PENDAHULUAN
Wilayah laut Indonesia memiliki sumberdaya yang melimpah meliputi sumberdaya ikan dan non ikan. Dahuri et al. (2001) menyatakan bahwa potensi lestari (MSY) sumberdaya ikan di perairan laut Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta ton/ tahun. Salah satu jenis ikan permukaan dasar (demersal) adalah ikan Layur (Trichiurus sp). Secara umum sebaran ikan layur meliputi perairan laut (marine),
muara (estuarine), kawasan mangrove, rawa-rawa (marsh) sampai perairan payau (brackish water). Secara geografis sebaran ikan layur meliputi perairan tropis sampai perairan sub tropis antara lintang 60o
LU-45o LS (Badrudin dan Wudianto, 2004).
Sebaran ikan Layur (Trichiurus
sp) di pantai selatan Jawa yaitu di Teluk Pelabuhanratu, Binuangeun, dan Cilacap, ikan tersebut tertangkap pada perairan pantai di sekitar muara-muara sungai yang relatif dangkal (FAO, 1974). Banyak tidaknya hasil tangkapan tergantung dari pemakaian alat tangkap yang tepat. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di PPN Pelabuhanratu adalah pancing, payang, bagan tancap, gill net, rawai, tuna long line dan purse seine. Penggunaan alat tangkap yang tidak berlandaskan pelestarian sumberdaya akan membawa dampak terhadap
PENDUGAAN POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN LAYUR (Trichiurus sp.) YANG DIDARATKAN DI PPN PELABUHAN
RATU SUKABUMI JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SURPLUS PRODUKSI
Alit Hindri Yani1), M. Fauzi1) dan Dewi Ratih Trihapsari2)
1) Staf Pengajar Faperika UNRI 2) Alumni Faperika UNRI
Diterima: 3 Maret 2008 Disetujui: 14 Mei 2008
ABSTRACT
This research was conducted from 9 until 20 October 2006 at Pelabuhanratu port. The research goal is to know the various fishing gear, trip, production, sustainable yield, utilization level of ribbon fish that were landed at Pelabuhanratu port and to know amount of fishing instrument at Pelabuhanratu. Statistic data were obtained from the port and analyzed by a surplus production models (Schaefer). Fishing gear of ribbon fish were hand line, seine net, and lift net. Maximum sustainable yield (MSY) with three fishing gear are 318.7 tons and maximum effort (fopt) are 1,023,322 trips. Ribbon fish utilization level about
5.75% - 88.46% with average/year is 50.23% (growth). Effort level about 24.61% - 201.48% with average/year is 50.68% .
hasil tangkapan berupa menurunnya hasil tangkapan para nelayan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengelolaan dan kebijakan agar sumberdaya ikan layur tetap lestari dan tetap dapat ditangkap. Hal ini yang menyebabkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Layur (Trichiurus
sp.) yang didaratkan di PPN Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat dengan Menggunakan Model Surplus Produksi.
Perumusan Masalah
Sumberdaya ikan layur merupakan sumberdaya dapat pulih yang mengalami keterbatasan dalam memulihkan dirinya. Adanya penangkapan yang berlebihan terhadap sumberdaya ikan Layur (Trichiurus sp) dapat menyebabkan penurunan populasi bahkan dapat menyebabkan kepunahan dari sumberdaya ikan tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang potensi lestari dan tingkat pemanfatannya dalam menentukan suatu kebijakan dan strategi pengelolaan sehingga sumberdaya ikan layur tetap lestari dan tetap dapat ditangkap. Langkah awal dalam pengelolaan perikanan layur di perairan Pelabuhanratu adalah dengan mengetahui seberapa besar nilai MSY.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis alat tangkap, potensi lestari dan menduga tingkat pemanfaatan serta tingkat pengusahaan ikan layur (Trichiurus
sp.)
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmiah di bidang perikanan Layur dan memberikan informasi bagi stake holder agar pemanfaatan dan pengembangan perikanan layur menjadi bagian dalam penentuan kebijakan dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan layur di Sukabumi Jawa Barat, khususnya di PPN Pelabuhanratu di masa yang akan datang.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober hingga 20 Oktober 2006 di Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data statistik perikanan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, kamera dan komputer untuk mengolah data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan studi literatur.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian adalah :
1. Persiapan bahan dan alat yang akan di pergunakan dalam penelitian
2. Pengambilan data primer melalui
pengamatan langsung,
3. Pengambilan data sekunder di kantor Pelabuhan Perikanan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat, berupa data 10 tahun (1994-2004) produksi hasil tangkapan ikan layur dan jumlah alat tangkapnya yakni payang, pancing dan bagan tancap serta data-data penunjang meliputi sejarah dan keadaan umum PPN Pelabuhanratu.
4. Pengolahan data dengan menggunakan metode surplus produksi
Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di daerah penelitian mengenai fasilitas-fasilitas serta aktivitasnya yang ada di PPN Pelabuhanratu, wawancara serta penyebaran kuisioner yang ditujukan kepada para nelayan pancing, payang, dan bagan tancap dengan sumberdaya ikannya berupa ikan layur. Unit Penangkapan yang digunakan adalah pancing, payang, dan bagan tancap.
Data sekunder diperoleh dari dinas perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Barat, meliputi : a. Data tahunan produksi hasil
tangkapan ikan layur yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pelabuhanratu Jawa Barat selama 10 tahun (1994-2004)
b. Data tentang deskripsi, tipe, jumlah unit penangkapan ikan
layur yang ada dan
perkembangannya dalam kurun waktu 10 tahun (1994-2004). c Deskripsi tentang upaya (effort)
dan kapasitas tangkap (ukuran
alat, kapal, durasi trip operasi penangkapan ikan dan daerah penangkapan).
Pengolahan Data Produksi Perikanan
Produksi perikanan
menggunakan data tahunan mulai tahun 1994-2004 dengan alat tangkapnya berupa pancing, payang dan bagan tancap. Data 10 tahun tersebut di tabulasi serta di lihat perkembangannya (fluktuasi).
Upaya Penangkapan (Effort)
Upaya penangkapan dapat ditentukan sebagai jumlah seluruh kemampuan penangkapan dari setiap unit, waktu penangkapan yang dipergunakan dan jumlah unit operasi (DKP dan LIPI, 2001). Unit penangkapan ikan layur ada tiga yaitu payang, pancing dan bagan. Dalam penelitian ini upaya yang digunakan adalah jumlah aktif melaut nelayan dalam satu tahun dikalikan jumlah setting alat tangkap dalam sekali melaut, dikalikan jumlah alat tangkap dalam satu tahun.
Payang (hari aktif melaut x setting hauling x jumlah alat tangkap)
Hari aktif melaut nelayan PPN Pelabuhanratu enam hari dalam satu minggu, setiap hari Jum’at libur.
Pancing (hari aktif melaut x setting hauling x jumlah alat tangkap)
Hari aktif melaut dalam satu bulan adalah dua puluh enam hari dengan setting-hauling sebanyak empat kali. Dalam satu tahun menjadi 26 harix12x4xjumlah alat tangkap.
Bagan (hari aktif melaut x setting hauling x jumlah alat tangkap)
Hari aktif melaut dalam satu bulan adalah dua puluh enam hari dengan setting-hauling sebanyak dua kali. Dalam satu tahun menjadi 26 hari x 12 x 2 x jumlah alat tangkap.
Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan (CPUE)
Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel, lalu dihitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapannya (Catch per Unit Effort). Upaya penangkapan (fishing power indeks) berupa banyaknya trip penangkapan. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai CPUE adalah sebagai berikut
penangkapan dalam tahun i (kg/trip)
Catchi = hasil tangkapan dalam
tahun i (kg)
Efforti = upaya penangkapan dalam
tahun i (trip)
Standarisasi Upaya Penangkapan
Menghitung Fishing Power Index (FPI)
alat tangkap lain
CPUEi= CPUE alat tangkap yang
akan distandarisasi (kg/trip)
CPUEs = CPUE alat tangkap standar
(kg/trip)
Menghitung Upaya Standar
Nilai CPUE dihitung kembali dengan nilai upaya penangkapan yang baru, yaitu nilai upaya penangkapan setelah dilakukan
standarisasi upaya
penangkapan yang telah distandarisasi (kg/trip)
Catchs = hasil tangkapan yang
sudah distandardisasi (kg)
Efforts = upaya penangkapan alat
Model Surplus Produksi
Rumus-rumus untuk mencari potensi lestari (MSY) hanya berlaku bila parameter b bernilai negatif, artinya untuk penambahan akan menyebabkan penurunan CPUE. Bila dalam perhitungan diperoleh nilai b positif, maka perhitungan potensi dan upaya penangkapan optimum tidak dilanjutkan, tetapi hanya dapat disimpulkan bahwa penambahan upaya penangkapan masih memungkinkan untuk meningkatkan hasil tangkapan. Besarnya parameter a dan b secara
matematik dapat dicari dengan menggunakan persamaan regresi sederhana dengan rumus
Y = a + bx ...(5)
Setelah diketahui nilai a dan b, selanjutnya dapat ditentukan beberapa persamaan yang diperlukan, antara lain (Sparre and Venema, 1992) :
(a) Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan (f)
CPUE = a + bf …………..(7)
(b) Hubungan antara hasil tangkapan (c) dengan upaya penangkapan (f) :
c = CPUE x f
c = af + b(f)2 ...(8)
Metode surplus produksi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model Schaefer. Perhitungan nilai potensi lestari (MSY) dan upaya optimum (fopt) dengan menggunakan
rumus dan Schaefer adalah sebagai berikut :
(c) Nilai potensi lestari (MSY)
diperoleh dengan
mensubtitusikan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) ke
cara menyamakan turunan pertama hasil tangkapan (c) terhadap upaya penangkapan (f)) dengan nol: Data Dengan Metode Surplus Produksi
Langkah-langkah pengolahan data dengan metode surplus produksi adalah sebagai berikut :
kemudian dihitung nilai hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE = Catch Per Unit Effort).
b. Jika terdapat berbagai macam alat tangkap yang digunakan, maka dilakukan standardisasi alat tangkap. Alat tangkap dominan dijadikan standar, sedangkan alat tangkap lain dikonversikan dalam alat tangkap standar. c. Untuk model Schaefer langkah
yang dilakukan adalah memplotkan nilai f terhadap nilai
c / f dan menduga nilai intercept (a) dan slope (b) dengan regresi linear .
d. Menghitung pendugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield = MSY) dan upaya optimum (effort optimum = fopt)
e. Menentukan tingkat pemanfaatan dan tingkat pengusahaan ikan Layur (Trichiurus sp).
Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Tingkat pemanfaatan berguna untuk mengetahui status pemanfaatan suatu sumberdaya atau untuk mengetahui berapa persen dari
sumberdaya yang telah
dimanfaatkan. Tingkat Pemanfaatan
dihitung dengan cara
memprosentasikan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu terhadap nilai MSY (Pauly, 1983). Adapun rumus tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan adalah sebagai berikut : Sustainable Yield)
Tingkat Pengusahaan Sumberdaya Ikan
Tingkat pengupayaan
sumberdaya ikan dapat dicari dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Penangkapan Ikan Layur (Trichiurus sp.)
1. Pancing
Pancing yang digunakan terbuat dari bahan senar, dengan panjang 5-7 m, dan dilengkapi dengan 4 buah mata pancing. Umpan yang dipergunakan adalah ikan, termasuk ikan layur itu sendiri yang dipotong-potong. Pancing dioperasikan di daerah penangkapan pada kedalaman 40-100 m.
Pengoperasian pancing dilakukan pada pukul 16.00 WIB dan kembali pada pukul 08.00 WIB keesokan harinya. Dengan waktu aktif melaut 6 hari dalam 1 minggu. Jumlah penurunan (setting) sebanyak 1-2 kali. Lama waktu dalam 1 kali
setting 1 jam, dan lama waktu pengangkatan pancing tergantung dari banyaknya ikan hasil tangkapan.
2. Payang
Tabel 1. Hasil standarisasi alat tangkap
No. Tahun Effort (trip) Produksi (ton) CPUE
1 1995 260.984 71,494 0,0002739
2 1996 253.639 210,033 0,0008281
3 1997 287.415 204,921 0,0007130
4 1998 251.819 279,102 0,0011083
5 1999 641.592 281,916 0,0004394
6 2000 297.260 29,256 0,0000984
7 2001 263.186 96,744 0,0003676
8 2002 259.842 190,396 0,0007327
9 2003 274.606 73490 0,0002676
10 2004 333.740 145,291 00004353
Jumlah 3.124.083 1.582.643 0,005264 Rata-rata 312.408 158,264 0,000526
payang adalah perahu kayu bungur. Ukuran kapal yang digunakan memiliki kisaran panjang (L) 12 m; lebar (B) 2,80 m; dalam (D) 1,75 m. Tenaga penggerak yang digunakan adalah motor tempel dengan merk Yamaha (40 PK).
