• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERDASAN RUHANIAH KONSELOR DAN IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KECERDASAN RUHANIAH KONSELOR DAN IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KECERDASAN RUHANIAH KONSELOR DAN

IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd)

pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Konsentrasi Bimbingan Konseling Islam (BKI)

Oleh: ABDI RAHMAN NIM. 1314030268

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)

KONSENTRASI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia Yang mengajar manusia dengan pena,

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5) Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13),

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

(QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah,

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah

memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu, Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai

Di penghujung awal perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Seorang seniman sejati tidak akan membiarkan kertas menjadi kosong. Aku pun sama, aku ingin menulis semua kebaikan. Tentang orang-orang yang pernah baik dan selalu baik padaku. Aku bingung bagaimana caranya berterima kasih kepada Allah. Dia telah

mengirimkan orang-orang terbaik dalam hidupku. Hingga kapan pun, aku akan terus merasakan kebaikan dan kehangatan dari mereka. Terima kasih, Kalianlah, selama ini

memberikan begitu banyak dukungan, perhatian, kasih sayang, dan mengajarkan bagaimana mengeja cinta. Aku tidak sekadar menulis nama kalian di lembar persembahan

ini. Aku ingin mengukir nama kalian dengan pahat terbaik di hatiku.

Biarkan, biarkanlah nama kalian terus mengabadi hingga aku paham bahwa kalian akan terus menjadi istimewa. Namun, aku pun paham bahwa suatu saat kita tidak bisa lagi untuk saling melempar senyuman. Yang kita punya hanyalah

kenangan, maka dengan kerendahan hati izinkan aku mengenang kalian. Kebersamaan yang kita bina selama ini hanya mampu ditautkan oleh Sang Pemilik Cinta, Allah swt. Jikalaulah tanpa kuasa-Nya, kurasa kita tidak akan seperti ini. Ya Rabb, lantas nikmat-Mu yang manakah harus kudustakan?. Andai aku jadikan seluruh lautan sebagai tinta dan pepohonan sebagai kanvas untuk menulis semua nikmat-Mu, maka tidak akan pernah cukup ya Rabb. Nikmat-Mu begitu banyak. Maafkanlah hamba-Mu yang lemah ini. Seringkali aku lalai untuk bersyukur dan mengoptimalkan semua potensi kebaikan

yang aku miliki.

Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada manusia pembawa risalah. Manusia yang mengajarkan kepada umat manusia betapa indahnya iman dan Islam. Manusia yang memiliki cinta yang teramat luas kepada umatnya. Aku senantiasa berdoa,

semoga suatu saat aku bisa bertemu dengannya di telaga Al-Kautsar, aamiin. Aku rindu padamu ya Rasulullah.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah

(5)

selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,, Ayah,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa

hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu.. Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku

menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku

diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk

mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu.. Untukmu Ayah (Darwin),,,Ibu (Rahmadani)...Terimakasih....

we always loving you...

Selanjutnya rasa bangga dan terima kasih atas do’a, cinta, senyuman adik-adikku tersayang; One Sucita Julita sebagai sosok yang paling dewasa, pribadi menginspirasi dengan sifat keIbuan yang menawan,rekan satu visi untuk punya yayasan pendidikan suatu saat, One Meisy Sri Darmahayani sebagai sosok kreatif yang tak pernah mau

kalah dari kakaknya, bagaimanapun itu,yang sekarang lagi semangat-semangatnya berdakwah dimedia sosial sembari memperbaiki diri, mau jadi Dokter sekaligus Ustazah

katanya, siBungsu Nur Anisa Rahmi sebagai sosok humoris yang sosialis insyaAllah

Hafizh Qur’an dan jadi guru katanya, yang kabarya hari ini sudah punya dua orang murid Bimbel dirumah.”Tetap sumangaik dan istiqamah diek“Semoga kita bisa menjadi

pribadi sukses yang berbakti kepada Ayah dan Ibu.

Teruntuk keluarga besarku, abak, amak ate, amak uncu, pak aciek, Aa, etek Nov, Aciek

akmal, uncu Bas, amak lakang, pak anga atas segala do’a yang terus tercurah semoga Allah balas setiap niat baik kita

Selanjutnya rasa terima kasih kepada Murobbi-murobbi-ku yang telah mentarbiyah ruhiyah dan fikriyahku tentang Islam yang kaffah. Juga Teman-teman satu lingkaran peradaban (akh fery j, raka, rahmad, fauzan, agus, khoir, idil,rizky, alex, tomi, akbar, mezi, genta, bandi) yang telah menawarkan persaudaraan terbaik dan kita sama

bermimpi insyaAllah juga kembali duduk dalam lingkaran ini nanti disyurga. Teruntuk penghuni rumah peradaban Al-Ikhwan yang telah menjadi rumah kedua

bagiku. 3,5 tahun yang penuh harmoni. Dengan berbagai macam tingkah pola dan keunikan cerita masing-masing sembari Ada yang datang dan ada yang pergi. Rumah ini

telah menjadi tempat persinggahan terbaik selama berkuliah. Syukran jazakallahu akh ayung, irfan, adriansyah, feri h, diki, sahir, fajar, bayu, askan, febi, dani, rizki maek, mufid, habibi, saiful, nopa, latif, robi, dayat,fajri, suryadi, fauzi, hamzah, rovil, yahya dan

seluruh ikhwah BP 17 yang abang belum hafal namanya semoga kita juga berada satu rumah nantinya disyurga dengan Rasulullah

Kemudian salam cinta untuk rekan seperjuangan MPI A selamat bagi yang sudah selesai,

“Waktunya bersiap menghadapi kehidupan sesungguhnya” dan yang lagi berjuang untuk

penyesaian skripsinya tetap semangat ya teman semoga cepat selesai dan semoga kita sama bertemu dititik kesuksesan nantinya

Terakhir ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah menjadi inspirasi dalam hidupku. Maaf tidak bisa dituliskan satu persatu. Sekali lagi Terima kasih semoga Allah

(6)

ABSTRAK

Skripsi berjudul “Kecerdasan Ruhaniyah Konselor dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam” yang ditulis oleh Abdi Rahman, Bp 1314030268, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Imam Bonjol Padang.

Latar belakang penelitian ini adalah dengan melihat realitas yang terjadi dalam lingkungan masyarakat khusunya dalam lingkungan pendidikan, yang mana semua berpacu dalam pencapaian materi dengan berlomba mengasah kemampuan otot dan otak saja, kalaupun mereka melakukan ibadah itupun hanya sebatas kegiatan seremonial saja tampa pemaknaan terhadap ibadah yang dilakukan sehingga mereka jauh dari Allah. Berangkat dari masalah inilah skripsi ini diangkat bagaimana seorang konselor yang memiliki kecerdasan Ruhaniah dapat mengimplimentasikan kecerdasan ruhaniah yang dimilikinya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sehingga diharapkan mampu membantu klien dalam pengentasan masalahnya.

