• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pencemaran Lingkungan Pada Suplai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Pencemaran Lingkungan Pada Suplai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

AbstrakPolusi udara secara signifikan dapat menurunkan kualitas hidup karena memberikan gangguan terhadap kesehatan pekerja dalam pabrik, kesehatan masyarakat, dan lingkungan. Di kota-kota besar, sebagian besar pencemaran udara berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil yang ebrasal dari aktivitas sektor industri. Tulisan ini berbentuk critical review dari jurnal yang berjudul “The effect of pollution on labor supply: Evidence from a natural experiment in Mexico City”. Berdasarkan pembahasan critical review dapat diambil kesimpulan bahwa Maksud dan tujman penulis untuk menyelidiki dampak pencemaran udara terhadap terhadap ketersediaan tenaga kerja kurang tercapai, dimana kesimpulan yang diperoleh dalam jurnal lebih terlihat dampak pencemaran terhadap produktivitas pekerja yang diukur melalui peningkatan jumlah jam kerja. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian atau studi lebih lanjut untuk mengaitkan meningkatnya produktivitas tersebut terhadap meningkatnya ketersediaan tenaga kerja.

Kata Kunci—Pencemaran udara, jumlah jam kerja, suplai tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN

Kawasan perkotaan identik dengan kawasan padat penduduk, sehingga tidak mengejutkan jika sebagian besar kota di dunia mengalami masalah pencemaran udara perkotaan (Kahn, 2006). Pada umumnya, sebuah kota dapat tercemar karena tiga alasan utama: karena kegiatan ekonomi yang tinggi (skala), karena kegiatan ekonomi terkonsentrasi pada produksi kotor (komposisi), dan karena produksi kotor menciptakan tingkat polusi tinggi per unit output (Kahn, 2006).

Sektor industri merupakan penyumbang pencemaran udara melalui penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga. Sejumlah Mega City telah berkembang di seluruh dunia, efek skala ini telah meningkatkan peluang tingkat polusi udara yang sangat tinggi, salah satunya di Mexico City. Menurut para peneliti dari University of Salzburg, Mexico City memiliki konsentrasi yang tinggi hampir di setiap polutan udara utama yang berbahaya, termasuk sulfur dioksida dan termasuk 4 dari 5 (lima) kota di dunia dengan kualitas udara terburuk versi WHO.

Studi literatur menunjukkan terdapat hubungan yang cukup besar antara polusi dan pekerjaan yang hilang. Ponka (1990) menemukan bahwa tingkat SO2 berkaitan dengan ketidakhadiran karyawan akibat penyakit; semengtara Ostro (1983) menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik antara partikulat dan kehilangan pekerjaan.

Tulisan ini akan membahas dugaan hubungan antara polusi dan pasokan tenaga kerja di Mexico City pasca penutupan Kilang Azcapotzalco di Mexico City Metropolitas Area (MCMA) pada tahun 1991. Kilang tersebut memaparkan sekitar 85 ribu ton polusi udara per tahun (sekitar 2% dari polusi udara kota) dan telah memberikan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar kilang (García Villanueva et al., 2009). Tingginya kadar polusi dapat menyebabkan penyakit temporer bagi karyawan yang tinggal di sekitar kawasan kilang, yang pada gilirannya dapat menyebabkan hilangnya jam kerja. Memahami hubungan antara polusi dan hilangnya jam kerja sangat penting untuk menilai manfaat peraturan lingkungan yang lebih ketat, khususnya bagi negara-negara berkembang yang sering ragu-ragu untuk memberlakukan standar lingkungan

Dampak Pencemaran Udara pada Ketersediaan

Tenaga Kerja: Studi Kasus Mexico City

Dewi Rupyanti Sinaga1

Jurusan Arsitektur Bidang Magister Manajemen Pembangunan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

(2)

yang lebih ketat karena khawatir bahwa hal tersebut dapat menghalangi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan.

Namun disisi lain juga terdapat banyak alasan mengapa pengurangan polusi tidak akan meningkatkan jam kerja. Salah satunya adalah jika kesehatan seseorang membaik, ia cenderung akan mengganti konsumsi barang yang berhubungan dengan kesehatan. Orang cenderung akan menyesuaikan jam kerjanya menjadi lebih pendek untuk menikmati fasilitas yang ia miliki. Dengan adanya prediksi teoritis yang bertentangan, hubungan antara polusi dan jam kerja pada akhirnya menjadi pertanyaan empiris.

Pada tulisan ini akan memuat kritis terhadap eksplorasi hubungan jangka pendek antara polusi dan pasokan tenaga kerja di Mexico City dengan membandingkan perubahan penawaran tenaga kerja terhadap masyarakat yang tinggal di lingkungan di dekat kilang (yang mengalami penurunan polusi) dengan masyarakat yang tinggal di lingkungan yang jauh dari kilang (yang tidak terlalu mengalami penurunan polusi).

II. REVIEW JURNAL

Pembahasan pada jurnal ini mengeksplorasi hubungan jangka pendek antara polusi dan jam kerja dengan adanya faktor pengganggu, misalnya, penurunan aktivitas bisnis mungkin mempengaruhi tingkat polusi dan pola kerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan variasi eksogen polusi yang dihasilkan dari penutupan kilang minyak besar di Mexico City Metropolitan Area (MCMA) pada Maret 1991. Penutupan dimandatkan untuk mengurangi tingkat polusi yang dialami selama tahun 1980-an.

Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data dengan teknik survei sekunder untuk memperoleh data polusi dan pasar tenaga kerja. Data polusi diperoleh dari Jaringan Otomatis Pemantauan Atmospheric (RAMA), yang terdiri dari 25 stasiun ditempatkan di seluruh MCMA. Sementara data pasar tenaga kerja diperoleh dari dari Panel Survei Pekerja Nasional Meksiko (ENEU). Blok sensus yang digunakan dalam penelitian jurnal ini mencakup blok sensus yang berada dalam jarak 8 km dari stasiun

Untuk data ketinggian dan arah angin

diperoleh dari peta topografi. Pengumpulan data difokuskan pada tahun sekitar terjadinya penutupan kilang, yakni antara 1989-1993. Selain itu, jurnal ini juga menggunakan survei literatur yang bersumberkan dari penelitian terdahulu yang dapat mendukung proses analisa dalam penelitian ini.

Pertama-tama dilakukan eksplorasi dampak pada SO2 untuk mengonfirmasi apakah tingkat polusi memang menurun ketika kilang ditutup. Selanjutnya baru dilakukan pengukuran efek pada perilaku kerja. Polusi yang diukur dalam SO2 (salah satu polutan utama yang dihasilkan oleh kilang) mengalami penurunan di sekitar kilang minyak (penyulingan): Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan dalam menganalisis hubungan antara polusi terhadap pasokan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.

Tahapan Analisis Pengaruh Polusi Terhadap Pasokan Tenaga Kerja

Aspek Hasil Analisis dalam Jurnal Pengukuran

Lingkungan yang berada dalam radius 5 km dari kilang mengalami rata-rata penurunan sulfur dioksida (SO2) sebesar 19,7%, relatif terhadap lingkungan yang lokasinya jauh dari kilang tersebut. Pengaruh ketinggian yang lebih tinggi akan lebih terkena emisi dari cerobong asap kilang tinggi. Sementara derajat tambahan melawan arah angin dari kilang menurunkan 0,0026 PPHM paparan polusi udara. Seorang pekerja di daerah

(3)

Pengaruh

Setelah kilang ditutup, daerah yang berada dalam jarak 5 km dari kilang mengalami penurunan SO2 0,99 pphm (signifikan pada tingkat satu persen), atau 19,7% dari rata-rata pra-penutupan, yakni 5,02 pphm. Kadar SO2 relatif lebih

tinggi dalam blok sensus pasca penutupan untuk mereka yang lokasinya lebih jauh, tetapi efek penutupan memudar semakin jauh lingkungan dari kilang Pengaruh bekerja sekitar lebih dari dua jam dibandingkan dengan mereka yang berada dalam jarak lebih dari 10 km dari kilang.

