Tidak Efektifnya Kebijakan Denda bagi Masyarakat yang Membuang
Sampah Sembarangan di Kota Bandung
Aktivitas masyarakat sehari-hari tidak akan bisa lepas dari menghasilkan sampah.
Mulai dari sampah bekas makanan atau minuman sampai sampah dari benda yang dipakai
sehari-hari seperti kantong plastik untuk belanja sampai tissu untuk sekedar menyeka
keringat. Karena itulah sampah terus menjadi masalah yang dicari penanggulangannya.
Sampah menurut Kamus Lingkungan tahun 1994 adalah bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau
pemakaian, barang rusak atau cacat selama manufaktur, atau materi berlebiha atau buangan.
Berdasarkan jenisnya, sampah terbagi menjadi tiga jenis yaitu sampah organik,
anorganik dan B3. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk atau sampah yang
dapat terurai oleh aktivitas pembusuk pembusuk. Sampah anorganik adalah sampah yang
tidak dapat membusuk atau sampah yang tidak dapat terurai. Sedangkan sampah B3 adalah
sampah yang sangat berbahaya dan bersifat mematikan bila terkena manusia atau hewan.
Sampah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan apabila tidak dikelola dengan
baik. Sampah yang biasanya menimbulkan kerusakan lingkungan adalah sampah yang
berasal dari zat anorganik. Sampah jenis ini jika tidak dikelola dengan baik akan menumpuk
dan inilah yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Tingginya tingkat penduduk suatu
kota menyebabkan tingginya konsumsi masyarakat dan menyebabkan tingginya kebutuhan
akan bahan anorganik yang sudah praktis seperti plastik untuk membungkus sesuatu.
Meledaknya penduduk suatu kota memicu kota tersebut terindikasi kota dengan
penduduk berjumlah banyak dan sudah terindikasi kurang bersih karena banyaknya sampah
yang bertebaran di sudut kota adalah Kota Bandung. Kepadatan penduduk yang terjadi di
Kota Bandung menimbulkan tumpukan sampah dan sebaran sampah di sudut kota sisa
konsumsi masyarakatnya. Hasil Survei penduduk tahun 2002 memperlihatkan jumlah
kepadatan penduduk yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Bandung.
TABEL 1. LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2002
No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah PendudukKepadatan
1 Bandung Kulon 6,48 94.585 14.596
Sumber : BPS Kota Bandung (Hasil Registrasi Penduduk 2002)
Menurut hasil survei pada Tabel.1 di atas Kota Bandung memiliki penduduk yang
sangat padat. Padatnya penduduk di beberapa wilayah yang tersebar di kota Bandung salah
satunya faktor urbanisasi yang terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Barat ke Kota Bandung
dan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik
sampah yang makin beragam.
Seperti kota-kota metropolitan lain, masalah sampah di Kota Bandung merupakan
masalah yang serius untuk ditangani. Menurut data dari PD Kebersihan Kota Bandung,
pelayanan sampah di Kota Bandung hanya mencakup 62,73% dari total timbulan sampah.
Timbulan sampah terbesar berasal pemukiman yaitu sebesar3.921,76m3/hari atau 57,92%
dari total timbulan sampah. Timbulan sampah per hari di Kota Bandung dirinci menurut
sumbernya, disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL 2. RATA-RATA PRODUKSI SAMPAH PER HARI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2002
No Sumber Volume Persentase (%) Sampah terangkut (m3 / hari)
1 Pemukiman 3.921,76 57,92 2.460,28
2 Pasar 618,58 9,14 388,06
3 Pertokoan dan Restoran 602,82 8,90 189,97
4 Penyapu jalan 452,29 6,68 228,13
5 Fasilitas Umum 363,64 5,37 509,91
6 Kawasan Industri 798,46 11,79 283,74
7 Saluran lain-lain 12,94 0,19 8,12
Sumber: PD Kebersihan Kota Bandung
Jumlah total sarana pengangkutan sampah adalah sebanyak 108 unit. Sebagian besar
masa pakai lebih dari lima tahun, yaitu sebanyak 96 unit. Masalah yang timbul dengan
dipakainya alat berumur lama, kerusakan yang terjadi pada alat-alat tersebut. Selain biaya
unit alat pengangkutan yang ada, 34 diantaranya dalam kondisi rusakdan tidak bisa
beroperasi.
