• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Ekonomi dan Crowding Out Effec

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan Ekonomi dan Crowding Out Effec"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang tidak bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah setiap manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai satu kesatuan atau dikenal dengan organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang merupakan kesatuan dari setiap individu disebut dengan negara.

Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu pengetahuan sosial lainnya yaitu ilmu politik. Melalui ilmu politik ini individu-individu yang terlibat dalam organisasi yang disebut sebagai negara dapat memainkan perannya untuk mengatur sebuah negara agar dapat mencapai tujuannya yang telah dicita-citakan melalui semua kebijakan, termasuk kebijakan ekonomi.

Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari keterlibatan pemerintah karena pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu, menyangkut semua kebijakan yang bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Setiap pemerintahan yang sedang memimpin suatu negara tentu saja memiliki kebijakan ekonomi andalan untuk menjamin perekonomian negara yang baik dan stabil demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan, karena sudah menjadi kewajiban pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi agar tercapainya kehidupan yang makmur dan sejahtera bagi rakyatnya.

Kebijakan ekonomi suatu negara juga tidak bisa dilepaskan dari paham atau sistem ekonomi yang dipegang oleh pemerintahan suatu negara, seperti sistem ekonomi Kapitalisme, Sosialisme, Campuran, maupun sistem ekonomi Islam. Tentu saja pemerintah, sebagai pengendali perekonomian suatu negara, menganut salah satu sistem ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan ekonomi. Apapun sistem ekonomi yang dipegang oleh suatu pemerintahan, sistem ekonomi itulah yang diyakini sebagai sistem ekonomi terbaik bagi perekonomian negara yang dipimpin oleh suatu pemerintahan tersebut walaupun nantinya dalam sistem ekonomi yang dipegang memiliki berbagai kelemahan.

(2)

memberikan kemakmuran dan kesejahteraan yang nyata dalam penerapannya pada saat zaman Rasullah Muhammad SAW dan pada masa Khalifa Islamiyah karena sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan pada nilai keadilan dan kejujuran yang merupakan refleksi dari hubungan vertikal antara manusia dengan Allah SWT.

(3)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja macam-macam kebijakan dalam ekonomi makro? 2. Bagaimana penerapan kebijakan dalam ekonomi makro? 3. Apa yang dimaksud dengan crowding out?

4. Apa penyebab terjadinya crowding out?

5. Bagaimana mengatasi terjadinya crowding out effect?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui macam-macam kebijakan dalam ekonomi makro. 2. Mengetahui penerapan kebijakan dalam ekonomi makro. 3. Mengetahui definisi crowding out.

4. Mengetahui penyebab terjadinya crowding out.

(4)

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Kebijakan

Menurut Lasswell (1970): kebijakan adalah sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of goals values and practices).

Menurut Anderson (1979): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or matter of concern).

Menurut Heclo (1977): kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.

Menurut Eulau (1977): kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang membuat dan melaksanakan kebijakan.

Menurut Amara Raksasa Taya (1976): kebijakan adalah suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

Menurut Friedrik (1963): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.

Menurut Budiardjo (1988): kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Menurut Carter V. Good (1959): kebijakan adalah sebuah pertimbangan yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi tercapainya tujuan.

(5)

Menurut Carl Friedrich: Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman (untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

Menurut KBBI: Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan sebagainya).

Menurut Anderson: Kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah.

2.2 Pengertian Makro

- Adam Smith

“Secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu. Ini yang banyak dikenal sebagai teori ekonomi klasik. Dalam analisisnya, Adam Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value), kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya hukum alami.”

2.3 Pengertian Bisnis

- Huat, T Chwee (1990)

(6)

- Glos, Steade dan Lowry (1996)

“Bisnis merupakan sekumpulan aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan mentransformasikan berbagai sember daya menjadi barang atau jasa yang diinginkan konsumen.