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) membantu individu agar tidak

menghadapi masalah (2) membantu individu untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya (3) membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan library

research yang berupaya mengumpulkan data dengan memperkaya referensi dan rujukan yang terkkait dengan masalah ynag diangkat. Adapun Sumber data pada penelitian library research ini dapat dibagi dua, yakni terdiri atas buku utama atau sumber data primer dan buku penunjang atau sumber data sekunder. Dalam mengolah data yang telah penulis peroleh, maka penulis akan menganalisanya dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) yaitu satu teknik dengan analisis dalam kajian kepustakaan dengan cara menganalisa terhadap berbagai sumber informasi termasuk bahan cetak (buku, artikel, majalah, dan sebagainya), dan bahan non cetak seperti gambar.

Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa ada kesamaan ciri dan fungsi kecerdasaan ruhaniah dengan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling islam karena sama berangkat dari kesempurnaan penciptaan manusia dan sumber permasalahan dalam Bimbingan dan Konseling Islam adalah larinya manusia dari tujuan penciptaannya yang mana hal ini merupakan bentuk dari kecerdasan Ruhaniah yangt tidak terkembangkan dengan baik.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji berserta syukur kehaderat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selanjutnya shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa jalan terang kepada kehidupan kaum muslimin melalui risalah suci Rabbul „Izzati.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak menemukan kesulitan karena keterbatasan pribadi penulis. Namun berkat izin Allah SWT dan bimbingan, dorongan serta Do‟a dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sangat tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Duski Samad, M. Ag selaku pembimbing I dan Ibu Dr.NurSyamsi, M. Pd selaku Pembimbing II atas segala waktu, fikiran,

tenaga, Do‟a untuk mendorongan , mengarahkan, serta memotifasi penulis

demi terwujudnya skripsi ini

2. Bapak Rektor dan Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang

3. Bapak Dekan, Bapak/ Ibuwakil dekan, Ibu ketua dan Wakil ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Bapak/ Ibu dosen dan seluruh karyawan/ti Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang, yang telah mendidik dan mengajar serta membantu penulis memberi fasilitas selama kuliah dan penyelesaian skripsi.

4. Ayahhanda dan Ibunda tercinta, Darwin dan Rahmadani atas segala cinta dan kasih sayang, perhatian dan do‟a serta dukungan moril dan materil yang tak akan pernah dapat terbalaskan. Demikian juga kepada adek-adekku tercinta Sucita Julita, Meisy Sri Darma Hayani dan Nur Anisa Rahmi yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan do‟a terbaiknya untuk kesuksesan penulis. Demikian juga kepada kakek nenek dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis.

5. Bapak/ Ibu Pimpinan Perpustakaan Institut dan Fakultas beserta para karyawan/ti perpustakaan yang telah memberikan fasilitas peminjaman bahkan ikut mencarikan literature untuk penulis.

6. Para sahabat seperjuangan MPI A tercinta atas segala dukungan dan Do‟a kepada penulis guna selesainya penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala pemberian, petunjuk dan pertolongan tersebut dan semoga diberkahi. Terakhir, sebagai manusia biasa, penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan, karenanya penulis harapkan para pembaca dapat memberikan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Padang, 18 Agustus 2017 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 6

C. Tujuan danKegunaan Penelitian ... 7

D. PenjelasanJudul ... 8

E. Sistematikapenulisan………. 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. KecerdasanRuhaniyah ... 10

1. Pengertian KecerdasanRuhaniyah ... 10

2. Nash Al-Qur‟an dan Hadist………. 16

3. Kepribadiankonselor yang cerdassecara ruhaniah…….. 17

4. Langkah-langkah pencapaian Kecerdasan Rohaniyah …….27

B. Konseling Islami ... 32

1. Pengertian Konseling Islam ... 32

2. Ciri-Ciri Konseling Islam ... 33

3. Tujuan danfungsiKonseling Islam ... 34

4. Jenis-jenislayanan Konseling Islam ... 38

5. Fungsi Konseling Islam ... 39

6. Azaz-Azaz Konseling Islam ... 44

7. Konselorislami yang ideal………. 52

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN……… 62

A. Jenis Penelitian ... 62

B. Sumber Data Penelitian ... 64

C. Teknikpengumpulan data danpengolahan data ... 65

D. Analisis Data ... 66

BAB IV: HASIL PENELITIAN……… 68

A. SejarahsingkatlahirnyaKecerdasanRuhaniyah ... 68

(9)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 85

A. Kesimpulan ……… 85

B. Saran ……….. 87

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki berbagai macam potensi yang tersimpan dalam

dirinya, namun tidak semua potensi yang dimiliki manusia dapat berkembang dengan baik dan optimal. Banyak orang yang tidak mengetahui potensi yang ada dalam dirinya, ketidaktahuan mengenai

potensi diri, menjadikan potensi tersebut tidak tergali dan tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat menyebabkan manusia mengalami kesulitan

dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul di tengah-tengah kehidupannya.

Kecerdasan adalah potensi alamiah yang dimiliki manusia, sebagai

anugerah tertinggi dari Allah SWT dan yang memuliakan manusia dengan makhluk lainnya. Indikasi adanya potensi kecerdasan pada manusia

disebutkan dalam Al-Qur‟an yang mengajak manusia untuk mengadakan pemikiran dan penalaran terhadap segala fenomena yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Ali-Imran

ayat 160 yang berbunyi:

























(11)

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS Ali-Imran 190)1

Disiplin ilmu psikologi mengenal adanya beberapa jenis

kecerdasan, diantaranya kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang telah lazim diketahui

oleh kebanyakan orang. Penulis akan membahas sedikit mengenai Kecerdasan yang ketiga yaitu kecerdasan spiritual yang nantinya akan

merujuk kepada kecerdasan ruhaniah. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam

konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan makna hidup dan kebahagian. Inilah sebabnya kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dalam kehidupan seseorang

karena menemukan makna dari kehidun spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dan tinggi karena terkait dengan

kemampuan seseorang dalam meraih kebahagian.2

Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan temuan terkini secara ilmiah, yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian

1Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya, ( Jakarta : Insan PT Media Pustaka, 2004 ) h. 407

2

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual bagi Anak,

(12)

Marshal, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang komprehensif. Beberapa pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual dipaparkan Zohar dan Marshal dalam SQ (Spiritual Quetient), the ultimate intelegence, dua diantaranya adalah pertama riset psikologi/ saraf, Michael Persinger pada awal tahun 1990-an dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli saraf VS Ramachandran dan timnya dari California University, yang menemukan eksistensi Got Spot dalam otak manusia telah built in sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di bagian depan otak. Buku kedua adalah riset ahli saraf Australia, Wolf Singer era 1990-an atas makalahnya: The Binding Problem, yang menunjukkan ada proses saraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha untuk menyatukan serta memberi makna dalam pengalaman hidup kita, suatu jaringan saraf secara

literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna.3

Danah Zohar dan Ian Marshal berpendapat bahwa SQ tidak sama

dengan Agama

SQ tidak mesti berhubungan dengan Agama. Bagi sebagian orang mungkin, SQ mungkin menemukan cara mengungkapkannya melalui Agama formal, namun beragama tidak menjamin SQ tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki SQ sangat tinggi; sebaliknya, banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ sangat rendah. Beberapa penelitian oleh psikolog Gordon Allport, lima puluh tahun silam, menunjukkan bahwa orang memiliki pengalaman keagamaan lebih banyak di luar batas-batas arus utama lembaga keagaannya dari pada di dalamnya. Agama formal adalah seperangkat aturan dan kepercayaan yang di bebankan secara eksternal, ia bersifat top down , di warisi dari pendeta, nabi dan kitab suci atau di tanamkan melalui keluarga dan tradisi. SQ sebagaimana di jelaskan dalam buku ini, adalah kemampuan internal bawaan otak atau jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta ini. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa, ia adalah kecerdasan yang dapat membantu menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. SQ adalah kesadaran yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada tetapi, tetapi juga secara aktif kita menemukan nilai-nilai baru. SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, SQ mendahului seluruh nilai-nilai spesifik dan budaya manapun, oleh karna itu, iapun mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang

3

(13)

pernah ada. SQ membuat agama menjadi mungkin (bahkan mungkin perlu), tetapi SQ tidak bergantung pada agama.4

Toto tasmara dalam bukunya berpendapat tentang kecerdasan

spiritual, ia berpendapat bahwa Kecerdasan spiritual yang datang dari barat ini lebih menekankan pada makna spiritual sebagai potensi yang khas di dalam jasad tampa mengkaitkannya secara jelas dengan kekuasan

dan kekuatan Tuhan. Kecerdasan spiritual sebagaimana kecerdasan lainnya dengan pusat utamanya pada alam. Mereka membedah kecerdasan

spiritual dengan pusat utamanya pada kekuatan otak manusia (brainwere),

dan karenanya dengan sangat tegas mengatakan , “Spiritual is not a

religion “. Seorang mungkin memiliki pengetahuan tentang agama, tetapi

belum tentu cerdas secara spiritual. Dan untuk membedakannya dengan pandangan dunia barat tentang makna spiritual ini, saya mencoba memberanikan diri untuk memakai istilah kecerdasan ruhaniah

(transcendental intiligence TC) sebagai bagian dari upaya untuk menggali pesan-pesan Qur‟an dan hadits yang justru kita yakini sebagai the way of life . Kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah Rabbul-Alamin dan seluruh ciptaan-Nya. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat

jasadi, bersifat sementara dan fana, kecerdasan ruhaniah justru merupakan esensi dari seluruh kecerdasan yang ada. Atau dapat dikatakan, sebagai

4

(14)

kecerdasan spiritual plus dan plusnya itu berada pada nilai-nilai keimanan

pada Ilahi. 5

Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara

berbeda dalam istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam

maksud dan tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya.

Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat diambil suatu kesan bahwa

yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses

pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu

atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin

untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang

dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan

ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya

kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.6

Dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur

Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan

dirinya sebagai manusia seutuhnya dan agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.

2. Tujuan khususnya adalah:

5

Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta : Gema insani 2001), h. xii 6

(15)

1) membantu individu agar tidak menghadapi masalah 2) membantu individu untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya

3) membantu individu memlihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan

orang lain.7

Berdasarkan teori-teori di atas penulis tertarik untuk meneliti

keterkaitan Kecerdasan Ruhaniah Konselor dengan Bimbingan dan Konseling Islam yang lebih di rincikan dengan “Kecerdasan Ruhaniah Konselor Konselor dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling

Islam”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis memberikan rumusan masalah yaitu bagaimana keterkaitan Kecerdasan

Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam ?

Agar lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis memberikan

batasan masalah sebagai berikut :“ Penerapan Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam “.

7

(16)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan batasan masalah di atas , maka tujuan dari penelitian

ini adalah :

“Ingin mendiskripsikan implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor

dalam Bimbingan dan Konseling Islam”

Setelah dilakukan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan akan berguna baik dibidang teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Bidang teoritis :

a. Untuk menambah dan memperluas wawasan penulis khususnya

mengenai masalah yang dibahas.

b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para konselor dan mahasiswa jurusan

Manajemen Pendidikan Islam.

c. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang

Bimbingan dan Konseling khususnya implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam

2. Bidang praktis :

a. Sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Imam Bonjol Padang.

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca, agar mengetahui serta memahami bagaimana implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor

(17)

D. Penjelasan Judul

Supaya tidak terjadi kesalah pahaman dan kekeliruan dalam memahami judul ini, maka penulis akan menjelaskan istilah yang di pakai dalam judul

tersebut di antaranya:

Kecerdasan Ruhaniah adalah kemampuan seseorang untuk memaknai segala sesuatu yang mana semua bermuara kepada keyakinan terhadap Allah

Rabbul-Alamin. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi, bersifat sementara dan fana,

Konseor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan tenaga profesional.

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu, agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,

sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhir.8 Jadi yang dimaksud dari judul skripsi ini adalah bagaimana implikasi atau keterlibatan kecerdasan ruhaniah seorang konselor terhadap Bimbingan dan Konseling

Islam.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun menjadi lima bab, yang berdiri sendiri namun saling berhubungan antara satu bab dengan bab lainnya dan merupakan satu kesatuan

8

(18)

yang tidak dapat dipisahkan. Dari masing- masing BAB tersebut terbagi menjadi beberapa sub BAB yang saling berhubungan. Dengan cara demikian

diharapkan akan terbentuk suatu system penulisan yang terlihat suatu system yang utuh sesuai dengan bentuk karangan ilmiah semestinya.

BAB kesatu merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.

BAB kedua merupakan LANDASAN TEORITIS yang terdiri atas pengertian Kecerdasan Rohaniah Konselor dan pengertian Bimbingan

Konseling Islam

BAB ketiga merupakan METODE PENELITIAN yang meliputi: jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan

analisis data.

BAB keempat merupakan HASIL PENELITIAN yang mengulas

masalah tetang Kecerdasan Rohaniah Konselor dan implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam.

Bab kelima, merupakan PENUTUP yang terdiri atas kesimpulan dan

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Ruhaniah Konselor

1. Pengertian Kecerdasan Ruhaniah

Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang

menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang

dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya

masing-masing.9

Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang

berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari

sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru.10

Dalam Kamus Arab Indonesia karya Mahmud Yunus, terdapat kata Kata حور untuk ruh, Kata حير (rih) yang berarti

angin, Kata حور (rawh) yang berarti rahmat ,يوبحور نويوبحور rohani, tidak berbenda.11

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ruhaniah dapat diartikan alam12

9

Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: UM Press, 2001), hal 122).

