• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN MODEL PENDIDIKAN KEHIDUPAN BERAGAMA BERBASIS LIFE SKILLS DI PESANTREN: Studi Kasus di SMK Roudlotul Mubtadiin Jepara dan Madrasah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEMBANGUN MODEL PENDIDIKAN KEHIDUPAN BERAGAMA BERBASIS LIFE SKILLS DI PESANTREN: Studi Kasus di SMK Roudlotul Mubtadiin Jepara dan Madrasah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Naskah diterima 23 Oktober 2012, Revisi pertama 30 Oktober 2012, Revisi kedua 10 Nopember 2012, Revisi akhir 20 Nopember 2012

Studi Kasus di SMK Roudlotul Mubtadiin Jepara dan Madrasah

Aliyah Al Hikmah 2 Brebes

oleh: mudzakkr al

Drektur Program Pascasarjana Unverstas Wahd Hasym semarang.

Email: amudzakkirali@yahoo.com

Abstract

The research objective is to build an education model of religious life based on life skills in the Islamic boarding school according to the philosophy of life of the nation. This study used Borg and Gall development procedure consisting of three stages of development, namely pre-development, development and post-development. Activities undertaken in the pre-development stage is to conduct literary study. The development stage includes the steps of drafting a guidance to formulate general objective, special objective, developing evaluation tools and determining strategy. The post-development stage includes expert test, small group test and limited group test. The expert assessment results show that education model of the religious life based on life skills in Islamic boarding school have met the acceptability criteria when viewed from the usability, feasibility and accuracy aspects. The study results are in two schools in the Islamic boarding school surrounding, namely Islamic Senior High School (MA) Al Hikmah 2 and Vocational School (SMK) Roudlotul Mubtadiin, which have organized life skills education although with different variants, i.e. materials of vocational education programs in the extra-curricular

activiti-es, such as: computer, English, fashion, fisheriactiviti-es, electronics, automotive, welding, and Kitab Kuning

(Islamic books). The implementation of life skills education is not limited to the level of regulatory structure, both in the curriculum and in the educational process, but also the effectiveness of education contained in the culture system of religious life in developing life skills in the Islamic boarding school environment.

Keywords: Education, Religious Life, Life Skills, Islamic boarding school

Abstrak

(2)

PENDAHULUAN

Dalam konteks kehdupan, agama adalah potens, kompetens dan tujuan hdup.

se-bagai potensi, agama merupakan fitrah ma -nusa yang dttahkan sejak a mash d alam arwah1. sebaga kompetens, potens agama

tersebut perlu daktualsaskan dalam pro-ses perjalanan hdup manusa agar hdup-nya bermakna2. sebaga tujuan, aktualsas

agama dyakn akan mewujudkan keba-hagaan dan kesejahteraan manusa dalam hdup d duna dan akhrat3. oleh karena

tu, agama menjad kebutuhan azas dalam hdup dan kehdupan manusa. Penddkan sebaga ttk tolak kehdupan beragama, ka-rena menjad keyaknan bahwa penddkan sangat efektf dalam mempengaruh per-kembangan ndvdu untuk mampu mem-bawa agama bak pada tataran lmu (logos) dan semangat penghayatan (etos) maupun pada terapannya (patos) dalam realtas h-dup dan kehh-dupan manusa4. John Dewey

(1859-1952 m) mengatakan education is the means of social continuity of life (penddkan adalah alat kontnutas sosal kehdupan)5.

Rasyd Rdla (1865-1935 m) bahwa umat

1 baca: Qs al-a’raf: 172 dan Qs al-Rum: 30. 2 agama sebaga kompetens dalam art bahwa

pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama tdak hanya dlakukan d masjd atau tempat badah, tetap selalu daplkaskan d mana saja dalam keh-dupan sehar-har.

3 Sesuai dengan definisi agama, bahwa tujuan

-nya adalah untuk kesejahteraan umat manusa. baca: mudzakkr al. 2009.al. 2009. Pengantar Studi Islam. sema-rang: Wahd Hasym Unversty Press, h. 34.

4 slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup, hlm.

2-4. Dalam www.DePDiKnas.Go.iD. dunduh tang-gal 9 me 2006.