Jika diformulasikan dalam kerangka regresi, lingkungan yang terletak dalam radius 5 km dari kilang mengalami rata-rata 1,3 jam (atau 3,5%) peningkatan kerja dibandingkan orang-orang yang lokasinya berada jauh dari kilang (signifikan pada taraf signifikansi 99%). Sebaliknya, peningkatan satu

unit SO2 (sekitar peningkatan 20%), menyebabkan penurunan 1,3 jam dalam jam kerja (sekitar penurunan 3,5%). Demikian pula, dengan menggunakan interaksi antara Pos dan fungsi kuadrat jarak, ditemukan penurunan 1,04 jam kerja (sekitar 2,75%). Sumber: Hanna dan Paulina, 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa penutupan kilang secara substansial berpengaruh terhadap penurunan polusi, dan berdampak pada peningkatan jam kerja. Penutupan kilang meningkatkan jam kerja bagi mereka yang lokasinya dekat dengan kilang dan efek peningkatan jam kerja tersebut semakin menurun dalam jangkauan jarak. Hasil analisis menunjukkan keuntungan yang nyata dalam jam kerja setelah penutupan kilang bagi mereka yang tinggal di dekat kilang. Saat

ditambahkan kontrol terhadap karakteristik demografis, hasil analisis tetap sesuai (konsisten).

Yang menjadi catatan penting dalam penelitian yang dilakukan oleh jurnal ini adalah, untuk dapat menghubungkan efek penawaran tenaga kerja terhadap polusi, terlebih dahulu menyingkirkan dua mekanisme alternatif yang mungkin. Pertama, menyelidiki apakah peningkatan tingkat polusi menyebabkan diferensial migrasi. Kedua, mengesampingkan efek langsung penutupan pada keputusan pasar tenaga kerja.

Selanjutnya, pembahasan jurnal mencoba untuk menguraikan apakah dampak yang terjadi berasal dari kejadian berulang dari kehilangan waktu marginal dalam seminggu kerja atau kejadian langka kehilangan sehari penuh kerja atau hari kerja ganda. Di seluruh spesifikasi, efek terbesar yang muncul terkonsentrasi pada batas kerja 40 jam seminggu: misalnya, setelah penutupan, orang-orang dekat kilang mengalami peningkatan 6,3 persen jam kerja. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya dampak yang dihasilkan mendorong individu kehilangan beberapa jam (atau hari) per minggu dibandingkan individu kehilangan sebagian besar minggu kerja.

Keuntungan dalam upaya pekerja dapat membantu mengimbangi beberapa kerugian ekonomi yang mungkin timbul dari peraturan lingkungan yang lebih ketat. Secara singkat, hasil penelitian menemukan dampak substansial penutupan terhadap jam kerja. Upah rata-rata tahunan di Mexico City adalah 13.700 Peso Meksiko (USD 3600) dan oleh karena itu terdapat 480 Peso (atau Rp 126) yang didapatkan setiap pekerja selama setahun bagi mereka yang tinggal di dekat kilang. Mengingat bahwa penutupan memakan biaya yang mahal bagi pemerintah, temuan jurnal menunjukkan bahwa beberapa kerugian telah seimbang dengan manfaat yang signifikan dalam bentuk pendapatan tenaga kerja:

(4)

minggu, atau sekitar $ 247 per pekerja per tahun.

III. CRITICALREVIEW

Tulisan ini berbentuk critical review dari jurnal yang berjudul “The effect of pollution on

labor supply: Evidence from a natural

experiment in Mexico City” yang ditulis oleh

Rema Hanna dan Paulina Oliva, Akedemisi dari Harvard Kennedy School, United States dan University of California Santa Barbara, United States.

Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa profesi penulis adalah seorang akademisi (researcher). Penulis mengangkat tema tersebut dalam papernya sebab penulis merasa perlu adanya suatu kajian mengenai dampak moderat pencemaran terhadap pasokan tenaga kerja pasca penutupan kilang minyak terbesar di Mexico. Melihat fakta yang ada di lapangan saat ini, kilang minyak tersebut memaparkan sekitar 85 ribu ton polusi udara per tahun (sekitar 2% dari polusi udara kota) dan telah memberikan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar kilang.

Sasaran atau pembaca yang dituju melalui paper ini adalah para akademisi (mahasiswa dan dosen) secara khusus para akademisi yang berorientasi dalam bidang urban environment

and economic khususnya pada aspek

pencemaran udara perkotaan. Kesan awal saat membaca paper tersebut penulis nampak cukup berkompeten salam bidang kajian yang dibahas dalam jurnal dimana gagasan yang disajikan oleh penulis disampaikan baik secara naratif maupun pembuktian melalui perhitungan matematis. Pembahasan mengenai hasil analisis dampak pencemaran terhadap pasokan tenaga kerja pada jurnal yang dimaksud disajikan secara cukup komprehensif oleh penulis.

Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis dampak pencemaran terhadap pasokan tenaga kerja sudah sesuai, yaitu dengan menggunakan analisis regresi berganda (OLS). Efek pencemaran terhadap pasokan tenaga kerja tentunya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti jarak permukiman dengan kilang, karakteristik demografis, ketinggian, dan arah angin. Sehingga pemilihan teknik analisis regresi OLS sudah tepat untuk mengukur

hubungan variabel dependen dengan beberapa faktor yang diduga mempengaruhinya.

Bila kita melihat hasil review jurnal diatas, dapat disimpulkan terdapat 2 (dua) issue utama yaitu penurunan tingkat polusi udara akibat penutupan kilang dan peningkatan jam kerja karyawan. Salah satu penyebab meningkatnya pencemaran udara adalah urbanisasi dan industrialisasi yang tumbuh dengan cepat tetapi tidak diikuti dengan pengendalian pencemaran yang memadai dan efisien dalam penggunaan bahan bakar fosil.

Rancangan penelitian dalam jurnal ini cukup unik karena memanfaatkan peraturan lingkungan yang tidak memiliki efek langsung pada pasar tenaga kerja, sehingga hal itu memungkinkan untuk mengurai efek pengurangan polusi terhadap aktivitas pasar tenaga kerja yang dipantau melalui aspek kesehatan serta efek langsung pada bisnis dimana peraturan dan kebijakan lingkungan yang lebih ketat biasanya diberlakukan. Kilang memperkerjakan sebagian kecil tenaga kerja.

Untuk memastikan bahwa efek langsung pasar tenaga kerja lokal terhadap penutupan tidak mendorong hasil temuan, digunakan model empiris tambahan dengan memanfaatkan variasi tingkat polusi antara perbedaan ketinggian dan pola angin di dalam kawasan yang berjarak sama dari kilang. Daerah yang memiliki jarak yang sama diduga mengalami guncangan pasar tenaga kerja terkait penutupan kilang. Oleh karena itu, efek polusi yang ditemukan di daerah ini tidak rentan terhadap bias dari mekanisme pasar tenaga kerja. Dengan menggunakan pendekatan triple-difference oleh penulis, diketahui terdapat hubungan yang sama besarnya dan pentingnya terhadap hasil inti.

(5)

dilakukan pemeriksaan reliabilitas, kesimpulannya tidak berubah. Dengan demikian, pembaca menjadi yakin bahwa migrasi selektif tidak membawa pembaca untuk menaksir terlalu tinggi dampak polusi terhadap jam kerja.

Bukti yang diberikan melalui pemilihan kasus dalam jurnal ini lebih condong kepada pembiktian secara matematis, sehingga pengamatan penulis pada kondisi empiri di lapangan semestinya juga diperlukan untuk memperkuat validitas kesimpulan yang dihasilkan. Berikut adalah beberapa hal yang belum dipertimbangkan oleh penulis dalam pembahasan jurnal tersebut:

 Tidak terdapat deskripsi/penjelasan

mengenai usaha-usaha yang telah

dilakukan oleh perusahaan kilang minyak

dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan karyawan maupun

masyarakat disekitarnya.