10

Kartini Kartono, & Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung: Pioner Jaya, 2000), hal 233)

11

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, ( Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur‟an, 1973), h. 149

12

(20)

Menurut terminologi, terdapat berbagai rumusan tentang Kecerdasan Ruhaniah namun pada intinya sama dan hanya

berbeda dalam redaksinya

a. Menurut Toto Tasmara Kecerdasan Ruhaniah adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan

kebenaran yang meng-ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati, dan

beradaptasi.13

b. Menurut Ary Ginanjar Agustin Kecerdasan spiritual/Ruhaniah

adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, malalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya

hanif, dan memiliki pola pemikiran tauhidi , serta prinsip

“hanya karna Allah”.14

c. Menurut Prof. Dr. H. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd

Kecerdasan rohaniah adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang

meng-Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, dan beradaptasi.

d. Menurut Dadang Hawari kecerdasan spiritual atau Kecerdasan

Ruhaniyah adalah komponen utama bila dibandingkan dengan

13

Toto Tasmara : Op.Cit., h. 4 14

(21)

IQ, EQ, dan CQ. Untuk mengembangkannya adalah dengan menghayati dan mengamalkan agama; yaitu rukun iman, rukun

islam dalam kehidupan. 15

Berdasarkan pendapat di atas Kecerdasan Ruhaniah dapat

diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memaknai hidup dengan nilai-nilai keagamaan. Kecerdasan ini berkaitan dengan abtraksi pada suatu hal diluar kekuatan manusia suatu kekuatan penggerak kehidupan

yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang memiliki Kecerdasan Ruhaniah yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah,

sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian dia dalam berinteraksi dengan manusia, karena dibantu oleh Allah yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya. Dalam surat Al‟araf ayat 56 Allah swt jelaskan sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS,

Al‟araf: 56)16

15

Dadang Hawari, Al-Qur‟an: Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa ,( Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), hal 223-232

16

(22)

Berdasarkan keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa kecerdasan Ruhaniah seseorang itu berpengaruh terhadap kemudahan dia

dalam menjalani kehidupan ini, jika keceredasan spiritual atau Kecerdasan Ruhaniah seseorang baik, maka mereka akan menjadi orang yang paling

cerdas dalam kehidupan, untuk itu yang terbaik bagi kita adalah memperbaiki hubungan kita kepada Allah, yaitu menguatkan sandaran vertikal kita dengan cara memperbesar taqwa dan menyempurnakan

tawakal serta memurnikan pengabdian kita kepada-Nya.17

2. Nash Al-Qur’an dan Hadist tentang Kecerdasan rohaniah

e. Al. Qur‟an

Artinya :Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As Sajadah : 9)18

Tafsir ayat

Maka jelaslah disini bahwa ruh atau nyawa sekalian

manusia itu Allah SWT sendirilah yang empunya, harta Allah

17

Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Takwa dan Tawakal, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), h. 181-182

18

(23)

SWT. “dan dia jadikan untuk kamu pendengaran dan penglihtan dan hati.” Pendengaran dan penglihatan adalah untuk

menghubungkan diri kita dengan alam yang sekeliling kita dan bahwa hasil penglihatan dan pendengaran kita itu ke dalalam hati

kita, untuk menginsafi kebenaran Allah SWT guna di sembah dan pertalian hidup dengan sesama untuk dikasihi.19



Artinya :7.dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.(QS:Asy-Syam 7-10)20

Tafsir ayat

Dia, yaitu Allah yang mendirikan langit menghamparkan

bumi, dan menyempurnakan kejadian insan. Di beri-Nya ilham

“kepadanya” yaitu kepada diri insan tadi. Setelah Allah

memberikan ilham dan petunjuk, mana jalan yang salah dan mana jalan kepada ketakwaan, terserahlah pada manusia itu sendiri,

mana yang akan di tempuhnya, sebab dia di beri akal budi, maka

19

Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 7 , Amin Jundi, Gema Insani, Depok, 2015, hal:124

20

(24)

berbahagialah orang-orang yang membersihkan jiwanya atau dirinya, gabungan diantara jasmani dan rohaninya. Jasmani ia

bersihkan dari hadas dan najis, sedang rohani ia bersihkan dari penyakit yang mengancam kemurniannya. Lawan dari

mensucikannya ialah mengotorinya. Membawa diri ketempat yang kotor. Kotor jasmani tersebab najis dan hadas sedang kotor rohani sebab syirik, benci, dendam dal lainnya. Seorang yang beriman

hendaklah selalu mengusahakan pembersihan diri, luar dan dalam dn jangan mengotorinya.21

Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali potensi (kecerdasan) ruhaniah. Apa itu kecerdasan ruhaniah? Kecerdasan ruhaniah ialah kemampuan seseorang untuk

mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan

pilihan-pilihan, dan beradaptasi.

Kecerdasan ruhaniah sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qolbu (tazkiyah,

tarbiyatul quluub) sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan sertacaranya kita mengambil keputusan.qolbu harus

senantiasa berada pada posisi menerima curahan cahaya ruh yang bermuatan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi.

21

(25)

f. Hadits

تئج :لبقف صلى الله عليه وسلم الله لوسر تيتأ :لبق دبعم هب ةصباو هعو

بم ربلا ،لبلق تفتسا :لبق ،معو :تلق ؟مثلإاو ربلا هع لأست

يف كبح بم مثلإاو ،بلقلا هيلإ نأمطاو ،سفىلا هيلإ توأمطا

كوتفأو سبىلا كبتفأ نإو ،ردصلا يف ددرتو ،سفىلا

Artinya :“ Dari Wabishoh bin Ma'bad ia berkata, "Saya datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan Maka beliau pun bersabda: "Kamu datang untuk bertanya mengenai kebaikan dan keburukan (dosa)." Saya berkata, "Benar." Beliau lalu bersabda : mintalah petunjuk dari jiwamu. Kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan dan menentramkan hati dan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang meresahkan hati dan menyesakkan dada, meskipun manusia membenarkanmu dan manusia memberimu fatwa (membenarkan)." (Musnad Ahmad, no.180001)22

Salah satu Fungsi qolbu adalah merasakan dan mengalami,

artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan dipantulkan kembali kedunia luar, dan proses ini kita sebut sebagai menghayati. Dalam proses mengalami dan menghayati itu, dia

sadar akan dirinya dalam konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, di dalam proses menghayati, dia sadar akan seluruh

tanggung jawab perbuatannya.Pengalaman bersifat kuantitafif

22

(26)

(badani, nafsiah), sedangkan penghayatan bersifat kualitatif (ruhiyah)23

3. Kepribadian Konselor yang memiliki kecerdasan ruhaniyah

Toto Tasmara, memberikan ciri-ciri kecerdasan spiritual sebagai

kecerdasan ruhaniah/ kejiwaan atau ruh sebagai wilayah batin yang selalu berubah-ubah.24 Adapun ciri-ciri pribadi yang memiliki keceerdasan ruhaniah tersebut adalah :

a. Memiliki visi

Mereka yang cerdas secara spiritual atau ruhaniah sangat

menyadari bahwa hidup yang dijalaninya bukanlah “kebetulan” tetapi sebuah kesengajaan yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Visi atau tujuan setiap muslim yang cerdas secara spiritual akan

menjadikan pertemuan dengan Allah sebagai puncak dari pernyataan visi pribadinya, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk perbuatan baik yang

terukur dan terarah. Sebagaimana firman Allah

Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal shaleh dan janganlah beribadah dengan mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S. Al-Kahfi:110).25

23

Toto Tasmara OP.Cit. hal 45 24

Jalaluddin Rakhmat, et.al, Menyinari Relung-relung Ruhaniah: Mengembangkan EQ dan SQ Cara Sufi, Al Hikmah kerjasama dengan IMAN, Bandung, 2002, hal. 26.

25

(27)

Kesadaran ruhaniah yang paling mendalam adalah kesadaran bahwa hidup adalah kesementaraan yang harus dilaksanakan dengan

penuh tanggung jawab , sebuah perantauan yang harus dan niscaya kembali kekampung halaman dengan membawa bekal, dan perjalanan

singkat untuk menempuh perjalanan yang panjang dan abadi. Dalam jiwanya terdapat keyakinan bahwa hanya orang-orang yang bertanggung jawab untuk menunaikan amanahnya yang akan memperoleh kemenangan

dunia dan akhirat.

b. Merasakan kehadiran Allah

Mereka yang cerdas secara ruhani merasakan kehadirat Allah dimanapun mereka berada, mereka menyakini bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah SWT. Ada kamera Illahiyah yang terus

menyoroti Qolbunya dan merasakan serta menyadari bahwa seluruh detak hatinya diketahui dan dicetak Allah tanpa satupun yang tercecer. Allah

berfirman.

Artinya :„Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”.(Q.S. Qof: 16)26

Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah merasakan dirinya

berada dalam limpahan karunia Allah. Dalam suka dan duka atau dalam

26

(28)

sempit ataupun lapang, mereka tetap merasakan kebahagian , karena kepada Allah mereka bertawakal. Perasan kehadiran Allah di dalam qalbu

apalagi sampai kepada tingkat tawakal tidak dapat datang begitu saja, melainkan harus di latih melalui keheningan batin. Ia hanya mungkin di

peroleh ketika keadaan jiwa dalam kondisi-kondisi kontemlatif, bening dan menarik diri untuk beberapa saat dari hiruk pikuk dunia atau yang dalam istilah lain di sebut uzlah

c. Berdzikir dan berdo‟a

Berdzikir dan berdo‟a merupakan sarana sekaligus motivasi diri

untuk menampakkan wajah seseorang yang bertanggung jawab. Dzikir mengingatkan perjalanan untuk pulang dan berjumpa dengan yang

dikasihinya. Berdo‟a berarti memanggil diri sendiri. Jiwa dan kesadaran

diseru dan dihentakkan agar sadar bahwa “aku sedang beraudiensi dengan Tuhan-ku”.

Mereka yang cerdas secara ruhani menyadari bahwa do‟a

mempunyai makna yang sangat dalam bagi dirinya. Dengan berdo‟a

berarti ada rasa optimisme yang mendalam dihati dan masih memiliki

semangat untuk melihat ke depan. . Allah berfirman

























(29)

mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS Ar- Ra‟d :

Artinya :dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".(S.Q Al. Mu‟minun : 60)28

d. Memiliki kualitas sabar

Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian dan tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya, sehingga orang yang bertakqa tidak

mengenal atau memiliki kosa kata “cengeng” karena makna dari kata sabar

itu sendiri bermuatan kekuatan bukan kelemahan. Sabar berarti terpatrinya

sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita-cita atau harapan, sabar berkaitan pula dengan masa depan sebagaimana firman Allah



Artinya :Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (QS. Al.

(30)

Salah satu mahkota sabar adalah sikap memaafkan. Keberanian untuk selalu berpihak pada “salam” sebagaimana yang di ucapkan setiap

mengakhiri shalatnya (yang pada dasarnya merupakan awal dari aktualisasi sholat). Di dalam nilai-nilai sabar itu tampak sikapnya yang

paling dominan antara lain sikap percaya diri(self confidence), optimis, mampu menahan beban ujian dan terus berusaha sekuat tenaga (mujahadah). Dan mereka sangat yakin akan janji Allah yang berfirman



Artinya :Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-ankabut : 69)30

e. Cenderung pada kebaikan

Orang yang bertaqwa adalah tipe manusia yang cenderung pada kebaikan dan kebenaran. Sabda Rasulullah SAW., “jadikanlah hidup hari

ini lebih baik dari hari kemaren dan hari esok lebih baik lagi dari hari ini”, seakan-akan menembus cakra wala qalbunya dan menjadi hiasan

nuraninya setiap detik, mereka merasakan kerugian yang dahsyat ketika

waktu berlalu begitu saja tanpa ada satupun kebaikan yang di lakukannya. Amanah adalah segala bentuk kebaikan yang mengikat diri dan kemudian menjadi beban dan keharusan untuk dilaksankan dengan penuh

tanggung jawab. Sehingganya, takwa kita pahami sebagai bentuk tanggug

30

(31)

jawab adalah bentuk rasa cinta Karena menerima amanah kebaikan dari Allah . Kebaikan merupkan kodrat yang melekat pada fitrah manusia itu

sendiri. Amanah kebaikan dari Allah tersebut merupakan principium identity manusia, artinya manusia hanya dapat memanusiakan dirinya selama dia mau bertanggung jawab terhadap amanah yang di berikan Allah kepadanya. Dengan demikian, hidup dan kehidupan yang kita jalani bersama-sama orang lain itu adalah amanah yang harus ia laksanakan

dalam bentuk tanggung jawab. f. Memiliki empati

Empati adalah kemampuan seorang untuk memahami orang lain., sehingga mereka mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah dari orang lain. Empati sosial telah di patrikan kepada jiwa agung

Artinya :Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.(QS. At.Taubah : 128)31

Hal ini di contohkan oleh Umar Ibnul-Khattab r.a, pada saat penduduk dalam keadaan kelaparan, tampak Umar Ibnul-Khattab r.a menggigil karena tidak makan gandum dan minyak samin hampir satu

31

(32)

bulan lamanya. Seorang bertanya, “ Wahai Amirul Mukminin, betapa

seorang Amir seperti engkau kelihatan sangat lesu, wajahmu pucat dan

hanya makan roti kering . Engkau kelihatannya sedang menyiksa diri, padahal dengan kekuasaanmu, engkau hanya tinggal meminta kepada kas

Negara (Baitu mal)”, Umar menjawab, “ Bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin rakyat bila tidak merasakan derita yang mereka rasakan

?”. Para pemimpin yang berempati akan melahirkan solidaritas, lalu

menular menjadi satu kesadaran kolektif. Kepemimpinan adalah keteladanan dan siakap yang penuh perhatian terhadap yang di pimpinnya.

g. Berjiwa besar

Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Orang yang

cerdas secara ruhaniah adalah mereka yang mampu memaafkan betapapun besarnya kesalahan yang pernah diperbuat orang lain pada dirinya. Karena

mereka menyadari bahwa sikap pemberian maaf, bukan saja sebagai bukti kesalehan, melainkan salah satu bentuk tanggung jawab hidupnya, karena apapun yang ia pilih atau putuskan pada akhirnya akan mempengaruhi

orang lain.

Seorang yang cerdas secara ruhaniah, memiliki sikap pemaaf yang

sangat besar seakan melebur dalam cintanya yang sangat mendalam terhadap kebenaran dan sekaligus sangat besar kepeduliannya terhadap kemanusiaan. Pada saat Rasulullah di lecehkan oleh penduduk Thaif,

(33)

Pada saat itu malaikat menawarkan kekuatan untuk membalas kepedihan hati kekasih Allah yang telah di hinakan melempaui batas-batas

kemanusian. Tetapi, keagungan akhlak Rasulullah tampak dan menggaung

ke seantero jagat. Tawaran malaikat di jawabnya dengan do‟a, “ Ya Allah,

ampunilah mereka , karena sesungguhnya mereka tidak tahu.‟

Keagungan akhlak tersebut di tampakkan lagi secara monumental ketika Rasulullah SAW, memasuki kota Mekah yang di kenal dengan

fatthul Makkah. Pada saat itu, musuh-musuh Islam menggigil ketakutan. Mereka merasa khawatir kaum muslimin akan membalas dendam kerena

kekejian yang telah mereka perbuat kepada kaum muslimin.

