• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Perluasan dan Pemerataan Akses Layanan Pendidikan (Bina Lingkungan Sekolah Menengah Atas) di Kota Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Perluasan dan Pemerataan Akses Layanan Pendidikan (Bina Lingkungan Sekolah Menengah Atas) di Kota Bandar Lampung"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERLUASAN DAN PEMERATAAN AKSES LAYANAN PENDIDIKAN ( Bina Lingkungan Sekolah Menengah Atas) DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang tidak luput dari sasaran kebijakan dalam pembangunan pendidikan. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan pendidikan khususnya di Kota Bandar Lampung yaitu dengan cara membuat atau merancang kebijakan Bina Lingkungan Sekolah. Kebijakan Bina Lingkungan Sekolah ini merupakan langkah yang di ambil Pemerintah Kota yangbertujuan untuk penyamarataan bagi seluruh masyarakat terutama bagi masyarakat miskin agar mereka dapat mengenyam pendidikan yang layak.

Penelitian ini menitik beratkan pada permasalahan implementasi kebijakan Bina Lingkungan Sekolah dan Kota Bandar Lampung. Untuk mengungkap permasalahan ini, peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan publik milik C. Edward III. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif.

Pelaksanaan kebijakan Bina Lingkungan Sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) masih belum berjalan baik atau maksimal karena substansi pokok dari kebijakan ini yaitu konsistensi,Standart Operating Prosedure(SOP) untuk petunjuk teknis tahun 2015 sampai saat ini masih belum turun. Hal seputih ini mesti di tanggapi secara serius dalam pelaksanaannya, dimana konsistensi baik itu masalah kuota kadang kali membuat bingung bagi pelaksana di lapangan danStandart Operating Prosedure(SOP) sebagai pedoman pelaksana kegiatan mestinya dibuat/dikeluarkan dengan cepat dan jangan sampai keterlambatanStandart Operating Prosedure(SOP) turun menyebabkan kebingungan pelaksana. Untuk itu perlu adanya perbaikan dan komitmen jelas agar dalam pelaksanaan kebijakan ini untuk ke depannya berjalan sistematis sesuai prosedur dalam mencapai tujuan.

(2)

IMPLEMENTATION OF EXPANSION AND EDUCATION SERVICES EQUITABLE ACCESS( Community Development School) INBANDAR

LAMPUNG CITY

Bandar Lampung is one target city of the education policies development. Government policies in addressing the problems of education, especially in the city of Bandar Lampung is by making or designing the Community Development School. School Community Development Policy is a step that taken by the Government to equalize the whole community, especially for the poor so that they can get the proper ducation.

This research focuses on issues of policy implementation and Development of Schools and Bandar Lampung city. To disclose this problem, researcher used the theory of public policy implementation by C. Edward III. This research is a descriptive study with a qualitative method approach.

Implementation of Community Development Policy Secondary High School (SMA) is still not going well or maximum because the main substance of this policy is the consistency, Standart Operating Prosedure(SOP) for technical guidance in 2015 is still have not been issued. In this clear issue must beseriously in its implementation, which was the consistency of quota problem sometimes create confusion for implementers for realization and Standart Operating Prosedure (SOP) as guidelines for implementing the activities should be made / released quickly and avoid its delay because it can cause confusion for the implementers. For that reason, we need an improvement and a clear commitment for the implementation of this policy so it can run systematically according to the procedure in achieving objective in the future.

(3)

Oleh M. Adi Gunawan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis bernama lengkap M. Adi Gunawan lahir di Muara Enim

tanggal 27 Februari 1992. Penulis merupakan anak kedua dari

dua bersaudara dari pasangan Bapak Mulkan Antoni dan Ibu

Nurun Nisa. Penulis sangat beruntung dan bersyukur karena

dilahirkan dalam keluarga harmonis dan kebahagiaan yang selalu

tercurah, hal inilah yang mendasari penulis untuk selalu berbakti dan

mengutamakan keluarga.

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Bhayangkari pada

tahun 1996-1997, lalu lanjut ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 18 Muara Enim pada

tahun 1997-2003, SMP Negeri 1 Muara Enim pada tahun 2003-2006, dan

dilanjutkan di SMA Negeri 1 Muara Enim pada tahun 2006-2009. Selanjutnya

pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis pada tahun 2009tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi

Negara (Himagara). Pada tahun 2012 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata

(KKN) Tematik di desa Pagar Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten

(8)

Segala Puji hanya bagi ALLAH SWT

Dengan segala kerendahan hati kuucapkan syukur atas karunia Mu kepadaku

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Papaku tercinta Mulkan Antoni

Mamaku tercinta Nurun Nisa

Selalu menjadi sumber inspirsi di dalam kehidupanku. Selalu mendoakan dan mendukung segala aktivitas kuhingga sekarang. Semua curahan kasih sayang

yang kalian berikan tidak akan mampu aku gantikan dengan apapun.

Kakakku M. David Melam

Kehadiran kalian menyempurnakan hidupku

Semoga kita berhasil dan tetap menjadi kebanggaan orang tua

Seluruh keluarga besarku, Sahabat dan

Teman-temanku

Terimakasih atas semua dukungannya

(9)

A Man Without Education Is Like Building Without

Foundation

Seseorang Tanpa Pendidikan Seperti Layaknya Sebuah

Bangunan Tanpa Pondasi

(Albert Einstain)

Pendidikan Adalah Suatu Usaha Yang Dilakukan Dengan

Penuh Ambisi Untuk Pemahaman dan Wawasan Demi

Kemajuan Kehidupan

(10)

Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Implementasi Perluasan dan Pemerataan Akses Layanan Pendidikan (Bina Lingkungan Sekolah Menengah) di Kota Bandar Lampung”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas

Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada

pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

antara lain :

1. BapakSimon Sumanjoyo, S.A.N, M.PA. selaku dosen pembimbingutama. Terimakasih bapak atas arahan, nasehat, saran, masukan,waktu, kesabaran

dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Nana Mulyana, S.I.P, M.S.I selaku dosen pembahas. Terimakasih

bapak atas kritik, saran, arahan, waktu serta kesabaran yang telah banyak

(11)

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara.

6. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran

adminstrasi skripsi ini.

7. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu

yang telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat

menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya.

8. Pihak Dinas Pendidika Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin

melakukan penelitian dan meluangkan waktu kepada penulis untuk

diwawancarai. Terimakasih kepada Bapak Riyuzen Praja Tuala, S.Pd,

M.Pd dan Ibu Lelawatiserta pihak yang terkait atas kerjasamanya sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Pihak SMA N 5 Kota Bandar Lampung dan SMA N 15 Kota Bandar

Lampung yang telah memberikan izin dan meluangkan waktu kepada

penulis untuk diwawancarai. Terimakasih kepada Bapak Drs. Sumaryadi,

Bapak Edi Sutopo, S.Pd, Bapak Taronoserta pihak yang terkaitatas

kerjasamanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Keluargaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku. Papadan

(12)

inspirasi dalam hidupku dan selalu mengingatkan untuk selalu dekat

dengan Allah SWT dengan rajin shalat, mengaji dan berdoa. Doakan slalu

anakmu, insyaallah akan sukses dan dapat membanggakan keluarga. Serta

kakak M. David Melam canda tawa kalian membuatku semakin semangat

mencapai cita-cita dan membahagiakan orang tua.

11.Ekky Rizky Amanda terimakasih sudah menjadi teman, sahabat sampai

sekarang. Terimakasih atas dukungan, saran, dan semangatnya yang selalu

mengingatkan untuk keseharian membantu penulis menyelesaikan skripsi.

12.Terimakasih untuk Warlan, Yaski, Panca, Ladia, Uji’, Ade, Andri, Deni

yang selalu memberikan waktu, semangat serta bantuan kepada penulis

agar cepat menyelesaikan skripsi.

13.Semua angkatan ANE 09 Guruh, Angga (mok), Fahmi, Agus (Agan),

Agus (Nyom), Aris (Ambon), Ruli, Rioga (Oge), Bahri, Adi (Jawa),

Distian, Torik, Tendi, Risen, Oki, Waya, Deki, Hendi, Rugun A, Lita,

Dewi, Ira, Ria, Fika, Wiwit, Nanda, Agnes, Gustia, Yosi motivasi,

dukungan dan kebersamaannya.

14.Terimakasih sebesar-besarnya kepada Abang dan Mbak, Bang Ari Wijaya

terimakasih atas bantuan dan tuntunannya selama ini, Bang Fajrin, Bang

Panji, Mas Viko, Warek Samsi, Bang Sigit, Kak Baim atas selama ini

pelajaran berharga yang menjadi penambah wawasan dalam kehidupan.

15.Teman-teman ANE angkatan 08, Joko, Nanda Cindang, Yondri, Vidi,

(13)

17.Terimakasih untuk angkatan 2011 ludfiana, Novia, Silpi, Feby, Tami,

Pebi, Farah, David, Akbar, Wahyu, Rio, Fauzi, Ikhsan, Devin atas

bantuannya.

18.Terimakasih untuk adik tingkat Denis, Alga, Rezki, Mamat, Yogi, Adi,

Sidiq, Leo, Pindo, Dinda, Dimas, Ari, Adi, Binter, Didin dan yang lainnya

terimakasih banyak atas bantuannya selama ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin

(14)

Halaman

A. Pengertian Kebijakan Publik ……….. 10

B. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan Publik ……….. 16

C. Pengertian Pendidikan ………...………... 26

(15)

di Kota Bandar Lampung ………... 63

B. Pembahasan Pelaksanaan Kebijakan Bina Lingkungan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandar Lampung ………... 84

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 100

A. Kesimpulan ……… 100

B. Saran ………... 104

(16)

Halaman Tabel 1. Aplikasi Konseptual Model Edward III Perspektif

Implementasi Kebijakan... 21 Tabel 2. Informan ... 47 Tabel 3. Nama-Nama Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung

dan Periode Jabatan ... 52 Tabel 4. Pergantian Kepala Sekolah SMA N 5 Kota Bandar Lampung

(17)
(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara

Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan adalah usaha sadar yang

dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui

proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana telah

tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa “setiap warga

Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan”. Hak memperoleh pendidikan

ini diperjelas dengan pasal 31 ayat 2 yaitu “setiap warga Negara Indonesia wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Pasal 31 ayat

3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Selain itu Pasal 31 ayat 5

menyebutkan "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

(19)

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pasal 3 Undang Undang

No. 20 tahun 2003 juga mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan definisidi atas, ada 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung di

dalamnya, yaitu usaha sadar dan terencana, mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya dan memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, pemerintah melalui

Departemen Pendidikan Nasional telah menyusun rencana strategis pembangunan

pendidikan jangka panjang untuk periode 2005-2025 yang terangkum dalam tiga

pilar kebijakan pendidikan. Pertama, pemerataan dan perluasan akses pendidikan.

