• Tidak ada hasil yang ditemukan

179304833 ANALISIS KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KURIKULUM docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "179304833 ANALISIS KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KURIKULUM docx"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEKURANGAN DAN KELEBIHAN

KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Berdasar pada hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut : perkembangon ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju terlalu cepat: pendidikan merupakan proses transisi dan (baik yang belajar maupun yang mengajar) dalam keadaan terbatas kemampuannya untuk menerima, menyampaikan dan mengolah informasi. Atas dasar hal ini, maka diperlukan suatu proses pengembangan kurikulum yang rnerupakan suatu masalah pemilihan kurikulum yang penyelesaiannya dapat ditinjau dari berbagai pendekatan antara lain pendekatan-pendekatan atas dasar keperluan masyarakat dan pendekatan atas dasar keperluan pribadi. Untuk merealisasikannya maka diperlukan suatu model pengembongan kurikulum serta analisis dan perkembangan kurikulum baik dan sisi kekurangannya maupun dari sisi kelebihan kurikulum tersebut.

Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambang teoritis untuk melaksanakan suatu kegiatan model atau konstruksi merupakan ulasan teoretis tentang suatu konsep dasar. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoretis tentang proses pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya mencakup salah satu komponen kurikulum. Ada suatu model yang memberikan ulasan tentang suatu proses kurikulum, tetapi ada pula yang hanya menekankan pada mekanisme pengembangannya saja, dan itu pun hanya pada uraian tentang pengembangan organisasinya.

BAB II

ANALIS1S KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KURIKULUM A. Definisi Kurikulum

▸ Baca selengkapnya: televisi kelebihan dan kekurangan

(2)

tersebut disebut dengan Currere. Atas dasar tersebut pengertian Kurikulum ditetapkan dalom bidang Pendidikan.

Dalam dunia pendidikan Kurikulum dapat diartikan segala aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah, baik di dalam maupun di luar sekolah. Atas dasar itu secara oprasional Kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu

sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.

2. Bahan tertulis yang digunakan guru dalam melaksanakan pengajaran.

3. Suatu Usaha untuk menyampaikan asas dan ciri penting dari rencana pendidikan

sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.

4. Tujuan pengajaran, Pengalaman belajar, alat-atat belajar dan cara Penilaian

yang direncanakan dan digunakan guru di sekolah.

5. Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan pendidikan.

Definisi di atas dapat dikiasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu :

Kurikutum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah.

Kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan secara nyata di kelas.

B. Macam-Macam Kurikulum

1. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada isi atau materi yang berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan. Dan standar yang digunakan dalam kurikulum ini adalah standar akademis yang ditetapkan secara seragam bagi setiap peserta didik.

(3)

Pengembangan Kurikulum dilaksanakan secara sentralisasi, sehingga Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) memonopoli pengembangan ide dan konsep kurikulum. Dengan demikian masyarakat tidak menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum 1994.

2. Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK)

Kompetensi merupakan perpaduan dan pengetahuan, keterampilan, nilal dan sikap yang direfteksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Gordon ( 1988 : 109 ) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut: a)Pengetahuan (Knowledge)

Berdasarkan kompetensi-kompetensi di atas Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) dapat diartikan sebagai suatu konsep Kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (Kompetensi) tugas-tugas dengan standar performans tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Sedikitnya ada tujuh asumsi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK), ketujuh asumsi tersebut adalah :

 Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru professional dan tidak mampu

melakukon proses pembelajaran secara optimal.

 Banyak sekolah yang hanya mengkoleksi sejumlah mata pelajaran dan

pengalaman.

 Peserta didik bukanlah kertas putih/kosong yang dapat diisi dengan sekehendak

(4)

 Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi.

 Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.

 Kurikulum sebagai rencana pembelajaran yang diisi dengan

kompetensi-kompetensi potensial.

 Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan sarana dan

prasarana untuk menggali potensi.

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP)

KTSP merupakan singkatan dan Kunikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.

Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan komite madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Perididikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan dibawah supervisi Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan di SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA seria SMK. Dengan demikian Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum Oprasional yang di susun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.

Mengingat bahwa penyusunan KTSP diserahkan kepada sebuah pendidikan sekolah dan daerah masing-mosing, diasumsikan bahwa guru, kepala sekolah dan dewan pendidikan akan sangat bersahabat dengan kurikulum tersebut. Diasumsikan demikian karena mereka terlibat Iangsung dan guru yang akan melaksanakan proses belajar mengajar di kelas sehingga memahami betul apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran baik kekuatan, kelemahan, tantangan dan juga peluang.