Dalam suasana yang mencekam, Rasulullah berdiri di depan

Ka‟bah dan berkata dengan lantang, “Aku akan berkata sebagaimana

Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya. Tidak ada dendam dan kebencian di hati kita semua. Kalian (musuh-musuh Islam) kalau mau, silahkan pergi dan bebas kemana engkau mau, karena kalian telah kami maafkan.” Inilah keteladanan yang menunjukkan jiwa besar Rasulullah

SAW. Padahal sebelumnya beliau dan pengikutnya mendapatkan siksaan

di luar batas kemanusian , begitulah seorang yang cerdas rohaninya, lebih dominan rasa cintanya daripada kebenciannya. Lebih besar rasa

perdamaiannya daripada permusuhannya. Sehingga, tidak mungkin keluar dari mulutnya kata dan kalimat yang mencerminkan sikap kebencian, dendam, dan caci maki.

(34)

Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidaklah terlepas

dari tanggung jawab terhadap lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, mereka menunjukkan sikapnya untuk senantiasa terbuka

hatinya terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya untuk melayani.

Sikap melayani melekat pada fitrah dirinya, sebagaimana setiap

hari minimal 17 kali kita membaca surat al-fatiah, sebagai pernyataan dan

komitmen yang di ungkapkan dengan penuh kesadaran, “Iyyaka na‟budu

hanya pada Engkaulah kami menyembah‟!. Kata “abdun” dapat berarti

menghamba, taat melayani (sebagaimana seorang hamba melayani tuhannya).

Menarik untuk disimak, pernyataan ” Iyyaka na‟budu di

ungkapkan dalam bentuk jamak. Ada unsur kebersamaan (bukan a‟budu

aku mengabdi). Dalam melayani, ego keakuan kita hilang diganti dengan rasa kebersamaan. Hanya dengan melayani atau saling melayani, niscaya kehidupan kita meningkat menuju keluhuran budaya. Melayani bukan

bukan hanya sekedar kenunjukan sikap luar seperti tersenyum, berpakaian rapi, atau hal lain yang seringkali di jadikan tema pelatihan pelayanan

(35)

Salah satu bentuk kualitas pelayanan adalah tidak pernah tersirat sedikitpun dalam pikiran seorang muslim untuk mengingkari janji. Karena

itu mereka yang cerdas secara ruhani akan tampak dari sikapnya yang sangat perhatian terhadap janji dan amanah.















Artinya :dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.(QS.Al.Isra‟ :34)32

Melayani dengan cinta, bukan karena tugas atau pengaruh luar. Tetapi, benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa “aku ada

karena aku melayani”. Dengan penghayatan seperti itu, sadarlah mereka

bahwa “siapapun di luar dirinya adalah customer” yang berhak

mendapatkan pelayanan dirinya. Mereka menyadari bahwa keberadaannya

tidak mungkin berarti kecuali bersama dengan orang lain. Dengan melayani orang lain berarti dirinya ikut di berdayakan menuju kualitas akhlak yang lebih luhur dan bermakna .

Dengan demikian seorang muslim akan menjadikan setiap geraknya adalah pelayanan yang berkualitas. Sehingga, orang yang di

sekitarnya merasakan kedamaian. Itulah sebabnya setiap mengakhiri sholat

kita mengucapkan “salam”, semacam ada gemuruh yang menggaungkan

sebuah ungkapan, “dengan mengakhiri sholatku ini, sesungguhnya aku

memulai hidupku untuk menebarkan salam. Sebab itu wahai saudarku siapapun engkau adanya, janganlah gentar dan takut karena sesungguhnya

32

(36)

aku hadir untuk memberikan kedamaian bagi semesta.” Dan dengan begitu

seseorang yang memiliki kecerdasan ruhaniah, menjadikan semangat

pelayanan sebagai salah satu misi kehidupannya. Bagi mereka pelayanan merupakan investasi prilaku dirinya, bertambah banyak mereka

mengulurkan tangan dan melayani maka bertambah investasinya. 33

4. Langkah-langkah pencapaian Kecerdasan Rohaniah

Kecerdasan Ruhaniah yang baik akan memiliki hubungan yang

kuat dengan Allah, namun nafsu sebagai salah satu potensi manusia disadari perlu di kontrol sedemikian rupa sehingga ia tidak menjadikan

manusia terhalang dari Tuhan. Maka untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan kesucian jiwa di perlukan sekali latihan dan pendidikan kerohanian yang panjang.34

Tahap pertama (dalam perjalanan ruhaniah ) adalah upaya mengalihkan hati yang sakit menjadi hati yang sehat. Tahap kedua,

memberikan bekal harian yang lazim disertai dengan santapan yang di butuhkan setiap saat, sehingga hati mampu memelihara dan mempertahankan kondisi keimanan yang tinggi. Kondisi rohani yang

demikian merupakan suatu hak yang harus dipenuhi oleh setiap orang sepanjang hayatnya. dengan kata lain, setiap orang harus melakuan dan

mempertahankan proses atau kondisi ruhani yang demikian selama hayatnya, hingga akhirnya dia “menjumpai” Allah.35

33Toto Tasmara

: op, cit., hal. 6-39 34

Duski Samad: Lebih dekat dengan tasauf, (Padang: Duski Samad Institut, 2014), hal.42 35

(37)

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai sufi yang mampu mengkompromikan sedemikian rupa antara tasauf dengan amalan

syari‟at dianggap sebagai tokoh yang membuat sistem pembinaan akhlak

yang bertujuan untuk menguasai nafsu tidak menjadi penghalang bagi

manusia menuju ma‟rifah dengan Tuhannya. Sistem yang di susun

Al-Ghazali di kenal dengan konsep Takhalli, Tahalli dan Tajalli. a. Takhalli

Takhalli secara terminologis berarti membersihkan diri dari segala bentuk godaan kehidupan duniawi yang dapat menghalangi si salik (orang

yang konsentrasi menuju Tuhan) dari ma‟rifahnya kepada Tuhannya.

Usaha untuk mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan duniawi, bisa ditempuh jika seseorang benar-benar mampu

menjauhkan dirinya dari semua kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsunya, sebab hawa nafsulah

yang menjadi pangkal dari segala sifat yang tidak baik.

Sikap mental sufi yang sudah tercemar oleh pengaruh duniawi dan material dipandang akan merugikannya dari perjuangan (mujahadah)

menuju Tuhan. Oleh karenanya sikap ria, takabur, hasad, dan sikap hati yang tercela itu mesti dapat dibersihkan dari jiwa seseorang yang menuju

kepada kehidupan spiritual. b. Tahalli

Konsep ini mengandung pengertian menghiasi diri dengan jalan

(38)

mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir batin. Berusaha agar dalam setiap gerak dan prilaku selalu berjalan diatas ketentuan

agama, baik kewajiban yang bersifat lahir atau ketaatan lahir maupun yang

bersifat ketaatan batin. Yang dimaksud dengan ketaatan kepada syari‟at

agama formal seperti shalat, puasa, zakat dan haji, sedangkan yang dimaksud dengan ketaatan batin yaitu seperti iman, ikhlas, dan sebagainya. Manusia yang berhasil mensucikan diri (takhalli) dan kemudian ia

mengisi dirinya (tahalli) dengan perbuatan terpuji maka segala perbuatan dan tindakannya sehari-hari selalu berdasarkan niat yang ikhlas. Manusia

seperti itulah yang berhasil mendapatkan kedekatan diri dengan Allah SWT , selanjutnya dia pula yang bisa naik kederajat Tajalli.

c. Tajalli

Artinya terungkapnya nur gaib (kebesaran Allah) pada hati nurani sang sufi. Firman Allah: Allah adalah nur (cahaya) langit dan bumi

(Q.S.24:35). Tajalli merupakan proses mental merasakan adanya kerinduan pada ketuhanan, kerinduan itu akan terobati jika kepadanya dibukakan hijab (pembatas) antara manusia dan Tuhannya. Untuk

membuka hijab itu manusia harus selalu melakukan riyadah (latihan-latihan jiwa), berusaha membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela,

mengosongkan hati dari sifat keji, melepaskan ketergantungan dengan dunia lalu mengisi diri dengan perbuatan dan sikap terpuji , semua yang dilakukannya tetap dalam kerangka ibadah, memperbanyak zikir,

(39)

hati, baik lahir maupun batin. Usaha-usaha seperti diatas pada dasarnya berarti mempersiapkan seluruh jiwa (hati) untuk menerima tajalli nur ilahi

untuk menembus relung-relung hati yang terdalam, maka dengan demikian dia siap menerima limpahan nikmat dan karunia-Nya. Pada tingkat ini

hamba akan cemerlang, terang benderang dadanya terbuka luas dan lapang, terangkat rahasia alam maka pada saat itu jelaslah baginya rahasia ketuhanan yang dulunya terdinding oleh kotoran jiwanya.36

Untuk mencapai kedamaian hati sebagai upaya meningkatkan kecerdasan ruhani, kiranya harus secara kontinu dan penuh rasa harap serta

bertanggung jawab untuk melatih jiwa, melalui enam langkah yaitu:

a) Rasa cinta (mahabbah) serta pemahaman sangat kukuh terhadap ruh tauhid (menjadikan satu-satunya Illah, tumpuan

dan tujuan tempat seluruh tindakan diarahkan kepadaNya. Memandang Allah sebagai arah yang dituju. Menjadikan-Nya

andalan dari segala andalan, atau bertawakal semata-mata kepada-Nya, sebagaimana yang sering kita wiridkan “

Hasbunallah wa ni‟malwakil ni‟mal maula wa ni‟man nasir.”

Cukup bagiku Allah tempat bagiku bersandar dan Dialah tempatku meminta pertolongan. Inti dari keimanan terletak

pada rasa cinta kasih, kelembutan, dan pemaafan.

b) Merasakan kehadiran Allah (omni present). Memberikan kesadaran dan keyakinan yang membekas di hati bahwa Allah

36

(40)

senantiasa hadir dan menyaksikan seluruh perbuatan bahkan bisikan hatinya. Kesadaran dalam dirinya selalu membisikan

bahwa ada kamera Ilahi yang terus-menerus memantau, merekam dan mencatat secara akurat semua tindakannya di

dunia ini.

c) Meyakini kesementaraan dunia dan keabadian akhirat. Merasakan dengan sangat bahwa hidup hanyalah kedipan mata

dan fatamorgana. Apa yang di sisi manusia adalah fana‟

(binasa) sedangkan di sisi Allah adalah baqa‟ (kekal abadi).

d) Ingin menjadi teladan. Merasakan dan menghayati nilai-nilai akhlaqul karimah dengan membaca dan mengerti riwayat hidup Rasulullah, para sahabat dan orang-orang shaleh yang hidupnya

selalu bersih dan mengabdi pada nilai-nilai kebenaran Ilahiah. Melakukan perjalanan ruhani dengan membaca berbagai

hikmah sebagai nasihat hati.

e) Berprilaku sederhana. Menguji diri dengan cara mempraktekkan kehidupan yang zuhud, agar cahaya ruhaniyah

tidak tenggelam dan diambil alih oleh nyala api hawa nafsu syahwati.

(41)

menjadikannya sebagai petunjuk yang memotivasi dirinya untuk bertindak.

B. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Pada seminar Bimbingan dan Konseling Islam yang

diselenggarakan oleh UII di Yogyakarta pada tahun 1985 dirumuskan bahwa konseling islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah,

sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.37

M.D Dahlan mengemukakan bahwa konseling islam adalah

bimbingan kehidupan yang intiya tertuju kepada realisasi doi‟a rabbana

atina fi ad-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah wa qina‟azabaa-nar. Berisikan rintisan jalan kearah penyadaran kepribadian manusia

sebagaimkhluk Allah, dengan menumbuhkan rasa tenteram dalam hidup karena selalu merasa dekat dengan Allah dan selalu ada dalam

lindungan-Nya.38

Az-Zahrani mengemukakan, bahwa konseling Islam adalah memberikan arahan dan petunjuk bagi orang yang tersesat, baik arahan tersebut berupa pemikiran, orientasi kejiwaan, maupun etikadan

37

Arif Fahruddin, Al-Qur‟an dan Tafsir Al-Hidayah, (Banten: Kalim), h. 296 38

(42)

penerapannya sesuai dan sejalan dengan sumber utama dan merupakan pedoman hidup Muslim, yakni Al-qur‟an dan Sunnah. Dr. Hamid Zahran (dalam az-Zahrani) mengemukakan bahwa konseling yaitu suatu proses dengan penuh kesadaran dan terencana untuk membantu individu (klien) agar lebih dapat mengenal dirinya sendiri, memahaminya dengan baik, mempelajari kepribadiannya, mengetahui kelebihan yang ada pada dirinya, dan mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi.

Choliq mengemukakan bahwa konseling Islam didasarkan pada ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul dengan landasan kerja pemberian layanan: (1) mengikuti bimbingan dan konseling konvensional yang dilaksankan secara Islami, dan (2) memberikan bimbingan dankonseling yang sepenuhnya bersumber dari ajaran Islam dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul.

Konseling Islam menurut Ahmad Mubarok memiliki ciri yakni menggunakan getar Iman (daya rohaniah) dalam mengatasi problem kejiwaan. Diperlukan dialog dan interaksi antara konsep perilaku horizontal dengan konsep orientasi vertikal.

Konseling Islam menurut Yusuf L.N yaitu konseling yang tujuan dan cara kerjanya berlandaskan agama Islam.konseling ini merupakan proses motivasional kepada individu (manusia) agar memiliki kesadaran

untuk “come back to religion”. Konseling Islami dapat juga diartikan

sebagai“ proses pemberi bantuan kepada individu agar mampu

mengembangkan kesadaran dan komitmen beragamanya ( primordial kemakhlukannya yang fitrah = tauhidullah) sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, baik secara fisik-jasmaniah maupun psikis-rohaniah, baik kebahagiaan di dunia ini maupun di akhirat kelak.39

Konseling islam menurut Dr. Mulyadi adalah suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu dan mempunyai kesadaran akan kehidupannya sebagai makhluk Allah SWT, sehingga hidup dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT serta mengembangkan potensi fitrah yang dimiliki demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pengertian ini memberikan indikasi bahwa :

a) Bimbingan dan konseling islam merupakan suatu proses kegiatan bimbingan, arahan terhadap individu.

b) Bimbingan dan konseling islam dilakukan secara komunikatif antara konselor dank lien.

c) Tujuan jangka pendek Bimbingan dan konseling islam adalah agar individu dapat hidup selaras dengan ketentuan dan

39

(43)

petunjuk Allah serta menyadari eksistensinya sebagai hamba Allah SWT.

d) Tujuan jangka panjang Bimbingan dan konseling islam adalah agar individu memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. e) Bimbingan dan konseling islam bersumber pada landasan

Al-Qur‟an dan Hadits Rasulullah sebagai landasan utama.40

Konseling Islam berupaya membantu sesama berdasarkan

Al-Qur‟an, diarahkan pada pemungsian Qalbu wahdaniyyun yang terpancar

dari nur Ilahiah. Cahaya Ilahiyah itu akan mewujudkan kepribadian yang mantap, istiqamah, halus budi, akhlak mulia, mengikuti petunjuk Ilahi serta mengembangkan fitrah manusia.41

2. Ciri-Ciri Bimbingan dan Konseling Islam

Ciri khas konseling islam yang sangat mendasar adalah sebagai berikut:

a. Berparadigma kepada wahyu dan keteladanan para Nabi, Rasul dan

ahli warisnya

b. Hukum konselor memberikan konseling kepada klien, ketika klien

yang meminta bimbingan adalah wajib dan suatu keharusan bahkan merupakan ibadah

c. Jika konselor menyimpang dari wahyu dapat berakibat fatal bagi dirinya sendiri maupun klien dan Allah menghukumi mereka sebagai orang yang mendustakan agama.

40

Mulyadi, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah dan Madrasah, ((Jakarta: Prena media group) h,.82-83

41

(44)

d. Sistem konseling islam dengan memberi pengaruh dengan membaca Al-Qur‟an, kemudian baru melakukan proses terapi dengan

membersihkan dan mensucikan sebab-sebab terjadinya penyimpangan- penyimpangan.

e. Konselor islami adalah mereka yang dalam proses kehidupan selalu dibawah bimbingan Allah dan Al-Qur‟an serta Sunnah Rasul-Nya.42

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam dapat dilaksanakan oleh

pembimbing dan konselor Islam secara In clude sebagai pendidik. Sebagai pendidik, pembimbing dapat mengarahkan klien untuk membangkitkan semangat dan motivasi sehingga masalah dalam

kehidupan, dalam hal ini problematika agamanya akan dapat teratasi dan klien akan memiliki semangat dalam menjalani kehidupan.

Menurut Drs. H.M. Arifin, M, Ed., tujuan konseling Islam adalah sebagai berikut.

Bimbingan dan konseling Islam dimaksudkan untuk mengarahkan klien supaya memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan problem. Bimbingan dan penyuluhan Islam yang ditujukan kepada membantu klien agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya. Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islam membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.43

42

Ibid, h. 63

43

(45)

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam menurut Anwar Sutoyo dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam adalah sebagai bertikut:

a. Agar orang yakin bahwa Allah adalah penolong utama dalam segala kesulitan

b. Agar orang sadar bahwa manusia tidak ada yang bebas dari masalah, oleh sebab itu manusia wajib beriktiar dan berdoa agar dapat memecahkan masalahnya sesuai tuntunan Allah.

c. Agar orang sadar bahwa akal dan budi serta seluruh yang dianugrahkan Tuhan Itu harus difungsikan sesuai ajaran Islam.

d. Memperlancar proses pencapaian tujuan pendidikan nasional( menurut GBHN) dan meningkatkan kesehteraan hidup lahir batin, serta kebahagian dunia dan akhirat berdasarkan ajaran Islam44.

Menurut Aziiz Salleh tujuan konseling Islam adalah;

a.Menyelesaikan masalah yang dihadapi seseorang klien. Kita wajib bersimpati dan menolong orang lain yang ditimpa kesusahan. Kita sendiri memerlukan bantuan orang lain sekiranya kita menghadapi masalah dan buntu untuk mencari jalan penyelesaiannya. Oleh sebab itu kita dituntut oleh Allah agar menyayangi orang lain, seperti kita menyayangi diri kita sendiri. Seseorang yang membantu seseorang yang lain ketika mereka dalam kesusahan, akan mendapat ganjaran pahala yang besar dari pada Allah sebagai mana Firman Allah dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8.

Artinya :Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.45

b.Membantu dan memberi kefahaman kepada klien menghadapi situasi sekitar atau cabran-cabaranya bagi membolehkan perubahan tingkah laku kearah matlamat yang dinginkan untuk mencapai sempurnaan diri.

c.Membimbing klien membuat keputusan yang bijaksana serta memahami dan bertanggung jawab secara sadar atas setiap keputusan yang dibuat.

44

Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, (Semarang: CV Cipta Prima Nusantara, 2007) Hal. 21

45

(46)

d.Bertindak secar logika, waras dan atas dasar keimanan dan dan bukan atas dasar hasutan nafsu atau setan laknatullah.

e.Membantu klienmewujudkan hubungan yang baik, mesra, harmoni. Baik sangka dan iklas dengan ibu bapak, saudara, sahabat, tetangga, guru-guru dan masyarakat.

f. Membantu klien yang terlibat dalam perbuatan keji sepert terlibat dengan maksiat, penyalah gunaan narkoba, disiplin disekolah atau apa saja perkara yang dilarang oleh Allah. Orang yang terjerumus kedalam perbuata keji hendatlah ditegur, di bombing dan diberi peringatan, semoga orang yang menegur mendapat ganjaran pahala.

g.Membentuk tabiat diri agar senantiasa disiplin dengan siapa saja dan menjadikan klien Insan yang dihormati dan disuka.46

Secara umum dan luas, Program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi. b. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan

produktuf dalam masyarakat.

c. Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu yang lain.

d. Membantu individu dalam mencapai harmonis antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya.47

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan

perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan pribadi-sosial

individu adalah sebagi berikut:

46

Aziz Salleh, Konseli Islam Asa, ( Kuala Lumpur: Cergas (M) Sdn. Bhd, 1996) Hal. 5 47

Referensi

Dokumen terkait

Maka pencegahan penularan secara vertikal merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam memutus rantai penularan Hepatitis B (Konsensus PPHI, 2006). Oleh karena

Untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan penukar kalor Joule-Thomson dengan campuran campuran baru pada refrigerant, yaitu metana, propane, iso-butana dan

Dalam kaitan dengan model kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus, maka model modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum

Penetaan lingkungan pemukiman penduduk perdesaan Belanja Pengadaan Konstruksi, Pemb/ Peningkatan Jalan Lingkungan/Gertak (Paket.. Pasar Hilir, RT.2, Batang

Sehingga untuk mencari altenatif material plastik yang dapat menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang optimal berdasarkan kekuatan tarik dan i mpact, diambillah topik

To determine the effect on the ability Tri Focus Steve Snyder technique to improve the students on reading speed skills for the second grade of MTSN.. Cepogo Boyolali in the

pinggang. Nyeri akan bertambah berat dan intermiten apabila batu bergerak semakin ke bawah pada ureter dan menyebabkan obstruksi menetap. Batu yang menetap pada lokasi