• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA PASIEN DI UNIT REHABILITASI (UNITRA) RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM ANALYSIS OF EXTERNAL FACTORS AFFECTING DRUG ABUSE IN PATIENTS IN THE REHABILITATION UNIT (UNITRA) SAMBANG LIHUM PSYCH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA PASIEN DI UNIT REHABILITASI (UNITRA) RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM ANALYSIS OF EXTERNAL FACTORS AFFECTING DRUG ABUSE IN PATIENTS IN THE REHABILITATION UNIT (UNITRA) SAMBANG LIHUM PSYCH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA PASIEN DI UNIT REHABILITASI (UNITRA) RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

ANALYSIS OF EXTERNAL FACTORS AFFECTING DRUG ABUSE IN PATIENTS IN THE REHABILITATION UNIT (UNITRA) SAMBANG LIHUM PSYCHIATRIC HOSPITAL

Sartika Bestarini Sari1, Ratna Setyaningrum2, Nita Pujianti3, Fauzie Rahman3, Musafaah4

1

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3

Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan 4

Departemen Biostatistik Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Email: sartikabestarinis@gmail.com

ABSTRAK

Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah kesehatan masyarakat yang akan berdampak pada kriminalitas, disabilitas, morbiditas, dan moralitas. Data Penyalahguna Napza di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum mengalami peningkatan jumlah pasien NAPZA selama 5 tahun terakhir. Tujuan penelitian untuk menjelaskan penyebab kasus penyalahgunaan NAPZA ditinjau dari segi faktor eksternal yaitu faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan pergaulan pada pasien di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan Existential Phenomenology. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi penyalahgunaan napza adalah karena ketidakutuhan dan konflik dalam keluarga, pola asuh orangtua yang cenderung memanjakan dan tidak tegas dalam memberikan sanksi atau hukuman, kesibukan orang tua, dan hubungan komunikasi interpersonal antar keluarga yang kurang baik. Faktor lingkungan pergaulan yaitu adanya pengaruh dan ajakan dari teman untuk menggunakan NAPZA dan pergaulan yang bebas, sedangkan faktor lingkungan sosial adalah karena lingkungan tempat tinggal yang juga banyak menggunakan NAPZA, kemudahan memperoleh NAPZA, dan kurangnya norma agama dalam lingkungan sosial partisipan.

Kata Kunci : penyalahgunaan NAPZA, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan pergaulan, faktor lingkungan sosial

ABSTRACT

(2)

Keywords: drugs abuse, family environment factors, friend's social environment factor, social environment factor

PENDAHULUAN

NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (1). Secara global, diperkirakan rata-rata 243 juta penduduk dunia yang berusia 15-64 tahun telah menggunakan NAPZA terutama ganja, opioid, kokain, dan amphetamine-tipe stimulan (ATS) dengan angka kematian diperkirakan mencapai 20 juta pertahun (2). Indonesia berada di peringkat keempat terbesar pengguna narkoba di dunia dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis data kelompok usia 10-20 tahun sebagai pengguna aktif dan terjadi peningkatan 3,5% pengguna baru dimana setiap tahun peningkatan satu persen pengguna baru (3). Kalimantan Selatan berdasarkan kasus penyalahgunaan NAPZA yaitu menempati peringkat ke 6 di Indonesia pada tahun 2012 dengan jumlah kasus 1.188 yang awalnya peringkat ke 9 pada tahun 2011 dengan jumlah kasus 887 (4). Berdasarkan data penyalahgunaan NAPZA Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalimantan Selatan tahun 2016 terdapat 345 orang penyalahguna NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah kesehatan masyarakat yang akan berdampak pada kriminalitas, disabilitas, morbiditas, dan moralitas.

Menurut Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa korban penyalahgunaan NAPZA wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum merupakan salah satu pusat detoksifikasi dan rehabilitasi untuk para pencandu NAPZA yang menjadi tempat rujukan oleh BNNP Kalimantan Selatan dan BNN kabupaten untuk para pencandu NAPZA. Terjadi peningkatan jumlah pasien NAPZA yang masuk rawat inap di Unit Rehabilitasi (UNITRA) RSJ Sambang Lihum selama 5 tahun terakhir yaitu sebanyak 137 pasien rawat inap (2012), naik menjadi 166 pasien (2013), berkurang menjadi 86 pasein (2014), kemudian kembali meningkatkan secara signifikan menjadi 205 pasien (2015), terus meningkat menjadi 333 pasien (2016).