- Musselman dan Jackson (1992)

“Suatu aktivitas yang memenuhi kebutuhan dan ekonomis masyarakat dan perusahaan diorganisasikan untuk terlibat dalam aktifitas tersebut.

2.4 Pengertian Hukum Bisnis

- Achmad ichsan

“Hukum bisnis adalah hukum yang mngatur soal- soal perdagangan, yaitu soal- soal yang timbul karena tinglah laku manusia dalam perdagangan.”

- R. Soekardono

“Hukum bisnis adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang mengatur masalah perjanjian dan perikatan- perikatan yang diatur dalam Buku III Burgerlijke Wetboek (BW). Dengan kata lain, hukum dagang adalah himpunan peraturan- peraturan yang mengatur seorang dengan orang lain dalam kegiatan peruahaan yang terutama terdapat dalam kodifikasi KUDH DAN KUHPdt. Hukum bisnis dapat pula dirumuskan adalah serangkaian kaidah yang mengatur tentang dunia usaha atau bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan. “

- Fockema Andreae

“Hukum bisnis adalah kesuluruhan dari aturan hukum mengenai perusahaan dalam lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur dalam KUHD dan beberapa undang-undang tambahan. “

- J. van Kan dan J. H. Beekhuis

(7)

Mengadakan perjanjian yang mempermudah dan memperkembangan menjual beli. Dengan demikian, hukum bisnis adalah tidak lain dari sebagian dari hukum perikatan, dan bahkan untuk sebagian besar dari hukum perjanjian.”

- M. H. Tirtaamidjaja

“Hukum bisnis adalah hukum yang mnegatur tingkah laku orang-orang yang turut melakukan bisnis. Sedangkan bisnis adalah pemberian perantara produsen dan konsumen ; membeli dan menjual dan membuat perjanjian yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan itu. Sekalipun sumber utama hukum bisnis adalah KUHD, akan tetapi tidak bisa dilepaskan dari KUHPdt. “

- H.M.N. Purwosuthipto

“Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan.”

Dari berbagai pengertian hukum bisnis sebagaimana dikemukakan oleh para ahli hukum di atas tampak bahwa, ada satu pengertian meyeluruh yang dapat dijadikan sebagai titik awal untuk melihat apa makna hukum bisnis. Pengertian menyeluruh yang dimaksud adalah pada hakikatnya hukum bisnis sebagaimana suatu norma yang digunakan dalam menjalankan suatu kegiatan dunia usaha. Dengan kata lain, hukum bisnis adalah seragkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau kegiatan perusahaan. Norma tersebut dapat bersumber, baik pada aturan hukum yang sudah dikodifikasikan, yaitu dalam KUHPdt dan KUHD maupun di luar kodifikasi. Perlu juga dikemukakan bahwa hal yang diatur dalam kodifikasi tersebut secara parsial telah diatur dalam undang- undang sendiri.

BAB 3. Pembahasan

3.1 Hukum Binis

(8)

bermasyarakat pada suatu tempat dan waktu tertentu yang memiliki sifat memaksa. Dan tujuan dari pada hukum antara lain:

1. Keadilan 2. Kepastian 3. Kemanfaatan

4. Menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbanganitu dalam kenyataan.

Hukum merupaka suatu perjanjian yang dibuat untuk mengatur dan menerapkan asas-asas tujuan dari hukum. Pengertian perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata ialah: “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.” Adapun asas-asas sebagai norma dasar dalam hukum perjanjian, terdiri dari:

(a) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yaitu: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Jadi asas ini memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian. b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya. d. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

Asas kebebasan berkontrak ini juga dibatasi bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan kesusilaan (Pasal 1337 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).

(b) Asas Konsensualisme

(9)

(c) Asas Pacta Sunt Servanda

Asas ini disebut juga sebagai asas kepastian hukum, asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian, Asas Pacta Sunt Servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang, mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Asas ini dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.

(d) Asas Itikad Baik

Asas itikad baik dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undangundang Hukum Perdata, yaitu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas itikad baik merupakan asas bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur, harus melaksanakan substansi perjanjian berdasarkan kepercayaan dan keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

(e) Asas Kepribadian

Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat diketahui dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pasal 1315 Kitab Undangundang Hukum Perdata menyebutkan pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.

Sesuai dengan KUH perdata pasal 1320 syarat-syarat sahnya suatu perjainjian ada 4 syarat yaitu sepakat untuk mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat suatu perjanjian, mengenai suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Sedangkan unsur dari perjanjian adalah ada pihak-pihak sedikitnya dua orang, adanya persetujuan antara pihak-pihak tersebut, adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya prestasi yang akan dilaksanakan, adanya bentuk tertentu baik lisan maupun tertulis, dan adanya syarat tertentu sebagai isi perjanjian.

(10)

- Perjanjian jual beli

Berdasarkan Pasal 1457 KUH Perdata Jual Beli adalah “suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”. Lahirnya suatu perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata disebabkan adanya kesepakatan dari para pihak (Asas Konsensualisme). Sehingga perjanjian jual beli dianggap telah terjadi pada saat dicapai kata sepakat antara penjual dan pembeli, hal yang demikian ini telah diatur dalam Pasal 1458 KUH Perdata yang menyatakan bahwa “jual beli dianggap sudah terjadi antara para pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar” Dengan demikian jual beli itu sebenarnya sudah terjadi pada waktu terjadinya kesepakatan tersebut.

- Perjanjian sewa-menyewa

Didalam Pasal 1548 KUH Perdata pengertian sewa-menyewa adalah “suatu perjanjian yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya”. Dan saat terjadinya perjanjian sewa-menyewa, sama halnya dengan perjanjian jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya adalah suatu perjanjian konsensual yaitu sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokok, yaitu barang dan harga.

Hak utama penyewa atas perjanjian sewa menyewa adalah memperoleh hak pemakaian atas barang yang disewanya dalam keadaan baik dari orang yang menyewakan sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Sedangkan hak dari pihak yang menyewakan adalah menerima pembayaran harga atas benda yang disewakannya kepada penyewanya.

- Wanprestasi dan berakhirnya perjanjian

(11)

perjanjian dengan seorang kreditur atau si berhutang. Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi, adalah sebagai berikut:

o Tidak memenuhi prestasi sama sekali;

o Memenuhi prestasi tetapi tidak dapat pada waktunya;

o Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru;

o Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

o Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan;

o Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

o Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Sedangkan suatu perjanjian akan hapus atau berkahir apabila terjadi minimal salah satu dari kondisi-kondisi berikut dibawah ini:

o Karena pembayaran;

o Karena penawaran;

o Karena pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpangan atau penitipan;

o Karena perjumpaan utang atau kompensasi;

o Karena percampuran utang;

o Karena pembebasan utang;

o Karena musnahnya barang yang terutang;

o Karena kebatalan dan pembatalan;

o Karena berlakunya syarat batal;

o Karena lewat waktu.

Pengertian bisnis adalah keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan terus menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang dan jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan, atau disewakan dengan tujuan mendapat keuntungan. Dalam memperoleh keuntungan atau laba tersebut, tentu perlu adanya rambu-rambu pengontrol, agar tidak menghalalkan segara cara demi mencapai tujuan bisnis tersebut, maka diperlukan hukum.

(12)

khususnya dalam bidang perdagangan. (2) serangkain peraturan yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan urusan-urusan perusahaan dalam menjalankan roda perekonomian.

Hukum sebagai salah satu sarana/alat pengawasan yang efektif untuk mengendalikan praktek bisnis yang tidak sehat. Sebab hukum menetapkan secara tegas apa yang harus di lakukan atau tidak boleh di lakukan, serta bentuknya yang tertulis memberi rasa aman bagi para pelaku bisnis, karena apabila terjadi pelanggaran sanksinya jelas. Bisnis tidak bisa lepas dari faktor hukum, tetapi hukum saja belum cukup untuk mengatur bisnis, dalam hal ini pula di dukung faktor lain seperti etika. Bahkan pada taraf normatif, etika mendahului hukum. Mematuhi hukum dalam bisnis adalah suatu keharusan.