C.Dampak Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1. Dampak Positif

Dampak positif dari KTSP ini berdampak bagi guru dan siswa itu sendiri

Dampak positif bagi guru :

(5)

-Dengan media KTSP yang simple mudah digunakan dalam praktek demonstrasi.

Dampak Positif bagi siswa:

-Menerima pelajaran dari guru lebih cepat di tangkap oleh siswa. -Siswa lebih aktif dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).

2. Dampak Negatif.

Dampak negatif dari KTSP ini dapat berdampak terhadap Guru dan Siswa yaitu :

Dampak Negatif bagi guru :

 Guru kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar atau guru akan merasa santai

dalam PBM.

 Kurang fokusnya guru dalam mengajar.

Dampak Negatif Bagi Siswa

 Siswa merasa kurang jelas dari materi yang disajikan oleh guru.

D.Perbedaan Kurikutum 1994, KBK, dan KTSP.

Dalam perubahan kurikulum pasti memiliki perbedaan-perbedaan. Namun perubahan yang paling banyak terdapat perbedaan dari kurikulum ini adalah kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau pun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebab dalam KBK dan KTSP hanya sedikit yang membedakan adalah dalam Kunikulum KBK alokasi waktu untuk semua mata pelajaran lebih panjang sedangkan untuk KTSP alokasi waktu yang digunakan terbagi-bagi, yakni untuk mata pelajaran di Ujian Nasionat (UN) akan lebih panjang sedangkan untuk Ujian Akhir Skolah/Madrasah (UAS/UAM) dipendekan.

Untuk perbandingan kurikulum antara kurikulum 1994 dengan kurikulum KBK adalah sebagai berikut :

(6)

1.

Menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, yang menekankan pada sisi atau materi, berupa pengeta-huan pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.

Menggunakan pendekatan kompete-nsi yang menekankan pada pemaha-man, kemampuan atau kompetensi tertentu disekolah, yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat. kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial budaya. kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.

4.

Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi, sehingga DEPDIKNAS memonopoli perkemba-ngan ide dan konsepsi kurikulum.

Pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi, sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum

5.

Materi yang dikembangkan dan diajarkan disekolah seringkali tidak sesuai dengan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.

(7)

bela-jar peserta didik.

7.

Pengetahuan, keterampilan dan sikap dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengerjakan soal.

Pengetahuan, keterampilan dan si-kap dikembangkan berdasarkan pe-mahaman yang akan membentuk kompetensi individual.

8.

Pembelajaran cenderung hanya dila-kukan di dalam kelas, atau dibatasi oleh 4 dinding kelas.

Pembelajaran yang dilakukan men-dorong terjadinya kerja sama antara sekolah, masyarakat dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi peserta didik.

Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum merupakan alat penting dalam proses pendidikan, sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan. Kurikulum hendaknya berperan dan bersifat anticipatori dan adaptif terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagaimana yang ada di negara ini. Kurikulum seringkali berubah-ubah misalnya dari kurikulum 1994 berganti ke Kurikuum Berbasis Kompetensi di tahun 2004. dan di tahun 2006 kini berganti kurikulum yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Perubahan Kurikulum disebabkan adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil kurikulum yang telah/sedang terjadi dan adanya perbedaan dalam satu komponen kurikulum atau lebih dalam dua periode.

(8)

http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/analisis-kekurangan-dan-kelebihan.html

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

(COMPETENCY BASED CURRICULUM)

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

(COMPETENCY BASED CURRICULUM)

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan

yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara

dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk

meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya

masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama

berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional (2000) pernah mengungkapkan bahwa salah

satu kelemahan sistem pendidikan nasional yang dikembangkan

(9)

Standarisasi kurikulum nasional, buku, alat, pelatihan guru,

sarana dan fasilitas sekolah merupakan wujud kendali

pemerintah terhadap input dan proses yang harus berlangsung

di dalam sistem. Akan tetapi standart kompetensi apa yang harus

dikuasai oleh seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan

belajar, belum mendapat perhatian semestinya.

Dalam pendidikan terdapat dua jenis standar, yaitu standar

akademis (academic content standards) dan standar kompetensi

(performance standards) (Mulyasa, 2002:24). Standar akademis

merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan esensial setiap

disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh peserta didik.

