KEBIJAKAN KEBUDAYAAN
Kebijakan kebudayaan di Indonesia lahir dalam hubungan yang kompleks antara penduduk Indonesia dan pemerintahan asing Peningkatan kesejahteraan dan pendidikan secara sistemik dan intensif dilakukan pemerintah HB sejak munculnya politik etis (1900-1930) di awal abad 20
KEBIJAKAN KEBUDAYAAN MASA HINDIA BELANDA
Werheim yang menyebutkan adanya penurunan kesejahteraan petani di bawah kebijakan liberal, telah menyebabkan munculnya perubahan sikap di Belanda terhadap Hindia Belanda.
Melalui tulisan dalam jurnal de Gids (1899), C. Th. Van Deventer menulis “A Debt of Honour”
(sebuah hutang kehormatan) mengatakan bahwa Belanda berhutang kepada HB sebesar £187 juta selama peride 1867-1878
KEBIJAKAN KEBUDAYAAN MASA HINDIA BELANDA
Secara etnografs pemerintah HB menyusun
sekitar 20 hukum adat di Indonesia. Tugas
pemerintah kolonial adalah ‘memelihara
pengembangan organik masyarakat pribumi
dalam rangka memungkinkan mereka untuk
berkembang’ (
Gouda
).
Arnold de Kat Angelino
menyebutkan bahwa
Belanda
harus
menghormati
KEBIJAKAN BUDAYA UNTUK ORANG EROPA
Lembaga-lembaga kebudayaan pada awalnya dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan untuk sanitaasi dan pendidikan.
Museum menurut Bennet lebih dari sekedar alat untuk membenarkan dominasi kulit putih Eropa di koloni dan pembuatan kebijakan ras, gender, dan hierarkhi kelas di dalam suatu bangsa.
KEBIJAKAN KEBUDAYAAN UNTUK ORANG EROPA
1901
dibentuk
Komisi
Purbakala
(Oudheidkundige
Commissie)
dan
membiayai restorasi candi Borobudur
(1907-1911)
KEBIJAKAN BUDAYA BAGI ORANG INDONESIA
1908 didirikan Commissie voor de Volkslectuur
yg th. 1917 menjadi Kantor voor de Volkslectuur sebagai lembaga yang mempelajari masalah bacaan populer.
1920 didirikan Balai Pustaka yang mengkhususkan diri pada percetakan dan penjilidan buku. Kecenderungan pem. Kolonial dengan BP:
1. Jangka panjang sebagai stndarisasi bahasa lokal (khususnya Melayu) Maier
KEBIJAKAN BUDAYA BAGI ORANG INDONESIA
Balai
Pustaka
merupakan
sebuah
instrumen yang digunakan oleh
negara
sebagai
kontrol
atas
perkembangan budaya yang disadari
pasarnya tidak memadai
Merle Ricklefs,
BP memiliki tugas
menerbitkan bacaan orang dewasa:
karya
klasik
daerah,
saduran/terjemahan , karya Melayu
baru
Balai Pustaka
Bacaan Liar
Apolitis
Politis
Moral
Tidak Bermoral
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Dua kelompok utama kaum nasionalis memberikan pengaruh besar atas politik dan kebijakan di Indonesia setelah 1927, yaitu kelompok Sukarno (Islam, Marxisme, dan nasionalis)dan kelompok Hatta (sosialis-nasionalis)
Awal tahun 30-an, dengan menggunakan forum jurnal sastra Pujangga Baru, terjadi diskusi budaya untuk pengimbang budaya gerakan nasionalis
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Sutan Takdir Alisyahbana melalui tulisannya “Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru” dalam Pujangga Baru (1935) menyatakan bahwa ke-Indonesiaan adalah produk abad 20 yang harus dibedakan dari budaya yang mendahuluinya yang disebutnya ‘pra-Indonesia’.Indonesia harus melihat budaya ‘dinamis’ Barat sebagai model.
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Model
Sutan Takdir Alisyahbana
Model ini lebih sederhana dibanding
dengan model yang dikembangkan oleh
Sanusi Pane
Pra Indonesia
Indonesia
Tradisonal
Ke barat-baratan
Statis
Dinamis
DEBAT BUDAYA ANTAR KAUM NASIONALIS
Pembagian
Sanusi
Pane
antara
kebudayaan Barat yang seimbang
Timur-Barat
seimbang
Timur
Barat
Harmoni
Harmoni
Kompetisi
Satu dengan
alam
Satu dengan
alam
Menundukka
n alam
Teknologi
Terbelakang Teknologi
I.
Pengetahua
n
Terbelakang I.
Pengetahua
n
Ekonomi
Terbelakang Ekonomi
Spiritual &
KEBIJAKAN BUDAYA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Pada awal pendudukannya, Jepang melakukan reformasi sosial dan ekonomi yang luas dalam mengejar tujuan perangnya, termasuk di dalamnya memegang kendali media massa dan melarang semua organisasi.
Kurasawa, menggambarkan ciri pemerintahan sebagai ‘kombinasi antara mobilisasi dan kontrol’.
KEBIJAKAN BUDAYA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Sendenbu
th
1942
(Departemen
Propaganda)
adalah
kunci
kebijakan
budaya Jepang di Jawa.
DAMPAK KEBIJAKAN BUDAYA JEPANG
Produksi dan distribusi propaganda berdampak pada produksi flm, radio, media cetak, seni rupa, teater, musik, wayang. KAMISHIBAI, diperkenalkan. Dalam seni rupa, seniman-seniman eks Persagi menduduki jabatan penting (Agoes Djajasoeminto) di bagian Seni Rupa Pusat Kebudayaan. Bagian Seni Rupa Poetera dipimpin oleh Soedjojono. Affandi, Kartono Yoedokoesoemo, Hendra Gunawan, Henk Ngantunk, Muchtar Apin,
DAMPAK KEBIJAKAN BUDAYA JEPANG
Kontrol negara atas produksi dan distribusi
flm mengikuti yang sudah ada di Jepang.
Pilihan tontonan berubah karena banyak
didatangkan
flm
dari
Jepang
serta
rangsangan produksi flm lokal demi tujuan
propaganda.
Muhammad Yamin
dan
Sanusi Pane
mempro-mosikan dan mengembangkan sejarah
nasionalis yang kemudian menjadi standar
teks sej. Nasional.
1. Penggambaran masa pra kolonial dalam
kesatuan politik
DAMPAK KEBIJAKAN BUDAYA JEPANG
Sejarah Indonesia tulisan Sanusi Pane (1943) di kemudian hari menjadi Sejarah nasional baku dan strukturnya teleh direplikasi dalam banyak sejarah lokal.
Kebijakan budaya Jepang di Indonesia meskipun berhasil dilaksanakan dan dikelola, namun gagal mencapai tujuan seperti yang mereka inginkan.
KEBIJAKAN BUDAYA PERIODE DEMOKRASI TERPIMPIN
Gagasan dan slogan Soekarno sangat mendominasi demokrasi terpimpin sejak 5 Juli 1959. Perdebatan di parlemen berpindah pada pidato-pidatonya.
Pidatonya th 1959 (Manipol USDEK), Soekarno
ingin memobilisasi rakyat Indonesia melalui ide revolusi (Legge)
Peran Dinas Kebudayaan
Peran Dinas Kebudayaan
Prof. Priyono, sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan (1958) bahwa kesenian kita haruslah kesenian nasional dalam rohnya, tetapi dalam bentuknya bisa kesenian daerah.
Dalam demokrasi terpimpin seni yang baik adalah ‘berkualitas tinggi’, ‘berkarakter moral’, dan ‘nasional’
Peran Dinas Kebudayaan
Sebagai ‘penyeimbang’ dipromosikan tarian nasional seperti: lenso, saputangan, dan seram-pang dua belas.
Upaya lain yang dilakukan negara dalam rangka menciptakan budaya nasional adalah genre musik yang disebut Hiburan Daerah ( Lagu berbahasa daerah, berasal dari kebudayaan daerah diiringi musik instrumen dan nada-nada diatonik Barat disertai dengan penampilan di panggung musik.
Peran Dinas Kebudayaan
Organisasi terbesar seniman LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) dibentuk 17-8-1950, sebagai reaksi terhadap STA tentang modernisasi Barat dalam konferensi Budaya.
Lekra memandang seni sebagai hal yang dapat mengangkat ketidak setaraan yang terdapat dalam realitas sosial dan sekaligus mempromosikan proses perubahan revolusioner
kepedulian terhadap kerakyatan/rakyat Indonesia
Perlawanan Terhadap Lekra
Melalui Manikebu (Manifes Kebudayaan) yang dibentuk th 1963, sekelompok penulis majalah Sastra (HB Jassin, Trisno Sumardjo, Goenawan Muhammad, Taufi Ismail, Arief Budiman, Wiratno Soekito) menerbitkan tantangan terhadap Manipol Soekarno sebagai dasar kehidupan kebudayaan nasional.
Perlawanan Terhadap Lekra
Lekra yang berafliasi dengan PKI telah mengilhami partai-partai politik lain mendirikan organisasi budaya mereka sendiri. PNI Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN). 1959 yang dipimpin Sitor Situmorang. Visi sejalan dengan Lekra