PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD & TAK BERWUJUD
1. AKTIVA TETAP BERWUJUDAktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (IAI, 1995 : PSAK No.16).
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16) yang dimaksud dengan penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan (depreciabel amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi dengan nilai sisanya.
Adapun metode-metode yang dapat dipakai untuk melakukan perhitungan beban penyusutan adalah :
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode ini biasanya dipakai untuk menghitung beban penyusutan aktiva tetap seperti gedung.
Harga perolehan aktiva – estimasi nilai sisa Depreciation Expense periodik = ---
Estimasi umur (tahun) 2. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Decleaning Balance Method)
Beban penyusutan dalam metode ini tidak sama besarnya, semakin lama semakin kecil (menurun).
Beban penyusutan per periode = % penyusutan X Nilai buku
% penyusutan = 100 X 2 X 1% Masa Manfaat
3. Metode Jumlah Angka-angka Tahun (Sum of Year’s Digits Method)
Beban penyusutan yang dihasilkan dalam periode ini juga tidak sama per periodenya, perhitungan beban peyusutannya didasarkan pada angka-angka tahun.
Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Beban penyusutan per tahun = Angka tahun X (Harga perolehan- Nilai sisa) Jumlah angka-angka tahun = 1 + 2 + 3 + n (sesuai dengan masa manfaatnya) 4. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)
Dalam metode ini masa manfaat aktiva ditaksir berdasarkan satuan jumlah unit hasil produksi.
Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Beban penyusutan per periode = Tarif X unit yang dihasilkan dalam periode tersebut Tarif = Harga perolehan – Nilai sisa
Total hasil produksi
Contoh :
PT ABC tanggal 1 April 1999 membeli sebuah peralatan dengan harga perolehan Rp 45.000.000. Peralatan tersebut diperkirakan mempunyai masa manfaat 5 tahun dengan nilai sisa Rp 5.000.0000. Berdasarkan data tersebut dapat disusun beban penyusutan sampai akhir tahun ke- 5 dengan beberapa metode di atas.
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Methode) Diketahui : Harga perolehan Rp 45.000.000
Nilai sisa Rp 5.000.000 Masa manfaat : 5 tahun
Beban penyusutan per tahun = 45.000.000 – 5.000.000 = Rp 8.000.000 5 tahun
Tabel Penyusutan (dalam ribuan rupiah)
Thn Penyusutan Akm.Penyusutan Nilai Buku 0
Karena pembelian terjadi tanggal 1 April 1999, maka beban penyusutan untuk tahun 1999 hanya 9 bulan, yaitu : 9/12 X 8.000.000 = 6.000.000, sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya sama, yaitu sebesar Rp 8.000.000. jurnal yang diperlukan untuk tahin 1999 adalah:
Beban penyusutan 6.000.000 Akumulasi penyusutan 6.000.000
2. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Decleaning Balance Method) % penyusutan = 100 X 2 X 1 % = 40 %
5 tahun
Tabel Penyusutan (dalam ribuan rupiah)
Thn Penyusutan Akm.Penyusutan Nilai Buku 0
Jika terjadi perhitungan beban penyusutan untuk sebagian periode, misalnya untuk tahun 1999 yang hanya 9 bulan, beban penyusutannya adalah : 9/12 X 18.000.000 = 13.500.000. Untuk tahun 2000 adalah 40 % X (45.000.000 – 13.500.000)= 12.600.000 dan jumlahnya (tahun 1999) sebagai berikut:
Beban penyusutan 13.500.000 Akumulasi penyusutan 13.500.000
3. Metode Jumlah Angka-angka Tahun (Sum of Year’s Digits Method)
Jumlah angka-angka tahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15 Tabel Penyusutan
(dalam ribuan rupiah)
Thn Penyusutan Akm.Penyusutan Nilai Buku 0
Jika terjadi perhitungan beban penyusutan untuk sebagian periode, misalnya untuk tahun 1999 yang hanya 9 bulan, beban penyusutannya adalah 9/12 X 13.333.333 = 9.999.750. untuk tahun 2000 adalah : (3/12 X 13.333.333)+(9/12 X 10.666.667)= 8.000.000 dan seterusnya. Jurnal yang diperlukan (tahun 1999) sebagai berikut :
Beban penyusutan 9.999.750 Akumulasi penyusutan 9.999.750 4. Metode Hasil Produksi (Produktive Output Method)
Untuk metode ini akan diberikan contoh tersendiri. Misalnya tanggal 1 Oktober 1999 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 45.0000.000. Mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 8.000 unit selama masa penggunaannya dengan nilai sisa Rp 5.000.000. Jika hasil produksi selama tiga tahun pertama adalah :
Tahun 1999 sebanyak 450 unit. Tahun 2000 sebanyak 1.800 unit. Tahun 2001 sebanyak 1.500 unit.