Sedangkan standar kompetensi ditunjukkan dalam bentuk proses

atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik

sebagai penerapan dari pengetahuan dan ketrampilan yang telah

dipelajarinya. Dengan demikian, standar akademis bisa

samauntuk seluruh peserta didik, tetapi standar kompetensi bisa

berbeda.

Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan

memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan

ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang

berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk kepentingan

(10)

kompetensi (KBK) atau (Competency Based Curriculum) sebagai

acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk

mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur

pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

2. Landasan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

3. Model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

4. Prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

5. Kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

C. PEMBAHASAN

(11)

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,

ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

berfikir dan bertindak. McAshan dalam Mulyasa (1981:45)

mengemukakan bahwa kompetensi sebagai pengetahuan,

ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang

telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan

sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton dalam

Mulyasa (1979:222) mengartikan kompetensi sebagai penguasan

terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang

diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dengan demikian

terdapat hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari

peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan

oleh dunia kerja. Untuk itu, kurikulum menuntut kerja sama yang

baik antara pendidikan dan dunia kerja, terutama dalam

mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu

diajarkan kepada peserta didik di sekolah.

Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, kurikulum

berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep

kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan

melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi

(12)

berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik

agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,

ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

KBK memfokuskan pada pemerolehan

kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu

kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat

tujuan pembalajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga

pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau

ketrampilan peserta didik sabagai suatu kriteria keberhasilan.

Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta

didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi

minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah

ditetpkan.

KBK juga menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk

melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan. Meskipun demikian, konsep ini tentu saja tidak

dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua

masalah pendidikan, namun dapat memberikan sumbangan yang

(13)

2. Landasan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum

berbasis kompetensi, yaitu:

a. Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah

pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap

peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai dengan cara dan

kdmampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada

orang lain. Untuk itu diperlukan pengaturan kelas yang fleksibel,

baik sarana maupun waktu karena dimungkinkan peserta didik

belajar dengan kecepatan yang berbeda, serta mempelajari

bahan ajar yang berbeda pula.

b. Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau

belajar sebagi penguasaan (learning for mastery) adalah suatu

falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sitem

bembelajaran yang tepat, semua peserta didik dapt mempelajari

semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik. Bloom dalm

Hall (1986) menyatakan bahwa “sebagian besar peserta didik

dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya, dan tugas

pemnelajaran dalah mengkondisikan lingkungan belajar yang

memungkinkan peserta didik menguasai bahan pembelajaran

(14)

c. Pendefinisian kembali terhadap bakat. Dalam kaitan ini Hall

(1986) menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai

tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang

cukup. Jika asumsi tersebut diterima maka perhatian harus

dicurahkan kepda waktu yang diperlukan untuk kegiatan belajar.

Dalam hal ini, perbedaan antara peserta didik yang pandai

dengan yang kurang (bodoh) hanya terletak pada masalah waktu,

peserta didik yang kurang memerlukan waktu yang cukup lama

untuk mempelajari sesuatu atau memecahkan suatu masalah,

sementara yang pandai bisa lebih cepat melakukannya.

3. Model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

(KBK)

(15)
(16)

Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah

4. Prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

(KBK)

Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan

berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang

berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan KBK perlu

memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai

(17)

a. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur. Keimanan, nilai-nilai,

dan budi pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi

masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap dan arti

kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu digali,

dipahami, dan diamalkan oleh peserta didik melalui

pengembangan KBK.

b. Penguatan integritas nasional. Pengembangan KBK harus

memperhatikan penguatan integritas nesional melalui

pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat

Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradaban dalam

tatanan kehidupan dunia yang multikultural dan multibahasa.

c. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.

Pengembangan KBK perlu memperhatikan keseimbangan

pengalaman belajar peserta didik antara etika, logika, estetika,

dan kinestetika.

d. Kesamaan memperoleh kesempatan. Pengembangan KBK harus

menyediakan tempat yang memberdayakan semua peserta didik

untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perlu

diutamakan dalam pengembnagan kurikulum. Seluruh peserta

didik dari berbagai kelompok berhak menerima pendidikan yang

(18)

e. Abad pengetahuan dan teknologi informasi. Kurikulum perlu

mengembangkan kemampuan berfikir dan belajar dengan

mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi

situasi yang cepat berubahdan penuh ketidakpastian, yang

merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu

pengetahuan dan teknologi informasi.

f. Pengembangan ketrampilan untuk hidup. Pengembangan KBK

perlu memasukkan unsur ketrampilan untuk hidup agar peserta

didik memiliki ketrampilan, sikap, dan perilaku adaptif,

kooperatf, dalam menghadapi tantangan dan tuntunan kehidupan

sehari-hari secara efektif.

g. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan berlang sepanjang hidup

manusia untuk mengembangkan, menambahkan kesadaran, dan

selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah di berbagai

bidang. Oleh karena itu, pengembangan KBK perlu

memperhatikan kemampuan belajar sepanjang hayat, yang dpat

dilakukan melalui pendidikan formal dan non-formal, serta

pendidikan alternatif yang diselenggarakan baik oleh

pemerinyah maupun masyarakat.

h. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan

komprehensif. Pengembangan KBK harus berupaya

(19)

menilai diri sendiri agar mampu membangun pemahaman dan

pengetahuannya. Penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif

menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upaya

tersebut.

i. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. Pendekatan yang

digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus

berfokus pada kebutuan peserta didik yang bervariasi dan

mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan

pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan

tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekola, orang

tua, perguruan tinggi, dunia usaha dan industri, serta

masyarakat pada umumnya.

5. Kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis kompetensi

(KBK)

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

(KBK) memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan

(20)

 Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada

pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah,

yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat.

 Standar kompetensi yang memperhatika perbedaan individu,

baik kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial

budaya sehingga peserta didik lebih bisa mandiri dan tidak

tergantung dengan orang lain.

 Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam

proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek

kepribadian, baik pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan

sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh

lingkungan.

 Pengembangan kurikulum dilakuan secara desentralisasi,

sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama

menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam

kurikulum.

 Sekolah diberi keleluasaan untuk menyusun dan

mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat

mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan

(21)

 Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan

lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik.

 Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dikembangkan

berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi

individual.

 Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjalinnya kerjasama

antara sekolah, masyarakat, dan dunia kerja dalam membentuk

kompetensi peserta didik.

 Evaluasi berbasis kelas, yang memekankan pada proses dan

hasil belajar.

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

(KBK) memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

 KBK lebih menekankan pada kemampuan (kompatensi)

melakukan sesuatu, sehingga pendekatan ilmu pengetahuan

y`ng lebih menekankan pada isi atau materi berupa

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sitesis dan evaluasi

hasil belajar kurang diperhatikan.

 Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah

pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap

(22)

kemampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada

orang lain, sehingga interaksi sosial antar peserta didik kurang

terlihat.

 Kurangnya guru yang berkualitas dan profesional untuk

melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan.

D. KESIMPULAN

1. kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai

konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan

kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan

standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan

oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat

kompetensi tertentu.

2. Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum

berbasis kompetensi, yaitu: adanya pergeseran dari

pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual,

pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau

belajar sebagi penguasaan (learning for mastery), pendefinisian

(23)

3. Pengembangan KBK perlu memperhatikan dan

mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Keimanan,

nilai, dan budi pekerti luhur, Penguatan integritas nasional,

Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika, Kesamaan

memperoleh kesempatan, Abad pengetahuan dan teknologi

informasi, pengembangan ketrampilan untuk hidup, belajar

sepanjang hayat, berpusat pada anak dengan penilaian yang

berkelanjutan dan komprehensif, pendekatan menyeluruh dan

kemitraan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep,

Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004, Panduan

Pembalajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

namun dibutuhkan sistem dan mekanisme yang efektif dan demokratis dalam menggerakkan roda penyelenggaraan pemerintahan di kemudian hari, yang akan

Implementasi penggunaan e-learning pada saaat ini sangat bervariasi. Hal tersebut didasarkan pada prinsip atau konsep bahwa e- learning sebagai upaya

Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar

Mahasiswa memahami perkuliahan tentang Aplikasi Teknologi secara teoritik.

Maraknya pembicaraan tentang Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Anti Pornografi dan Pornoaksi menunjukan bahwa masalah tersebut adalah masalah yang

Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yaitu nilai atau skor yang diperoleh

Pada tambang bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan penting guna memenuhi kebutuhan pernapasan manusia "pekerja# dan juga untuk menetralkan gas$gas beraun,

Azizah, Skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition) Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita