• Tidak ada hasil yang ditemukan

ekonomi kependudukan mortalitas FEB UNAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ekonomi kependudukan mortalitas FEB UNAI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

Ekonomi mortalitas merupakan topik yang jarang dibahas. Tulisan-tulisan yang membahas tentang ekonomi mortalitas sulit ditemukan. Hal itu bisa dimengerti karena “mati” pada dasarnya bukan merupakan suatu “pilihan” . Padahal pilihan atau pilih memilih merupakan hal penting dalam ekonomi. Dalam ekonomi fertilitas dibahas tentang pertimbangan-pertimbangan ekonomi mengapa seseorang memilih memiliki anak atau tidak. Dalam ekonomi migrasi dibahas tentang pertimbangan-pertimbangan ekonomi mengapa seseorang memilih bermigrasi atau tidak. Namun dalam kaitan ekonomi mortalitas tidak mungkin dibahas mengapa seseorang memilih mati atau tidak. Sebab mati pada dasarnya bukan merupakah pilihan. Yang menjadi pilihan bukan mati, melainkan sakit atau sehat. Oleh karena itu analisis yang berkembang bukan ekonomi mortalitas melainkan ekonomi kesehatan.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia. Sampai saat ini Indonesia masih menduduki sepuluh besar negara dengan jumlah penduduk terbesar. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia sekarang ini adalah tingkat kematian ibu setelah melahirkan dan kematian bayi. Kematian ibu terjadi sesaat setelah melahirkan, namun ada juga yang terjadi selang beberapa waktu kemudian. Sedangkan kematian bayi adalah kematian bayi usia 0 ± 11 bulan disatu wilayah pada kurun waktu 1 (satu) tahun. Sedangkan angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi usia 0 ± 11 bulan di satu wilayah pada kurun waktu 1 tahun.

(2)

Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia, sekitar 20.000 perempuan meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi kehamilan. Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup masih merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan ASEAN, dan penurunan angka kematian ini masih menjadi prioritas tinggi dalam isu pembangunan. Sebagian besar kasus kematian ibu sebenarnya bisa dicegah dengan peningkatan akses ke layanan kesehatan reproduktif yang bermutu serta penggunaan tenaga persalinan yang trampil

Ada beberapa alasan yang mendasar sehingga tingkat kematian ibu dan bayi ini semakin tinggi atau sulit untuk diatasi. Salah satu yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang buruknya kondisi perekonomian keluarga atau dapat dikatakan faktor kemiskinan. Kemiskinan adalah masalah yang paling mendasar yang ada di Indonesia baik desa maupun kota. Dan memilki karakteristik yang tidak jauh antara desa dan kota untuk msalah kemiskinan yang menyebabkan beberapa permasalahan yang cukup komplek. Misalnya pendidikan kurang, pemenuhan kebutuhan di bawah garis rata-rata, kebuthan pkok yang masih terabaikan, dan pola kehidupan yang masih rendah. Ini adalah faktor – faktor yang berujung pada kematian ibu dan bayi. Pendidikan ibu yang rendah, dan kemampuan serang wanita dalam memperoleh fasilitas persalinan dan tenaga medis yang lebih berkualitas terbentur oleh dana dan pembiayaan yang mahal.

Pada pemaparan di atas, kita ingin mengetahui bagaimana kemiskinan itu bisa menjadi faktor yang tertinggi dalam kematian ibu dan annak. Indicator kemiskinan yang sering digunakan untuk berbagai maslah pembagunan kini akan kami gunakan juga untuk mengetahui pengaruhnya tehadap kematian ibu dan anak sebagai human development.

II. TUJUAN

Tujuan dari pembahasan malah tingkat mortalitas atau kematian ibu dan anak yang dipengaruhi oleh faktor kemiskinan adalah :

1. Untuk mengetahui penyebab tingginya kematian ibu dan anak.

(3)

3. Mengetahui bagaimana kemiskinan memberi pengaruh yang besar terhadap kematian ibu dan anak.

4. Melihat angka harapan ibu dan anak.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk memudahkan kami dalam mengerjakan maklah ini. Kami menggunaakan beberapa sumber yang menguatkan pemaparan dan memperjelas makalah ini. Antara lain sebagai berikut :

1. Menurut Lembaga demografi FE UI demografi berasal dari bahasa yunani “demos” yang berarti rakyat atau penduduk dan “gfrafien” yang berarti menulis. Jadi demografi adalah tulisan tulisan atau karangan karangan mengenai rakyat dan penduduk.

2. Berdasarkan objek yang dipelajari , Boque (1969) dalam bukunya “principles of demography” mendefinisikan demografi sebagai ilmu yang mempelajari statistic dan matematik tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahan perubahannya sepanjang masa melaluibekerjanya 5 komponen demography yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial. (Lembaga Demografi FE UI, 2004:1). Dalam Mantra (2003:2), disebutkan bahwa Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) menyatakan “demography is the study of size, territorial distribution and composition of population, changes there in and the components of such changes with maybe identified as natality, territorial movement (migration), and social mobility (changes of state)

3. Tentang penduduk, Menurut UU No. 1992 penduduk merupakan orang yang dalam mantranya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu (Mantra, 2003:3)

(4)

penduduk miskin maupun program yang dilaksanakan. Pengertian kemiskinan yang perlu diketahui dan dipahami adalah sebagai berikut :

Kriteria BPS, kemiskinan adalah suatu kondisi seseorang yang hanya dapat memenuhi makanannya kurang dari 2.100 kalori per kapita per hari.

Kiteria BKKBN, kemiskinan adalah keluarga miskin pra sejahtera apabila :

1) Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya.

2) Seluruh anggota keluarga tidak mampu makan dua kali sehari.

3) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja atau sekolah dan bepergian.

4) Bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah.

5) Tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.

Kriteria Bank Dunia, kemiskinan adalah keadaan tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan USD 1,00 per hari.

5. Undang – undang RI No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan pasal 33 yaitu :

1. Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana paling lambat tiga puluh hari sejak lahir mati.

2. Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat Keterangan Lahir Mati.

6. Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang tahun 2008 tentang kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA) pasal 1 No. 5 :

Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak yang selanjutnya disingkat KIBBLA adalah paket pelayanan terpadu dengan memfokuskan pada intervensi yang terbukti berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi serta Anak.

7. Teori prangkap penduduk dari Malthus

(5)

umum penduduk suatu negara untuk tumbuh menurut deret ukur yang menjadi dua kali lipat setiap 30 – 40 tahun. Sementara itu pada saat yang sama, karena hasil yang menurun dari faktor produksi tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung.

8. Kemiskinan dan arah kebijakan pembangunan.

Menurut Moeljarto Tjokrowinoto (1999), Keadaan kemiskinan pada umumnya diukur dengan tingkat pendapatan dan dapat dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Selain itu, berdasarkan pola waktunya kemiskinan dapat dibedakan menjadi: persistent poverty, cyclical poverty, seasonal poverty, serta accidenal poverty.

Menurut Sumitro Maskun (1997) kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja dan kondisi keterisolasian, motivatsi, dan kesadaran untuk lepas dari kungkungan kemiskinan yang menghimpit.

9. Angka kematian ibu (AKI)

(6)

IV. PEMBAHASAN

IV.1 Fenomena dan faktor tingginya kematian bayi dan anak.

Usia harapan hidup mungkin bisa dijadikan faktor untuk memperhitungkan keadaan kesehatan pada penduduk. Tapi ada indicator lain yang menjadi berhatian besar yaitu jumlah kematian anak, terutama bayi. Yang dapat dilihaat kerentanan seorang anak untuk lebih mudah terserang penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat.

Keadaan kemisikinan penduduk akan mengakibatkan pemenuhan hidup bayi dan anak yang dilahirkan oleh penduduk miskin. Tidak memiliki kesempatan yang lebih layak untuk mendapat asupan gizi, makanan dan pelayanan kesehatan yang optimal.

Faktor bayi yang berpengaruh terhadap kematian bayi adalah nilai APGAR, sedangkan faktor pelayanan adalah pelayanan antenatal. Apabila faktor – faktor tersebut dapat dikontrol dengan baik maka untuk menurunkan anngka kematian bayi dengan relative cepat.

Faktor lain adalah ibu yang berpengaruh terhadap kematian bayi antara lain usia ibu ketika melahirkan dan paritas. Ketidak pahaman serang wanita tentang batasan umur aman untuk hamil dan melahirkan bayi masih bayak dikalana penduduk yang menengah ke bawah. Usia yang melebihi keamanan untuk mmiliki anak bukan hal dipertimbangkan dengan baik. Bisa saja faktor culture dan anggapan lama kehidupan masyarakat. Lalu kesadaran mengikuti keluarga berencana.

Kematian anak bukan terjadi hanya pada tahun pertama, namun juga cukup banyak terjadi pada minggu atau bahkan hari-hari pertama kehidupan mereka. Artinya kita harus memperbaiki kualitas layanan kesehatan ibu dan anak, khususnya sepanjang kehamilan dan segera setelah persalinan. Jika mereka bertahan hidup selama masa tersebut, risiko terbesar yang mereka hadapi adalah infeksi saluran pernafasan akut dan diare. Keduanya dapat disembuhkan jika penanganan dini dilakukan. Namun secara keseluruhan kesehatan anak-anak sangat terkait dengan kesehatan ibu mereka.

(7)

setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS). Dan faktor – faktor yang mempengaruhi kematian bayi dalam kategori yang dilihat oleh BPS adalah

a. Sarana pelayanan kesehatan

Buruknya pelayanan kesehatan menjadi koreksi tersendiri untuk pemerintah sebagai bentuk pemerataan pembangunan.

b. Tenaga medis

Mencari atau juga membentuk tenaga medis yang mempunyai kompetensi tinggi angat susah. Klasfikasi dan lulusan pendidikan ini juga menentuka bagaimana tenaga medis menangani pasien.

c. Asupan gizi

Untuk memeiliki tubuh yang sehat maka seharusnya asupan gizi dalam tubuh harus memadai. Mulai anak dalam kandungan sampai dengan terlahir kedunia asupan gizinya haruslah diperhatikan,karena salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kematian bayi adalah gizi buruk.

d. Lingkungan

Yang dimaksud dengan pencemaran adalah suatu proses yang terjadi dalam lingkungan yang sifatnya membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan ini, yang dihasilkan oleh tingkah laku manusia (Sukarni,Mariyati.1989:71). Pencemaran dibedakan atas 3 macam pencemaran: pencemaran udara ( air pollution), pencemaran air (water pollution), pencemaran tanah (soil pollution)

IV.2 Fenomena dan faktor tingginya kematian ibu.

(8)

Distribusi persentasi penyebab ibu kematian

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi.

Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan. (WHO).

Persentase tertinggi kedua eklamsia (24 persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11 persen).

(9)

ujarnya. Kemudian, tambahnya disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, kurangnyaakses terhadap informasi, tingginya peranan dukun dan terbatasnya layanan medis modern.

IV.3 Angka kematian ibu (AKI)

AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada Gambar 3.5 berikut nampak adanya kecenderungan penurunan AKI sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 2007.

Seorang perempuan yang memutuskan untuk mempunyai empat anak memiliki kemungkinan meninggal akibat kehamilannya sebesar 1,2%. Angka tersebut bisa jauh lebih tinggi, terutama di daerah-daerah yang lebih miskin dan terpencil. Satu survei di Ciamis, Jawa Barat, misalnya, menunjukkan bahwa rasio tersebut adalah 561¹ .⁷

(10)

proporsi persalinan yang dibantu oleh tenaga persalinan terlatih, baik staf rumah sakit, pusat kesehatan ataupun bidan desa, telah mencapai 73%. Sekali lagi angka ini sangat bervariasi di seluruh Indonesia, mulai dari 39% di Gorontalo dan hingga 98% di Jakarta.

Mengapa banyak keluarga lebih memilih tenaga tradisional?

Karena berbagai alasan. Salah satunya, biasanya lebih murah dan dapat dibayar dengan beras atau barang-barang lain. Keluarga juga lebih nyaman dengan seseorang yang mereka kenal dan percaya. Mereka yakin bahwa tenaga persalinan tradisional akan lebih mudah ditemukan dan beranggapan bahwa mereka bisa lebih memberikan perawatan pribadi. Dalam kasus-kasus persalinan normal, ini mungkin benar. Namun jika ada komplikasi, tenaga persalinan tradisional mungkin tidak akan dapat mengatasi dan mungkin akan segan untuk meminta bantuan bidan desa.

Hal ini dapat mengakibatkan penundaan yang membahayakan jiwa karena tidak secepatnya memperoleh perawatan kebidanan darurat di pusat kesehatan atau rumah sakit. Keterlambatan dapat juga terjadi karena kesulitan dan biaya transportasi, khususnya di daerah-daerah yang lebih terpencil. Kenyataannya, perempuan mana pun dapat mengalami komplikasi kehamilan, kaya maupun miskin, di perkotaan atau di perdesaan, tidak peduli apakah sehat atau cukup gizi. Ini artinya kita harus memperlakukan setiap persalinan sebagai satu potensi keadaan darurat yang mungkin memerlukan perhatian di sebuah pusat kesehatan atau rumah sakit, untuk penanganan cepat. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa sekitar separuh dari kematian ibu dapat dicegah oleh bidan terampil, sementara separuhnya lainnya tidak dapat diselamatkan akibat tidak adanya perawatan yang tepat dengan fasilitas medis yang memadai

(11)

Gambar berikut menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.

IV.5 Angka Kematian bayi dan anak

Penyebab kematian bayi dan anak yang dijelaskan diatas mempuntyai persentase yang besar untuk menyumbang kematian bayi misalnya tahun 2007, anak-anak yang menerima imunisasi difteri, batuk rejan dan tipus adalah 84.4% 12, meskipun hanya separuh dari mereka yang menerima imunisasi lengkap. Selain itu 82% anak-anak menerima imunisasi Tubercolosis (TBC), dan 80% imunisasi hepatitis. Namun ini harus menjadi satu proses berkesinambungan. Hal yang mencemaskan adalah turunnya angka imunisasi terhadap polio dan campak Jerman (rubella), yaitu dari sekitar 74% beberapa tahun lalu menjadi 70%. Campak juga menjadi kekhawatiran karena angka imunisasi hanya 72% untuk bayi dan 82% untuk anak hingga 23 bulan, sementara target pemerintah adalah 90%. Diperkirakan 30.000 anak meninggal setiap tahun karena komplikasi campak13 dan baru-baru ini ada beberapa KLB (kejadian luar biasa) polio dimana 303 menjadi lumpuh.

(12)

Kesehatan anak Indonesia terus membaik yang ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian balita, bayi maupun neonatal. Angka kematian balita menurun dari 97 pada tahun 1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI). Begitu pula dengan angka kematian bayi menurun dari 68 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada periode yang sama. Angka kematian neonatal juga menurun walaupun relatif lebih lambat, yaitu dari 32 menjadi 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Gambar 4.1).

Kematian balita dan bayi. Pada tahun 1960, angka kematian bayi (AKB) masih sangat tinggi

yaitu 216 per 1.000 kelahiran hidup. Dari tahun ke tahun, AKB ini cenderung membaik sebagai dampak positif dari pelaksanaan berbagai program di sektor kesehatan. Pada tahun 1992 AKB tercatat 68 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian menurun menjadi 57 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1994, turun lagi menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997, dan pada tahun 2002-2003 penurunannya sudah mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003).

(13)

Penurunan AKBA dalam kurun waktu tahun 1992 (SDKI) sampai 2005 (Supas) lebih cepat dibandingkan penurunan AKB dalam kurun waktu yang sama. Penurunan AKBA mencapai 57 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan kecepatan penurunan AKB hanya mencapai 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup (lihat Gambar 4.2). Ini menunjukkan bahwa resiko kematian kelahiran bayi lahir lebih besar ketimbang resiko kematian hingga usia balita. Pada tahun 2004, BPS memperkirakan AKB dapat mencapai 33,9 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sementara AKBA dapat mencapai 40,9 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

(14)

V. DAFTAR ISI

Reverend Thomas MalthusEssay on the principle of population. 1978

Daftar Pustaka Profil Kesehatan Indonesia, 2010 SDKI, 2007 BPS, 2008

Sumber: sdki 2010 angka kematian ibu dan bayi di indonesia | ktiskripsi.com

STRATEGI AKSELERASI PENCAPAIAN TARGET MDGs 2015 Peta Pencapaian MDGs Targets di Indonesia Saat Ini (Millenium Development Goals)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK (KIBBLA)

WAPRES: KEMISKINAN KELUARGA MUSUH UTAMA ANAK Kamis, 28 Juli 2011 ISSU DAN KEBIJAKAN DALAM MENANGGULANGI MASALAH KEPENDUDUKAN DI NTT Nopember 2011 Jack Koshan Narotama

Arief, Sritua. 1977. Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi, Disparitas Pendapatan dan Kemiskinan Massal. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan.

Badan Pusat Statistik, 2009. Penduduk Miskin (PoorPopulation). Berita Resmi Statistis Penduduk Miskin No.04/Th.II/July, Jakarta:CBS.

Suharto, Edi dkk. 2002, Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Keluarga Miskin di Indonesia, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan (LSP) STKS

http://www.waspada.co.id/index.

http://emperordeva.wordpress.com/about/pemberdayaan-masyarakat-miskin-di-era-otonomi-daerah-2/

(15)
(16)

Gambar

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan
Gambar berikut  menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994  sampai

Referensi

Dokumen terkait

Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan kerusakan  pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatic pada medulla spinalis tidak selalu terjadi

Selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lenawan (2009), yang menyatakan bahwa pada kepadatan yang rendah larva ikan gurami mampu memanfaatkan ruang

Bahasa Minangkabau atau dalam bahasa asal, Baso Minang adalah sebuah bahasa Austronesia yang digunakan oleh kaum Minangkabau di Sumatra Barat, di barat Riau, Negeri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai kesehatan gigi dan mulut dalam kategori kurang baik sebesar 52,3% dengan status periodontal yaitu

Tujuan praktikum tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum proses ekstraksi rimpang kencur dengan pengaruh variasi jumlah pelarut, suhu ekstraksi, refluk ratio,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tidur Larut Malam

Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu Mayjen Sungkono Surabaya yang sudah memberikan data-data dan informasi tentang Kredit Pemilikan Rumah

penilaian belum begitu detail seperti yang dirumuskan dalam kurikulum 2013, dalam penilain sikap yang saya lakukan baru menilai sikap mereka dengan guru sedangkan sikap