Alat tangkap payang terbuat dari benang gill net No.18, biasanya berwarna hijau. Payang adalah alat tangkap yang berbentuk seperti kantong yang dilengkapi dengan dua buah sayap. Pada bagian bawah kantong terdapat bibir yang berguna untuk menahan ikan agar tidak dapat melarikan diri ke arah bawah.
Payang dioperasikan pada pukul 05.00 WIB dan kembali pulang pada pukul 19.00 WIB. Waktu aktif melaut 6 hari. Jumlah
setting adalah 3-4 kali. Lama waktu dalam 1 kali setting 2-3 jam dan lama waktu hauling sekitar 1 jam dan tergantung dari banyaknya ikan hasil tangkapan.
3. Bagan Tancap
Bagan tancap berbentuk segi empat terbuat dari bambu, jaring yang berbentuk segi empat diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu. Untuk memperkuat
berdirinya bagan, pada keempat sisinya terdapat bambu-bambu menyilang dan melintang. Pengoperasian bagan tancap dimulai pukul 19.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB.
Standarisasi Alat Tangkap
Standarisasi alat tangkap dengan metode standarisasi Fishing Power Indeks. Alat tangkap standar adalah alat tangkap dimana Catch Per Unit Effort (CPUE) merupakan rata-rata terbesar, dalam perhitungan ini CPUE Pancing merupakan rata-rata yang tertinggi.
Produksi tertinggi didapatkan pada tahun 1999 sebesar 281,916 ton dan produksi terendah didapatkan pada tahun 2001 sebesar 96.744 ton. Sedangkan effort tertinggi di dapatkan pada tahun 1999 sebesar 641.592 trip dan effort terendah didapatkan pada tahun 1998 sebesar 251.819 trip.
Nilai MSY dan Upaya Penangkap-an Optimum (fopt)
Gambar 1. Hubungan effort dengan produksi ikan layur
Persamaan Regresi Linier Antara Produksi dan
Effort
y = -3E-10x +0,0006x R2 = 0.3231
0 50 100 150 200 250 300
0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000
Effort (trip)
P
rodu
k
s
i
(t
on)
intersept (a) dan nilai slope (b) ke dalam rumus MSY dan fopt. Setelah
didapatkan hubungan antara effort dan CPUE maka selanjutnya adalah dapat membuat grafik persamaan regresi yang didapatkan dari hubungan effort dengan produksi standar seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 menghasilkan garis regresi linear sederhana, yaitu 0,0006x – 3 x 10-10 dan diperoleh nilai dugaan parameter intersept (a) sebesar 0,0006 dan slope (b) sebesar -3 x 10-10. Setelah nilai intersept (a)
dan nilai slope (b) diperoleh maka dapat dilakukan perhitungan nilai potensi maksimum lestari (MSY) dan nilai upaya penangkapan optimum untuk ikan layur yang didaratkan di PPN Pelabuhan Ratu. Nilai effort optimum adalah 1.023.322 trip/tahun dan nilai MSY 318,70 ton.
