• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM EKONOMI ISLAM (KONSEP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM EKONOMI ISLAM (KONSEP, REGULASI, DAN IMPLEMENTASI)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM EKONOMI ISLAM (KONSEP, REGULASI, DAN

IMPLEMENTASI)

Oleh:

(2)

Pendahuluan

• Perkembangan ekonomi Islam atau yang lazim dikenal dengan ekonomi syariah di Indonesia berlangsung

dengan begitu pesat.

• Konteks ke-Indonesiaan muncul

peraturan perundang-undangan yang mengatur ES.

• Hal demikian pada hakikatnya

(3)

Realitas empiris menunjukkan bahwa

lembaga keuangan, khususnya bank berdasarkan prinsip syariah lebih

tahan terhadap krisis dan masuk dalam kategori sehat.

Bagaimana konsep, regulasi, dan

(4)

KONSEP HUKUM EKONOMI ISLAM

• Inti hukum ekonomi Islam adalah terdapatnya larangan terhadap praktik bisnis yang di dalamnya mengandung unsur perjudian

(maysir), unsur ketidakpastian (gharar), unsur riba, unsur

suap-menyuap (ryswah), dan unsur bathil.

Dalam Islam terdapat akad-akad

(5)

Prinsip-prinsip sebagaimana

dimaksud dalam konteks Indonesia telah dituangkan dalam Fatwa DSN-MUI.

Substansi Fatwa DSN-MUI (Materi

(6)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG EKONOMI ISLAM

Pasal 29 UUD 1945.

Melalui Pasal 29 UUD 1945 ini negara pada

hakikatnya mengakui berlakunya hukum Agama bagi pemeluknya masing-masing.

Tafsiran Hazairin yang menyatakan bahwa

Negara wajib menjalankan syariat agama yang dipeluk oleh Bangsa Indonesia, bagi kepentingan mereka, termasuk

(7)

Peraturan Perundang-undangan di

bidang Lembaga Keuangan Bank

1. Undang-Undang: UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan.

2. UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

(8)

Peraturan Perundang-undangan di

bidang Lembaga Keuangan

Non-Bank

1. Asuransi: UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, PP No. 39

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 73 Tahun 1992 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perasuransian 2. Pegadaian Syariah (Rahn): Fatwa

DSN-MUI Nomor: 25/DSN-DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan Fatwa DSN-MUI

(9)

3. Dana Pensiun Syariah: Belum ada pengaturan yang spesifk.

4. Reksa Dana Syariah dan Pasar Modal Syariah: UU No. 8 Tahun 1995 dan Keputusan Bapepam-LK

a. SK Bapepam-LK Kep-181/BL/2009 – Peraturan No.IX.A.13 ttg Penerbitan Efek Syariah

b. SK Bapepam-LK Kep-131/BL/2006 – Peraturan No. IX.A.14 ttg Akad2 yg digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal

c. SK Bapepam-LK KEP-180/BL/2009 – Peraturan No. II.K.1 ttg Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek

(10)

Peraturan Perundang-undangan di bidang Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan

1. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan.

3. Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor Per-03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan

Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah. 4. Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor

(11)

Perbankan Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan Nasional

1. Tahap Pengenalan (Introduction) Era UU No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan

2. Tahap Pengakuan (Recognition)

Era UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan

3. Tahap Pemurnian (Purifcation) Era UU No. 21 Tahun 2008 tentang

(12)

Fungsi Bank Syariah

1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan

dana masyarakat.

2) Bank Syariah dan UUS dapat

menjalankan fungsi sosial dalam bentuk

baitul mal, yaitu menerima dana yang

berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan

menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

3) Bank Syariah dan UUS dapat

(13)

Aspek Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

1. Bank Umum Syariah, Bank Syariah yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Unit Usaha Syariah (UUS), adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional

yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang

berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang

berfungsi sebagai kantor induk dari kantor

(14)

3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,

(15)

Mekanisme Pementukan Bank

Syariah Alternatif

Akuisisi dan Konversi Bank

Konvensional menjadi Bank Syariah

Pemisahan (Spin-of) UUS

1. Pemisahan dengan pendirian BUS 2. Pemisahan dengan mengalihkan

(16)

Statistik Bank Indonesia Per Oktober 2014

1. Jaringan Kantor (Networking) Perbankan Syariah di Indonesia terdiri dari 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah, dan 152 Bank Pembiayaan Syariah. Termasuk Bank Umum Syariah, yakni: PT. Bank Syariah Muamalat, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Syariah Mega Indonesia, PT. Bank Syariah BRI, PT. Bank Syariah Bukopin, PT. Bank Panin

Syariah, PT. Bank Victoria Syariah, PT. BCA Syariah, PT. Bank Jabar dan Banten Syariah, PT. Bank

Syariah BNI, dan PT. Maybank Indonesia Syariah dan PT BTPN Syariah

2. Kecuali PT. Bank Muamalat Indonesia,

(17)

Kegiatan Usaha dan Produk Perbankan Syariah

1. Bank Umum Syariah (Pasal 19 ayat (1) dan 20 UU Perbankan

Syariah).