Layaknya suatu industri beroperasi, tentunya terdapat aturan dan ketentuan yang jelas dari pemerintah mengenai ambang batas pencemaran lingkungan, sehingga perusahaan dapat melakukan pemantauan dan evaluasi secara rutin berdasarkan aturan dan ketentuan tersebut. Sehingga dengan tidak adanya rekam jejak mengenai upaya-upaya yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan dan masyarakat di sekitarnya, pembaca tidak dapat mengetahui apakah efek penurunan jumlah jam kerja akibat peningkatan SO2 yang dihasilkan oleh kilang tetap

memberikan efek yang sama walaupun telah dilakukan program-program ataupun evaluasi secara rutin.

Pada pokoknya praktek-praktek dalam menjalankan kilang minyak harus menjamin sepenuhnya keselamatan dan keamanan yang bersifat fisik maupun mental, baik bagi karyawan dan pekerja proyek sendiri, terlebih untuk masyarakat lokal disekitar proyek. Oleh karena itu keberadaan rekam jejak tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) sebagai etika bisnis suatu perusahaan yang menjalankan usahanya sangat diperlukan sebagai bahan komparasi.

Pihak industri mungkin masih belum

menyadari bahwa sebenarnya “limbah” sama dengan “keuntungan” atau pengertian tentang limbah yang terbalik, artinya bahwa limbah merupakan biaya yang harus dikeluarkan dan mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa

dengan mengabaikan persoalan limbah maka keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka pendek. Pihak industri yang mempunyai pola pikir demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang berkaitan dengan “image” perusahaan dan tuntutan konsumen yang mensyaratkan pengelolaan lingkungan dengan ketat. Peluang bisnis pun lepas karena mengabaikan aspek lingkungan (Purwanto, 2006).

Sebagai contoh, di bawah komunisme, kota-kota seperti Krakow dan Budapest mengutamakan industri berat menggunakan teknologi yang sangat kotor karena energi disubsidi. Industrialis memiliki sedikit insentif untuk melakukan penghematan produksi polusi. Pengalaman komunis menyoroti bahwa teknik yang digunakan dalam konsumsi perkotaan dan produksi krusial tergantung pada harga energi. Jika energi menjadi lebih mahal, rumah tangga perkotaan dan perusahaan akan memiliki insentif yang lebih besar untuk menghijaukan kegiatan mereka, dan jika semua konsumen dan produsen dalam kota menghemat energi maka ini akan membantu untuk "menghijaukan" kota.

 Pembahasan lebih condong kepada

peningkatan produktivitas kerja

Penurunan emisi memang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas pekerja, karena saat polutan berkurang otomatis resiko kesehatan saat bekerja akan memberikan hubungan yang berlawanan arah. Dengan demikian pekerjaan karyawan dapat menjadi optimal.

Walaupun pada judul penulis menyebutkan dampak pencemaran udara terhadap suplai tenaga kerja, namun pada temuan riset/hasil penelitian, yang menjadi

highlight adalah penurunan tingkat polusi berakibat pada peningkatan jumlah jam kerja. Tidak terdapat pernyataan yang eksplisit bagaimana peningkatan ketersediaan tenaga kerja pasca terjadi penurunan tingkat pencemaran udara. Atau dengan kata lain hasil penelitian lebih kepada pengukuran produktivitas kerja.

(6)

kerangka logis antara penurunan polusi terhadap suplai tenaga kerja.

Dalam hal ini, penulis tidak memberikan alasan yang cukup kuat memilih faktor jam kerja sebagai aspek yang mempengaruhi produktivitas para pekerja. Menurut Henry Simamora (2004:612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, dan ketepatan waktu.