Tingkat Pemanfaatan dan Pengusahaan Ikan Layur
Tabel 2. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan layur yang didaratkan di PPN Pelabuhanratu Tahun 1994-2004
Tahun Produksi (ton) Tingkat Pemanfaatan (%)
Keterangan
1995 71,494 22,43 tahap rendah
1996 210,033 65,90 berkembang
1997 204,921 64,30 berkembang
1998 279,102 87,57 padat tangkap
1999 281,916 88,46 padat tangkap
2000 29,256 9,18 tahap rendah
2001 96,744 30,36 tahap rendah
2002 190,396 59,74 berkembang
2003 73490 23,06 tahap rendah
2004 145,291 45,59 berkembang
Jumlah 1.582.643 502,34
Rata-rata 158,264 50,23
Tabel 3. Tingkat pengusahaan ikan layur yang di daratkan di PPN Pelabuhanratu tahun 1994-2004
Tahun Effort gabungan (trip)
Tingkat Pengusahaan (%)
Keterangan
1995 260.984 25,50 tahap rendah
1996 253.639 24,79 tahap rendah
1997 287.415 28,09 tahap rendah
1998 251.819 24,61 tahap rendah
1999 641.592 62,70 berkembang
2000 297.260 29,05 tahap rendah
2001 263.186 25,72 tahap rendah
2002 259.842 25,39 tahap rendah
2003 274.606 26,83 tahap rendah
2004 333.740 32,61 tahap rendah
Jumlah 3.124.083 305,29
Rata-rata 312.408 30,53
Perairan Teluk Pabuhanratu dipengaruhi oleh adanya arus di sepanjang pantai, pasang surut bersifat campuran dominasi pasang surut ganda. Arus menyusur pantai yang diakibatkan oleh gelombang berkisar 0,5 per detik. Arah arus berubah sesuai dengan perubahan arah gelombang datang. Gelombang yang datang dari arah Barat menyebabkan arah arus yang menyusur pantai bergerak ke Utara dan arah gelombang dari Barat daya menyebabkan arah arus pantai bergerak ke Selatan dengan curah
Layur di perairan Teluk Pelabuhanratu pada dasarnya dapat ditangkap sepanjang tahun dengan puncak musim pada akhir tahun menjelang tahun berikutnya yakni pada bulan November-Maret (PPN Pelabuhanratu, 2005).
Berdasarkan kurva lestari terlihat bahwa nilai CPUE akan mengalami penurunan apabila adanya penambahan upaya penangkapan. Untuk mengusahakan supaya sumberdaya ikan bisa dimanfaatkan terus-menerus secara maksimal dalam waktu yang tidak terbatas, maka laju kematian karena penangkapan (tingkat pemanfaatan) perlu dibatasi pada suatu tingkat tertentu. Induk-induk ikan dalam jumlah tertentu harus disesuaikan dan diberi kesempatan untuk berkembang biak, sehingga mampu menghasilkan anak ikan dalam jumlah cukup untuk kelestarian.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan layur (Trichiurus sp.) yang bertempat di PPN Pelabuhanratu adalah pancing, payang, dan bagan tancap. Dengan menggunakan model Schaefer maka didapatkan untuk nilai potensi lestari (MSY) sebesar 318,70 ton/tahun dengan upaya penangkapan optimum (fopt) sebesar 1.023.322 trip/tahun.
Tingkat pemanfaatan ikan layur yang didaratkan di PPN Pelabuhanratu selama tahun 1995-2004 dikategorikan berkembang, sedangkan tingkat pengusahaan ikan layur yang didaratkan di PPN Pelabuhanratu selama tahun 1994-2004 dikategorikan rendah.
Saran
Hasil penelitian dapat disarankan bahwa para nelayan PPN Pelabuhanratu dapat diharapkan memaksimalkan tingkat pemanfaatan dan tingkat pengusahaan ikan Layur karena masih berpeluang cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, B.S. dan Wudianto., 2004. Laju tangkap dan komposisi hasil tangkapan fish net di perairan Laut Arafura. Laporan Teknis Intern. Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta. Dahuri, R., J. Rias, S.P. Ginting, dan
M.J.Sitepu. 2001. Pengelo-laan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradya Paramitha, Jakarta.
FAO. 1974. FAO species identification sheets for fishery purposes. Eastern Indian Ocean and Western Central Pacifik. (Edited by Fischer, W. and P.J.P Whitehead). FAO-UN. Rome
Fauzi, M., Bustari, T. Efrizal. 2005. Potensi perikanan demersal dan udang untuk penentuan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) di perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis. J. Perikanan dan Kelautan. 10 (2): 102-109.
Gulland, J. A. 1983. Fish stock assesment. A manual of basic methods. Wiley & Sons. Chichester. 223 p.
uhate cakalang di perairan laut sekitar Sorong, hal. 59-76. Balai Perikanan Laut dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. Pauly, D. 1983. Some simple
methods for the assesment of tropical fish stock. FAO Fish. Tech. pap. Rome.134 p.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuanratu, 2005. Laporan Tahunan PPN Pelabuhanratu. Sukabumi. Jawa Barat.
Purnama, H.R. 2006. Hasil Tangkap-an dari bubu kawat dTangkap-an bubu lipat di perairan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hal.