tentang sungai Code
Gambar 2. Area Sempadan Sungai atau Daerah Aliran Sungai (DAS) harus dilindungi
Tabel 2. Kondisi Bantaran Sungai Code di Kawasan Perkotaan Yogyakarta,
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dette ses tydeligt i de udvalgte artikler, hvor der refereres til skøn i forhold til situationen, og dermed ikke verificerbar fakta, som kan sættes i relation til konteksten.

Salah satu upaya untuk meningkatkan soft skills mahasiswa pada praktik klinik kebidanan dengan adanya gerakan karakter ³6(+$7´ XQWXN PHQJJHUDNDQ FLYLWDV

Dalam melaksanakan tugas Camat sebagai unsur Staf Pemerintah Daerah/ Satuan Kerja Pemerintah Daerah adalah berkedudukan membantu Kepala Daerah dalam menjalankan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan minat konseling adalah perhatian lebih besar, rasa suka atau tertarik terhadap kegiatan konseling yang dapat

Sampai awal Agustus 2016, kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia masih lebih hangat dari klimatologisnya, dengan anomali suhu berkisar antara

Metode resampling yang digunakan adalah bootstrap aggregating (bagging) yang merupakan pengambilan sampel dengan pengembalian untuk data set yang terdiri dari

Perkuliahan Menulis Karya Ilmiah (akademik) yang selama ini terkesan formal dan kaku akan menjadi cair dan berterima jika subtansi atau bahan ajarnya berbasis pada

Dengan memecahkan soal cerita yang berkaitan dengan jarak, peserta didik dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah sehari - hari dengan benar..