Sehingga mungkin pembahasan dalam jurnal bisa lebih komprehensif, tidak hanya fokus kepada input nya saja (jumlah jam kerja meningkat), namun lebih komprehensif membahas input-proses-output. Dengan jumlah jam kerja yang meningkat apa pencapaian lebih yang dihasilkan, khususnya berkaitan dengan peningkatan pendapatan/pemasukan bagi perekonomian.

Peningkatan produktivitas dapat menunjang lajunya pertumbuhan ekonomi, apabila perekonomian tumbuh dan berkembang maka dapat menciptakan pemerataan kesempatan kerja, perluasan kerja baru dan menambah tingkat pendapatan masyarakat jika pendapatan masyarakat bertambah akan dapat meningkatkan daya beli dan kesejahteraan karyawan.

 Tidak ada penjelasan mengenai

kebijakan/upaya untuk mengurangi

tingkat polusi Mexico City lebih lanjut

Kesimpulan dalam jurnal menyebutkan bahwa hasil temuan menunjukkan pengurangan lebih lanjut dapat mengarah pada keuntungan utama. Berbagai pendekatan pengelolaan lingkungan telah banyak berkembang sebagai suatu cara untuk mengurangi hasil sampingan industri sehingga diharapkan industri tidak akan menghasilkan banyak polutan yang dapat mencemari lingkungan. Beberapa pendekatan tersebut merupakan pendekatan-pendekatan ekoefisiensi , yakni pendekatan yang dilakukan dengan cara meminimalkan penggunaan sumber daya dan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi yang juga berdampak pada pengurangan pencemaran lingkungan.

Sebagai bahan komparasi, terdapat beberapa penelitian terdahulu terkait produksi bersih beberapa perusahaan di Indonesia.

Tabel 2.

Penelitian Terdahulu terkait Upaya Ekoefisiensi pada kegiatan Industri

Penelitian Hasil Penelitian Potensi

Peningkatan efisiensi di dapur kilang pusdiklat Migas Cepu dari 51,69% menjadi 60% dengan mengurangi kelebihan udara pembakaran dari 400% menjadi 300%. Naiknya efisiensi hingga 60% menyebabkan konsumsi bahan bakar berkurang dan penurunan emisi SO2. Urea Dust Recovery System (UDRS) untuk menurunkan

Peluang ekoefisiensi di lapangan minyak Semberah dilakukan dengan penambahan fasilitas kompresor yang dapat menaikkan tekanan, sehingga gas hasil pemisahan di separator dapat digunakan kembali

Sumber: Diolah dari Fitiyanto, 2012

(7)

akhirnya mencapai titik di mana pertumbuhan kelas menengah bersedia membayar pajak yang lebih tinggi untuk pemerintah yang berfungsi untuk turun tangan dan mulai menangani eksternalitas.

Gambar 1. Kurva Lingkungan Kuznetz Sumber: Kahn, 2006

Sadar akan bahaya polusi udara yang tinggi, pemerintah AS juga telah mengeluarkan Undang-Undang Udara Bersih (Clean Air Act)

pada tahun 1990. Peraturan tersebut telah membantu menghasilkan pemusatan paparan polusi dengan mendorong polusi kegiatan ekonomi ke daerah-daerah yang jarang penduduknya. Sebuah konsekuensi yang tidak diinginkan dari perbedaan standar peraturan ini adalah untuk mendorong industri kotor jauh dari padat penduduk, kota tercemar berlokasi di daerah yang jarang penduduk, daerah yang tidak diregulasi.