5 yunus. 2005. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial

Paulo Freire & YB Mangunwijaya. yogyakarta: Logung Pustaka, h. 9.

manusa tdak menjad bak pada akhrnya, kecual perbakan pada awalnya melalu penddkan6. Dsampng tu, penddkan

secara teortk memlk asums pokok bersfat aktual, normatf, dan proses7. sfat

aktual memlk asums bahwa penddkan bermula dar konds aktual ndvdu dan lngkungan belajar. sfat normatf dalam art bahwa penddkan tertuju pencapaan hal-hal atau norma yang bak. sfat pro-ses dalam art bahwa penddkan adalah serangkaan kegatan yang bermula dar konds aktual ndvdu yang belajar tertuju pada pencapaan ndvdu yang dharap-kan. Dengan demkan, penddkan dar bak seg aktual, normatf, maupun proses

memiliki signifikansi dalam kehidupan

keagamaan bag peserta ddk. Life skills (kecakapan hdup) sebaga nstrumen keh-dupan agama ddasarkan pada pentngnya ekonom dalam pemelharaan agama sese-orang, karena kefakran seseorang dapat

menjadi penyebab kekafirannya8. Untuk

tu, penddkan kecakapan hdup perlu dtata agar menjad sstem kehdupan ber-agama dan ndvdu yang dpengaruhnya juga dapat hdup dan berkembang selaras dengan perubahan zaman.

Dar aspek penddkan, secara umum, kelemahan mendasar penddkan kta

(ter-6 Rasyd Rdla. 1912. al-Tarbiyyah wa al-Ta’lim.

inda: al Kad, h 24.

7 Redja mudyahardjo. 2001. Pengantar

Pendidi-kan Sebuah Studi awal tentang Dasar-Dasar PendidiPendidi-kan pada umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:

Raja �rafindo Persada, h. 92-100.

8 sesua dengan hadts nab dar anas bn

ma-lk, artnya: hampr-hampr kefakran tu menjadkan

seseorang menjadi kafir. Baca: al-Qadlai. 1986.

Mus-nad al-Syihab Juz I. berut: muassasah al-Rsalah, h. 343.

varian yang berbeda, yaitu materi program pendidikan keterampilan dalam kurikulum ekstra kurikuler, seperti: komputer, bahasa Inggris, tata busana, perikanan, elektronika, otomotif, pengelasan, dan kitab turats. Implementasi pendidikan life skills tidak sebatas pada tataran struktur regulatif, baik dalam muatan kurikulum maupun proses pendidikannya, tetapi efektivitas pendidikan terdapat pada sistem kultur kehidupan beragama dalam mengembangkan life skills di dalam lingkungan pesantren.

(3)

utama ma dan smK) terletak pada input, proses dan output penddkan. Kelemahan input berkatan dengan masalah muatan s (kurkulum) yang tdak (kurang) dper-sapkan bag peserta ddk agar mampu menghadap problema hdup9. Kelemahan

proses terletak pada kultur lngkungan yang tdak menddk10. Kelemahan output

terutama adanya ketmpangan kualtas output dengan kualifikasi tenaga kerja yang dbutuhkan11. Dar aspek agama,

kehdup-an keagamakehdup-an mash bersfat masif dalam art tdak member bekas pada kesejahte-raan dunaw, padahal seharusnya juga berdampak dunaw dan ukhraw. secara khusus, penddkan smK dpersapkan d bdang vokasonal, tetap mnm bekal akademk dan keagamaan. Penddkan ma memlk karakterstk bdang keagamaan dan akademk, tetap mnm bekal vokaso-nal. Demkan juga, penddkan pesantren memlk karakterstk d bdang keagama-an, tetap mnm bekal akademk dan vo-kasonal. berdasarkan kenyataan tersebut, ketga lembaga penddkan masng-masng memlk kelemahan, sehngga perlu dtel-t model penddkan smK, dan ma undtel-tuk mencar bentuk penddkan yang terpadu agar peserta ddk mampu menghadap problema hdup sehngga kehdupan ber-agamanya lebh bak.

9 banyaknya muatan kurkulum dan selalu

berubah, munculnya ungkapan masyarakat ”ganti menteri ganti kurikulum” meskipun tidak selalu de -mkan. muhamn. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Is-lam. Jakarta: Raja�rafindo Persada. h. 2. Tetapi dalam

kenyataan, msalnya: buku pelajaran sswa tdak da-pat dpaka untuk adknya d tahun berkutnya pada kelas yang sama. Kemudan juga banyaknya muatan kurkulum sangat menjad beban peserta ddk se-hngga mereka tdak sempat menkmat kehdupan sebaga seorang anak.

10 Dalam noeng muhadjr. 2003. Ilmu Pendidikan

dan Perubahan Sosial. yogyakarta: Rake sarasn. h. 4. Dkatakan bahwa lngkungan tersebut merupakan konteks postf yang drancangperankan member pengaruh pada aktvtas penddkan yatu learning society.

11 zamron. 2000. Paradigma Pendidikan Masa

De-pan. yogyakarta: bgraf Publshng, h. 1.

