• Tidak ada hasil yang ditemukan

REGULASI and STRATEGI IMPLEMENTASI SMAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REGULASI and STRATEGI IMPLEMENTASI SMAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

“REGULASI & STRATEGI IMPLEMENTASI SMART CITY”

Nurwan Reza Fachrurrozi

Magister Telekomunikasi - Universitas Mercubuana Menteng, Jakarta, Indonesia 55415110004@student.mercubuana.ac.id; nurwanreza79@gmail.com

Dosen : DR. Ir. Iwan Krisnadi, MBA

Abstrak

Tujuan paper ini mengalisis implementasi smart city (kota cerdas) dalam konteks Regulasi & Strategi Implementasi. Metode penelitian menggunakan mentode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data memanfaatkan data-data sekunder melalui kajian pustaka. Data sekunder tersebut ialah konsep smart city dan contoh implementasinya, konsep strategi dan manajemen strategis, dan beberapa metodologi pendekatan teknis, pendekatan hukum, pendekatan literature, pendekatan kondisi existing, pendekatan benchmark ke negara lain. Analisis data menggunakan content analysis. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan konsep manajemen strategis sangat penting karena mampu memberikan pedoman yang jelas apa yang harus dilakukan oleh perancang kota cerdas atau kota impian masa depan, mengingat konsep smart city adalah konsep yang multitafsir. Pedoman yang dimaksud ialah para perancang kota cerdas atau kota impian masa depan memiliki panduan langkah-langkah strategis, mulai dari membangun visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan ukuran-ukuran penilaian kinerja (kuantitatif dan kualitatif) dalam rangka memberikan layanan terbaik kepada penduduknya. Hanya saja, konsep smart city ini tampaknya masih harus didukung dengan pola pikir manusia modern di Indonesia. Kesadaran akan lingkungan, pemanfaatan teknologi yang maksimal, serta kesadaran pentingnya pola hidup cerdas adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap elemen masyarakat yang hidup dalam area perkotaan. Dengan melihat permasalahan pada implementasi smart city di Negara Indonesia adalah melakukan perluasan pemanfaatan TIK dalam berbagai bidang layanan pemerintah, keterbatasan layanan saat ini menjadi kendala yang harus diselesaikan. Seharusnya pemerintah lebih memperluas layanan internet di daerah-daerah yang akan mengimplementasikan smart city di Negara Indonesia.

Kata Kunci : Smart City, Strategi, Regulasi, Manajemen Strategis

Abstract

The purpose of this paper mengalisis implementation of smart city (smart cities) in the context of Regulation and Strategy Implementation. The research method using descriptive research mentode. Data collection techniques utilizing secondary data through a literature review. Secondary data is the smart city concept and implementation examples, the concepts of strategy and strategic management, and some methodological approach to technical, legal approach, approach to literature, the approach of the existing conditions, a benchmark approach to other countries. Analysis of data using content analysis. The results showed that the application of the concept of strategic management is very important because it can provide clear guidelines on what should be done by an intelligent designer town or city dreams for the future, given the smart city concept is the concept of multiple interpretations. The guidelines mean that the designers of smart city or town dreams for the future have a guide strategic measures, ranging from developing a vision, mission, goals, strategies, policies, programs and measures of performance assessment (quantitative and qualitative) in order to provide the best service to its citizens. Only, this smart city concept still seems to be supported by the mindset of modern humans in Indonesia. Environmental awareness, maximum use of technology, as well as awareness of the importance of the pattern of intelligent life are the things that need to be considered by every element of society who live in urban areas. By looking at the problems in the implementation of the smart city in Indonesia is expanding the use of ICT in various fields of government services, the limitations of current services is an obstacle that must be resolved. The government should further expand internet services in areas that would implement smart city in the State Indonesia.

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan dengan kualitas hidup yang tinggi adalah dambaan semua orang, dengan kemajuan teknologi manusia berharap untuk hidup lebih mudah. Namun timbul beberapa pertanyaan dari tujuan diatas, pertanyaan adalah apa itu hidup yang mudah dan sehat? Kenapa manusia ingin hidup mudah dan sehat? Bagaimana cara mendapatkan hidup mudah dan sehat? Dengan kenyataan mayoritas orang hidup dikota, maka kualitas hidup yang mencerminkan hidup yang mudah dan sehat menjadi suatu impian masyarakat kota.

Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat di perkotaan menimbulkan berbagai permasalahan khas perkotaan, seperti penurunan kualitas pelayanan publik, berkurangnya ketersediaan lahan pemukiman, kemacetan di jalan raya, kesulitan mendapatkan tempat parkir, membengkaknya tingkat konsumsi energi, penumpukan sampah, peningkatan angka kriminal, dan masalah-masalah sosial lainnya. Masalah - masalah-masalah ini akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semua masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat jika masih menggunakan solusi konvensional yang digunakan saat ini. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah dan mewujudkan cita-cita kota (aman dan nyaman) untuk penduduknya, diperlukan solusi cerdas dan gegas (cergas) agar penyelesaian masalah dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan pertumbuhan masalah itu sendiri. Solusi cerdas di sini adalah dengan penerapan dan kolaborasi ekosistem kota yang masuk ke dalam konsep Smart City. Dalam konsep solusi Smart City ini, pemerintah, industri, akademis, maupun masyarakat ikut terlibat untuk menjadikan kota menjadi lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang ditimbul adalah dari segi pembiayaan, pelaksanaan Smart City berimplikasi terhadap membengkaknya pengeluaran kota, maka cenderung hanya kota kota dengan tingkat pendapatan tinggi yang bisa dengan cepat mewujudkan kota cerdas. Kordinasi dan dukungan dari setiap stake holder pembangunan juga menimbulkan masalah, pemahaman akan konsep smart city perlu disepakati sehingga tidak menimbulkan kesalahan penafsiran antar stake holder. Selain itu adalah keterbatasan SDM dan teknologi yang dimiliki tidak dapat dipungkiri bahwa smart city memerlukan penerapan teknologi baru dan canggih yang mana transformasi teknologi dan informasi di Indonesia relatif masih lambat dan ketinggalan dibanding negara negara maju dibelahan dunia Barat.

1.3 Tujuan

Tujuan Strategi Implementasi Smart City adalah

untuk dapat membentuk dan menerapkan suatu kota yang aman, nyaman, terkendali dan mempermudah akses bagi warganya serta memperkuat daya saing kota dalam hal perekonomian, sosial dan teknologi. Sehingga dapat dijelaskan bahwa tujuan dari strategi implementasi Smart City adalah untuk menunjang kota di dalam dimensi sosial (keamanan), ekonomi (daya saing), teknologi dan lingkungan (kenyamanan). Atau lebih umum lagi berdasarkan United Nation, dapat dikatakan bahwa tujuan Smart City adalah untuk membentuk kota yang Sustainable (ekonomi, sosial, lingkungan).

1.4 Referensi 1.4.1 Smart City

Konsep smart city multi tafsir. Yang menjadikan multi tafsir pada hakekatnya ialah istilah atau konsep “smart”. Yahya (2013) mengartikan smart

sebagai bersikap, berpikir dan bertindak secara cerdas dalam pekerjaan yang dilakukan. Lebih jauh ia mengatakan smart terwujud oleh olah rasa melalui intuisi yang tajam, olah rasio melalui kreativitas dan inovasi yang menghasilkan terobosan (breakthrough), dan olah raga melalui aksi-aksi yang impresif. Korea Selatan, menerjemahkan smart city sebagai kota “pengetahuan”, kota “digital”, kota “cyber” atau kota “eco” sekaligus. [1] Mencermati hal tersebut, konsep smart city