TABEL 3. SARANA ANGKUTAN SAMPAH KOTA BANDUNG TAHUN 2001
No Jenis Sarana Kapasitas(m3
Proses terakhir dari pengelolaan sampah adalah pengolahan di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Untuk melayani pembuangan sampah dari Kota Bandung, tersedia tiga lokasi
Tempat Pembuangan Akhir, yaitu TPA Pasir Impun, TPA Leuwigajah dan TPA Jelekong.
Namun saat ini, yang bisa beroperasi penuh hanya dua TPA yaitu TPA Leuwigajah dan TPA
Jelekong, sedangkan TPA Pasir Impun tidak beroperasi lagi karena tuntutan masyarakat
sekitar yang terganggu kenyamanannya dengan adanya TPA tersebut. Berikut ini adalah data
TABEL 4.TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH MENURUT LUASNYA KEADAAN
Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak
0.0035 m3/orang/hari, Kota Bandung dengan jumlah penduduk 1.867.010 jiwa, menghasilkan
4068,21 m3 sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 0.0035 m3/orang/hari.
Namun PDAM Kota Bandung baru dapat memproduksi sebanyak 4068,21 m3. Sehingga
banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 2466,32 m3.
TABEL 4. KEBUTUHAN KOMPONEN SAMPAH KOTA BANDUNG Jumlah
0.0035 m3/orang/hari, Kota Bandung dengan jumlah penduduk 1.867.010 jiwa, menghasilkan
4068,21 m3 sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 0.0035 m3/orang/hari.
Namun PDAM Kota Bandung baru dapat memproduksi sebanyak 4068,21 m3. Sehingga
banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 2466,32 m3.
Banyak masyarakat yang tidak tahu ataupun tidak mau tahu dampak yang ditimbulkan
dari menumpuknya sampah. Kurangnya perhatian terhadap lingkungan menyebabkan
masyarakat terbiasa membuang sampah sembarangan. Sampah berserakan di jalan raya,
menimbulkan bau tidak sedap, dan pemandangan yang tidak indah. Apalagi kebiasaan
masyarakat yang membuang sampah ke sungai, ini merupakan salah satu faktor utama banjir
di sebagian wilayah. Tercatat bahwa kota Bandung sering dilanda banjir di beberapa wilayah
saat musim hujan tiba.
Kasus banjir yang sering terjadi menimbulkan kerugian kepada masyarakat secara
individual maupun terhadap pemerintah kota yang tertimpa bencana ini. Penyebab utama
banjir di kota Bandung adalah kondisi drainase yang buruk dan sampah. Banyaknya sampah
di sungai dan buruknya drainase membuat air tidak mampu tertampung oleh sungai sehingga
air naik ke permukaan jalan. Sampah selama bertahun-tahun menjadi penyebab utama banjir .
Oleh karena itu demi melindungi lingkungan Kota Bandung, pemerintah Kota
Bandung membuat Peraturan Daerah tentang denda bagi masyarakat yang membuang sampah
sembarangan. Kebijakan ini berlaku mulai 1 Desember 2014. Perda ini pernah dilakukan
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah sebelum
memulai pengenaan sanksi.
Dalam rencana pelaksanaannya yang terlibat bukan hanya Dinas Kebersihan, tetapi
juga ada Satuan Polisi Pamong Praja dan TNI. Namun, menurut Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahja Purnama mengatakan peraturan dalam mengatur denda bagi warga yang
membuang sampah sembarang belum berjalan efektif. Lalu bagaimanakah jika Perda ini
diberlakukan di Kota Bandung?
Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil meniru kebijakan Negara Sigapura yaitu
memberlakukan denda bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan tidak pada
tempatnya. Konsep denda ini bukan hanya diterapkan bagi kebijakan pengelolaan sampah
saja, namun sudah diterapkan kepada pembeli PKL yang berjualan di kawasan terlarang.
Ridwan Kamil menerangkan bahwa Negara Singapura dulu sama seperti Bandung, banyak
yang meludah, buang sampah, oleh karena itu pemerintahnya menerapkan konsep denda
sehingga sekarang kesadaran masyarakatnya tumbuh. Kebijakan ini perlu didukung dengan
fasilitas tempat sampahnya lengkap, edukasi kepada masyarakat juga dilakukan.
