• Tidak ada hasil yang ditemukan

etika berkomunikasi dalam islam dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "etika berkomunikasi dalam islam dalam"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA KOMUNIKASI VERBAL

MAKALAH

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Studi al-Qur’an Dosen Pengampu: Dr. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag

Oleh:

Wahyu Setiawan Sutikno Nim. 14710024

JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada kendala dalam penyelesaianya. Makalah yang berjudul “Etika Komunikasi Perspektif Ilmu Manajemen” ditulis dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Studi al-Qur’an..

Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa melibatkan banyak pihak yang membantu penyelesaiannya. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag selaku dosen pengampu Mata Kuliah Studi al-Qur’an di Jurusan Magister Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Teman-teman di Jurusan Magister Manajemen Pendidikan Islam kelas B yang telah banyak memberikan masukan-masukan serta dukungan yang bermanfaat dalam proses pembuatan makalah ini.

Tiada gading yang tak retak, tiada manusia tanpa kesalahan. Tentu Makalah masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan bagi pembaca dan membantu penyusun dalam membuat Makalah berikutnya.

Malang, 3 Desember 2014

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I: PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Pembahasan...5

BAB II: PEMBAHASAN...6

A. Landasan Teologis...6

B. Landasan Teoritis...12

C. Landasan Empiris...14

D. Implementasi Ilmu Manajemen dalam Etika Komunikasi...19

BAB III KESIMPULAN...24

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komunikasi1 yang beretika2, kini menjadi persoalan penting dalam penyampaian aspirasi. Dalam keseharian eksistensi penyampaian aspirasi masih sering dijumpai sejumlah hal yang mencemaskan dari perilaku komunikasi yang kurang santun. Etika komunikasi sering terpinggirkan, karena etika berkomunikasi belum membudaya sebagai urat nadi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.3

Komunikasi tidak hanya ilmu yang dipelajari di kelas perkuliahan semata. Bahkan komunikasi sendiri sebenarnya telah diajarkan oleh Sang Pencipta, Allah SWT, melalui kitabnya Al Qur’an tentang bagaimana pentingnya komunikasi bagi umat manusia, khususnya umat Islam.4 Komunikasi merupakan keterampilan paling penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang beranggapan bahwa komunikasi sebagai sesuatu yang otomatis terjadi, sehingga orang tidak tertantang untuk belajar berkomunikasi secara efektif dan beretika.5

Hal yang paling penting dalam komunikasi, bukan sekadar pada apa yang dikatakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita mentransfer pesan serta menerima pesan. Komunikasi harus dibangun dari diri kita yang paling dalam sebagai fondasi integritas yang kuat. Maka dalam Makalah ini, penulis akan membahas tentang etika komunikasi dalam perspektif Islam.

1 (1). Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; 2. Perhubungan; (a). Dua arah: komunikasi yg komunikan dan komunikatornya dl satu saat bergantian memberikan informasi; (b). Formal: komunikasi yg memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan, dan kecepatan komunikasi; (c). Massa: Penyebaran informasi yg dilakukan oleh suatu kelompok sosial tertentu kpd pendengar atau khalayak yg heterogen serta tersebar di mana-mana; (d). Sosial: Komunikasi antarkelompok sosial dl masyarakat. Lihat KBBI Online (http://kbbi.web.id/komunikasi, diakses pada Minggu 30 November 2014 Pukul 09:46 WIB)

2 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban. Lihat KBBI Online (http://kbbi.web.id/etika, diakses pada Minggu 30 November 2014 Pukul 09:50 WIB) 3 Andy Corry W, Etika Berkomunikasi dalam Penyampaian Aspirasi “Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanegara”, Tahun I/1/2009, hlm. 16

4 Faisal Wibowo, Komunikasi dalam Perspektif Al-Qur’an,

(http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/13/komunikasi-dalam-perspektif-islam-454798.html) diakses pada Sabtu, 29 November 2014 Pukul 20:30 WIB

(5)

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang di atas, maka ada beberapa masalah yang akan digali dalam penulisan Makalah ini, yaitu:

1. Apa landasan Teologis Etika Komunikasi perspektif al-Qur’an? 2. Apa landasan Teoritik Etika Komunikasi?

3. Apa landasan Empirik Etika Komunikasi?

4. Bagaimana implementasi ilmu Manajemen dalam bidang ilmu komunikasi?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan penulisan Makalah ini, Penulis ingin mengetahui tentang?

1. Landasan Teologis Etika Komunikasi perspektif al-Qur’an 2. Landasan Teoritis Etika Komunikasi

3. Landasan Empiris Etika Komunikasi

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Landasan Teologis Etika Berkomunikasi

Etika komunikasi juga dapat ditinjau dari perspektif religius. Kitab suci seperti Al-Quran, Injil, dan Taurat dapat dipakai sebagai standar etika berkomunikasi. Dalam kitab suci, dijelaskan apa yang seharusnya dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam berkomunikasi. Rakhmat6 memberi contoh, dalam Al-Quran ada prinsip Qaulan Sadidan, artinya dalam berkomunikasi, hendaknya manusia melakukan pembicaraan yang benar dan jujur (tidak bohong). Kemudian prinsip Qaulan Balighan, artinya informasi yang disampaikan, hendaknya berupa kata-kata yang mampu membekas pada jiwa seseorang dan ada juga prinsip yang disebut Qaulan Maisura, yakni informasi yang disampaikan hendaknya berupa ucapan yang pantas untuk dibicarakan.

Artinya: Tuhan yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, yang mengajarinya pandai berbicara. (QS. Ar-Rahman [55]: 1-4).8

Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan 6 Jalaludin Rakhmat, Audientia Jurnal Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 17

7 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Cetakan ketujuhbelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3

(7)

(6) Qaulan Maysura.9 1. Qaulan Sadida

Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa). Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.

Allah SWT berfirman:



















“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar,” (Q.S. Al-ahzab: 70)10

... 

Artinya: “Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).11 2. Qaulan Baligha

Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

Allah SWT berfirman:

      

     



(8)

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha -perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa [4]:63).12

Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).

3. Qaulan Ma’rufa

Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS. Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32. Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).

     

     



Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5).

    

   



Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan

(9)

ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa- perkataan yang baik” (QS An-Artinya: “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa -perkataan yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).13

     



Artinya: “Qulan Ma’rufa - perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa - perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).

4. Qaulan Karima

(10)

Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Allah berfirman:

     

    

    



Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima - ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).15

Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka. Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.16

5. Qaulan Layina

Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar. Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk

(11)

menerima pesan komunikasi kita.17 Allah berfirman:

 …

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina - kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).

Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Karena dalam berkomunikasi harus menggunakan etika-etika yang sepantasnya yang berkalu di masyarakat. Jadi jelas, bahwa landasan teologis dalam etika berkomunikasi telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an sesuai dengan yang telah disebutkan di atas.

6. Qaulan Maysura

Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan. Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.18

Dalam hal ini, Allah berfirman:

     



Artinya: ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura - ucapan yang mudah. (QS. Al-Isra: 28).19

B. Landasan Teoritik Etika Berkomunikasi

(12)

Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan perkataan lain, mengerti bahasanya saja, belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.20

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah disadari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles21 yang hidup ratusan tahun sebelum Masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles yang hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20 ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik setelah ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, dan lain sebagainya membuat para cendikiawan menyadari betapa pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science).

Di antara para sosiologi, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh perhatian terhadap perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland yang memberi pengertian tentang komunikasi. Menurut Carl I. Hovland22 ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Defenisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan 20 Unong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 9

21 Aristoteles adalah tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang ontinya adalah persuasive. Ia berpendapat bahwa ada 3 unsur dasar proses komunikasi, pertama Pembicara (speaker), kedua pesan (massage), dan ketiga Pendengar (listener). Lihat Deddy Mulyana, Op, cit. hlm. 145

(13)

pendapat umum (public opinion dan sikap publik (public attitude) yang dalam

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator sedagkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunkasi terdiri adri dua aspek, pertama isi pesan (content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang dan bahasa.24

Sebenarnya, teori komunikasi yang paling dasar adalah teori Stimulus-Respons.25 Teori ini mengatakan bahwa komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Misalnya ada seorang laki-laki berkedip kepada seorang wanita, dan wanita itu kemudia tersipu malu, atau bila dia membalas dengan senyuman. Itulah pola S-R.26

Selanjutnya ada model Lasswell27 yang berpendapat bahwa ada tiga fungsi komunikasi, yaitu pengawasan lingkungan, korelasi berbagai hubungan terpisah di masyarakat, dan transmisi warisan social dari satu generasi ke generasi.28 Namun kesemua teori yang ada masih membahas komunikasi secara umum, belum memiliki kaitan dengan etika dalam berkomunikasi. Karena komunikasi yang beretika akan memiliki dampak yang sangat besar.

23 Ibid

24 Unong Uchjana Effendy, Op, cit. hlm. 29 25 Deddy Mulyana, Op, cit. hlm. 143 26 Ibid

(14)

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:

1. Komunikator

Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi

2. Komunikan

Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.

3. Media Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.

5. Tanggapan

Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.29

Isu-isu kontemporar saat ini selalu bersinggungan dengan masalah akhlak atau etika, begitu juga dengan kesejahteraan.30 Dalam perspektif komunikasi, upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pemilihan umum, barangkali bisa terealisasi, ketika etika komunikasi bisa terpenuhi sebagaimana gagasan Johannesen31 yakni pedoman etika yang berakar dalam nilai-nilai demokrasi, antara lain bahwa komunikator harus menumbuhkan kebiasaan 29 Faisal Wibowo, OP, Cit, hlm. 5

30 Murtadho Muthahari, Falsafe Akhlaq, Terjem. Faruq bin Diya’, Falsafah Akhlak (Bandung: Pustaka Hidayah, 1995) hlm. 151

(15)

bersikap adil dalam memilih dan menampilkan fakta dan pendapat secara terbuka. Komunikasi tidak boleh menyelewengkan atau menyembunyikan data yang mungkin dibutuhkan untuk mengevaluasi argumen komunikator yang adil.32

C. Landasan Empiris Etika Berkomunikasi

Manusia mempunyai keistimewaan dibanding makhluk lain, yaitu kemampuan berpikir. Dengan kemampuan berpikir inilah, manusia sadar akan dirinya, siapa saya dan apa yang harus saya perbuat dan sebagainya, sehingga manusia akan berpikir sebelum melakukan tindakan. Manusia akan berpikir dan menimbang, apakah perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan harkat kemanusiannya atau justru sebaliknya. Etika merupakan kajian tentang bagaimana seharusnya manusia itu berbuat, apakah perbuatan itu baik dan buruk. Sebagai salah satu kajian dari filsafat, etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).33

Komunikasi merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan manusia. Kita tidak bisa, tidak berkomunikasi. Kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Komunikasi sudah merupakan kebutuhan manusia, bahkan kesuksesan seseorang sekarang ini, lebih banyak ditentukan pada kemampuan dia berkomunikasi. Berikut beberapa bentuk / Tatanan Komunikasi, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi ( personal communication )

a. Komunikasi antar pribadi ( interpersonal communication ) b. Komunikasi intra pribadi ( intrapersonal communication ) 2. Komunikasi Kelompok ( group communication )

a. Komunikasi kelompok kecil ( small group communication ) 1) Ceramah ( lecture )

2) Forum 3) Simposium 4) Diskusi panel 5) Seminar

32Ibid, hlm.73

(16)

6) Curah saran ( brainstorning )

b. Komunikasi kelompok besar ( large group communication / public speaking )

3. Komunikasi Organisasi ( organization communication ) 4. Komunikasi Massa ( mass communication )

a. Komunikasi massa cetak ( printed mass communication ) 1) Surat kabar

2) Majalah 3) Buku, dll

b. Komunikasi massa elektronik ( electronic mass communication ) 1) Radio

2) Televisi 3) Film, dll.

Komunikasi berdasarkan sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Komunikasi verbal ( verbal communication )

a. Komunikasi lisan ( oral communicaton )

b. Komunikasi tulisan ( written communication )

2. Komunikasi non verbal

a. Komunikasi kial ( gesture / body communication )

b. Komunikasi gambar ( pictorial communication )

3. Komunikasi tatap muka ( face- to – face communication )

4. Komunikasi bermedia ( mediated communication )

Adapun tujuan Komunikasi terbagi empat yakni : 1. Untuk mengubah sikap ( to change the attitude )

2. Untuk mengubah opini/pandangan ( to change the opinion )

3. Untuk mengubah perilaku ( to change the behavior )

(17)

Sedangkan fungsi Komunikasi adalah: 1. Menginformasikan ( to inform )

2. Mendidik ( to educated )

3. Menghibur ( to entertain )

4. Mempengaruhi ( to influence ).34 Adapun metode komunikasi yaitu:

1. Komunikasi informatif ( informatif communication ) 2. Komunikasi persuasif ( persuasive communication )

3. Komunikasi pervasif ( pervasive communication )

4. Komunikasi koersif ( coersive communication )

5. Komunikasi instruktif ( instructive communication )

6. Hubungan manusiawi ( human relation )

Teknik Komunikasi Teknik berasal dari kata “technicon” bahasa yunani, yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi, maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Jurnalistik

2. Hubungan masyarakat ( public relations )

3. Periklanan ( advertasing )

4. Propaganda

5. Publisitas ( publicity )

Beberapa model Komunikasi diantaranya:

1. Komunikasi satu tahap ( one step communication )

2. Komunikasi dua tahap ( two step flow communication )

(18)

3. Komunikasi banyak tahap ( multi step flow communication )

Beberapa bidang Komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi sosial ( social communication )

2. Komunikasi management ( management communication )

3. Komunikasi perusahaan ( business communication )

4. Komunikasi politik ( politic communication )

5. Komunikasi pembangunan ( Development communication )

6. Komunikasi internasional ( internasional communication )

7. Komunikasi tradisional ( tradisional communication ).35

Komunikasi melibatkan interaksi antar anggota masyarakat. Dalam interaksi diperlukan norma-norma atau aturan-aturan yang berfungsi untuk pengendalian yang tujuannya adalah untuk tercapainya ketertiban dalam masyarakat. Salah satu, upaya mewujudkan tertibnya masyarakat adalah adanya etika komunikasi yakni kajian tentang baik buruknya suatu tindakan komunikasi yang dilakukan manusia, suatu pengetahuan rasional yang mengajak manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik.36

Komunikasi menandakan pula adanya interaksi antar-anggota masyarakat, karena komunikasi selalu melibatkan setidaknya dua orang. Dalam interaksi selalu diperlukan norma-norma atau aturan-aturan yang berfungsi untuk pengendalian atau social control. Tujuannya untuk menciptakan masyarakat yang tertib. Salah satu bentuk untuk mewujudkan tertibnya masyarakat adalah adanya etika, yakni filsafat yang mengkaji baik-buruknya suatu tindakan yang dilakukan manusia. Etika berkomunikasi juga dikenal sebagai suatu pengetahuan rasional yang mengajak manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik.37

35 Ibid, hlm. 75

(19)

Para komunikator, misalnya calon pemimpin, hendaknya mengajarkan kejujuran dalam komunikasi, melalui tranparansi pesan yang dilontarkan. Komunikator harus terbiasa mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Apa yang menjadi keinginan dan cita-cita bersama warga daerahnya lebih didahulukan. Artinya seorang calon pemimpin dituntut secara etis untuk memikirkan nasib dan kebersamaan dengan pihak lain dalam lingkungan tempat ia berada Komunikator menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat dengan mendorong berbagai ragam argumen dan pendapat. Artinya proses pemilu betul-betul dijadikan momentum untuk membiasakan perbedaan argumen dan pilihan namun saling menghormati, sehingga berimplikasi positif bagi kepuasan batin individual lengkap dengan risiko pilihannya. Membiasakan menerima beragam perbedaan dengan bijak adalah fundamen mahal bagi terwujudnya bangunan demokrasi.

D. Implementasi Ilmu Manajemen dalam Etika Berkomunikasi

Etika berkomunikasi dalam implementasinya antara lain dapat diketahui dari komunikasi yang santun. Hal ini merupakan juga cerminan dari kesantunan kepribadian kita. Komunikasi diibaratkan seperti urat nadi penghubung kehidupan, sebagai salah satu ekspresi dari karakter, sifat atau tabiat seseorang untuk saling berinteraksi, mengidentifikasikan diri serta bekerja sama. Kita hanya bisa saling mengerti dan memahami apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki orang melalui komunikasi yang diekspresikan dengan menggunakan berbagai saluran, baik verbal maupun non-verbal. Pesan yang ingin disampaikan melalui komunikasi, bisa berdampak positif bisa juga sebaliknya. Komunikasi akan lebih bernilai positif, jika para peserta komunikasi mengetahui dan menguasai teknik berkomunikasi yang baik, dan beretika.38

Etika berkomunikasi, tidak hanya berkaitan dengan tutur kata yang baik, tetapi juga harus berangkat dari niat tulus yang diekspresikan dari ketenangan, kesabaran dan empati kita dalam berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang demikian akan menghasilkan komunikasi dua arah yang bercirikan penghargaan,

(20)

perhatian dan dukungan secara timbal balik dari pihak-pihak yang berkomunikasi.39

Dalam kaitannya dengan Ilmu Manajemen40, komunikasi saling berkaitan. Itu dibuktikan dengan adanya salh satu bidang dalam komunikasi yaitu komunikasi Manajemen.41 Maka daripada itu, Makalah ini akan membahas tentang ilmu manajemen dalam kaitannya dengan komunikasi. Fungsi manajemen yang paling dasar adalah:

1. Perencanaan

Perencanaan berarti mengidentifikasi berbagai tujuan untuk kinerja organisasi di masa mendatang serta memutuskan tugas dan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya.42 Dalam kaitannya dengan komunikasi, Herb Cohen43 memberikan teorinya tentang perencanaan dalam komunikasi. Ada 3 variabel penting yang perlu diperhatikan sebelum bernegosiasi, yaitu kekuatan, waktu dan informasi.

Pertama adalah merencanakan kekuatan yang kita miliki. Kekuatan disini adalah kemampuan atau kapasitas untuk menyelesaikan masalah dan cara untuk mencapai ke tempat lain. Misalnya bahasa yang halus, kemampuan meyakinkan orang lain, legitimasi, kekuatan mengambil resiko, komitmen dan kekuatan kompetisi. Kedua adalah waktu. Hendaknya kita merencanakan kapan waktu yang tepat alam berkomunikasi atau bernegosiasi. Ketiga adalah informasi. Ini adalah jantung dari segala permasalahan, begitu juga dengan komunikasi. Informasi yang kita dapat dapat membantu kita lebih dekat dengan lawan bicara kita.44

2. Pengelolaan

39 Ibid, hlm. 15

40 Ada empat fungsi manajemen yang paling dasar, yaitu Perencanaan, Pengelolaan, Kepemimpinan, dan Pengendalian. Lihat Richard L. Draf, Management 1, Terjem. Diana Angelica (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hlm. 7-8

41 Lihat Haryatmoko, Op, cit, hlm. 16-17 42 Richard L. Daft, Op, cit, hlm. 7

43 Ia lebih menggunakan kata “Negosiasi” dalam mengungkapkan istilan komunikasi. Lihat Herb Cohen, You Can Negotiate Anything How to Gets What You Want, Terjem. Fahmy Yamani (Jakarta: Serambi, 2011)

(21)

Pengelolaan biasanya dilakukan setelah perencanaan. Pengelolaan mencakup menentukan tugas, mengelompokkan tugas, mendelegasikan otoritas, dan mengalokasikan sumber daya yang ada.45 Dalam kaitan dengan negosiasi, bisa dilakukan lewat telepon, dengan membuat catatan, dan pidato. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Selanjutnya, untuk mencapai etika komunikasi, perlu diperhatikan sifat-sifat berikut: (1) penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa memandang umur, status atau hubungannya dengan si pembicara, (2) penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud dan integritas orang lain, (3) sikap suka memperbolehkan, keobjektifan, dan keterbukaan pikiran yang mendorong kebebasan berekspresi, (4) penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang rasional terhadap berbagai alternatif, dan (5) terlebih dahulu mendengarkan dengan cermat dan hati-hati sebelum menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan.46

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan berarti menggunakan pengaruh untuk memotivasi karyawan guna mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kepemimpinan berarti menciptakan nilai-nilai dan budaya bersama, mengkomunikasikan tujuan-tujuan kepada karyawan, dan menyuntikkan semangat untuk memperlihatkan kinerja tertinggi.47 Dalam kaitan dengan komunikasi (negosiasi), yaitu:

Pertama, menang dengan menggunakan segala cara (gaya Soviet). Gaya ini dianggap tidak beretika karena hanya menguntungkan satu belah pihak. Gaya ini menekankan pada hasil, bukan pada proses. Kedua negosiasi untuk kepuasan bersama. Gaya ini dinilai sangat efektif dikarenakan tidak adanya pihak yang dirugikan. Ketiga adalah gaya Win-Win Solution. Gaya ini menekankan pada 3 aspek yaitu membangun kepercayaan, mendapatkan komitmen, dan menangani pihak lawan.48 Etika berkomunikasi dalam hal ini perlu dilakukan karena untuk

45 Richard L. Daft, Op, cit, hlm. 7

(22)

mendapatkan kepuasan bersama dan membangun budaya komunikasi Win-Win Solution.

4. Pengendalian

Pengendalian berarti memonitor aktivitas karyawan, menentukan apakah organisasi sejalan dengan tujuannya, dan membuat koreksi jika diperlukan.49 Dalam kaitannya dengan komunikasi, dengan berkomunikasi, insya Allah, kita dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain karena komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:

a. Fungsi Informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.

b. Fungsi Ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.

c. Fungsi Kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.

d. Fungsi Sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan komunikan.

e. Fungsi Ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.

f. Fungsi Da’wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan bersama.50

Dalam kaitannya dengan pengendalian, sebagai pembicara kita harus menyesuaikan untuk apa dan dalam hal apa kita berkomunikasi, serta ketika apa yang kita komunikasikan tidak sesuai dengan etika yang berlaku, hendaknya kita memiliki control terhapat apa yang kita bicarakan. Etika komunikasi kita harus sesuai dengan fungsi-fungsi diatas, sehingga jika kita keluar dari apa yang telah 49 Richard L. Daft, Op, cit, hlm. 8

(23)
(24)

BAB III KESIMPULAN

1. Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.

2. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator sedagkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunkasi terdiri adri dua aspek, pertama isi pesan (content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang dan bahasa.

3. Komunikasi merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan manusia. Kita tidak bisa, tidak berkomunikasi. Kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Komunikasi sudah merupakan kebutuhan manusia, bahkan kesuksesan seseorang sekarang ini, lebih banyak ditentukan pada kemampuan dia berkomunikasi.

(25)

DAFTAR RUJUKAN

Andy Corry W, Etika Berkomunikasi dalam Penyampaian Aspirasi “Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanegara”, Tahun I/1/2009, hlm. 16

Cohen, Herb. 2011. You Can Negotiate Anything How to Gets What You Want, Terjem. Fahmy Yamani. Jakarta: Serambi.

Daft, Richard L. 2006. Management 1, Terjem. Diana Angelica. Jakarta: Salemba Empat

Effendy, Unong Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Faisal Wibowo, Komunikasi dalam Perspektif Al-Qur’an

(

http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/13/komunikasi-dalam-perspektif-islam-454798.html, diakses pada Sabtu, 29 November 2014

Pukul 20:30 WIB)

Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi. Yogyakarta: Kanisius

Hovland, Carl I. 1978. Social Communication. New York: McGraw-Hill

Johannesen, Richard L. 1996. Ethics in Human Communication. Prospect Heights, III: Waveland Press

KBBI. KBBI Online (http://kbbi.web.id/etika, diakses pada Minggu 30 November 2014 Pukul 09:50 WIB)

KBBI. KBBI Online (http://kbbi.web.id/komunikasi, diakses pada Minggu 30 November 2014 Pukul 09:46 WIB)

Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan ketujuhbelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

_______________ (ed). 2007. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkattkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muthahari, Murtadho. 1995. Falsafe Akhlaq, Terjem. Faruq bin Diya’, Falsafah Akhlak. Bandung: Pustaka Hidayah.

Referensi

Dokumen terkait

Dharmapala Usaha Sukses mempunyai kapasitas produksi terpasang sebanyak 300 ribu ton/tahun akan tetapi yang dilakukan kali ini dilakukan untuk mencari KPT yang dibutuhkan apabila

dengan cara dibuat sediaan apusan darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa. Hasil analisis statistik menunjukkan pada dosis ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2,8

Kurikulum merupakan jantung dari dunia pendidikan dan menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Diterapkannya kurikulum 2013 diharapkan guru dapat melaksanakan dengan baik,

Selanjutnya dalam pasal 7.6 di sebutkan tentang langkah-langkah pengelolaan yang memastikan dan mengharuskan/mewajibkan setiap negara untuk tingkat penangkapan

Dalam kaitannya dengan gagasan pendidikan karakter, nilai-nilai moral yang terkandung dalam Serat Wulang Reh sebaiknya dijadikan salah satu rujukan atau orientasi nilai.. Dengan

Tipe penelitian yang digunakan bersifat penjelasan ( explanatory research ). Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive random sampling dengan sampel sebesar 100

Berkurangnya kecepatan dan volume limpasan permukaan tentu juga akan menurunkan kemampuan limpasan permukaan untuk menimbulkan erosi, sehingga meskipun nilai erodibilitas tanah

Dalam kodisi inflasi laba atau rugi yang dihasilkan informasi akuntansi atas dasar nilai historis tidak menggambarkan perubahan status ekonomi perusahaan yang sesungguhnya dan