menggambarkan konsep yang terbuka atas tafsir-tafsir yang diberikan oleh pihak yang berkepentingan (misalnya pemerintahan kota), tergantung kepada para perencana kota mendisain tujuan kota kearah mana. Akan tetapi, apapun tafsir yang diberikan untuk konsep smart city, esensi yang tidak boleh hilang ialah pembenahan atau pembangunan kota yang dilakukan secara berkelanjutan, tetap memperhitungkan aspek fungsional, struktural, dan estetika, melalui penggunaan teknologi komunikasi dan informasi sebagai basis infrastrukturnya. Secara fungsional dimaksudkan kota impian masa depan harus mampu mengakomodasi orang- orang (masyarakat) dengan fungsinya masing-masing, apakah sebagai pelaku ekonomi atau bisnis, pelaku sosial, pelaku pemerintahan, yang bisa bekerja dengan tenang, aman, dan nyaman dengan didukung oleh infrastruktur (jalan raya dan jalan kereta api, jembatan, pelabuhan, bandara, perbankan, teknologi informasi, dsb). Secara struktural, yang dimaksudkan ialah kota impian masa depan harus mampu menjamin kelembagaan dan sistem kelembagaan berjalan lancar, baik dalam konteks ekonomi atau bisnis, sosial, dan pemerintahan. Secara estetika, dimaksudkan kota impian masa depan dirancang dengan pendekatan ramah lingkungan, ramah orang, ramah teknologi, ramah tata kelola, tidak meninggalkan keindahan, ramah moralitas, tidak ada eksternalities yang membahayakan, dsb).

(3)

dapat dijadikan sebuah pendekatan dalam membangun citizen centric:this involves placing the citizen’s needs at the forefront, sharing management information to provide a coherent service, rather than operating in a multiplicity of service silos (for example, sharing changes of address more effectively), and offering internet service delivery where possible (at a fraction of the face to face cost);

an intelligent physical infrastructure (“smart” systems or the Internet of Things), to enable service providers to use the full range of data both to manage service delivery on a daily basis and to inform strategic investment in the city/community (for example, gathering and analysing data on whether public transport is adequate to cope with rush hour peaks);

an openness to learn from others and experiment with new approaches and new business models; and

transparency of outcomes/performance, for example, city service dashboards to enable citizens to compare and challenge performance, establishment by establishment, and borough by borough.

Singkatnya, kota impian masa depan harus mampu membuat penduduknya yang beraktivitas, melakukannya dengan tenang, aman, nyaman, senang, dan bahagia tinggal didalamnya.

1.4.2 Strategi & Manajemen Strategi

Menurut Hitt et al (2005), strategi didefinisikan sebagai: “strategy is an integrated and coordinated set of commitments and actions designed to exploit core competencies and gain a competitive advantage”. [3] Pada dasarnya strategi dapat diartikan sebagai sejumlah rencana yang luas, sistematis, terintegrasi dalam satu kesatuan, yang menghubungkan keunggulan atau kompetensi inti organisasi terhadap lingkungannya, yang dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi, (iii) feasible dalam reasionable time frame, (iv) cost effective dan dapat diterima oleh stakeholders, dan (v) mesti pula memperhatikan adanya kesesuaian (fits) antara sumber daya dan kompetensi dengan peluang dan fits antara risiko dan ekspektasi. Oleh sebab itu, strategi perlu dikelola secara profesional.[4]

Menurut Nugraha (2014), manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengetahuan yang merumuskan, mengimplementasikan, dan menilai keputusan-keputusan yang cross-functional yang memungkinkannya suatu organisasi mencapai tujuan-tujuannya (objectives).[5] Suyanto (2007) dilain sisi menyatakan manajemen strategi merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi. Lebih jauh ia menjelaskan manajemen strategi melibatkan pengambilan keputusan berjangka panjang dan rumit serta karenanya berorientasi ke masa depan, yang untuk itu membutuhkan sumber daya yang besar dan partisipasi berbagai tingkatan manajemen dalam organisasi. [6]

Hunger dan Wheelen (1996) mendefinisikan manajemen strategis sebagai serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Berpijak dari sejumlah pengertian di atas maka dapat digarisbawahi bahwa manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan eksternal dari sudut kekuatan dan kelemahan organisasi. Kemudian organisasi akan memanfaatkan kekuatannya untuk mengeksploitasi peluang yang ada sedemikian rupa (maksimal).[7]

II. METODOLOGI

2.1 Pendekatan Hukum

Dalam pelaksanaan pemerintahan membangun Smart City dapat dirasakan melalui penyelenggaran otonomi daerah yang diatur dalam Undang – Undang Nomer 32 Tahun 2004 ( UU No. 32 Tahun 2004 ), dimana setiap pemerintah provinsi maupun daerah / kota diberikan keleluasaan untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah secara nyata, diperlukan, tumbuh, dan berkembang di daerah. [8]

(4)

penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, mernperlancar kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa Selain itu UU RI Nomor 26 Tahun 1999 juga menerangkan bahwa pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat telah mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap telekomunikasi dan segala sesuatu yang berkaitan dengan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandarig terhadap telekomunikasi tersebut, perlu dilakukan penataan dan pengaturan kembali penyelenggaraan telekomunikasi nasional. [9]

2.2 Pendekatan Teknis

Pada masalah ini kita ambil kota Bekasi sebagai pendekatan teknis, di kota Bekasi ini telah melakukan pembangunan NOC tahap pertama dengan progress 40 % dari rencana program. Kondisi infrastruktur jaringan TIK di kota Bekasi saat ini sebagai berikut : [10]

• Jaringan Fiber Optik : 43 SKPD dan Unit Kerja • Jaringan Wireless : 12 Kecamatan, 5 kelurahan,

Dinas Kesehatan, Bappeda. Dinas Bina Marga

• Jaringan Hotspot (Wifi) : 16 titik di ruang public, 16 titik di SKPD

Gambar 2.1 Jaringan FO Kota Bekasi

Gambar 2.2 Jaringan Wireless Kota Bekasi

2.3 Pendekatan Terhadap Kondisi Existing Di Indonesia

(5)

Dalam rilis Pemerintah Kota Surabaya yang diterima Kompas menyebutkan d alam ajang tersebut Surabaya meraih 3 dari 4 penghargaan yaitu Smart Governance, Smart Living dan Smart Environment setelah menyisihkan 59 peserta lain dari 33 pro vinsi di Indonesia.Bagian dari penjurian tersebut, tim penilai telah mengunjungi Surabaya pada Juli lalu, untuk melihat seberapa jauh pengimplementasian konsep smart city. Surabaya menerapkan smart city dalam hal Smart Governance yaitu meliputi antara lain keterlibatan publik dalam pengambilan keputusan, sistem administrasi kependudukan, sistem administrasi perijinan, partisipasi warga dan sistem monitoring area publik.

Pada Smart Living antara lain tentang penerimaan murid baru online, SIM sekolah online, portal pariwisata, CCTV pemantau lalu lintas dan fasilitas wifi gratis di tempat publik. Sementara untuk Smart Environment di antaranya meliputi sistem peringatan d ini bencana,sistem pengolahan sampah berbasis teknologi informasi dan sistem monitoring aiir berbasis TI .

2.4 Pendekatan Benchmark Kepada Negara Lain

Benchmark Pengembangan Ekosistem Digital Smart City Negara-negara Eropa telah menanggapi tantangan bagi kota dengan mengarahkan strategi untuk meningkatkan perekonomian Uni Eropa melalui pertumbuhan pintar dan berkelanjutan dengan 5 target ambisius: Meningkatkan lapangan kerja, inovasi, pendidikan, inklusi sosial , dan iklim / energi. Untuk mendukung konsep Smart City, Komisi Eropa telah mengembangkan program-program untuk mendukung proyek-proyek di kota-kota Eropa dengan pendanaan kredit, serta pendekatan bottom-up.

2.5 Pendekatan Literatur

Berdasarkan kajian literature di artikel, dengan penerapan smart city dapat mendapatkan manfaat misalnya :

1. Memperbaiki permasalahan di masyarakat. 2. Meningkatkan layanan publik.

3. Menciptakan pemerintahan yang lebih baik. 4. Mencerdaskan masyarakat.

5. Mengelola potensi kota dan potensi SDM. [11]

III. ANALISA & PEMBAHASAN

3.1 Analisa Terhadap Topik

Penerapan Smart city pada indonesia menggunakan Smart City sebagai upaya dalam pembenahan kota, dan belum di dukung dengan adanya fasilitas kota berbasis teknologi. Sedangkan jika di negara lain konsep Smart City digunakan sebagai upaya untuk menciptakan kota yang ramah lingkungan dan sudah didukung dengan fasilitas kota berbasis tekonologi ramah. Contohnya di indonesia, kota jakarta. Jakarta yang baru-baru ini mengeluarkan aplikasi Jakarta Smart City yang bertujuan untuk memberikan informasi transparan kepada masyarakat dengan memperlihatkan hasil kerja pemerintah jakarta dalam menangani permasalaan yang ada di kota jakarta.