Pengalaman kebijakan US menawarkan sejumlah pelajaran bagi negara dan kota berkembang dalam memilih peraturan anti-polusi udara apa yang diadopsi. Beberapa cara yang dapat diadopsi antara lain:

 Menginternalisasi eksternalitas ke dalam cost produksi (misalnya dengan melakukan konversi dari BBM menjadi BBG)

 Pemerintah menangani eksternalitas dengan cara memperluas ruang-ruang publik

 Pemanfaatan teknologi dalam mengatasi pencemaran lingkungan

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan critical review

diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

 Maksud dan tujuan penulis untuk menyelidiki dampak pencemaran

udara terhadap terhadap ketersediaan tenaga kerja kurang tercapai, dimana berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam jurnal lebih terlihat dampak pencemaran terhadap produktivitas pekerja yang diukur melalui peningkatan jumlah jam kerja dalam satu minggu

 Dalam penelitian tersebut, penulis bersifat obyektif, karena terdapat bukti secara perhitungan matematis yang mendukung hasil temuan peneliti. Alangkah lebih baik jika hasil temuan tersebut juga didukung dengan pembuktian pada pekerja yang bersangkutan dengan melakukan wawancara pada informan kunci maupun observasi langsung di lapangan.

 Dalam beberapa hal, penulis melewatkan beberapa informasi relevan terkait dengan informasi pembahasan, misalnya rekam jejak program/upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya oleh perusahaan kilang dalam mengatasi polutan yang dihasilkan, bentuk penanganan lebih lanjut untuk mengurangi tingkat pencemaran udara Mexico City, serta kerangka logis yang mampu menjelaskan hubungan mulai dari pencemaran hingga ketersediaan tenaga kerja.  Manfaat jurnal yang ditulis terhadap

mata kuliah yang bersangkutan adalah memberikan informasi dan pengetahuan baru mengenai dampak pencemaran udara dilihat dari produktivitas para pekerja.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Fitriyanto, Nugroho. 2012. Pengaruh Motivasi Kerha, Disiplin Kerja, dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada Industri Kerajinan topeng di Dusun Bobung Putata Patuk Kabupaten Gunung Kidul. Universitas Negeri Yogyakarta

[2] Hanna dan Paulina. 2014. The effect of pollution on labor supply: Evidence from a natural experiment in Mexico City. Journal of Public Economies. Elsevier

[3] Kahn, Matthew E. 2006. Air Pollution in Cities. Jounal Jornal A Companion to Urban Economics. 502-514 . Blackwell Publishing

[4] Ostro, Bart, 1983. The effects of air pollution on work lost and morbidity. J. Environ. Econ. Manag. 10, 371–382 [5] Pönka, A., 1990. Absenteeism and

respiratory disease among children and adults in Helsinki in relation to low-level air pollution and temperature. Environ. Res. 52, 34–46.

[6] Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga

Gambar

Tabel 1. Tahapan Analisis Pengaruh Polusi Terhadap
Tabel 2. Penelitian Terdahulu terkait Upaya
Gambar 1. Kurva Lingkungan Kuznetz Sumber: Kahn, 2006

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembuatan aplikasi multimedia ini adalah sudah dapat dibuatnya aplikasi CD Interaktif Dampak Pencemaran Lingkungan dan Upaya Mengatasinya

Ruang lingkup prosedur pengendalian dampak pencemaran udara akibat kebakaran hutan terhadap kesehatan meliputi 3 (tiga) fase, yaitu : fase pra bencana kebakaran hutan, fase

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak pencemaran terhadap kondisi fisik lingkungan setelah pencemaran, diantaranya adalah: tercemarnya lahan pertanian, tercemarnya

Dampak terhadap lingkungan yaitu pencemaran udara oleh debu dari aktivitas penambangan, hilangnya sebagian lapisan tanah menyebabkan kesuburan tanah hilang sehingga

Sebagai suatu bentuk pencemaran lingkungan yang bersifat transnasional, selain memberikan dampak bagi kesehatan dan kelayakan ekosistem udara pada tingkat lokal dan nasional, kabut

Sebagai suatu bentuk pencemaran lingkungan yang bersifat transnasional, selain memberikan dampak bagi kesehatan dan kelayakan ekosistem udara pada tingkat lokal dan nasional, kabut

Dampak langsung akibat pencemaran daratan lainnya adalah timbunan limbah padat dalam jumlah besar yang akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Hal ini

Dalam tulisan ini permasalahan yang diangkat adalah dampak pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah dan sampah serta upaya pemerintah dalam mencegah