Menurut Anganthi et al (2009) menjelaskan faktor – faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA terbagi menjadi dua faktor yakni faktor internal yang dapat berupa kondisi pribadi dari penyalahguna NAPZA tersebut dan faktor eksternal seperti keluarga, lingkungan tetangga (lingkungan sosial), serta teman sebaya (47). Menurut Soetjiningsih (2004) faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga, pergaulan (teman sebaya), dan karakteristik individu (5). Menurut penelitian Ispandiyah W tahun 2016 terdapat pengaruh yang positif antara pengetahuan, sikap dan peran teman sebaya terhadap perilaku pencegahan penyalahgunaan NAPZA (6). Menurut penelitian Asni M dkk tahun 2013 bahwa ketidakharmonisan keluarga, tingginya konformitas teman sebaya dan rendahnya religiusitas menyebabkan kecenderungan remaja menjadi penyalahguna narkoba (7). Menurut BNN tahun 2012 terdapat hubungan prevalensi terjadinya penyalahgunaan NAPZA dengan lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan pola asuh yang tidak benar (8).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada pasien di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan penyebab kasus penyalahgunaan NAPZA ditinjau dari segi faktor eksternal yaitu faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan pergaulan pada pasien di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Pendekatan penelitian dengan

(3)

Partisipan residen tersebut berasal dari Banjarmasin atau Banjarbaru. Meningkatkan keabsahan data penelitian dapat dilakukan dengan cara credibility melalui triangulasi dan dependabilitas. Triangulasi sumber berasal dari keluarga atau kerabat yang dekat dengan residen tersebut, dan konselor di UNITRA. Instrumen penelitian dengan pedoman wawancara dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Partisipan

Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah 3 orang residen laki-laki penyalahguna NAPZA di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, dan pastisipan untuk triangulasi sumber berasal dari keluarga dan petugas konselor di UNITRA sendiri, dengan bahasa komunikasi yang digunakan bahasa Banjar dan bahasa Indonesia. Karakteristik partisipan 3 partisipan penyalahguna NAPZA digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Partisipan

Karakteristik P1 P2 P3

Inisial Nama G S N

Usia 17 tahun 22 tahun 22 tahun

Lama di Unitra 2 bulan 1 bulan 1 bulan

Agama Islam Islam Islam

Pendidikan SMA SD Perguruan Tinggi

Jenis Napza Zenith dan Sabu Sabu Zenith dan Sabu

Sumber : Data hasil reduksi wawancara mendalam, 2017.

B. Analisis Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA

Peneliti akan menggambarkan keseluruhan tema yang terbentuk berdasarkan keterangan partisipan pada 3 faktor eksternal penyebab penyalahgunaan NAPZA yang tercantum dalam tujuan khusus penelitian. Bahasan tema dari hasil wawancara mendalam tersebut, peneliti jelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Lingkungan Keluarga

Risiko penyalahgunaan NAPZA dapat dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga merupakan bagian terkecil dari suat masyarakat. Keluarga juga merupakan tempat pendidikan pertama bagi individu. Di dalam keluarga anak belajar untuk hidup sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain. Ketika anak mencapai masa remaja perilaku yang diharapkan pada remaja adalah perilaku tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol, mematuhi norma/aturan, tidak memberontak, dan disiplin dalam keluarga dan masyarakat (11)). Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal antar keluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan narkoba. Jumlah pelaku penyalahgunaan narkoba dewasa ini, sebagian besar sudah melibatkan kalangan remaja (12).

1) Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua

Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti yang dilakukan terhadap tiga partisipan, didapatkan satu partisipan mengatakan pengaruh perhatian dan kasih sayang orangtua berpengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan napza yang dilakukannya. Dari hasil triangulasi sumber yaitu pihak keluarga dari P1 yang selama ini tinggal bersama P1 dalam satu rumah bersama nenek dan kakeknya juga memberikan keterangan yang sama mengenai kurangnya perhatian dari ibu dan ayah sehingga juga berpengaruh atas tindakan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan P1.

Hubungan kasih sayang dan kekeluargaan yang kuat akan terjalin komunikasi yang baik di antara anggota keluarga yang akan berlanjut pada kelekatan antara anak dan orangtua. Kelekatan (attachment) terjalin dengan beberapa unsur diantaranya adalah rasa percaya, interaksi timbal balik, stimulasi, sikap positif, kehangatan, penerimaan, dukungan emosional (13). Banyaknya remaja yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika disebabkan karena faktor dari lingkungan seperti pergaulan bebas yang tidak di awasi oleh orang tua, dari faktor keluarga broken home, serta rasa penasaran sehingga mencoba menggunakan narkotika.(1).

2) Adanya konflik dan ketidakharmonisan dalam keluarga

(4)

ayahnya, sampai dia menyalahgunakan napza karena juga pengaruh dari temannya. Hawari (2009) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor remaja melakukan penyalahgunaan NAPZA adalah keutuhan keluarga dimana remaja dengan status orangtua tunggal baik karena bercerai maupun karena meninggal lebih cenderung melakukan penyalahgunaan NAPZA itu sendiri (14). Partisipan 2 dan 3 memberi keterangan berbeda, mereka mengatakan kalau keluarga mereka merupakan keluarga yang harmonis dan tidak pernah ada pertengkaran atau konflik. Keluarga yang harmonis ternyata tidak menjadi jaminan juga si anak dapat terhindar dari penyalahgunaan NAPZA, selain faktor keluarga terdapat faktor dari pergaulan teman dan lingkungan sekitar yang bisa membawa dampak perilaku buruk pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian bahwa pola keluarga harmonis dapat pula menjadikan remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA. Lingkungan dari dalam (keluarga) secara keseluruhan bersifat positif, dan mengajarkan hal-hal positif, sehingga keluarga tidak memiliki pengaruh besar dalam pembentukan perilaku remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA (15).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2008) bahwa hubungan yang kurang harmonis diantara keluarga menjadi penyebab remaja menyalahgunakan NAPZA (14). Menurut BNN, (2009) ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA yaitu memiliki orang tua otoriter, hubungan dengan orang tua kurang harmonis, orang tua bercerai atau menikah lagi, orang tua terlalu sibuk/acuh (16).

3) Peraturan yang ada di rumah

Partisipan 1 mengatakan jika dirumah telah ada peraturan untuk jam malam, dan pihak keluarga juga biasanya juga langsung menanyakan P1 jika dia tidak pulang sampai pada jam malam yang ditentukan, namun P1 yang biasanya bersikap tidak taat. Orangtua biasanya jika marah, hanya sekedar menegur saja, tidak melakukan suatu bentuk hukuman yang membuat jera, dan partisipan 2 mengatakan kalau sudah dimarahi dia biasanya tetap pada keinginannya untuk jalan keluar rumah. Partisipan 3 juga mengatakan hal serupa mengenai peraturan untuk jangan keluar malam, namun dia biasanya banyak alasan agar bisa keluar malam.

Pemantauan orang tua yang lebih besar, ditandai dengan mengetahui keberadaan anak-anak mereka atau mengawasi mereka, tampaknya berkaitan dengan perilaku kurang nakal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran keluarga terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba dengan resiko 4,2 kali lebih besar menyalahgunakan narkoba bila memiliki keluarga yang kurang berperan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba dibandingkan dengan responden yang tidak menyalahgunakan narkoba (17).

4) Pola Asuh

Partisipan 1 dan 3 mengatakan kalau selama ini orangtua loyal dalam memberikan uang, dan cenderung memberi kebebasan serta terlalu memanjakan P1. Keluarga dari partispan 2 cenderung menyayangi dengan memberikan teguran bahwa jangan terlalu sering keluar rumah, partispan 2 mengatakan bahwa dia lebih dibebaskan untuk keluar saat sudah mulai bekerja sebagai supir truk. Namun, karena sekarang partisipan 2 sudah mengangkut barang dengan truk ketempat yang jauh dan biasanya hanya ada di rumah setiap hari jumat, dari situlah pengawasan orangtua mulai berkurang dan teman sesama kerja jadi supir yang mengajak untuk menggunakan sabu tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kim, Hetherington, dan Reiss (1999), remaja yang orang tuanya terlalu negatif atau yang rendah dalam pemantauan cenderung menjadi berorientasi pada teman-teman yang menyimpang dan terlibat dalam perilaku yang lebih eksternalisasi (18). Menurut Colondom (2007) menyatakan bahwa keluarga mampu menjadi faktor protektif atau faktor resiko dalam penyalahgunaan narkoba. Pendapat lain yang diusung oleh Gordon & Gordon (2004) menyatakan bahwa anak-anak yang selalu dimanja dan dipenuhi keinginannya oleh orang tuanya juga sulit untuk mengatakan tidak pada narkoba (19).