Sumber-sumber hukum bisnis adalah: 1. Perundang-undangan 2. Perjanjian

3. Traktat 4. Jurisprudensi 5. Kebiasaan

6. Pendapat sarjana hukum (doktrin)

Yurisprudensi adalah Putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan kasasi, atau putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah berkekuatan hukum tetap.

3.2 Hukum Ekonomi

(13)

dengan hukum, pengaturan melalui ekonomi di atas terbatas pada usaha-usaha manusia untuk mencapai kemakmuran dengan menggunakan sumber daya ekonomi yang tersedia secara lebih efisien dan produktif. Jadi, belum berorientasi pada pencapaian keadilan dan kepastian hukum dalam penggunaan sumber daya ekonomi tersebut yang dapat dilakukan melalui hukum.

Lahirnya hukum ekonomi disebabkan oleh semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan perekonomian. Di seluruh dunia hukum yang berfungsi mengatur dan membatasi kegiatan-kegiatan ekonomi dengan harapan pembangunan perekonomian tidak mengabaikan hak-hak dan kepentingan masyarakat.

Rochmat Soemitro memberikan definisi, hukum ekonomi merupakan sebagian keseluruhan norma yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa sebagai satu personifikasi dari masyarakat yang mengatur kehidupan ekonomi di mana saling berhadapan kepentingan masyarakat.

Sedang Sunaryati Hartono menyatakan hukum ekonomi indonesia adalah keseliruhan kaidah-kaidah dan putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur kegiatan dan kehidupan ekonomi di Indonesia.

Sunaryati hartono juga membedakan hukum ekonomi Indonesia ke dalam dua macam, yaitu:

1) Hukum ekonomi pembangunan, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi (misal hukum perusahaan dan hukum penanaman modal)

2) Hukum ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hokum mengenai cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata, sesuai dengan hak asasi manusia (misal, hukum perburuhan dan hukum perumahan).

Hukum ekonomi adalah hukum yang berkaitan dengan berbagai aktivitas ekonomi. Aktivitas ekonomi dalam berbagai kegiatan bidangnya ada yang diatur oleh hukum, ada pula yang tidak atau belim diatur oleh hukum. Jadi hukum ekonomi mempunyai ruang lingkup pengertian yang luas meliputi semua persoalan berkaitan dengan hubungan antara hukum dan kegiatan-kegiatan ekonomi.

(14)

tekanan utama pada hak dan kewajiban para pihak. Pengkajian hukum dagang juga dikaji dengan pendekatan mikro saja sehingga hukum dagang berada dalam ranah privat.

Sedang hukum ekonomi tidak hanya dikaji dari hukum perdata saja tapi harus dikaji dari banyak aspek sehingga membutuhkan metode pendekatan yang berbeda dari kajian hukum dagang atau perdata umumnya. Hukum ekonomi mempunyai kajian dengan pendekatan makro dan mikro. Kajian yang berkonsep makro maksudnya ialah kajian hukum terhadap setiap hal yang ada kaitannya dengan kegiatan pelaku ekonomi secara makro, dalam bagian ini ada campur tangan negara terhadap kegiatan tersebut sehingga tercapai masyarakat ekonomi yang sehat dan wajar (ruang lingkup publik). Sedangkan kajian yang berkonsep mikro maksudnya ialah kajian yang mempunyai wawasan khusus terhadap hubungan-hubungan yang tercipta karena adanya hubungan-hubungan hukum para pihak yang sifatnya nasional, kondisional, situasional (ruang lingkup hukum privat). Dengan demikian hukum ekonomi berada dalam ranah atau mengacu pada hukum privat dan publik.