(20)

peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan. Departemen

Pendidikan Nasional pada tahun 2015 berupaya untuk menghasilkan insan Indonesia

cerdas dan kompetitif sejalan dengan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya

sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang

selalu berubah(Mukhtar & Iskandar, 2009: 16)

Persoalannya, masih ada sebagian warga yang belum berkesempatan menikmati

pendidikan sebagai hak dasar mereka. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di

antaranya adalah komersialisasi pendidikan yang menyebabkan biaya pendidikan

menjadi semakin mahal. Dampak dari komersialisasi ini lambat laun akan

menimbulkan diskriminasi hak memperoleh fasilitas pendidikan bagi anak dari

keluarga yang kurang mampu. Padahal, menikmati pendidikan yang biayanya murah

dan berkualitas merupakan bentuk perwujudan hak asasi manusia yang seharusnya

menjadi tanggung jawab negara. Di samping itu, perkembangan global menyangkut

ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa berubah menuntut adanya

perubahan di segala aspek kehidupan termasuk didalamnya sistem pendidikan

nasional. Pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional mencakup penghapusan

diskriminasi antara pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah dan nonformal

yang dikelola oleh swasta serta pendidikan keagamaan dan umum. Dengan adanya

pembaharuan tersebut diharapkan nantinya dapat menghapus bagi anak dari keluarga

(21)

telah mengambil beberapa tindakan untuk mengatasi mahalnya biaya pendidikan,

salah satunya adalah dengan menjalankan program “sekolah gratis” atau yang dikenal

dengan program BOS (Bantuan Oprasional Sekolah).

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam rangka untuk mengatasi

permasalahan pendidikan yang semakin kompleks walaupun tidak jarang dalam

implementasinya kebijakan tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan. Masalah

mutu pendidikan masih menjadi kendala yang belum dapat terpecahkan. Rendahnya

mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru serta mutu

profesionalisme guru menjadi perkerjaan rumah pemerintah sampai saat ini.

Rendahnya mutu-mutu tersebut berakar dari permasalahan yang terkait dengan mutu

manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana,

fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, iklim sekolah, lingkungan pendidikan,

serta dukungan dari pihak-pihak terkait dengan pendidikan (Nana Syaodih dkk,

2006:8).

Permasalahan mutu yang menyerang seluruh sektor menimbulkan pertanyaan akan

keefektifan kinerja sekolah selaku penyelenggara pendidikan formal. Apalagi salah

satu indikator dalam menilai keefektifan kinerja sekolah dilihat dari prestasi siswa

pada Ujian Nasional. Penilaian kemampuann siswa pada nilai akhir Ujian Nasional

menambah beban sekolah dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

Indonesia. Akibatnya muncul anggapan anak bersekolah hanya untuk mendapatkan

nilai tinggi pada Ujian Nasional. Pandangan masyarakat tersebut sebenarnya perlu

(22)

akademik namun juga di bidang lainnya seperti kesenian ataupun keterampilan. Mutu

sekolah dapat juga dilihat dari keberhasilan sekolah dalam mengemba ngkan iklim

akademik yang kondusif untuk menciptakan suasanya keakraban, disiplin, dan

budaya saling menghormati.

Desentralisasi pendidikan menjadi salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya

meningkatkan mutu sekolah. Desentralisasi membawa pengaruh yang sangat besar

dalam pengelolaan sekolah di tingkat daerah. Sekolah mendapat peluang untuk

berkembang dan mengatur proses pendidikan sesuai dengan potensi lingkungan yang

ada baik dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring serta pengambilan kebijakan.

Walau begitu segala macam pengelolaan pendidikan yang dibuat tetap mengacu

kepada kebijakan pusat yakni sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

mulai dari standar kelulusan, isi, proses, sarana prasarana, pendidik dan tenaga

kependidikan, pengelolaan, pembiayaan, sampai dengan standar penilaian. Adanya

Standar Nasional Pendidikan, seharusnya kinerja sekolah dalam mengelola

pendidikan dapat lebih efektif dan efisien. Namun realitanya masih banyak

sekolah-sekolah yang belum mencapai standar yang telah ditetapkan.

Perluasan dan pemerataan akses layanan pendidikan yang saat ini dilakukan oleh

pemerintah Kota Bandar Lampung masih belum berjalan begitu baik. Sebagai

pemegang peran penting dalam mengurus rumah tangga daerah, Pemerintah Kota

memang mempunyai tugas yang berat untuk mengatasi permasalahan pendidikan ini.

Pada dasarnya perluasan dan pemerataan akses layanan pendidikan ini untuk

(23)

untuk membantu masyarakat miskin dalam mengenyam pendidikan yang layak

mestinya, agar mereka juga dapat mengembangkan pola pikir mereka untuk

kehidupan yang lebih baik lagi.

Pemerataan dan perluasan ini hendaknya memang dilakukan dengan terstruktur

sehingga aparat juga tidak bisa melakukan kepentingan pribadi mereka. Jual beli

bangku sekolah untuk pemenuhan kebijakan masih kerap terjadi, memanipulasi data

yang mereka buat untuk mendapatkan sekolah gratis ini merugikan masyarakat

miskin yang lebih berhak mendapatkannya. Hal seperti ini yang sangat ditakutkan

masyarakat karena masih adanya pandang bulu terhadap pelaksanaannya. Diskrimasi

di lingkup sekolah ini memang masih tergolong kuat, hal ini juga yang dapat

menybabkan terhambatnya siswa dalam proses belajar mereka.

Pada pembelajaran, sikap diskriminasi akan dapat menimbulkan bentuk kecemburuan

sosial terhadap siswa yang lain. Sebaiknya pihak sekolah harus melaksanakan tugas

mereka dengan sebaik mungkin dan jangan sampai adanya tindakan diskriminasi di

sekolah tersebut. Tindakan nondiskriminasi ini kelak akan menimbulkan dampak

positif bagi siswa tersebut, dimana mereka akan mudah dalam berinteraksi antar

sesama siswa sehingga akan mempermudah mereka dalam proses belajar.

Dalam konteks Kota Bandar Lampung, pemerintah kota telah berupaya keras untuk

mengatasi masalah keterbatasan akses layanan pendidikan bagi keluarga kurang

mampu untuk menikmati pendidikan di sekolah. Pemerintah Kota menyadari bahwa

(24)

anak putus sekolah. Pemerintah Kota Bandar Lampung terus berupaya keras dalam

mengatasi hal ini demi meningkatkan mutu pendidikan di Kota Bandar Lampung.

Pemerintah Kota Bandar Lampung terus melakukan pantauan terhadap masalah

keterbatasan akses layanan pendidikan dikalangan masyarakat kurang mampu ini.

Komitmen ini diwujudkan melalui kebijakan “Bina Lingkungan Sekolah” yang diatur

oleh Perda Nomor 01 tahun 2012, pada bagian kedua pasal 35 ayat 4 juga

menjelaskan bahwa daya tampung Sekolah Dasar dan yang sederajat, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan yang sederajat, Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

yang sederajat, 70% siswa masuk melalui jalur reguler dan 30% siswa masuk melalui

Jalur Bina Lingkungan.

Filosofi kebijakan Bina Lingkungan Sekolah adalah pendidikan yang menerapkan

prinsip nondiskriminasi. Bina Lingkungan Sekolah merupakan suatu kebijakan bagi

anak dari keluarga yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak

sehingga dapat mengembangkan daya pikir mereka. Kebijakan Bina Lingkungan

Sekolah ini bertujuan juga untuk mengurangi tingkat anak putus sekolah dan anak

tidak sekolah di Kota Bandar Lampung. Kebijakan ini tidak hanya sebatas sekolah

menerima beberapa jumlah anak yang kurang beruntung secara finansial, tetapi di

dalam pengelolaan kelas dan proses pembelajrannya pun juga benar-benar memuat

nilai-nilai kebersamaan.

Pengelolaan kelas tidak bersifat ekslusif, tetapi harus inklusif yang berarti tidak ada

kelas yang diunggulkan dan begitu juga sebaliknya. Dalam proses pembelajaran,

(25)

perbedaan-perbedaan yang dimilki siswa. Pembelajaran yang berorientasi pada kerjasama atau

kooperatif dan kalaborasi dengan komunitas, bukan pada persaingan dan kompetisi

antar komunitas kelas. Hal ini juga ditujukan untuk sebagai perluasan dan

pemerataan akses layanan pendidikan bagi masyarakat miskin agar mereka juga

dapat mengetahui hal yang berkaitan dengan bantuan-bantuan bagi masyarakat

miskin salah satunya Bina Lingkungan Sekolah. Berdasarkan dari penjelasan diatas

tentang permasalahan yang sudah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk membahas

tentang “Impelementasi Perluasan dan Pemerataan Akses Layanan Pendidikan

(Bina Lingkungan Sekolah Menengah Atas) di Kota Bandar Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut dan agar penelitian memiliki arah

yang jelas, maka perlu dilakukan rumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimanakah pencapaian keberhasilan pelaksanaan kebijakan Perluasan dan

Pemerataan Akses Layanan Pendidikan (Bina Lingkungan Sekolah Menengah

Atas) di Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

(26)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

menambah wawasan dalam pengembangan Ilmu Administrasi Negara khusunya

manajemen Publik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi sebagai acuan atau referensi

bagi Pemerintah Daerah dan Pendidikan Nasional Kota Bandar Lampung dalam

hal Impelementasi Perluasan dan Pemerataan Akses Layanan Pendidikan (Bina

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik

Pemerintah sebagai penyelenggara negara mempunyai tanggung jawab kepada

rakyatnya. Fungsi pemerintah adalah menyelenggarakan negara berdasarkan

kewenanganya. Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah merupakan dasar

bagi pembuatan sampai penetapan kebijakan. Peran pemerintah sangat

menentukan dalam menyelsaikan permasalahan yang ada dalam masyarakat.

Permasalahan yang terjadi dimasyarakat akan terselsaikan dengan baik melalui

kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah sebagai penentu dari

penyelesaian masalah yang terjadi dimasyarakat dapat dilihat dari hasil kebijakan

yang ditetapkannya. Perencanaan, penyusunan sampai penetapan kebijakan akan

sangat menentukan efektifitas kebijakan itu sendiri. Kebijakan harus mempunyai

output yang signifikan dalam penyelsaian masalah yang sedang terjadi.

Kebijakan publik harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi

(28)

menjabarkan pada masyarakat pelayanan apa yang menjadi haknya, siapa yang

bisa mendapatkannya, apa persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu.

Carl J Federick sebagaimana dikutip Agustino (2008: 7) mendefinisikan kebijakan

sebagai serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok

atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat

hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan

usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat

ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki

maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena

bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan

daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010: 12) kebijakan harus dibedakan dengan

kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan

memerlukan pertimbangan pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan

mencakup aturan-aturan yang ada didalamnya. James E Anderson sebagaimana

dikutip Islamy (2009: 17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “ a purposive

course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern” (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna

memecahkan suatu masalah tertentu). Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh

Anderson ini menurut Budi Winarno (2007: 18) dianggap lebih tepat karena

(29)

yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara

tegas antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.

Penilaiaan kebijakan publik banyak dilakukan untuk mengetahui dampak

kebijakan publik. Dampak kebijakan itu mempunyai beberapa macam dimensi,

dimana hal ini harus dipertimbangkan dengan seksama dalam melaksanakan

penilaian terhadap kebijaksan publik. Adapun menurut Anderson (1986;115),

dimensi dampak kebijakan publik itu adalah sebagai berikut:

1) Dampak kebijaksanaan yang diharapkan (intended consequences) atau tidak diharapkan (unintended consequences) baik pada problemanya maupun pada masyarakat. Sasaran kebijaksanaan itu terutama ditujukan pada siapa?

Ini perlu ditentukan terlebih dahulu.

2) Limbah kebijaksanaan terhadap situasi atau orang-orang (kelompok) yang

bukan menjadi sasaran atau tujuan utama dari kebijakan tersebut, ini

biasanya disebut externalities atau spillover effects. Limbah kebijaksanaan ini bisa positif atau bisa pula negatif

3) Dampak kebijaksanaan dapat terjadi atau berpengaruh pada kondisi

sekarang atau kondisi yang akan datang.

4) Dampak kebijaksanaan terhadap “biaya” langsung atau direct costs.

Menghitung “biaya” setiap rupiah dari setiap program kebijaksanaan

pemerintah (economic costs) relatif lebih mudah dibandingkan dengan menghitung biaya-biaya lain yang bersifat kualitatif (social costs).

(30)

biaya seperti ini jarang dinilai, hal ini sebagaimana disebabkan karena

sulitnya hal tersebut dikuantitatifikasikan (diukur).

Dengan diundangkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

sebagai regulasi revisi atas UU No. 22 tahun 1999, maka kewenangan serta

pembiayaan kini dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan lebih nyata dan rill. Mulai saat ini pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang besar untuk

merencankan, merumuskan, melaksanakan seerta mengevaluasi kebijakan dan

program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Dalam menjalankan perannya pemerintah diharapkan dapat mengalokasikan

sumber daya dan memahami masalah yang terjadi di masyarakat serta

mempernbaiki kegagalan yang pernah terjadi. Sekarang ini pemerintah daerah

tidak lagi sekedar sebagai pelaksana operasional kebijakan yang telah ditetapkan,

namun saat ini pemerintah daerah juga menjadi agen penggerak pembangunan di

daerah nya. Maka dari hal tersebut aktor pemerintah daerah perlu cepat dan

tanggap terhadap keadaan di daerahnya. Suatu kebijakan itu dibuat karena adanya

permasalahan yang mesti diatasi sehingga permaslaahan itu dapat terselesaikan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

merupakan serangkaian kegiatan atau keputusan yang dibuat individu, kelompok

dan aparat pemerintah untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan mencapai

tujuan yang telah dibuat untuk kemajuan dan kemakmuran masyarakat. Selain itu

pemerintah daerah mesti selalu berinovasi dan berfikir keras dalam mengatasi

permalahan yang terjadi di masyarkat serta mempehitungkan dampak yang akan

(31)

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena

melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu,

banyak para ahli yang mengkaji kebijakan publik dalam membagi proses-proses

penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan ini bermaksud

untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik. Menurut Dunn dalam buku

winarno, tahap-tahap penyusunan kebijakan adalah:

a) Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.

Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk

ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda

kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak

disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus

pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan- alasan tertentu ditunda untuk

waktu yang lama.

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

(32)

b) Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat

kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan

masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau

pilihan kebijakan (policy alternatives atau policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam

tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih

sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

c) Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan

dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau

keputusan peradilan.

d) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program

tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan

yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus

diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun

agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksana-

kan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan

(33)

e) Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk

melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.

Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.

B. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan 1. Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahap-tahap yang krusial dalam proses

kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar

mempunyai dan mengetahui dampak atau tujuan yang terjadi disaat pelakasanaan

kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas

merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan UU.

Implementasi secara luas mempunyai makna pelaksanaan UU dimana berbagai

aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan

kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan kebijakan atau program yang telah

dibuat. Implementasi pada sisi lain merupakan fenomena yang kompleks mungkin

dapat dipahami sebagai suatu proses, keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome).

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip

(34)

sesuatu). Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu

dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan

kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan

kenegaraan. Selain itu menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan

kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau

keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan.

Sementara itu menurut Grindle dalam buku Winarno (2002:149) mengatakan

bahwa implemantasi secara umum adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari

suatu kegiatan pemerintah. Sedangkan pengertian implementasi dijelaskan

menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2002:149) bahwa

implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta

yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijakan. Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi

merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan–

pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warga negaranya. Namun

dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan

di bawah mandat dari UU, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk

memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak

(35)

Van Meter dan Horn juga menggolongkan unsur perubahan karakteristik

setidaknya dalam dua hal. Pertama, implementasi akan dipengaruhi oleh sejauh

mana kebijakan menyimpang dari kebijakan sebelumnya. Kedua, proses

implementasi akan dipengaruhi oleh jumlah perubahan organisasi yang

diperlukan. Hal yang diperlukan bahwa implementasi yang efektif akan sangat

mungkin terjadi jika lembaga pelaksana tidak diharuskan melakukan reorganisasi

secara drastis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai implementasi, peneliti

menginterpretasikan bahwa implementasi biasanya menunjukkan seluruh upaya

untuk melakukan perubahan melalui sistem baru dalam pemerintahan untuk

mencapai tujuan yang telah diharapkan dalam suatu kebijakan atau program.

Namun tetapi hal terpenting sebelumnya pemerintah perlu mengkaji ulang hal

yang akan di putuskan atau dibuat dengan memperhatikan situasi dan kondisi

lingkungan. Hal ini ditujukan agar dalam pelaksanaan kebijakan nanti pemerintah

sudah mempunyai gambaran yang akan terjadi dilapangan mengenai dampak yang

akan timbul dalam pelaksanaan. Sehingga proses kegiatan ini tetap berjalan

dengan baik untuk mencapai tujuan dari suatu kebijakan tersebut.

2. Model Proses Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi

tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut.

Dalam analisis kebijakan pubik telah banyak dikembangkan model-model yang

membahas tentang implementasi kebijakan, untuk menganalisis bagaimana proses

(36)

implementasi kebijakan. Pada sejarah perkembangan implementasi kebijakan,

dijelaskan tentang adanya dua pendekatan guna memahami implementasi

kebijakan, yakni: pendekatan Top Down dan Bottom Up. Masing-masing pendekatan mengajukan model-model kerangka kerja dalam membentuk

keterkaitan antara kebijakan dan hasilnya. Sekalipun banyak scholar yang

menganut aliran top down, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa model implementasi kebijakan yang relatif baru dan banyak

mempengaruhi berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli. Berikut beberapa

model-model implementasi kebijakan dari berbagai ahli:

a) Model yang dikembangkan oleh George C. Edward III

Pada model ini menanamkan model implementasi kebijakan publiknya dengan

Direct and Indirect Impact on Implementation. Dalam pendekatan ini terdapat

empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu

kebijakan, yaitu:

1) Komunikasi

Berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikominukasikan pada organisasi atau

publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan

tanggapan dari pihak yang terlibat dan struktur organisasi pelaksana kebijakan.

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para

pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang harus mereka kerjakan. Hal

tersebut dapat berjalan apabila komuniksi berjalan dengan baik . Secara umum

tiga hal yang penting dalam indikator ini yaitu: transmisi, konsisten, dan

(37)

2) Sumber daya

Berkenaan dengan sumber daya pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal

ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk carry out

kebijakan secara efektif. Sumber daya manusia sebagai implementor harus

mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi untuk melakukan

tindakan dan berkompeten dibidangnya. Secara umum empat hal yang penting

dalam indikator ini yaitu: staf, informasi, wewenang dan fasilitas.

3) Disposisi

Berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out kebijakan publik tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa adanya kesediaan dan

komitmen untuk melaksanakan kebijakan. Jika pelakasanaan suatu kebijakan

ingin efektif, maka implementor kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa

yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemapuan untuk

melaksanakannya. Secara umum dua hal yang penting dalam indikator ini yaitu:

pengangkatan birokrat dan insentif.

4) Struktur Organisasi

Berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara

implentasi kebijakan publik. Tantangannya adalah bagaimana agar tidak terjadi

bureaucratic fragmentation karena struktur ini menjadikan proses implementasi

menjadi jauh dari efektif. Di Indonesia sering terjadi inefektivitas implementasi

kebijakan karena kurangnya koordinasi dan kerjasama diantara lembaga-lembaga

Negara dan pemerintah. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya

(38)

dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan dengan melakukan koordinasi

yang baik.

Tabel 1. Aplikasi Konseptual Model Edward III Perspektif Implementasi Kebijakan

Aspek Ruang Lingkup

Komunikasi a.Implementor dan kelompok sasaran dari program/kebijakan b.Sosialisasi program/kebijakan efektif dijalankan

- Metode yang digunakan - Intensitas Komunikasi Sumber Daya a.Kemampuan Implementor

- Tingkat pendidikan

- Tingkat pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta aplikasi detail program

- Kemampuan menyampaikan program dan mengarahkan b.Ketersediaan Dana

- Dana yang dialokasikan

- Prediksi kekuatan dana dan besaran biaya untuk implementasi program/kebijakan

Disposisi Karakter Pelaksana

a. Tingkat komitmen dan kejujuran dapat diukur dengan tingkat konsistensi antara pelaksanaan kegiatan dengan standar yang telah ditetapkan.Semakin sesuai dengan standar semakin tinggi komitmennya.

b. Tingkat demokratis dapat dengan intensitas pelaksana melakukan proses sharing dengan kelompok sasaran, mencari solusi dan masalah yang dihadapi dan melakukan diskresi yang berbeda dengan standar guna mencapai tujuan dan sasaran program.

Struktur Birokrasi a. Ketersediaan SOP yang mudah dipahami

b. Struktur organisasi, rentang kendali antara pucuk pimpinan dan bawahan dalam struktur organisasi pelaksana. Semakin jauh berarti semakin rumit, birokratis dan lambat untuk merespon perkembangan program.

Sumber:Indiahono (2009,34)

b) Model yang dikembangkan oleh Merilee S, Grindle

Model ini dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process. Menurut Grindle ada dua variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat

(39)

tujuan yang ingin ingin diraih yang tediri atas Content of Policy dan Context of Policy.

1) Content of Policy

i) Kepentingan yang mempengaruhi

Indikator ini beragumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti

melibatkan banyak kepentingan dan sejumlah kepentingan tersebut membawa

pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut.

ii) Tipe manfaat

Pada poin ini berupaya untuk menunjukkan atau menjelaksan bahwa dalam suatu

kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukkan dampak

positif yang dihasilkan oleh pengimplementasia kebijakan yang hendak

dilaksanakan.

iii) Derajat perubahan yang ingin dicapai

Pada poin ini berupaya seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai

melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

iv) Letak pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dalam suatu suatu kebijakan memegang peranan penting

dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada poin ini harus dijelaskan dimana

(40)

v) Pelaksanaan program

Dalam menjalankan suatu program atau kebijakan harus didukung dengan adanya

pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu

kebijakan.

vi) Sumber daya yang digunakan

Pelaksanaan kebijakan juga harus didukung oleh sumberdaya-sumberdaya yang

mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.

2) Context of Policy

i) Kekuasaan, kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan,

kepentingan, serta strategi ang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna

memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini

tidak diperhitungkan dengan matang sangat besar kemungkinan program yang

hendak diimplementasikan akan gagal.

ii) Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa

Lingkungan diaman suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga berpengaruh

terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari

suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

iii) Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana

Hal lain yang diarasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah

(41)

poin ini adalah sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam

menanggapi suatu kebijakan.

c) Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn

Model pendekatan top down yang dirumuskan oleh Donald Van Metter dan Carl Van Horn disebut dengan A Model of The Policy Implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu

implementasi kebijakan pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih

kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi dan berlangsung dalam

hubungan berbagai variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi

kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana

dan kinerj kebijakan publik. Ada enam variabel, menurut Donald Van Metter dan

Carl Van Horn yang mempengaruhi kebijakan publik tersebut, adalah:

1) Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika ukuran

dan tujuan dari kebijakan memang realitas engan sosio-ukur yang ada dilevel

pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal

(bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan dilevel warga, maka agak sulit

merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

2) Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

(42)

terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tetapi

diluar sumberdaya manusia, sumberdaya financial dan sumberdaya waktu.