Sedangkan di Negara lain misalnya Negara Jepang, kota tokyo, sudah mulai membuat rumah dengan panel surya, penyimpanan daya baterai, dan peralatan yang hemat energi dimana semuanya akan terhubung. Infrastruktur internet yang murah dan mudah, kecepatan internet mencapai 100Mps, mayoritas masyarakat menggunaka e-mail untuk berkomunikasi sehari-hari. Sistem transportasi kereta super cepat yang di sebut dengan kereta peluru (Bullet train). Dan mesin pemesan

Permasalahan kota di Indonesia akan semakin kompleks, sedangkan sumber daya dan energi akan semakin terbatas. Sekarang kita perlu mencari solusi agar pembangunan kota bisa tetap berkelanjutan. Oleh karena itu, dibutuhkan implementasi Smart City sebagai solusi yang cerdas.

3.2 Rekomendasi Regulasi TIK

(6)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Smart city adalah sebuah impian dari hampir semua Negara di dunia. Dengan smart city, berbagai macam data dan informasi yang berada di setiap sudut kota dapat dikumpulkan melalui sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dan dianalisis dengan aplikasi cerdas.

Pengembangan smart city sudah seharusnya dilaksanakan di kota – kota seluruh Indonesia khususnya ibu kota provinsi. Sebab dengan smart city dapat diwujudkan kota yang penuh dengan kemajuan teknologi, kemajuan ekonomi, social politik serta mampu menjadikan kota yang hijau dan sehat guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

V. DAFTAR PUSTAKA

[1] Yahya, Arief, 2013, Great Spirit Grand Strategy: Corporate Philosophy, Leadership Architecture, and Corporate Culture for Sustainable Growth, Jakarta, Penerbit PT. Gramedia.

[2] Department for Business, Innovation and Skills : Smart Cities, 2013, 1 Victoria Street London, Crown copyright.

[3] Hit, M.A., R.D, Ireland & Robert E. Hoskisson, 2005, Strategic Management, USA, South- Western, Thomson Corporation.

[4] Sampurno, 2011, Manajemen Stratejik: Menciptakan Keunggulan Bersaing Yang Berkelanjutan, Cetakan kedua, Jogyakarta, Gadjah Mada University Press. [5] Nugraha, M. Quadrat, 2014, Manajemen Strategis Pemerintahan, cetakan ketiga, Jakarta, Penerbit Universitas Terbuka.

[6] Suyanto M, 2007, Strategic Management: Global Most Admired Companies, Yogyakarta, Penerbit Andi. [7] Agung, Julianto, 2003, Manajemen Strategis, terje -mahan dari Strategic Management, by J. David Hunger & Thomas L. Wheelen (1996), Yogyakarta, Penerbit Andi.

[8] Undang – Undang Nomer 32 Tahun 2004, “Tentang pembangunan Smart City di Kota - kota besar yang berada di Indonesia”. Jakarta, 2004

[9] Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999, “Tentang Telekomunikasi”.

[10] Nuraini, Rissa. “ Bekasi Smart City ”. TEDC Bandung, 2015.

Gambar

Gambar 2.2 Jaringan Wireless Kota Bekasi

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 9 menunjukkan hubungan antara CNR untuk semua sistem baik itu sistem ROC maupun IM/DD dan jumlah RBS yang terkoneksi dalam kasus penggunaan penguat optik untuk setiap

Permasalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan melalui model kooperatif tipe talking stick dapat meningkat hasil belajar siswa pada materi kegiatan manusia untuk

Jika selama Perjalanan, Anda harus menghadiri pernikahan, pemakaman, konferensi atau acara olahraga yang sudah diatur sebelumnya dan tidak dapat ditunda karena

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena metode dan teknik penelitian ini mencerminkan kenyataan berdasarkan fakta-fakta (fact

Apabila dari faktor tersebut di atas dan faktor-faktor lain yang berpengaruh tidak dapat teratasi, maka kelambatan dan kesalahan kerja, karyawan sering mengalami

Dalam bentuk majalah ilmiah yang diakui yang diakui oleh instansi yang berwenang 2.Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan- bahan lainnya dibidang pelayanan keperawatan

Berdasarkan karakteristik penurunan muka air tanah akibat pemompaan sumur di bantaran sungai, imbuhan air tanah dominan berasal dari Sungai Cihideung dengan kurva muka

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah