FIT ISI 2015
FIT ISI 2015
Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia
Malang 2015
PROSIDING
Forum Ilmiah Tahunan
IKATAN SURVEYOR INDONESIA
Pr
osiding F
or
um Ilmiah T
ahunan Ik
a
tan Sur
v
e
y
or Indonesia | 2015
“Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
Melalui Pengelolaan Administrasi Pertanahan yang Baik”
Batu, Jawa Timur.
19 November 2015
ISSN : 2406 - 9051
Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
KAKAP
(KADASTER LENGKAP)KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN GRESIK
ii
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
Pelindung
:
Ketua Umum ISI
Virgo Eresta Jaya
Dekan FTSP ITN Malang
Sudirman Indra
Penanggung jawab : Leo Pantimena
Penyunting
:
Alifah Norani
Silvester Sari Sai
Mohammad Nurhadi
Hery Purwanto
Dedy Kurnia Sunaryo
Agus Darpono
Reviewer :
M.Edwin Tjahjadi
Pradono Joanes De Deo
Dr. Irawan Sumarto
Syartoni Kamarudin
Lucky Fakhriadi
Jasmani
v
KATA SAMBUTAN
Assalammualaikum, Waramahtullah Wabarokatuh,
Pertama
–
tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kesehatan dan karunianya kepada kita semua sehingga kita bisa
menghadiri acara Forum Ilmiah Tahunan (FIT ISI 2015) yang kali ini di gelar di Malang.
Kedua kami juga mau menyampaikan terima kasih kepada Ikatan Surveyor Indonesia
(ISI) dan KAPTI Agraria yang telah bekerjasama bahu membahu untuk terlaksananya
kegiatan FIT ISI 2015.
Pada tahun ini Forum Ilmiah Tahunan ISI 2015 mengambil tema
: “Mewujudkan
Pembangunan Berkelanjutan Melalui Pengelolaan Administrasi Pertanahan Yang Baik”.
Dengan tema tersebut FIT ISI kali ini diharapkan dapat menghasilkan ide, gagasan atau
pemikiran tentang Administrasi pertanahan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan. Dalam hal ini bisa mensinergikan berbagi disiplin ilmu yang mencakup
pendaftaran tanah, perencanaan tata ruang , penilaian tanah dan penggunaan tanah
untuk pembangunan.
Dalam waktu yang singkat pada pelaksanaan FIT ISI 2015 mudah
–
mudahan
tidak mengurangi semangat teman-teman surveyor untuk memberikan sumbangsih ide,
gagasan dan pemikiran pembangunan berkelanjutan dengan memanfaatkan
Administrasi pertanahan yang baik.
Akhir kata, kami selaku panitia pelaksana FIT ISI 2015 mohon maaf , apabila
penerimaan kami kurang berkenan kepada Bapak dan Ibu. Sekian dan Terima kasih.
Salam Satu Jiwa AREMA.
Malang, 19 November 2015
Ketua Pelaksana
FIT ISI 2015
iii
KATA SAMBUTAN
Selamat datang dan terimakasih atas kehadiran Bapak, Ibu, dan Saudara
sekalian. Pada hari yang berbahagia ini marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, bahwasanya kita semua dapat hadir dalam Forum Ilmiah
Tahunan (FIT ISI 2015).
Forum Ilmiah Tahunan ISI 2015 ini merupakan salah satu kegiatan yang
bertujuan mempertemukan para ahli, akademisi, praktisi, dan berbagai kalangan
lainnya dalam rangka berdiskusi mengenai pentingnya Administrasi Pertanahan yang
lebih baik de
ngan tema : “Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Melalui
Pengelolaan Administrasi Pertanahan Yang Baik”. Gagasan tema sinergi antar disiplin
ilmu adalah mengingat, secara umum pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) ahli dari berbagi disiplin ilmu yang mencakup pendaftaran tanah,
pengaturan tata ruang (land use), penilaian tanah dan penggunaan tanah untuk
pembangunan. Kegiatan FIT ISI 2015 memberikan ruang untuk berbagai macam
lembaga pemerintah, organisasi profesi, serta akademisi yang dapat berkontribusi di
dalam Forum Ilmiah ini.
Sebagai bentuk tindak lanjut dari Forum Ilmiah yang dilaksanakan kali ini, Ikatan
Surveyor Indonesia berharap dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
bidang informasi geospasial melalui koordinasi dengan lembaga pemerintah serta
organisasi profesi terkait administrasi pertanahan dan pembangunan berkelanjutan
dalam kegiatan Cointinuing Professional Development (CPD). CPD adalah sarana bagi
seseorang atau individu guna memelihara pengetahuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan lingkup profesional. Setiap mengikuti kegiatan CPD yang
diselenggarakan oleh Ikatan Surveyor Indonesia, peserta akan mendapatkan poin CPD
seperti pada FIT ISI 2015 mendapatkan poin CPD sebanyak 10 poin.
Forum Ilmiah sehari ini kiranya benar
–
benar mendatangkan manfaat bagi kita
semua dan merupakan kontribusi bagi kemajuan administrasi pertanahan nasional dan
iv
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, mewakili panitia FIT ISI 2015 mohon
maaf sekiranya ada hal
–
hal yang kurang berkenan di hati para hadirin sekalian.
Sekian dan Terima kasih.
Jakarta, 19 November 2015
Ketua Umum
Ikatan Surveyor Indonesia
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul --- i
Susunan Dewan Redaksi --- ii
Kata Sambutan Ketua Umum ISI --- iii
Kata Sambutan Ketua Pelaksana --- v
Daftar Isi --- vi
1.
Peningkatan Kualitas Data Pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Kendari
Kariyono, Yuli Efendi, I Made Sumadra
2.
Urgensi Regulasi Terkait Penyimpanan Dan Pengamanan Informasi Geospasial Untuk
Mendukung Pengelolahan Administrasi Pertanahan Yang Baik
Akbar Hiznu Mawanda, S.H., M.H.
3.
Airborne Radar Untuk Mempercepat Proses Perencanaan Tata Ruang
Edi Sutopo
4.
Menggagas (kembali) E-Sertipikat
Hary L. Prabowo
5.
Kajian Akurasi DEM Hasil Stereoplotting Interaktif Foto Udara Format Kecil
Hesti Nur Septa Anggraini, Harintaka
6.
Analisis Tutupan Lahan Kota Jayapura Tahun 2014 Dengan Memanfaatkan Citra Wordview 2
Dan Lansat 8 LDCM
Eko Indrianto, Purnama Budi Santoso, Heri Sutanta
7.
Pengukuran Monitoring Waduk Jatibarang Dengan GPS Menggunakan Software Gamit 10.5
Ir. Bambang Sudarsono, MS., Fauzi Janu Amarrohman, S. T. M. Eng.
8.
Konsolidasi Tanah Gadingsari sebagai Alternatif Model Penataan Pertanahan Partisipatif
Hary L. Prabowo
9.
Penentuan Koordinat Titik Kontrol Pemantauan Deformasi Bendungan Sermo Dengan
Teknologi GNSS
Asri Ria Affriani, Nurrohmat Widjajanti, Yulaikhah
10.
Pengadaan Tanah Perumahan Kajian Pengkaplingan Tanah
Prijono Nugroho D., Sumarto, Charlinda P, Irsyad Adhi WH
11.
Penggunaan GNSS CORS RTK NTRIP Untuk Penentuan Luas Bidang tanah
Asri Ria Affriani, Silvester Sari Sai
12.
Kajian Sebaran Kekeringan Lahan Pertanian Kabupaten Demak dengan Algoritma Tasseled Cap
vii
13.
Quo Vadis, Perusahaan Pemetaan dengan Standar Kompetensinya
Edi Sutopo
14.
Pemetaan Kerusakan Hutan Mangrove Kawasan Pesisir Desa Kramat Kecamatan Bungah
Kabupaten Gresik
A.A. Sagung Alit W, Rhenny Ratnawati, Prasetyo Aji Siswanto
15.
Studi Perubahan Tutupan Lahan Pada Area Daratan Dari Pesisir Kota Semarang Dengan Citra
Satelit Berbasis Sistem Informasi Geografis
Hani’ah
, Andri Suprayogi, Suharyanto, Sudarno
16.
Analisis Deformasi Bendungan Waduk Sermo
Dessy Apriyanti, Nurrohmat Widjajanti, Yulaikhah
17.
Perhitungan Regangan Wilayah Jawa Tengah Menggunakan Data GNSS-CORS
M. Awaluddin, Bambang Sudarsono, Fauzi Janu A., Rizky Saputra, Budi Prayitno, Agung
Syetiawan
18.
Metadata dalam Pengelolaan Informasi Geospasial di Pemerintah Daerah
Diyono
19.
Analisis Kecepatan Pergeseran Horisontal Segmen Mentawai Akibat Gempa Tektonik 10 Juli
2013
Hilmiyati Ulinnuha, T. Aris Sunantyo, Nurrohmat Widjajanti
20.
Pengaruh pembobotan dalam perataan jaring gayaberat terhadap akurasi geoid Kota Semarang
L. M. Sabri, Leni Sophia Heliani, T. Aris Sunantyo, Nurrohmat Widjajanti
21.
Aplikasi Lidar untuk Kehutanan dalam Estimasi Biomassa
Intan Ika Apriani, Budhy Soeksmantono , Ketut Wikantika
22.
Pemanfaatan Alarm Berbasis GPS dalam Rangka Pengelolaan Wilayah Pesisir Daerah
Perbatasan
I Made Sapta Hadi
a, Rofiqoh
b, M. BagasLailRamadhan
c, Imaddudin A. Majid
d23.
Pemodelan Nilai Tanah Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Di Desa Trihanggo Kecamatan
Gamping Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Catur Yulianto
1), Bambang Suyudi
2), Wahyuni
2)24.
Penilaian Ekonomi Kawasan Dengan Pendekatan Effect on Production di Pantai Depok Desa
Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul
Hayyina Asrof
1, Bambang Suyudi
2, Sudibyanung
225.
Membangun Definisi Kadaster Kelautan Untuk Indonesia Sebagai Negara Kepulauan
viii
26.
Integrasi Urusan Tataruang Dan Pertanahan : Peluang & Tantangan Kelembagaan
Sutaryono
27.
Restandarisasi Survey Kadaster
Kusmiarto
28.
RT-PPP: Concept and Performace in Indonesia Region
Brian Bramanto, Irwan Gumilar, WedyantoKuntjro
29.
Aplikasi Fotogrametri Teristris untuk Pemodelan 3D Tempat Kejadian Perkara
Al Antra Adefan1, Elpakhri Akmal1, Mahendra Ary Perdana1, Muhammad Ghaly
Kurniawan1, Ruli Andaru2
30.
Efek Pasang Surut Pada Metode Kinematic Precise Point Positioning (Kppp) Gps
Arisauna M. Pahlevi, Aning Haryati, Kosasih Prijatna, Irwan Meilano, Ibnu
Sofian
31.
Penentuan Kecepatan Sedimentasi Waduk Berdasarkan Data Pengukuran Batimetri
dan Analisa Kandungan Sedimen Dalam Air
BK Cahyono, AD Adhi, PN Djojosumarto, Sumarno
32.
Beda Tampilan Peta Lereng Tersedia, Kabupen Banggai Kepulauan
Kris Sunarto, Drs. MSi.
33.
Pemetaan Dari Udara Dampak Kebakaran Kebun Sawit dengan Teknologi Wahana Udara Tanpa
Awak
Catur Aries Rokhmana
34.
Konsolidasi Tanah Di Pemukiman Kumuh Guna Meningkatkan Kualitas Lingkungan
Bambang Edhi Leksono*1, Agoes Soewandito Soedomo*2, Didik Wihardi W.
Soerowidjojo*3, Nanin Trianawati Sugito*4, Andri Rapik Ahmadi*5, Levana Apriani*6,
Muhammad Ihsan*7
35.
Karakterisasi
Ocean Tide Loading
Dan
Pole Tide
Pada Penentuan Posisi Menggunakan Kontinu
GPS
Aning Haryati
1Arisauna M. Pahlevi
2Kosasih Prijatna
1Irwan Meilano
136.
Studi Awal Penggunaan Modul GPS Murah untuk Pengukuran RTK NTRIP
Dedi Atunggal, Abdul Basith, Catur Aries Rokhmana, Dasita Meygan Pratiwi
37.
Peran Informasi Geospasial Dalam Proses
Boundry Making
dan Sengketa Batas Daerah Pada Era
Otonimi Daerah di Indonesia
ix
38.
Pemetaan Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng Kabupaten Gunungkidul Menggunakan UAV
Abdul Basith
1, Catur Aries Rokhmana
1, Christine Noegroho Kartini
1, Horas
Togatorop
2Fitrawan Pradanakusuma
2, Dwi Putra Ananta
2, Trias Sugeng Prayoga
2,
Yudhono Prakoso
339.
Integrasi Pendekatan Penilaian Tanah dalam Perspektif Kompensasi Pembebasan Lahan
Nanin Trianawati Sugito
#1, Irawan Sumarto
#2, S. Hendriatiningsih
#3, Bambang Edhi
Leksono
#440.
Model Pembelajaran
Kepplerian Orbit
dan Sistem Bola Langit secara 3D (KEPO BOLA) untuk
Menunjang Kompetensi Surveyor
Aditya Sanjaya1, Rahmat Hanif Ashari1, Retno Agus Pratiwi1 , Ruli Andaru2
41.
Evaluasi Ketelitian Koordinat pada Stasiun Gnss Pemantauan Sesar Opak
Nurrohmat Widjajanti
1), Fajar Sidiq Palupi
2), Parseno
1), Djawahir
1)42.
Investigasi Akurasi Pengamatan DGPS Dan RTK Untuk Pengukuran Bidang dan Batas Wilayah
Bambang Darmo Yuwono, Fauzi Janu Amarrohman, Bambang Sudarsono Mualif
Marbawi, S.T., Muhammad Ilman Fanani, S.T.
43.
Kadaster Lengkap Sebagai Mesin Utama Sistem Administrasi Pertanahan
Drs. Dalu Agung Darmawan M.Si
1, Dwi Budi Martono S.T, M.T
2, I Made Supriadi S.SiT
3,
Muhammad Rifqi Andikasani S.T
4, Andika Rizal Bahlefi S.T
5.
44.
Pemanfaatan Jaringan Referensi Satelit Pertanahan (JRSP) untuk Pengukuran Batas
Administrasi Kecamatan
Andrian Putra, Eko Budi Wahyono, Arief Syaifullah
45.
Pemetaan Topografi dan Batimetri untuk Perencanaan Rute Kabel Laut 150 KV
Kariangau-Penajam
Bilal Ma’ruf
a, Winda Kurniawati
b46.
Manajemen Konflik Pertanahan
Alfita Puspa Handayani, ST, MT*, Asep Yusup Saptari, ST, M.Sc*, Rizqi Abdulharis, ST,
M.Sc*, Dr. Andri Hernandi, ST, MSP*, Dr. Ir. S. Hendriatiningsih, MS*
47.
Model Penilaian Tanah Dan Uji Kualitasnya
Waljiyanto
48.
Optimalisasi Bank Data Pertanahan Rencana Jalan Tol Cisumdawu
Bambang Edhi Leksono S
#1, Budhy Soeksmantono
#2, S Agoes Soewandito Soedomo
#3,
Nanin Trianawati Sugito
#4, Andri Rapik Ahmadi
#5, Levana Apriani
#6, Muhammad Ihsan
#749.
PEMETAAN PARTISIPATORIS (STUDI KASUS DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN
GROBOGAN)
x
50.
Pemodelan Geoid Lokal Pulau Sumatera: Studi Awal dalam Rangka
Airborne Gravity
2016
Bagas Triarahmadhana, Arisauna M. Pahlevi, Dyah Pangastuti, Erfan D. Variandy
51.
Pengaruh Variasi Resolusi Model Geopotensial Global (MGG) Terhadap Ketelitian Geoid Lokal
Leni S. Heliani
a, Ramdhan Hidayat
b,Bagas T. Ramadhani
b52.
Practical Solution Of GPS Integer Ambiguity For Attitude Determination
H. F. Suhandri
53.
OPTIMASI KUALITAS DATA DAN ALUR-KERJA PADA SPHERICAL PHOTOGRAMMETRY
Handoko Pramulyo
1, Agung Budi Harto
2, Saptomo Handoro Mertotaroeno
354.
EVALUASI MODEL GEOID INDONESIA DI PULAU KALIMANTAN
Prayudha Hartanto, Andhika Prastyadi Nugroho
55.
KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL TERHADAP PASANG SURUT
DI SEKITAR PULAU JAWA
Abdul Basith
,Yudhono Prakoso
56.
PEMETAAN POTENSI PANAS BUMI (GEOTHERMAL) MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (Studi
Kasus : GUNUNG ARJUNO-WELIRANG)
Leody Hazwendra, Bangun Muljo sukojo
57.
PERAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN TINGGI INFORMASI GEOSPASIAL DI WILAYAH
PERBATASAN DALAM RANGKA MENJAGA KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA (NKRI
Bangun Muljo Sukojo
58.
ANALISA POTENSI PRODUKTIVITAS LAHAN PERTANIAN PADI MENGGUNAKAN CITRA
LANDSAT 8
Argho Mahendra Brata, Bangun Muljo Sukojo
59.
Studi Kinerja Perangkat Lunak Starpoint untuk Pengolahan Baseline GPS
Irwan Gumilar, Brian Bramanto, Teguh P. Sidiq
60.
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Pertanahan melalui UKM Budidaya Ikan
Budhy Soeksmantono, Bambang Edhi Leksono S, Didik Wihardi W. Soerowidjojo, Nanin
Trianawati Sugito, Andri Rapik Ahmadi, Levana Apriani, Muhammad Ihsan
61.
INVESTIGASI AKURASI PENGAMATAN RTK UNTUK PENGUKURAN BIDANG DAN BATAS
WILAYAH (STUDI KASUS KOTA Semarang)
Bambang Darmo Yuwono, Fauzi Janu Amarrohman, Bambang Sudarsono, Mualif
Marbawi, S.T., Muhammad Ilman Fanani, S.T.
62.
Studi Pemanfaatan Teknologi 3D Laser Scanning untuk Pemetaan Aset Pertamina Hulu
xi
63.
Integrasi Data Pengamatan GPS dan Terestris Jaring Pemantau Deformasi Candi Borobudur
Dwi Lestari
64.
Studi Kawasan Rawan Longsor Menggunakan Data Inventori dan Sistem Informasi Geografis
(Studi Kasus: Sub DAS Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah)
Ghefra R.G.
65.
Kadaster Kelautan Multiguna Di Kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat
Eko Budi Wahyono,Tanjung Nugroho, Kusmiarto
66.
Uji Perbandingan Distorsi pada Proyeksi UTM dan TM-3º (Sebuah Pertimbangan dalam
Mewujudkan One Map Policy)
Wiwit Cipto Nugroho, Tanjung Nugroho, Eko Budi Wahyono
67.
Evaluasi Infrastruktur JRSP/CORS BPN RI di Kantah Kota Medan, Kab. Tebing Tinggi dan Kab
Asaha
T. Aris Sunantyo, Yudi Riyarso, Elom Surpiatna, Wisnu widyana , Heri Andreas
68.
GNSS MOBILE BASE STATION VIA OPEN VPN
Wisang Wisudanar, M. Amin Mukti, R. Rudi Prayitno
69.
PAPARAN SISTEM REFERENSI TINGGI DI INDONESIA
Dina A Sarsito, Heri Andreas, Arisauna Pahlevi
70.
PENYAJIAN PETA MULTI RISIKO BENCANA KABUPATEN BANYUMAS SEBAGAI IDS
KEBENCANAAN BERBASIS OPEN SOURCE GIS
Arief Laila Nugraha, Andri Suprayogi, Briandana Januar AG
71.
Kajian Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Berbasis Informasi Geospasial
M. Ibnu Munadi, Abdi Sukmono, Arwan Putra Wijaya
72.
PENGECEKAN
IZIN
MENDIRIKAN
BANGUNAN
(IMB)
MENGGUNAKAN
TEKNIK
FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT MENGGUNAKAN DRONE/UAV
Arif Rohman, Zulqadri Ansar, D. Muhally Hakim
73.
Radio Ultra Wideband untuk Pekerjaan Survei Kadaster
Sujoko
74.
STATUS JARING KONTROL HORIZONTAL NASIONAL (JKHN) PASCA PEMBANGUNAN CORS &
PENERAPAN SRGI2013
Heri Andreas, Dina A Sarsito, Irwan Meilano
75.
Uji Akurasi Ketelitian Vertikal DSM TerraSAR-X (studi kasus : Kota Banjarmasin dan Kota
Palangkaraya)
xii
76.
SRTM UNTUK EVALUASI TATA RUANG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN
Yatin Suwarno dan Kris Sunarto
77.
Drone : Untuk Pemetaan Skala Besar
Andreas Suradji
78.
PENGUATAN STATUS SURVEYOR BERLISENSI MENJADI PEJABAT PENGUKUR BIDANG TANAH
(PPBT)
Penentuan Kecepatan Sedimentasi Waduk
Berdasarkan Data Pengukuran Batimetri dan
Analisa Kandungan Sedimen Dalam Air
BK Cahyono
1, AD Adi
2, PN Djojomartono
1, Sumarno
31. Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Unversitas Gadjah Mada
2. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Gadjah Mada
3. Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI
bambangkun@ugm.ac.id, adadhi2@yahoo.com, prinug@gmail.com, sumarno2001@gmail.com
INTISARI
Salah satu faktor ancaman dalam pengoperasian bendungan adalah sedimentasi, yang menyebabkan efektivitas waktu operasional bendungan menjadi lebih pendek. Untuk itulah pemantauan kecepatan sedimentasi bendungan diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisa perbedaan dasar-bendungan berdasarkan data beberapa
tahun, dan menganalisa total sedimen dalam air serta debit air yang masuk (inflow water) menuju bendungan.
Evaluasi variasi dasar-bendungan dihitung berdasarkan kondisi kedalaman bendungan yang diukur pada tahun 2005, 2006, 2011, 2012, dan 2015. Berdasarkan data DTM, kecepatan sedimentasi dalam bendungan dapat
diperkirakan. Perhitungan kecepatan sedimentasi juga dapat diperkirakan dengan mengukur debit inflow water pada
tahun yang sama dengan pengukuran data DTM, dan menganalisis sedimentasi yang terkandung dalam inflow water,
sehingga laju kecepatan sedimentasi yang mengendap dalam bendungan per tahun dapat dihitung. Berdasarkan hasil
perhitungan, kecepatan sedimentasi berdasarkan data DTM adalah 176826.291 m3/tahun, dan kecepatan
berdasarkan debit air dan analisa sediment adalah 139848.078 m3/tahun.
Kata kunci: laju sedimentasi, batimetri, Model Terain Digital, dasar waduk, analisa sedimen, kekeruhan air
ABSTRACT
One of the threat factors in the operation of the dam is sedimentation, which causes the effectiveness of operational time of the dam being shorter. That's why monitoring of the sedimentation speed of the dam is needed. It can be performed by analizing the difference of the dam-floor based on multi years data, and analizing the total of sediment and discharge of the inflow water towards the dam. The evaluation of variations of the dam-floor calculated base on the condition of depth of the dam which was measured in 2005, 2006, 2011, 2012, and 2015. Based on the DTM data, speed of the sedimentation within the dam can be estimated. Calculation of the speed of sedimentation also can be estimated by measuring the discharge of the inflow water in the same years with the measurement of the DTM data, and analyzing the sedimentation contained in the inflow water, so that rate of the speed of sedimentation which was sedimented within the dam per year can be calculated. Based on the estimation result, speed of sedimentation based on DTM data is
176826.291 m3/year, and the speed based on discharge water and total sediment analysis is 139848.078 m3/year.
Key words: sedimentation speed, bathymetry, Digital Terrain Model, dam-floor, sediment analysis, turbidity
1. PENDAHULUAN
Waduk memiliki berbagai macam fungsi dan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Fungsi utamanya adalah sebagai penampung air yang digunakan untuk air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum, irigasi, serta pengendali banjir. Ancaman yang menghantui keberadaan fungsi waduk salah satunya adalah terjadinya sedimentasi. Sedimentasi pasti selalu terjadi di setiap waduk, akan tetapi apakah kecepatan sedimentasi yang terjadi tersebut sesuai dengan prediksi awal dibangunnya waduk, ataukah tidak. Hal ini akan mengakibatkan usia efektif pemakaian waduk menjadi lebih singkat.
Mengingat pentingnya evaluasi dan monitoring kondisi sedimentasi waduk maka
paper ini bertujuan untuk melakukan
perhitungan kecepatan sedimentasi yang terjadi di dalam waduk melalui analisa Digital Terrain
Model (DTM) dasar permukaan waduk, dan
analisa kandungan sedimen dalam debit air yang masuk ke dalam waduk.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dan untuk mendapatkan data sebagai studi kasus, maka dalam penelitian ini mengangkat Waduk Sermo, yang terletak di Desa Hargowilis Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo DI. Yogyakarta, sebagai lokasi pengukurannya. Berdasarkan
informasi yang ada, waduk ini mulai
dioperasikan sejak tahun 1996 dan direncakana memiliki umur pelayanan bendungan sampai dengan usia 50 tahun, dan mampu menampung volume air waduk sebesar 25 juta m3 pada
elevasi maksimum nya (136.6 meter), (Kironoto, 2004).
Beberapa batasan dalam penelitian ini adalah pemodelan DTM dasar waduk dilakukan berdasarkan data hasil pengukuran batimetri yang dilakukan pada tahun 2005, 2006, 2011, 2012, dan 2015. Diasumsikan sedimentasi yang terjadi sesuai dengan besarnya perubahan pada DTM dasar waduk tersebut. Pengukuran debit air (inflow) juga dilakukan sepanjang hari di setiap tahun-tahun tersebut. Perhitungan sedimen dalam sampel air diambil dari beberapa sungai
yang masuk ke dalam waduk, yang
pengambilannya dilakukan pada saat perubahan musim penghujan ke musim kemarau tahun 2015. Diasumsikan pengukuran sample air ini bisa mewakili kondisi rata-rata sedimen yang terkandung dalam air sungai. Besarnya sedimentasi yang terjadi diasumsikan hanya dipengaruhi oleh inflow water saja.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian menganai analisa sedimentasi dan monitoring sedimentasi waduk telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya:
Vericata dan Batalla (2006) telah melakukan evaluasi sedimentasi pada upstream dan downstream aliran sungai Ebro (bagian bawah) yang melewati bendungan Mequinenza
and Riba-roja. Pengukuran sedimentasi
dilakukan dengan mengambil sampel air di area upstream dan downstream dan selanjutnya diuji laboratorium untuk diketahui kandungan sedimennya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut bisa diketahui jumlah sedimen yang masuk dan keluar bendungan. Sehingga dari selisih tersebut bisa diketahui pula banyaknya sedimen yang mengendap di dasar bendungan.
Cahyono dan Parseno (2009) dalam penelitiannya telah melakukan evaluasi banyaknya sedimentasi yang terjadi dan pola persebaran sedimentasi yang terjadi di dalam Waduk Sermo dengan cara analisa spasial berdasarkan data DEM 2 tahun pengukuran yang mengacu pada hasil pengukuran batimetri. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa dalam kurun waktu antara satu tahun pengamatan terjadi pendangkalan di dasar waduk dan kondisinya tersebar pada dasar waduk. Namun data tersebut tidak dibandingkan dengan metode perhitungan lainnya untuk verifikasi hasil hitungan yang didapatkan.
Ilyas (2002) telah melakukan perhitungan laju sedimentasi pada Waduk Saguling yang berada di DAS Citarum. Perhitungan sedimentasi
yang dilakukan mengukuti metode “Perhitungan Empirik Reduksi Luas”, yaitu perhitungan
didasarkan atas perhitungan perubahan luas dan volume tampungan air. Adanya selisih luas dan volume tampungan air waduk menunjukkan adanya sedimentasi yang terjadi. Berdasarkan hasil perhitungan sedimentasi, diprediksi waduk akan terisi penuh sedimen pada usia 250 tahun pelayanan.
Wulandari (2007) melaporkan dalam
papernya pengukuran sedimentasi pada Waduk Merica berdasarkan data pengukuran batimetri dan perhitungan kecepatan erosi pada DAS Serayu dan DAS Merawu menggunakan formula USLE. Dan dalam penelitian tersebut disajikan pula jenis sedimen yang ada dan persebarannya di dasar waduk. Berdasarkan data perhitungan yang ada diketahui pada tahun 2007 tersebut (waduk dioperasikan sejak 1988) kondisi waduk sudah 49.91% terisi sedimentasi.
3. PELAKSANAAN
Perhitungan sedimentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analisa DTM hasil pengukuran batimetri, dan pengukuran
inflow water sungai ke dalam waduk pada thun 2005, 2006, 2011, 2012, dan 2015. Disamping itu untuk mengetahui kandungan total solid sedimen yang terkandung dalam air sungai yang masuk ke dalam waduk, dilakukanlah pengambilan sampel air sungai yang mengalir masuk ke waduk. Secara umum alur kerja penelitan ini disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
3.1. Pengukuran Batimetri
Pengukuran batimetri dilakukan untuk semua area waduk pada tahun 2005, 2006, 2011, 2012, dan 2015. Pengukuran batimetri ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan perencanaan jalur survei pada seluruh area
waduk. Dengan merujuk kepada Standar
Nasional Indonesia (SNI) nomor 7646 tahun 2010 tentang standarisasi pengukuran batimetri menggunakan alat singlebeam echosounder untuk pengukuran orde 1B, maka kerapatan lajur pemeruman maksimal adalah 3 kali kedalaman rata area waduk (BSN, 2010), sehingga rata-rata adalah 45-60 meter. Contoh kegiatan yang dilakukan pada saat survei batimetri disajikan pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Gambaran Kegiatan Pengukuran Batimetri di Area Waduk
Pada saat melakukan pengukuran batimetri
dipastikan kesalahan akibat perbedaan
kecepatan gelombang suara dalam kolom air bisa direduksi dengan pengukuran barcheck. Disamping itu elevasi permukaan air waduk juga harus diperhatikan, karena biasanya pengukuran seluruh area waduk dilakukan lebih dari 1 hari.
3.2. Pembentukan DTM Dasar Waduk
Setelah data kedalaman waduk didapatkan, selanjutnya dihitung tinggi dasar waduk. Data ketinggian dasar waduk didapatkan dengan cara menghitung selisih antara elevasi permukaan air waduk dengan kedalaman yang terukur. Apabila elevasi dasar waduk untuk setiap titik pengukuran kedalaman telah didapatkan, maka selanjutnya bisa dilakukan pembentukan Digital
Terrain Model (DTM)-nya. Pembentukan DTM
seluruh area waduk dilakukan dengan
melakukan interpolasi berdasarkan data ketinggian dasar waduk. Dalam penelitian ini interpolasi dalam pembuatan DTM dilakukan dengan metode Triangular Irregular Networks
(TIN). Dari tahap ini didapatkan DTM area waduk untuk setiap tahun pengukuran 2005, 2006, 2011, 2012, dan 2015.
3.3. Analisa Perubahan Digital Terrain Model
Berdasarkan data DTM dasar waduk setiap tahun pengukuran tersebut, selanjutnya dilakukan perbandingan dan analisa spasial untuk menentukan adanya perubahan yang terjadi pada dasar waduk dan perubahan kemampuan waduk dalam menampung air. Perubahan tersebut diakibatkan karena adanya
pendangkalan yang terjadi di dasar waduk akibat sedimentasi. Selanjutnya kecepatan sedimentasi dari tahun ke tahun juga bisa dihitung berdasarkan data terebut.
Dikarenakan elevasi permukaan air pada saat pengukuran batimetri dilakukan berbeda beda sebagaimana yang disajikan pada tabel 1, maka ditetapkan elevasi permukaan air yang menjadi dasar perhitungan volume air waduk untuk semua tahun pengukuran.
Tabel 1. Elevasi Permukaan Air Waduk Pada Saat Pengukuran
DATA ELEVASI AIR WADUK SERMO
Pengukuran Tanggal Elevasi Air
Tahun 2005 8-May-05 136.14 m
Sebagaimana data yang yang disajikan pada tabel 1 tersebut, diketahui bahwa elevasi air terendah pada saat pengukuran dilakukan yaitu 130.57 meter pada saat pengukuran batimetri dilakukan di tanggal 24 Desember 2011. Untuk itulah agar pengukuran volume tampungan air
bisa dilakukan untuk semua DTM yang
terbentuk, maka elevasi air yang dijadikan referensi adalah lebih rendah dari elevasi terendah, dalam hal ini pada elevasi 130 meter.
Selanjutnya perhitungan perubahan
tampungan air waduk akibat sedimentasi, serta persebaran sedimen di area waduk bisa dilakukan.
3.4. Analisa Kandungan Sedimen dalam Sampel Air Sungaiyang Masuk ke Waduk
Gambar 3. Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai yang Masuk ke Dalam Waduk
Disamping itu penentuan kecepatan
sedimentasi juga bisa dihitung dengan cara melakukan analisa kandungan sedimentasi pada sampel air sungai yang masuk ke waduk, dan memperhatikan debit inflow water yang masuk ke dalam waduk. Pengambilan sampel air sungai yang diambil masuk ke waduk dilakukan pada area sebagai mana yang disajikan pada Gambar 3, sedangkan pelaksanaan pengambilan sampel air disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengambilan Sampel Air Sungai yang Masuk ke Waduk
Pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan sedimen untuk setiap liter air sungai tersebut. Dari beberapa sungai yang ada bisa diketahui rata-rata kandungan sedimentasi yang masuk ke sungai. Pengujian yang dilakukan di laboratorium digambarkan pada Gambar 5.
3.5. Analisa Kecepatan Sedimentasi Berdasarkan Debit Inflow dan Sampel Air Sungai
Selain melakukan perhitungan kandungan sedimen dalam air sungai yang masuk ke waduk, dilakukan pula pengamatan besarnya debit air yang masuk ke dalam sungai (inflow water). Pengamatan dilakukan setiap hari dan selalu dicatat. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan oleh pengelola Waduk Sermo dalam rangka monitoring kondisi air waduk setiap harinya. Data ini kami dapatkan dari Balai Besar
Wilayah Sungai (BBWS) Serayu-Opak
Yogyakarta. Dikarenakan pengukuran batimetri dilakukan pada tahun tertentu, maka data inflow
water yang digunakan juga pada tahun
pengukuran tersebut (2005, 2006, 2011, 2012, dan 2015).
Berdasarkan data kandungan sedimen dalam air sungai serta diketahuinya debit air yang masuk ke dalam sungai, maka bisa dihitung rata-rata sedimen yang masuk dan mengendap di dalam waduk tersebut.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan apa yang telah dilakukan sebagaimana yang telah diuraikan pada tahap pelaksanaan, maka beberapa hal bisa disajikan sebagai berikut:
4.1. Data Kedalaman
Pengukuran batimetri yang telah dilakukan akan menghasilkan data kedalaman waduk pada saat tersebut. Selanjutnya berdasarkan sebaran data kedalaman yang ada bisa dievaluasi kerapatan data dan ketersediaan data kedalaman yang didapatkan. Contoh sebaran data hasil pengukuran batimetri disajikan pada Gambar 6 berikut:
Gambar 6. Salah Satu Contoh Kerapatan Data Hasil Pengukuran Batimetri Waduk
Data hasil pengukuran kedalaman, selanjutnya diolah untuk mendapatkan peta kedalaman area waduk sebagai mana salah satu contoh peta kedalaman waduk tahun 2015 disajikan pada Gambar 7
Gambar 7. Contoh Peta Kedalaman Waduk Sermo Hasil Pengukuran Batimetri Tahun 2015
Berdasarkan data yang tersaji pada Gambar 7 tersebut, bisa diketahui bahwa kondisi waduk saat ini masih dalam kondisi yang relatif baik karena kedalaman yang ada masih gradual dari tepi menuju ke tengah waduk dengan kedalaman sampai dengan 34 meter terhadap mukai air 130 meter, atau jika pada saat air penuh (elevasi spill way 136.6 meter) kedalaman maksimum di waduk bisa sampai dengan 40 meter. Daerah yang berwarna orange yang ada di ujung waduk merupakan daerah yang tidak bisa diukur kedalamannya karena adanya batasan dari pihak pengelola waduk.
4.2. DTM Dasar Waduk
Gambar 8. Model DTM yang Dihasilkan Setiap Tahun Berdasarkan Data Batimetri
Merujuk pada gambar-gambar DTM yang disajikan pada Gambar 8 tersebut diketahui bahwa sejak tahun 2005 ssampai dengan tahun 2015 atau dalam kurun waktu 10 tahun nampak
terjadi pendangkalan pada waduk yang
ditunjukkan dengan perubahan pola warna pada masing-masing DTM yang ada. Bahkan daerah yang terdalam di tahun 2005 dan 2006 tidak muncul lagi di DTM tahun selanjutnya. Ini menunjukkan bahwa dasar waduk mengalami pendangkalan yang diakibatkan oleh adanya sedimentasi.
4.3. Hasil Perhitungan Kecepatan dan Persebaran Sedimentasi Berdasarkan Perubahan Data DTM
DTM yang terbentuk tersebut selanjutnya dilakukan analisa spasial untuk menghitung volume tampungan air terhadap elevasi permukaan air tertentu, dan juga untuk mengetahui persebaran sedimen yang terjadi di dasar waduk. Data mengenai besarnya volume air waduk disajikan pada tabel 2, sedangkan selisih perhitungan volume tampungan air waduk disajikan pada tabel 3 berikut:
Tabel 2.Hasil Perhitungan Volume Waduk pada Saat Elevasi Permukaan Air Waduk 130 meter
Tahun Pengukuran
Volume Air
Waduk (m3)
2005 15,899,321.704
2006 15,745,435.814
2011 14,711,253.254
2012 14,512,349.726
2015 14,091,894.550
Tabel 3. Selisih Perhitungan Volume Air Tampungan Waduk Pada Saat Elevasi Permukaan
Waduk 130 meter
Dari data hasil perhitungan selisih volume tampungan air waduk, dan jika dibandingkan dengan lamanya waktu antar pengukuran batimetri dilakukan, maka bisa dihitung kecepatan sedimentasi yang terjadi di waduk, sebagaimana yang disajikan pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Kecepatan Rata-rata Sedimentasi pada Waduk Per Tahun
Kecepatan Rata-rata Sedimentasi Waduk Sermo Per Tahun
dari ke
kecepatan sedimentasi
(m3/thn)
8-May-05 25-Jun-06 136,094.00
8-May-05 31-Des-11 178,724.05
8-May-05 18-Nov-12 184,148.13
8-May-05 19-Sep-15 174,369.46
25-Jun-06 31-Des-11 187,461.63
25-Jun-06 18-Nov-12 192,636.74
25-Jun-06 19-Sep-15 179,056.02
31-Des-11 18-Nov-12 224,921.10
31-Des-11 19-Sep-15 166,583.78
18-Nov-12 19-Sep-15 148,378.02
rerata per tahun 177,237.29
Berdasarkan data hasil analisa DTM terhadap kemampuan tampungan air waduk pada elevasi permukaan air waduk 130 meter didapatkan rata-rata kecepatan sedimentasi waduk sermo adalah 177,237.29 meter kubik per tahun.
Merujuk kepada kecepatan sedimentasi tersebut, maka apabila waduk tersebut
dioperasikan sejak tahun 1996, dan
Merujuk kepada data dari BBWS Serayu-Opak bahwasannya Waduk Sermo pada saat dibangun diperkirakan mampu menampung air sebanyak 25juta meter kubik. Dan apabila kondisi sedimentasi terjadi terus menerus dengan kecepatan yang sama, maka diperkirakan Waduk Sermo akan menjadi kubangan lumpur sampai dengan elevasi air maksimum (136.6 meter) pada tahun 2137.
Berdasarkan data DTM pula bisa dilakukan analisa persebaran sedimentasi yang ada di area waduk dari tahun ke tahun. Persebaran sedimentasi tersebut disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Persebaran Sedimentasi yang Terjadi di Dasar Waduk dari Tahun ke Tahun
Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh Gambar 9 diketahui bahwa untuk persebaran sedimentasi yang terjadi pada tahun yang berdekatan, didominasi oleh warna hijau muda, yang artinya terjadi perubahan kedalaman antara -1 meter sampai dengan 1 meter, sebagai mana yang terjadi dari tahun 2005-2006, 2011-2012, dan 2012-2015.
Untuk rentang waktu yang agak panjang (2006 ke 2011) perubahan kedalaman meskipun masih didominasi oleh warna hijau muda (perubahan kedalaman antara -1 meter ke 1 meter) akan tetapi sudah dijumpai banyak warna kuning, yang artinya telah terjadi perubahan kedalaman sampai dengan 2.5 meter.
Sedangkan untuk rentang waktu yang lama (2005 ke 2015) perubahan kedalaman yang terjadi sudah didominasi oleh warna kuning, yang menunjukkan telah terjadi pendangkalan 1 meter sampai 2.5 meter. Bahkan di beberapa tempat sudah muncul warna orange yang berarti
sudah ada pendangkalan antara 2.5 meter sampai dengan 5 meter.
Berdasarkan data persebaran sedimen yang ada, sebetulnya bisa dijadikan masukan untuk pengelola dalam melakukan beberapa upaya untuk mengurangi laju sedimentasi yang ada dalam rangka memperpanjang usia pemakaian Waduk Sermo.
4.4. Hasil Perhitungan Kecepatan Sedimentasi Berdasarkan Debit Inflow dan Kandungan Sedimen dalam Sampel Air Sungai
Perhitungan sedimentasi bisa dilakukan dengan mengukur seberapa banyak kandungan sedimen dalam air yang masuk ke waduk dari sungai-sungai yang bermuara di waduk tersebut. Demikian hal nya dengan waduk Sermo yang membendung aliran dari beberapa sungai, maka untuk mengetahui besarnya sedimentasi yang terjadi dilakukan pengujian kandungan sedimen dalam air sungai tersebut. Data kandungan sedimen dalam masing-masing air sungai disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5. Kandungan Sedimen dalam Air Sungai yang Masuk ke Waduk
Pengambilan sampel air itu idealnya dilakukan beberapa kali pada saat musim penghujan dan musim kemarau untuk air yang masuk dan keluar waduk, sehingga bisa
didapatkan gambaran yang sebenarnya
mengenai kandungan sedimen dalam air yang masuk dan keluar waduk. Akan tetapi pada penelitian ini, pengambilan sampel air dilakukan pada pergantian musim penghujan ke musin kemarau sekitar bulan Juni, dan hanya pada air yang masuk waduk saja. Berdasarkan data yang tersaji pada tabel 5 tersebut diketahui bahwa rata-rata kandungan sedimen dalam air sungai sebesar 185.63 gram setiap meter kubik air.
Selanjutnya apabila diketahui debit air rata-rata setiap tahun dari air yang masuk ke dalam
waduk, maka bisa diestimasi besarnya
Tabel 6. Data Perhitungan Sedimen Berdasarkan Debit Air Sungai yang Masuk ke Dalam Waduk
Total sedimen yang terjadi setiap tahun bisa dikonversi ke dalam satuan meter kubik dengan memperhatikan berat jenis dari tipe suspensi dari sedimen yang ada, sebagaimana yang disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Konversi Total Sedimen berdasarkan Berat Jenis Suspensi
Berdasarkan perhitungan kandungan
sedimentasi dalam air, laju sedimentasi yang terjadi setiap tahun sebesar 20,989.25 meter kubik (dengan asumsi berupa tanah tidak padat atau berat jenis 1.20) atau sebesar 139,928.33 meter kubik (dengan asumsi berupa lumpur atau berat jenis 1.03).
Data kecepatan sedimentasi yang
didapatkan dari kedua metode perhitungan tersebut ternyata memiliki besaran yang berbeda. Perbedaan ini diakibatkan dari sudut pandang perhitungan yang ada. Evaluasi
sedimetasi berdasarkan perubahan DTM
didasarkan pada perbedaan kondisi DTM yang ada dalam rentang waktu pengukuran. Sehingga
perbedaan yang ada dianggap sebagai
pendangkalan yang terjadi dalam rentang waktu tersebut. Sedangkan metode perhitungan berdasarkan kandungan sedimen dalam debit air sungai, sangat dipengaruhi oleh pengambilan
sampel air sungainya. Dan sayangnya
pengambilan sampel air sungai dalam penelitian ini hanya dilakukan sekali, dan itupun pada perubahan musim penghujan ke musim kemarau.
Namun mengacu kepada kecepatan
sedimentasi pada tabel 7 tersebut, maka apabila waduk tersebut dioperasikan sejak tahun 1996, dan pendangkalan yang terjadi mengikuti persamaan linier maka pada tahun 2121 (pada usia 125 tahun sejak diresmikan) sedimen akan
memenuhi hingga elevasi 130 meter. Dan pada tahun 2175 waduk sermo akan penuh sedimen sampai tumpah di spill way (elevasi 136.6 meter).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan apa yang telah dihasilkan pada penelitian ini bisa ditarik beberapa kesimpulan dan saran untuk penerapan metode ini agar lebih baik lagi hasilnya.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil berdasarkan apa yang telah dihasilkan pada penelitian adalah: 1. Perhitungan kondisi sedimentasi waduk bisa dilakukan berdasarkan data DTM multi tahun. Pembentukan DTM didasarkan atas data kedalaman hasil pengukuran batimetri di seluruh area waduk. Perhitungan kecepatan sedimentasi bisa diasumsikan sebagai perbedaan kemampuan waduk dalam menampung air pada elevasi air tertentu, berdasarkan DTM yang terbentuk. Dari penelitian ini didapatkan rata-rata kecepatan sedimentasi di waduk sermo (sebagai tempat studi kasus) sebesar 177,237.29 meter kubik per tahun.
2. Berdasarkan pada data DTM itu pula diketahui persebaran sedimentasi yang ada di dasar waduk, sehingga bisa memberikan informasi spasial yang bermanfaat apabila akan dilakukan penanganan dalam rangka pengurangan laju sedimentasi waduk. 3. Perhitungan kecepatan waduk juga bisa
didasarkan atas analisa kandungan sedimen dalam air sungai yang masuk dan keluar waduk. Berarnya kecepatan didapatkan dengan mengkalikan sedimen yang terdapat pada setiap meter kubik air dengan debit air rata-rata setiap tahunnya. Berdasarkan hasil hitungan, didapatkan kecepatan sedimentasi yang terjadi di Waduk Sermo sebesar 139,928.33 meter kubik.
4. Berdasarkan hasil perhitungan kecepatan sedimentasi dari kedua metode yang ada ternyata didapatkan hasil yang berbeda.
Perbedaan itu diakibatkan karena
pengambilan sampel air sungai yang masuk ke waduk hanya dilakukan satu kali, sehingga kurang mencerminkan kondisi air yang sebenarnya. Disamping itu kemampuan transducer dalam menembus air keruh dan kemampuan transducer dalam mengukur kedalam juga menjadi faktor penyebab perbedaan data kecepatan tersebut.
5.1. Saran
diperlukan pengambilan sampel air yang lebih merepresentasikan kodisi air sungai yang sebenarnya, sehingga perlu dilakukan beberapa waktu pengambilan sampel air.
Disamping itu pengukuran sampel air juga tidak hanya memperhatikan inflow water, tetapi juga outflow water nya. Sehingga pengamatan terhadap debit inflow dan outflow diperlukan dalam rangka menghitung jumlah sedimen real yang mengendap di dasar waduk.
Pengukuran batimetri dengan alat yang lebih teliti, semisal menggunakan multibeam echosounder juga perlu untuk dilakukan dalam rangka mendapatkan data pengukuran yang lebih bisa dipercaya.
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kepada Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak atas diijinkannya melakukan penelitian di Waduk Sermo sebagai daerah studi, serta kesedian dalam akses data yang diperlukan.
Terimakasih juga disampaikan kepada Universitas Gadjah Mada, dan Jurusan Teknik Geodesi yang telah mendanai penelitian ini sehingga bisa dihasilkan publikasi dalam seminar ini.
Kepada semua Tim Penelitaian PUPT beserta semua pihak yang telah terlibat dalam pelaksanaan pengukuran dan survei lapangan diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
7. DAFTAR PUSTAKA
BSN, (2010), Standarisasi Nasional Indonesia
nomor 7646 tahun 2010 tentang
Pengukuran Batimetri menggunakan
Singlebeam Echosounder, Badan
Standarisasi Nasional
Cahyono, B.K., Parseno, dan Basith,
A., (2009), Pemantauan Perubahan
Kedalaman dan Persebaran Sedimentasi Bendungan Berdasarkan Data Pengukuran Batimetri (Studi kasus: Waduk Sermo, Kec.
Kokap Kab. Kulonprogo – DIY, Prosiding
FIT-ISI 2009, Teknik Geodesi Universitas
Konservasi Tanah dan Ekonomi
Pemanfaatan Air, Modul Kursus Singkat Journal of Geomorphology, Volume 79, Issues 1–2, 15 September 2006, pages 72– 92.
Wulandari, D.A., (2007), Penanganan Sedimentasi
Waduk Mrica, Berkala Ilimiah Teknik
Keairan, Vol. 13, No.4, Edisi Desember 2007, pages 264-271, http://eprints.undip.ac.id/