Maka beban penyusutan untuk tiga tahun tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Tarif = 45.000.000 – 5.000.000 = Rp 5.000 per unit 8.000 unit
Beban penyusutan adalah :
- Tahun 1999 : Rp 5.000 X 450 unit = 2.250.000 - Tahun 2000 : Rp 5.000 X 1.800 unit = 9.000.000 - Tahun 2001 : Rp 5.000 X 1.500 unit = 7.500.000 Jurnal yang diperlukan (1999) adalah :
Beban penyusutan 2.250.000 Akumulasi penyusutan 2.250.000
Pada metode ini masa manfaat aktiva ditaksir berdasarkan satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga beban penyusutan tidak ditentukan oleh periode pemakaian, tapi ditentukan oleh jumlah produksi yang dihasilkan.
2. AKTIVA TAK BERWUJUD
Aktiva tak berwujud (intangible asset) adalah aktiva tak lancar (noncurrent asset) dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain. Salah satu karakteristik aktiva tak berwujud yang paling penting adalah tingkat ketidak pastian mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari.
Dasar penggolongan aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk diidentifikasikan : dapat atau tidak dapat diidentifikasikan secara khusus. b. Cara perolehan : diperoleh secara individual, secara kelompok, melalui penggabungan badan
usaha atau dikembangkan sendiri.
c. Masa manfaat yang diharapkan : tergantung pada pembatasan yang diatur oleh hukum/perjanjian, pada faktor keekonomian atau manusia, atau pada jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak dapat ditentukan di masa depan.
d. Kemampuan untuk dipisahkan dari keseluruhan perusahaan: hak yang dapat dialuhkan tanpa bukti pemilikan, dapat dijual atau tidak dapat dipisahkan dari perusahaan atau dari bagian pokoknya.
Jenis-jenis aktiva tak berwujud :
-Hak Paten -Hak Cipta -Merek Dagang -Hak Kontrak
-Franchise -Goodwill -Biaya Organisasi
Metode amortisasi aktiva tak berwujud adalah metode garis lurus (straight line method), kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Jika dipakai metode lain, laporan keuangan harus mengungkapkan metode dan periode amortisasi yang digunakan.
Contoh :
PT Banda pada tanggal 1 Oktober 2000 memperoleh hak paten dari Pemerintah dengan mengeluarkan bisys Rp 50.000.000. Hak paten tersebut ditaksir mempunyai masa manfaat selama 10 tahun. Jurnal yang diperlukan PT Banda untuk mencatat transaksi tersebut adalah :
a. Mencatat perolehan hak paten tanggal 1 Oktober 2000
Hak paten 50.000.000
Kas 50.000.000
b. Mencatat beban amortasi tahun 2000 Beban amortisasi 1.250.000
Hak paten 1.250.000
Perhitungan :
Amortisasi per tahun = 50.000.000 = 5.000.000 10 tahun
Amortisasi tahun 2000 : dari tgl 1 Oktober s/d 31 Desember = 3 bulan
= 3/12 X 5.000.000 = 1.250.000
Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.19, 1995, telah membuat pernyataan sebagai berikut : Perusahaan harus mengevaluasi periode amortisasi aktiva tak berwujud secara teratur untuk memutuskan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut perubahan tentang masa manfaat yang telah ditentukan