3) Karakteristik agen pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan informal yang

akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Cakupan atau luas wilayah

implementasi perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen

pelaksana. Semakin luas cakupan imlementasi kebijakan, maka seharusnya

semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4) Sikap/kecendrungan (disposition) para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.

Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah

hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasaalahan

yang mereka raakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor pelaksanaan adalah

kebijakan top down yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan atau

permasalahan yang warga ingin selesaikan.

5) Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan

publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat

dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan

(43)

6) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

Sejauh mana lingkungan eksternal urut mendorong keberhasilan kebijakan

publikyang telh ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak

kondusif dapat dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi

kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula

memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

Melalui pemaparan model-model implementasi diatas, peneliti mengadopsi model

implementasi kebijakan yang telah dikembangkan oleh Edward III. Model

implementasi inilah yang akan digunakan peneliti di lapangan untuk menganalisis

implementasi kebijakan perluasan dan pemerataan akses layanan pendidikan bagi

masyarakat miskin di Kota Bandar Lampung. Hal ini yang membuat peneliti

mengambil metode model Edward karena faktor-faktor penjelasan diatas dan

langkah yang akan di teliti oleh peneliti dinilai tepat untuk mencari informasi

dengan model dari Edward.

C. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu faktor

(44)

juga bertujuan agar rmanusia dapat memahami segala hal yang terjadi dalam

proses berlangsungnya hidup manusia.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003 :16) pendidikan adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Horne (1999:25) pendidikan merupakan proses yang terus menerus

dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara

fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada tuhan seperti termanifestasi, dalam

alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusian dari manusia. Selain itu,

Langeveld (1997:11) menegaskan bahwa pendidikan adalah merupakan upaya

manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.

Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugastugas hidupnya,

agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan

adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab. Tujuan

pendidikan itu Pendewasaan diri, dengan ciri-cirinya yaitu : kematangan berpikir,

kematangan emosional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang dapat

diteladani serta kemampuan pengevaluasian diri. Kecakapan atau sikap mandiri,

yaitu dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan pada orang lain dan selalu

berusaha mencari sesuatu tanpa melihat orang lain. Nana S. Sukmadinata (1997)

mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :

1) Pendidikan Klasik

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme,

(45)

berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan

budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi

pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan

dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan

sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih

dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima

informasi dan tugas-tugas dari pendidik.

2) Pendidikan Pribadi

Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah

memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan

potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan

minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama

pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih

berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.

Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum

humanis yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri

dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses

aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih

menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).

3) Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan

dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan

(46)

pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi

atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan

budaya lama. Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli

bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif danketerampilan-keterampilan

yang yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk

desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan

bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta

didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan

secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera

digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih

banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.

4) Pendidikan Interaksional

Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari

pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan

bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk

kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan

interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan

dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi

juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan

lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi

melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih

sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman

(47)

menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang

melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, hal ini

berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu

berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu

proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan

melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat

penting. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Seorang anak yang disayangi

akan menyayangi keluarganya ,sehingga anak akan merasakan bahwa anak

dibutuhkan dalam keluarga jadi merasa keluarga sebagai sumber kekuatan yang

membangunya. Dengan demikian akan timbul suatu situasi yang saling

membantu,saling menghargai,yang sangat mendukung perkembangan anak. Di

dalam keluarga yang memberi kesempatan maksimum pertumbuhan,dan

perkembangan adalah orang tua. Dalam lingkungan keluarga harga diri

berkembang karena dihargai,diterima,dicintai,dan dihormati sebagai manusia.

Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk menghargai orang

lain. Selain itu peranan lingkungan masyarakat juga penting bagi anak didik . Hal

ini berarti memberikan gambaran tentang bagaimana kita hidup

bermasyarakat.Dengan demikian bila kita berinteraksi dengan masyarakat maka

mereka akan menilai kita,bahwa tahu mana orang yang terdidik,dan tidak

(48)

Di zaman Era Globalisasi diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu

yang didapat sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah

pentingnya menjadi seorang yang terdidik baik di lingkungan keluarga,sekolah

dan masyarakat. Berbicara tentang pendidikan kita semua pasti sudah tahu bahwa

betapa pentingnya pendidikan tersebut. Pendidikan terdiri dari 3 macam, yaitu:

1) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang

terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus

negeri dan pendidikan formal berstatus swasta. Pendidikan jalur formal adalah

kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat dimulai dari sekolah dasar

sampai perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk didalamnya

adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi,

dan latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Sedangkan pengertian pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam

proses pembelajaran (Undang Undang No 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dan

Ayat (13).

Pendidikan jalur formal merupakan bagian dari pendidikan nasional yang

bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan

(49)

Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia,

menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan

rohani, memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, memiliki

kepribadian yang mantap, mandiri, dan kreatif, serta memiliki tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa

yang cerdas dan berdaya saing di era global.

2) Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formalyang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal

dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui

proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Hasil

kajian Tim reformasi pendidikan dalam konteks Otonomi daerah (Fasli Jalal, Dedi

Supriadi. 2001) dapat disimpulkan bahwa apabila pendidikan luar sekolah

(pendidikan nonformal) ingin melayani, dicintai, dan dicari masyarakat, maka

mereka harus berani meniru apa yang baik dari apa yang tumbuh di masyarakat

dan kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan yang sistematis dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.

Strategi itulah yang perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan

luar sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang

karena berbagai hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah. Bagi masyarakat

yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup hari ini,

karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka tidak mau belajar hanya untuk

(50)

Pendidikan nonformal berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal dari,

oleh dan untuk kepentingan masyarakat.Menurut Undang Undang No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan pengertian

pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Terdapat beberapa jenis

lembaga pendidikan yang menyediakan layanan pendidikan non-formal di

Indonesia.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau

pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang

hayat.Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik

dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional

serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.Jenis pendidikan

nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,

pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan

meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,

majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan

(51)

3) Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluargadan lingkungan yang

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama

dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai

dengan standar nasional pendidikan.

Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang

dilakukan manusia untuk berupaya mengembangkan pola pikir dan usaha

mengetahui hal yang berkaitan dengan kehidapan demi kemajuan hidup manusia

itu sendiri, serta pentingnya pendidikan dalam kehidupan yang dapat dimulai dari

lingkungan keluarga dalam bertingkah laku dan di luar lingkungan keluarga.

D. Tinjauan Tentang Peluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan 1. Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan

Pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan

bangsa di masa depan, bahkan lebih penting lagi sebagai bekal dalam menghadapi

era global yang sarat dengan persaingan antar bangsa yang berlangsung sangat

ketat. Dengan demikian, pendidikan menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi

karena ia merupakan faktor determinan bagi suatu bangsa untuk bisa memenangi

kompetisi global. Sejak tahun 1984, pemerintah Indonesia secara formal telah

mengupayakan pemerataan pendidikan Sekolah Dasar, dilanjutkan dengan wajib

belajar pendidikan sembilan tahun mulai tahun 1994. Upaya-upaya ini nampaknya

lebih mengacu pada perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan

(52)

program beasiswa (dimensi equality of survival) menjadi upaya yang cukup mendapat perhatian dengan mendorong keterlibatan masyarakat melalui Gerakan

Nasional Orang Tua Asuh.

Program beasiswa ini semakin intensif ketika terjadi krisis ekonomi, dan dewasa

ini dengan program BOS untuk pendidikan dasar. Hal ini menunjukan bahwa

pemerataan pendidikan menuntut pendanaan yang cukup besar tidak hanya

berkaitan dengan penyediaan fasilitas tapi juga pemeliharaan siswa agar tetap

bertahan mengikuti pendidikan di sekolah. Garis-garis Besar Haluan Negara

(GBHN) Tahun 1999-2004 (TAP MPR No. IV/MPR/1999) mengamanatkan,

antara lain mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya

manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran

pendidikan secara berarti.

Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian, terutama di

negara-negara sedang berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya

kesadaran bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

bangsa. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan ini diarahkan pada upaya

memperluas daya tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang

sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda

baik dari segi sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat

(53)

meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia untuk dapat belajar dalam rangka

peningkatan daya saing bansa di era global serta meningkatkan daya pikir mereka.

Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi

dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan yang cepat

didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memenuhi perkembangan

ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang berkualitas. Bila pendidikan ingin

menjangkau mereka yang kurang beruntung ini bila perbaikan hidup masyarakat

yang lebih banyak ini yang menjadi sasaran kita dengan menyediakan pendidikan

yang lebih berkualitas; lebih efektif dan cepat kondisi yang proporsional harus

diciptakan dengan memobilisasi sumber-sumber lokal dan nasional.

Pemerataan pendidikan masyarakat miskin dan terpencil di Indonesia, dapat

dibagi menjadi pemerataan pendidikan formal dan pemerataan pendidikan non

formal. Pemerataan pendidikan formal, pada jenjang pendidikan formal, secara

umum perluasan akses dan peningkatan pemerataan pendidikan masih menjadi

masalah utama, terutama bagi masyarakat miskin maupun masyarakat di daerah

terpencil. Pemerataan pendidikan formal terdiri dari pemertaaan pendidikan di

tingkat prasekolah, sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi.

Pemerataan pendidikan non formal, di samping menghadapi permasalahan dalam

meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan di jalur formal, pembangunan

pendidikan juga menghadapi permasalahan dalam peningkatan akses dan

pemerataan pendidikan non formal. Pada jalur pendidikan non formal juga

menghadapi permasalahan dalam hal perluasan dan pemerataan akses pendidikan

Gambar

Tabel 1. Aplikasi Konseptual  Model Edward III Perspektif Implementasi
Tabel 2. Informan
Tabel 4. Pergantian Kepala Sekolah SMA N 5 Kota Bandar Lampung dan

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga ( pihak selain pemerintah dan wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.. Pemungutan

Maka dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama ( kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai

Peletakan komponen yang akan disambungkan dengan pipa perlu diperhatikan untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan seperti : panjang perpipaan, susunan

Sekarang kedaulatan rakyat menjadi penekanan penting dalam kehi- dupan berbangsa dan bernegara kita. Pelaksanaan kedaulatan rakyat dilakukan dalam bentuk penerapan demokrasi

1. Dapat mengetahui kondisi-kondisi sekolah yang meliputi kondisi fisik, struktur organisasi sekolah, administrasi sekolah, tata tertib, kegiatan kesiswaan, sarana

Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar wawancara kepada guru kelas I untuk mencari tahu permasalahan dan bagaimana pembelajaran IPA, lembar angket minat

Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Web untuk Promosi Kerajinan Gerabah Kasongan ini berfungsi sebagai media promosi bagi sejumlah pemilik perusahaan gerabah Kasongan yang

pemikiran tentang batas- batas pertumbuhan (limits to growth) yang arahnya menggambarkan bahwa eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam secara terus-menerus akan