5) Kurangnya komunikasi dalam keluarga

Saat ditanya dimana kah partisipan sering menghabiskan waktunya, ketiganya menjawab lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah daripada didalam rumah dan jarang berkomunikasi dengan keluarga. Partisipan 1 mengatakan kalau dia biasanya sehabis pulang sekolah ganti baju kemudian main lagi keluar bersama temannya, partisipan 2 mengatakan kalau dia banyak menghabiskan waktu diluar karena bekerja dan hanya setiap hari jumat baru pulang ke rumah, sedangkan partisipan 3 mengatakan kalau orangtua yang sibuk dan jarang berada dirumah yang menyebabkan juga kurang komunikasi dalam keluarga.

(5)

oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orang tua berkomunikasi (20). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku sosial remaja sangat berpengaruh pada lingkungan sekitarnya. Sehingga diperlukan peranan orang tua agar dapat terhindar dari penyalahgunaan narkoba pada remaja, bila hubungan orang tua dan remaja tidak baik, maka remaja akan terlepas ikatan psikologisnya dengan orang tua. Hal ini mengakibatkan remaja akan mudah terlibat penyalahgunaan narkoba (21).

b. Faktor Lingkungan Sosial

1) Lingkungan tempat tinggal yang juga banyak menggunakan NAPZA

Dari keterangan wawancara mendalam dengan partisipan diketahui bahwa lingkungan tempat tinggal partisipan juga kebanyakan menggunakan napza dan mudah untuk memperoleh napza. P1 mengatakan kalau tetangga sekitar juga ada yang makai dan perilakunya cenderung negatif. Berada dalam lingkungan yang sama memudahkan seseorang untuk terpengaruh melakukan hal negatif. Sama halnya dengan penggunaan narkoba, berawal dari tawaran dan ajakan dari seseorang untuk mengkonsumsi narkoba maka individu tersebut lebih cepat terkontaminasinya (2).

2) Lingkungan tempat tinggal yang kurang agamis dan bersikap acuh tak acuh

Partispan mengatakan kalau masyarakat didaerah tempat tinggalnya kurang agamis, kegiatan seperti pengajian hanya sebagian yang melaksanakan itupun hanya ibu-ibunya saja, saat hari biasa langgar di daerah sana hanya ada tiga sampai empat orang yang mendatangi. Selain itu, tetangga sekitar bersikap acuh tak acuh.

Faktor eksternal yang menggiring seseorang untuk mencoba narkoba adalah kurangnya pengetahuan agama, kekurangan atau kelebihan kasih sayang dari orang tua, pengaruh teman atau pergaulan di sekolah dan lingkungannya, gampangnya akses terhadap narkoba karena transaksi bisa berlangsung dimana‐mana, sulitnya keluar dari siklus pergaulan yang telah kecanduan narkoba (22).

3) Kemudahan mendapatkan NAPZA

Partisipan mengatakan bahwa sangat mudah untuk mendapatkan obat terlarang atau zinet dan dijual bebas. Bandar biasanya berusia lebih tua dari P1 dan jumlahnya semakin banyak, bandar zinet biasanya bergerka bebas ada di tempat umum seperti di pinggir jalan dan terminal yang ada di pal 6 Banjarmasin. Partisipan 2 dan 3 mengatakan jika mendapatkan sabu adalah dengan membeli di tempat teman dan teman punya banyak kenalan bandar sabu.

c. Faktor Lingkungan Pergaulan 1) Pengaruh oleh teman

Partisipan 1 dan 3 mengatakan pada saat SMA pergaulan dengan teman makin bebas. Partisipan 2 mengatakan jika kenal sabu pertama kali adalah dari teman sesama kerjaan yaitu supir truk. Dari pertemanan tersebut teman kemudian mengajaknya untuk juga menggunakan sabu. Dari yang awalnya diajak oleh teman tersebut, lama-kelamaaan partisipan 2 mengatakan jika dia mulai membeli sendiri sabu tersebut.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba dengan resiko 19 kali lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa memiliki teman sebaya yang memperkenalkan dan menyalahgunakan narkoba memiliki resiko 19 kali lebih besar terhadap penyalahgunaan narkoba (23).

2) Kecenderungan mengikuti gaya teman

Partisipan 1 mengatakan jika pengaruh gaya teman yang dia ikuti sebesar 70% hal ini berarti jika pengaruh teman telah cukup tinggi yang mempengaruhi dirinya untuk berbuat dan bertingkah laku sesuai yang teman lakukan. Partisipan 2 mengatakan jika penagruh gaya teman besar, awalnya dia melihat gaya teman mengisap sabu, dan dari situ melihat gaya teman yang memakai sehingga muncul keinginan partispan 2 juga ikut menggunakan. Menurut Santrock (1990) menyebutkan bila konformitas (pengaruh sosial) teman sebaya bersifat negatif dapat dengan mudah terbawa pada perilaku kurang baik seperti merokok, mencuri dan menggunakan obat-obat terlarang (narkoba) (25).

3) Pengaruh pergaulan yang bebas

(6)

atau mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan terlarang dan kenakalan lainnya, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa semakin dekat seorang remaja dengan teman sebayanya, maka akan memengaruhi perilaku konsumsi napza pada remaja tersebut akibat dari pergaulannya dengan teman sebaya (25).

SIMPULAN

Faktor eksternal yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada partisipan residen laki-laki di Unit Rehabilitasi (UNITRA) Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, ditinjau dari 3 faktor eksternal sebagai berikut:

a) Faktor Lingkungan Keluarga

1) Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua 2) Adanya konflik dan ketidakharmonisan dalam keluarga 3) Peraturan yang ada di rumah sering dilanggar oleh partisipan

4) Pola asuh keluarga yang terlalu memanjakan, loyal dalam memberi uang, dan sikap kurang tegas dalam memberi sanksi pada partisipan jika berbuat salah

5) Pemberian ajaran agama dalam keluarga

6) Riwayat penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga 7) Kurangnya komunikasi dalam keluarga

b) Faktor Lingkungan Sosial

4) Lingkungan tempat tinggal juga kebanyakan menggunakan napza dan kemudahan para partisipan untuk memperoleh NAPZA

5) Lingkungan tempat tinggal yang kurang agamis dan bersikap acuh tak acuh 6) Kemudahan mendapatkan NAPZA

c) Faktor Lingkungan Pergaulan 1) Pengaruh ajakan oleh teman

2) Kecenderungan mengikuti gaya teman

3) Pengaruh pergaulan yang bebas diantaranya merokok, hiburan malam diskotik, dan minuman alkohol.

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang NAPZA, terutama bagi orangtua agar dapat memberi nasihat dan perhatian terhadap anaknya. Bagi para remaja/pemuda diharapkan dapat dengan sungguh-sungguh menjauhi NAPZA.

2. Bagi Program (Unit UNITRA di RSJ Sambang Lihum)

Hendaknya dapat memasukkan penanaman nilai-nilai moral, dampak penyalahgunaan remaja, dan bimbingan cara memecahkan masalah yang adekuat dalam pelaksanaan terapi penyalahgunaan NAPZA, mendekatkan mereka kepada Allah SWT dengan pembekalan kerohanian beribadah. Hal ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada remaja agar tidak melakukan penyalahgunaan NAPZA apabila menghadapi suatu permasalahan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar lebih mengasah kemampuan untuk melakukan wawancara mendalam sehingga kepadatan data hasil wawancara lebih tereksplorasi dan lebih luas dalam pemilihan tema faktor penyalahgunaan NAPZA.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia no. 422/menkes/sk/iii/2010 tentang pedoman penatalaksanaan medik gangguan penggunaan napza, Jakarta: Kemenkes RI, 2010.

(7)

3. Jurnal data pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) tahun 2015, (online) (http://www.bnn.go.id/_multimedia/document/20151223/press-release-akhir-tahun-2015-20151223003357.pdf diakes Agustus 2017).

4. Data penyalahguna napza tahun 2016. Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan, 2016.

5. Asmoro D. Pengaruh faktor lingkungan pecandu terhadap penyalahguaan napza pada remaja (study di bnn surabaya). Doctoral dissertation. Surabaya: Universitas Airlangga, 2016.