Di Singapura memang sudah terkenal sebagai negara denda karena banyak hal-hal kecil yang diperhatikan oleh Pemerintahnya. Di Singapura banyak aparat kemanan yang
menjaga tiap sudut jalan bahkan di tempat-tempat yang tidak terduga, namun hal ini tidak
akan disadari oleh orang-orang karena aparat kemanan ini tidak memakai seragam tapi
pakaian santai seperti yang lainnya. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah kamera CCTV
sehingga jika ada yang tertangkap melakukan pelanggaran pada kamera, orang itu akan
langsung ditangkap oleh aparat dan ditunjukkan video pada saat ia melakukan pelanggaran
Singapura lebih dulu menyadari akan pentingnya ketertiban di dalam negaranya.
Warga Singapura dan Pemerintahnya seolah berjalan bersama, jadi pada saat ada warga yang
melanggar dan dikenakan denda maka warga tersebut harus bertanggung jawab sebagai
warga negara yang baik dengan membayar dendanya.
Nampaknya Walikota Bandung telah benar jika mengikuti Singapura dalam hal
ketertiban. Bandung lebih dari Singapura, jika adanya sikap saling mendukung dan adanya
keinginan untuk menjadi kota maju di tahun yang akan datang. Karena jika penduduk
negaranya saja patuh terhadap peraturan yang ada, sudah pasti para pendatang/turis juga akan
melihat dan mematuhi hal tersebut. Sudah pasti hal baik ini akan memberikan
komentar/pandangan yang bagus dalam benak para pendatang yang berkunjung ke Kota
Bandung.
Dengan mencontoh Negara Singapura, Ridwan Kamil berharap adanya perubahan
pada pola pikir masyarakatnya . Kebijakan ini tentu bukan tanpa tujuan , namun untuk
mewujudkan kota Bandung yang bersih dan hijau dan menjadi kota Kembang bukan Kota
Sampah . Denda yang diberlakukan mulai tanggal 1 Desember 2014 ini sebesar-besarnya
adalah Rp 5.000.000,00 . Menurut Eugene Heng, pemimpin organisasi non-profit Waterways
Watch Society Singapura mengungkapkan, “Sanksi yang lebih berat akan membuat
masyarakat berpikir dua kali untuk mengotori lingkungan.” Namun, disamping itu jika
peraturan denda ini akan diberlakukan di kota Bandung perlu ada peningkatan tenaga
relawan untuk memperluas sosialisasi untuk terus memberikan pendidikan kepada
masyarakat.
Denda yang diberlakukan ini untuk mewujudkan Salah satu tujuan yang ingin dicapai
oleh kota Bandung yang tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2011 pasal 2
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, asas nilai ekonomi, dan asas kualitas lingkungan hidup kota.”
Isi dari Peraturan Daerah di atas belum sepenuhnya terlaksana. Asas Tanggung Jawab
dalam Perda tersebut belum sepenuhnya terlaksana. Hanya sebagian kecil orang yang sadar
akan tanggung jawab mengelola sampah secara sederhana seperti membuang sampah ke
tempatnya. Padahal, Pemerintah kota Bandung telah mewajibkan setiap rumah tangga,
institusi, maupun lembaga industri untuk menyediakan tempat sampah yang menyediakan
fasilitas pemilahan sampah yang terdiri dari 3(tiga) jenis sampah yaitu sampah organik,
sampah anorganik dan sampah B3 Rumah Tangga.
Negara seperti negara Singapura merupakah satu di antara banyak negara yang
berhasil melaksanakan kebijakan lingkungan bagi negaranya . Lalu apa saja yang membuat
negara lain berhasil menerapkan kebijakan lingkungan ? Keberhasilan negara maju dalam
mengelola sampah tidak hanya karena kemampuan mereka untuk menyediakan infrastruktur
dan teknologi yang handal dalam mengelola sampah. Di balik itu ada peran aktif masyarakat
dalam menciptakan lingkungan bebas sampah, selain itu masyarakat negara yang menerapkan
kebijakan lingkungan dengan baik sudah terbiasa teratur membuang sampah dengan cara
memisahkan sampah berdasarkan jenisnya yaitu sampah organik, anorganik, dan B3 dimulai
dari rumah masing-masing sehingga jika di jalan raya sudah menjadi kebiasaan untuk
membuang sampah pada tempatnya dan memilahnya. Dengan cara tersebut, akan mengurangi
tugas petugas kebersihan dalam mengelola sampah. Apabila masyarakat dengan kebijakan
lingkungan saling berintegrasi tidak perlu adanya denda bagi yang membuang sampah
sembarangan.
Berbeda dengan negara Singapura, di Indonesia sendiri pengelolaan persampahan
pengelolaan sampah maupun dalam proses pengumpulan sampah itu sendiri. Dinas
kebersihan kota ditunjuk sebagai instansi yang bertanggung jawab untuk mengkolektifkan
sampah dari rumah rumah penduduk, belum lagi di jalan raya, tempat umum, ataupun taman
kota, sampah seperti bukan tanggung jawab masyarakat, namun masalah petugas berseragam
kuning yaitu petugas kebersihan K3. Untuk membayar petugas kebersihan kota , penduduk
diharuskan membayar retribusi sampah. Adanya retribusi untuk pengelolaan membuat
masyarakat enggan membayar dan memilih membuangnya ke sungai atau menumpukannya
di pinggir jalan . Lamanya pengelolaan sampah yang masih tradisional membuat
penumpukan sampah terjadi.
Sebelum kebijakan denda bagi yang membuang sampah sembarangan, Bandung
pernah memberlakukan denda untuk para PKL dan masyarakat yang membeli dari PKL di
zona merah PKL yakni di Jalan Merdeka, Otista, Kepatihan Dalem, Alun-alun Timur, Asia
Afrika, dan Cikapundung Timur. Namun, sampai sekarang kebijakan itu belum sepenuhnya
terlaksana karena masih ada PKL yang bandel disertai kurang tegasnya pemerintah dan
masyarakat menyikapinya.
Mencontoh kebijakan yang diterapkan untuk PKL, denda terhadap masyarakat yang
membuang sampah sembarangan pun tidak akan efektif. Jika dilihat dari padatnya penduduk,
kurangnya fasilitas sampah seperti tempat sampah, sarana pengangkut sampah dan TPA di
Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah penduduk serta kebutuhan komponen sampah
masyarakat kota Bandung, tidak adanya keseimbangan antara kedua unsur tersebut. Belum
lagi siapa yang akan mengawasi masyarakat Kota Bandung yang sangat banyak, dibutuhkan
banyak personil Satpol PP maupun petugas kebersihan dan hal ini akan menambah pekerjaan
pemerintah untuk memberikan upah. Sementara, jika memasang CCTV harus membutuhkan
biaya yang sangat besar untuk memasang CCTV di antara luasnya wilayah Kota Bandung
Seharusnya masalah sampah tidak harus sampai melaksanakan kebijakan denda.
Namun masalah ini kembali kepada masyarakat Kota Bandung untuk membiasakan hidup
teratur untuk lingkungannya dan bijak dalam mengelola sampah. Karena kebersihan itu
seharusnya tidak dipaksakan oleh orang lain, namun kebutuhan hakiki seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.). ilmusipil.com/pengertian-sampah.
(n.d.). Penerapan Sanksi Administrasi dalam membuang sampah,
download.portalgaruda.org/article.php?article=143862&val=2306.
Ado. (2014). Denda PKL di Kota Bandung.
m.liputan6.com/news/read/809315/awas-denda-rp-1-juta-menanti-konsumen-pkl-di-kota-bandung.
Avi. (2014). Wali Kota Ridwan Kamil Tiru Singapura.
m.detik.co./news/read/2014/02/05/103041/486/wali-kota-ridwan-kamil-akan-tiru-singapura-soal-sampahbegini-caranya`?nd771104bcj.
Bandung, P. (2011). bandung.go.id/images/download/PERDA_No.08Th.2011.pdf.
Chairunnisa, N. (2014). Denda Buang Sampah Sembarangan Tak Efektif. m.tempo.co/read/news/2014/05/05/064575376/Ahok-Denda-Buang-Sampah-Sembarangan-Tak-Efektif.
Galih, P. (2014). Di Bandung, buang sampah sembrono denda 5 juta. m.tempo.co/read/news/2014/02/10/058552607/Di-Bandung-Buang-Sampah-Sembrono-Kena-Rp-5-juta.