1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati berupa tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat tradisional. Penelitian untuk mengevaluasi tingkat keamanannya belum banyak dilakukan, sedangkan pengetahuan tentang potensi efek toksik yang ada dalam tumbuhan obat adalah penting untuk menjamin keamanan dalam penggunaannya (Soemardji et al., 2002).
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat adalah selada air (Nasturtium officinale R. Br.), termasuk suku Brassicaceae, sangat mudah tumbuh dan sering dijumpai di aliran sungai kecil, kolam, rawa dan danau yang dangkal (Smith, 2002). Selada air termasuk sayuran yang mudah ditemui di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Tanaman ini banyak digunakan sebagai sumber pangan dan bahan tambahan pada pembuatan pakan (Permatasari, 2011).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa selada air dapat digunakan sebagai antioksidan (Lubis et al., 2013), antidiabetes (Hoseini et al., 2009), antialergi (Lingga, 2012), diuretik (Ginting et al., 2014), antikanker yakni kanker kolon (Boyd et al., 2006) dan pengobatan tuberkulosis (Corona et al., 2008).
2
berulang, maka interval tidak kurang dari 3 jam. Penilaian toksisitas akut ditentukan dari kematian hewan uji sebagai parameter akhir. Hewan yang mati selama percobaan dan yang hidup sampai akhir percobaan diotopsi untuk dievaluasi adanya gejala-gejala toksisitas dan selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada setiap organ (OECD, 2001).
Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk membuktikan keamanan suatu bahan/sediaan pada manusia, namun dapat memberikan petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek toksik bila terjadi pemaparan pada manusia (OECD, 2001). Pengujian ini juga dapat menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama (Lu, 1994).
Uji toksisitas akut digunakan untuk menetapkan nilai LD50 suatu zat
(OECD, 2001). Penentuan LD50 merupakan tahap awal untuk mengetahui
keamanan bahan yang akan digunakan manusia dengan menentukan besarnya dosis yang menyebabkan kematian 50% pada hewan uji setelah pemberian dosis tunggal. LD50 bahan obat mutlak harus ditentukan karena nilai ini digunakan
dalam penilaian rasio manfaat (khasiat) dan daya racun yang dinyatakan sebagai indeks terapi obat (LD50/ED50). Indeks terapi yang semakin besar menunjukkan
semakin aman obat tersebut jika digunakan (Soemardji et al., 2002).
3
terjadinya kerusakan pada hati dapat menjadi petunjuk apakah suatu zat bersifat toksik atau tidak (Elya et al., 2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan uji toksisitas akut terhadap herba
selada air. Penggunaan tumbuhan ini untuk pengobatan pada manusia harus melalui
serangkaian uji, selain uji khasiat harus dilakukan uji toksisitas.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian adalah apakah ekstrak etanol herba selada air berpotensi toksik terhadap mencit jantan dan betina setelah pemberian dosis tunggal secara oral yang diamati selama 14 hari?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah
ekstrak etanol herba selada air berpotensi toksik terhadap mencit jantan dan betina setelah pemberian dosis tunggal secara oral yang diamati selama 14 hari.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekstrak etanol herba selada air berpotensi toksik terhadap mencit jantan dan betina setelah pemberian dosis tunggal secara oral yang diamati selama 14 hari.
1.5Manfaat Penelitian
4 1.6Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1
Variable Bebas Variable Terikat Parameter