2. Unit Usaha Syariah (Pasal 19 ayat (2) UU Perbankan Syariah).

3. Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (Pasal 21 UU Perbankan Syariah)

Ketentuan Teknis: PBI No. 9/19/PBI/ 2007 Jo PBI No. 10/16/PBI/2008,

(18)

Implementasi Prinsip Syariah dalam

Produk Perbankan

Produk Bank, yang selanjutnya disebut

Produk, adalah produk yang dikeluarkan Bank baik di sisi penghimpunan dana

maupun penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank yang sesuai dengan Prinsip

Syariah, tidak termasuk produk lembaga keuangan bukan Bank yang dipasarkan

oleh Bank sebagai agen pemasaran (Lihat Pasal 1 angka 5 PBI No. 10/17/PBI/2008

(19)

……Lanjutan

Produk perbankan syariah dapat kita

klasifkasikan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: (1) produk penghimpunan dana; (2) produk penyaluran dana; dan (3)

produk di bidang jasa.

Lebih lanjut baca: PBI No. 9/19/PBI/2007

(20)

Produk Penghimpunan Dana

1. Giro: Produk giro dapat menggunakan akad wadiah maupun akad mudharabah.

2. Deposito: Produk deposito karena memang ditujukan sebagai sarana

investasi, maka dalam praktik perbankan syariah hanya digunakan akad

mudharabah.

3. Tabungan: Dalam produk tabungan ini nasabah dapat memilih untuk

menggunakan akad wadiah atau

(21)

Produk Penyaluran Dana

1. Pembiayaan berdasarkan akad jual beli: Jenis pembiayaan berdasarkan akad jual beli ini dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu pembiayaan murabahah, pembiayaan salam, dan pembiayaan

istishna

2. Pembiayaan berdasarkan akad sewa-menyewa: Pembiayaan Ijarah (sewa

(22)

……Lanjutan

3. Pembiayaan berdasarkan akad bagi hasil: Dalam praktik perbankan dikenal dua macam pembiayaan yang didasarkan pada akad bagi hasil, yaitu pembiayaan

mudharabah dan pembiayaan musyarakah.

4. Pembiayaan berdasarkan akad pinjam-meminjam: Pembiayaan

berdasarkan akan pinjam-meminjam

(23)

Eksistensi Jaminan

Dalam produk penyaluran dana bank syariah

berupa pembiayaan berlaku prinsip bahwa semua bentuk pembiayaan dapat dimintakan jaminan

oleh bank, kecuali pembiayaan mudharabah.Pada praktik perbankan syariah di Indonesia,

jaminan (collateral) atas pembiayaan mudharabah

bisa dipastikan merupakan suatu keniscayaan.

Argumentasi hukum yang dapat diberikan adalah

(24)

Produk Jasa

Produk ini dikatakan sebagai produk yang berbasis pada

fee sebagai kompensasi yang harus diberikan nasabah kepada bank atas penggunaan jasa perbankan tertentu.

Akad-akad tradisional Islam yang dapat

diimplementasikan dalam produk jasa bank syariah antara lain berupa akad wakalah, akad hiwalah, akad

kafalah, akan rahn, akad sharf, dan sebagainya.

Penggunaan akad wakalah dalam produk jasa perbankan

berupa kliring, inkaso, jasa transfer, dan Letter of Credit

(L/C), kemudian akad hiwalah dipakai oleh bank dalam melakukan jasa berupa factoring, dan akad kafalah

(25)
(26)

Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah

1. Penyelesaian Internal melalui jalur musyawarah

2. Penyelesaian melalui perantara pihak ketiga (non litigasi)

a. Lembaga Pengaduan Nasabah b. Mediasi

3. Penyelesaian sengketa melalui litigasi: a. Arbitrase (UU No. 30/1999)

(27)

Penyelesaian Sengketa

(Pasal 55 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah)

1. Penyelesaian sengketa Perbankan

Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.

2. Dalam hal para pihak telah

memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan

sesuai dengan isi Akad.

(28)

Penjelasan Pasal 55 ayat (2)

Yang dimaksud dengan “penyelesaian

sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad” adalah upaya sebagai berikut:

a. musyawarah;

b. mediasi perbankan;

c. melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain; dan/atau

(29)

Tahapan dalam LKBB dan Lembaga

Pembiayaan

Baru sampai pada tahap pengakuan,

yakni secara hukum dan

kelembagaan masih menyatu dengan sistem konvensional.

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menambah spine phantom buatan sendiri yang merepresentasikan tulang belakang pasien maka intensitas sinar-X yang menembus obyek bisa ditangkap oleh detektor,

Seperti yang diterapkan pada Repository Perpustakaan UPI dimana pada generasi ini telah menerapkan atau memiliki sistem yang kompleks, seperti yang disebutkan oleh

Salah satu cara penyediaan energi listrik alternatif yang siap untuk diterapkan secara masal pada saat ini adalah menggunakan suatu sistem teknologi yang diperkenalkan sebagai

Kuesioner ini bertujuan untuk pencarian data yang digunakan untuk penyelesaian skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Nilalayon nitong maturuan ang mga guro ng wastong paggamit ng mga makabagong metodo upang maging mahusay na tagapagturo ng mga kaalaman lalong higit sa pagtuturo

Kedua , terkait dengan efek penggentar dalam pemeriksaan pajak, dapat disimpulkan bahwa: ―dalam lingkup struktural yang kuat dapat menguatkan peran individu sebagai

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam menempuh pendidikan S-1 Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus dan untuk memperkenalkan hasil

memperoleh unsur-unsur pembeda, atau untuk menjelaskan struktur tertentu (Kridalaksanadalam Tarigan, 1987:100). Proses subsitusi merupakan hubungan gramatikal, dan lebih