6. Tambunan R, Sahar J, Hastono Sp. Beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan napza pada remaja di balai pemulihan sosial bandung. Jurnal keperawatan Indonesia. 2008; 12(2): 63-9.

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin jendela data dan informasi kesehatan ‘pengguna narkoba dapat dicegah dan dapat direhabilitasi’. Jakarta: Kemenkes RI, 2014. 8. Wulandari Cm, Retnowatu Da, Handojo Kj, Rosida. Faktor-faktor yang mempengaruhi

penyalahgunaan napza pada masyarakat di Kabupaten Jember. Jurnal Farmasi Komunitas, 2015; 2(1): 1-4.

9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang republik Indonesia nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika dan peraturan pemerintah ri nomor 40 tahun 2013 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Jakarta: Kemenkes RI, 2013.

10. Wartini. Karakteristik penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza) di pusat pendidikan masyarakat anti narkoba sibolangit center tahun 2009. Skripsi, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009.

11. Approaches to substance abuse prevention. Dalam monograph series 63. National Institute On Drug Abuse, 2001.

12. Mardani. Penyalahgunaan narkoba dalam perspektif hukum islam dan hukum pidana nasional. Jakarta: Pt Raja Grafind, 2008.

13. Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. Human Development (Perkembangan Manusia edisi 10 buku 2). (Penerj. Brian Marwensdy). Jakarta: Salemba Humanika, 2009.

14. Brown S.D, Lent, R.W. (Eds.) Handbook of counseling psychology. Singapore: John Wiley & Sons, Inc,1992.

15. Riyanto. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan napza. Jakarta: Erlangga, 2008.

16. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Narkoba ancam generasi bangsa media informasi dan komunikasi sinar badan narkotika nasional. Jakarta: Alberta Media, 2011.

17. Afiatin T. Persepsi terhadap diri dan lingkungan pada remaja penyalahguna napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif). Psikologika, 2001: (12), 11-28.

18. Kim JE, Hetherington EM, Reiss D. Associations among family relationship, antisocial peers, and adolescents externalizing behaviors: gender and family type differences. Child Development. 1999.

19. Rahmawaty S. hubungan antara keadaan keluarga dengan perilaku penyalahgunaan narkoba pada siswa dan siswi SMA Negeri 20 Jakarta. Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia; 2012.

20. Lestari, S. Psikologi keluarga penanaman nilai dan penanaman konflik dalam keluarga, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

21. Hurlock. Perkembangan anak, (Terjemahan) Jilid 2 Jakarta: Erlangga, 1997.

22. Zaenal Abidin Anwar, PP. Suryalaya. Penanggulangan Napza, Cetakan: I, Bandung: CV. Wahana Karya Grafika, 2010.

23. Rahmadona E, Agustin H. Faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba di RSJ Prof. HB. Sa’anin. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 2014 ;8(2):60-6.

24. Gunarsa SD. Seri Psikologi bunga rampai psikologi perkembangan dari anak sampai usia lanjut, BPK Gunung Mulia, 2004

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa data dengan menggunakan MARS pada data yang dikumpulkan, memperoleh hasil yang sama yaitu terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara umur satu sampai dengan

Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan menggunakan kuisioner terhadap 30 petani pemakai mesin transplanter pada usahatani padi sawah MT III/2012. Data yang

109 Desain Form menu tampil data barang masuk .... 110 Desaian Form Menu Tampil Barang

Pada penderita penyakit arteri perifer, kadar IL-6 yang tinggi secara persisten dihubungkan dengan penurunan fungsional yang lebih cepat bila dibandingkan dengan penderita yang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai literasi keuangan dan pengelolaan keuangan untuk masyarakat yang berada di wilayah kota

(2) Pada dasarnya Islam anti terhadap kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami kepada istrinya, baik kekerasan fisik, psikis, seksual maupun ekonomi. Karena itu

Di luar daerah inokulasi, senyawa terpenoid ditemukan pada jaringan xilem yang sama dengan daerah inokulasi di daerah perubahan warna (Tabel 4), begitupun pada

Bias dan MSE penaksir rasio regresi linear untuk rata-rata populasi pada sampling acak sederhana tanpa pengembalian dijelaskan untuk setiap penaksir berikut... JOM