Sumber Hukum Ekonomi terdiri dari:

1. Peraturan Perundang-undangan

Merupakan produk hukum tertulis yang sengaja diciptakan oleh pihak yang berwenang. Perundang-undangan merupakan produk hukum yang dibuat dari atas yang kemudian pelaksanaannya dipaksakan kepada masyarakat untuk ditaati.

2. Perjanjian

Perjanjian (kontrak) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan perundang-undangan. Artinya perjanjian yang dibuat mengikat para pihak seperti mengikatnya undang-undang. Hal ini dijamin oleh Pasal 1338 Kitab Undang Undang Hukun Perdata yang isinya bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Dengan demikian, apabila terjadi sengketa atau perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian maka para pihak dapat menggunakan isi perjanjian mereka sebagai sumber atau dasar hukum penyelesaian sengketa.

3. Traktat

(15)

Negara dapat diselesaiakan menggunakan traktat mengingat setiap Negara memiliki kedaulatan dan juga aturan hukum masing-masing Negara berbeda-beda dan tidak dapat dipaksakan berlaku di Negara lain. Supaya hukum tertentu berlaku di banyak Negara terlebih dahulu harus ada perjanjian antar Negara. Perjanjian antar Negara ini dimaksudkan untuk menerobos sifat kedaulatan Negara tersebut. Supaya rakyatdi Negara-negara peserta perjanjian mengikat, perjanjian yang ditandatangani oleh pemerintah masing-masing Negara tersebut perlu ditindaklanjuti dengan pengesahan (ratifikasi) agar setara dengan hokum nasional di masing-masing Negara peserta. Misalnya dijadikan undang-undang atau keputusan presiden (Dahlan, 2000: 12).

4.Jurisprudensi

Yaitu putusan-putusan hakim sebelumnya yang dapat dijadikan sumber hukum untuk memutuskan suatu perkara yang sama. Jurisprudensi berasal dari hasil pemikiran para hakim pada berbagai tingkatan peradilan yang disimpan dalam suatu system informasi hukumbaik dalam bentuk tertulis maupun database elektronik (komputer), yang dapat diakses melalui lembaga-lembaga peradilan atau perpustakaan-perpustakaan hukum (Dahlan, 2000:13).

Di Indonesia, hakim bebas menggunakan atau tidak menggunakan jurisprudensi. Apabila jurisprudensi dianggap relevan tentu hakim akan menggunakannya.

5.Kebiasaan

Kegiatan ekonomi bermula dari suatu kebiasaan yang tumbuh di masyarakat yang kemudian dijadikan undang-undang sebagai sumber hukum yang mengatur. Namun berhubung banyaknya kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat ekonomi maka ada kebiasaan-kebiasaan yang belun dijadikan perundang-undangan. Oleh karena itu kebiasaan-kebiasaan ekonomi yang timbul dalam masyarakat ekonomi namun belum dijadikan perundangundangan dapat dipergunakan sebagai sumber hukum dalam menyelesaikan suatu sengketa ekonomi.

6.Doktrin

(16)

sumberhukum tertentu. Bentuk dari doktrin yaitu asas-asas, prinsip-prinsip, atau teori-teori para ahli hukum.

3.3 Hubungan Hukum Ekonomi dan Bisnis

Pembangunan ekonomi dilaksanakan untuk mencapai kemakmuran. Dengan demikian perlu diciptakan hukum ekonomi dan bisnis yang berperan mengatur perekonomian dengan memberikan pembatasan-pembatasan tertentu kepada pihak yang kuat dan memberikan peluang-peluang kepada pihak yang lemah dalam rangka mencapai keadilan.

Ciri-ciri dari hukum ekonomi adalah negara ikut berperan sebagai regulator dalam pengaturan berbagai kegiatan ekonomi. Apabila kegiatan ekonomi tedak dicampuri atau tidak ada intervensi dari negara maka pelaku ekonomi cenderung bersikap sewenang-wenang maka tujuan ekonomi untuk tercipta kemakmuran dan pembagian hasil pembangunan secara adil dan merata bagi masyarakat tidak akan terwujud.

Dengan adanya hukum ekonomi dapat dicegah adanya tindakan sewenang- wenangan dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Dengan hukum ekonomi diharapkan pembangunan ekonomi akan berjalan adil. Hukum ekonomi yang memadai akan menunjang pembangunan ekonomi karena melalui hukum ekonomi, masyarakat diarahkan untuk melakukan atau tidak melakukan hal-hal tertentu untuk mencapai tujuan ekonomi yang diinginkan.

Hambatan-hambatan yang sering muncul dalam pembangunan ekonomi antara lain birokrasi yang berlebihan yang akan memakan waktu bagi investor yang ingin mengurus izin untuk menanamkan modal di Indonesia, persaingan tidak sehat antar pelaku ekonomi, dan aturan hukum yang tidak jelas sehingga mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum. Partisipan dalam pembangunan ekonomi suatu negara yaitu pemerintah, swasta nasional, dan pihak asing. Negara akan kesulitan menarik investor asing atau partisipan pihak asing apabila hukum ekonomi suatu negara tidak menunjang pembangunan ekonomi karena investor asing akan enggan berinvestasi bila hukum ekonomi suatu negara tidak memadai.

(17)

keterbelakangan. Oleh karena itu, perlu diciptakan hukum ekonomi dan bisnis yang berperan mengatur perekonomian dengan memberikan pembatasan- pembatasan tertentu kepada pihak yang lemah dalam rangka mencapai keadilan. Berikut adalah perbedaan hukum ekonomi dan bisnis yang memadai dan tidak memadai :

1. Hukum ekonomi dan bisnis yang memadai

Hukum ekonomi dan bisnis yang memadai akan menunjang pembangunan ekonomi,karena melalui hukum yang memadai inilah masyarakat dibentuk atau diarahkan untuk melakukan hal- hal tertentu atau tidak melakukan hal- hal tertentu, untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang diinginkan. Selain itu, dapat mencegah atau bahkan memberantas hambatan- hambatan pembanguan ekonomi seperti KKN, birokrasi yang berlebihan, persaingan tidak sehat dan lain- lain.

2. Hukum ekonomi dan bisnis yang tidak memadai

Hukum ekonomi dan bisnis yang tidak memadai akan dapat menciptakan hambatan bagi pembangunan ekonomi, misalnya adanya hukum yang tidak jelas dan tidak lengkap yang dapat meyebabkan terciptanya birokrasi yang panjang, tidak adil, atau bahkan ketinggalan zaman sehingga tidak mampu menampung kebutuhan-kebutuhan baru akibat perkembangan masyarakat.

Pembangunan ekonomi suatu negara tidak hanya dilaksanakan atas partisipasi pihak pemerintah dan swasta nasional saja, tapi pihak asing juga berpartisipasi. Apabila di suatu negara tersebut terdapat hukum ekonomi yang tiadak menunjang, menghambat, atau bahkan menimbulkan risiko dan ketidakpastian yang besar terhadap investasi, maka biasanya pihak asing enggan untuk berinvestasi atau melakukan transaksi ekonomi di negara tersebut. Oleh karena itu, hukum ekonomi dan bisnis di suatu negara tersebut harus memadai, agar pihak asing berminat untuk berinvestasi di negara tersebut.

(18)

pihak terkait, termasuk dalam sejumlah kasus di mana transaksi sudah dilaksanakan. Sikap lembaga peradilan yang kurang menghargai keabsahan kontrak kerja sama itu memberi sinyal negatif atas komitmen Indonesia dalam melaksanakan reformasi hukum dan penegakan keadilan. Kondisi ini menimbulkan dampak besar terhadap tingkat risiko Indonesia di pasar modal internasional.

Pemerintah cukup memahami kondisi iklim investasi tersebut dan telah melakukan upaya-upaya kearah perbaikan. Bahkan upaya yang terakhir dilakukan cukup fundamental yakni dengan mengeluarkan undang-undang yang baru, UU No. 25 Tahun 2007, untuk menggantikan UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri karena dipandang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional, khususnya di bidang penanaman modal. Hadirnya UU penanaman modal yang baru merupakan langkah maju yang cukup signifikan dalam menarik minat investor. Namun meskipun demikian kehadiran UU No. 25 Tahun 2007 tersebut tidak serta menjadikan seluruh permasalahan hukum bidang penanaman modal di Indonesia menjadi terselesaikan. Kegiatan penanaman modal bersifat sangat kompleks dan karenanya tidak hanya terkait dengan satu undang-undang saja. Hukum tentang penanaman modal tidak hanya terkait UU No. 25 Tahun 2007 dan peraturan pelaksananya, tetapi juga akan terkait dengan bidang hukum lain seperti hukum perpajakan, hukum ketenagakerjaan, hukum pertanahan, hukum perdagangan dan bidang hukum lain terkait transaksi bisnis baik berdimensi nasional maupun internasional.

Untuk menciptakan hukum ekonomi dan bisnis yang lebih baik, tentunya perlu ada kerja sama antara ahli ekonomi dengan ahli hukum. Dalam hal ini, Kwik Kian Gie (Saleh,1990: xii) menegaskan:

(19)

Bab 4. Kesimpulan

4.1 Kesimpulan

(20)

pembangunan ekonomi tidak hanya dilaksanakan oleh pemerintah saja, tetapi juga atas partisipasi pihak asing dengan melakukan investasi.

Hukum bisnis dan ekonomi sangat erat kaitan nya karena hukum bisnis bertujuan untuk mencari keuntungan dari usaha yg dijalanin dan hukum ekonomi bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar- besarnya dengan pengorbanan ( modal ) tertentu.

Pengaturan Hukum dan penegakannya di Indonesia sangat mempengaruhi investor untuk melakukan atau tidak melakukan investasi di Indonesia sehingga dibutuhkan pengaturan hukum yang benar-benar memadai dan pasti agar investor dapat berinvestasi dengan lebih nyaman.

Citra hukum yang tidak pasti tidak saja disebabkan oleh kelemahan substansi hukum, tetapi juga karena kelemahan sumber daya manusia dari penegak hukum dan kultur pelaku transaksi yang lebih mengutamakan pertimbangan kepentingan daripada itikad baik dalam melaksanakan kesepakatan transaksi.

Referensi

Dokumen terkait

Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar Halaman rumah Rita selalu bersih Tak ada sampah di situ.. Halaman selalu dibersihkan Rita

Sub menu ini berfungsi untuk menyimpan semua data hasi pengisian yang sudah dilakukan pada aplikasi ini ke dalam bentuk file yang dapat disimpan pada komputer, laptop,

You may, however, make a one-time permanent transfer of all of your license rights to the plasq Software (in its original form as provided by plasq) to another party, provided

Namun dikarenakan tidak adanya torka-start pada rotor, maka motor sinkron membutuhkan prime-mover yang memutar rotor hingga kecepatan sinkron agar terjadi

Hal ini sesuai dengan penelitian Simatupang (1999) yang menyatakan bahwa luktuasi harga yang tinggi akan memberi peluang kepada pedagang untuk memanipulasi informasi harga

nearest integer ontinued fration (NICF) expansion, the `bakward' ontinued.. fration expansion, and

The results of magneto-elasticity ferrogel characterization showed that the higher the concentration of Fe 3 O 4 filler in PVA matrix, the higher the deviation and

Strategi penghidupan dengan menggunakan strategi bertahan hidup jumlahnya adalah 17 petani, yang terdiri dari petani yang luas pengguasaan lahannya kurang dari 0,5 Ha jumlahnya 15