Data surve tenaga kerja nasonal ta-hun 2009 yang dkeluarkan oleh badan Pe-rencanaan nasonal (bappenas), dar 21,2 juta masyarakat indonesa yang masuk da-lam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta orang atau sektar 22,2 persen adalah pengang-guran12. angka pengangguran d indonesa

pada 2010 dperkrakan mash akan berada d ksaran 10 persen. target pertumbuhan ekonom yang hanya sebesar 5,5 persen d-nla tdak cukup untuk menyerap tenaga kerja d usa produktf13. Jumlah penduduk

mskn (penduduk dengan pengeluaran per kapta per bulan d bawah Gars Kemskn-an) d indonesa pada maret 2010 mencapa 31,02 juta (13,33 persen). D Jawa tengah prosentase penduduk mskn sejumlah 5.396.16 orang atau 16, 56%14.

masalah selanjutnya berkatan mnm-nya pendewasaan bag lulusan, sehngga tdak semua manusa terddk secara oto-mats dapat memasuk sektor produktf, se-hngga semakn mencuatnya angka peng-angguran d negara-negara berkembang termasuk indonesa. Konds demkan merupakan quo vadis penddkan. sejalan

12 adta sudarto, Konsultan sDm Daya

Dmen-s indoneDmen-sa, indoneDmen-sa dalam dDmen-skuDmen-s berDmen-sama medadalam dskus bersama meda bertema “Siap Hadapi Tantangan Dunia Kerja dengan Pendidikan Berfokus Karir” yang digelar oleh INTI In -donesa d Jakarta,Kams (18/2/2010). baca: http:// edukas.kompas.com/read/2010/02/18/16344910/ angka.Pengangguran.akademk. Lebh. dar. Dua. Juta. dakses 30 Desember 2010).

13 Drektur Keuangan dan PsDm PPm

manaje-men bramantyo Djohan Putro d Jakarta dalam lntasalam lntas berta on line tanggal 12 nopember 2010 baca: http:// www.waspada.co.d/ndex.php? opton=com_con-tent& vew=artcle&d =65999:2010-pengangguran-d-ndonesa-mash-10& catd= 18:bsns&itemd=95 dakses 3 Januar 2011.

14 Gars Kemsknan dpergunakan sebaga

(4)

Quo vadis penddkan terletak pada proses menuju kecakapan hdup, maka menurut a.m. saefuddn, bahwa penddkan pada hakekatnya merupakan kesatuan dar em-pat proses, yatu: (1)proses pengenalan ha-kekat hdup; (2) proses keterpaduan anasr kehdupan dengan keprbadan; (3) proses perkembangan daya-daya manusaw; dan (4) proses pengolahan sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan prakts dalam ru-ang, waktu dan bobot kehdupan. Keempat proses tersebut selanjutnya dhubungkan dengan empat faktor untuk mendnam-saskan proses penddkan, yatu: (1) pe-ngetahuan tentang medan kehdupan; (2) masukan teknolog; (3) pengembangan dan proporsonalsas wawasan; dan (4) konss-tens tujuan, sarana, teknk, kurkulum, dan slabus15.

D dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sstem Penddkan nasonal, tercantum penjelasan pasal 26 ayat (3) Life Skills adalah “penddkan yang memberkan kecakapan personal, keca-kapan sosal, kecakeca-kapan ntelektual, dan kecakapan vokasonal untuk bekerja atau

usaha mandiri”. Orientasi pendidikan yang

demkan pentngnya, UU tersebut hanya menjelaskan dan mengatur penddkan non formal, tdak atau belum menyentuh pen-ddkan formal. oleh karenanya, banyak pengangguran justru berasal dar keluaran penddkan formal. sementara untuk pen-ddkan non formal sendr mash sebatas pada kecakapan vokasonal, sehngga programnya belum mampu menyelesakan problem krusal penddkan. D snlah le-tak penddkan life skills seharusnya tdak dbatas pada penddkan formal atau non formal, melankan perlu dberlakukan se-baga sebuah kultur dan etos pada semua bentuk, tngkat dan jenjang penddkan d indonesa.

Lahrnya kebjakan pemerntah d b-dang penddkan dengan memberlakukan Kurkulum 2004, yakn Kurkulum berbass

15 saefuddn et. al. 1987. Desekularisasi Pemikiran

Landasan Islamisasi. bandung: mzan. h. 108.

Kompetens atau KbK (Competency Based Curriculum), dimaksudkan untuk ”membe -kal peserta ddk dengan berbaga kemam-puan sesua tuntutan zaman dan tuntutan reformas guna menjawab tantangan arus globalsas, berkontrbus pada pemba-ngunan masyarakat dan kesejahteraan so-sal, lentur, dan adaptf terhadap berbaga

perubahan”16. akan tetap KbK n juga

mash belum mampu menjawab perubahan zaman terutama tantangan problema hdup yang dhadap manusa.

Upaya lebh lanjut untuk mewujudkan langkah-langkah reformas penddkan d indonesa dan percepatan perbakannya, la-hrlah paradgma baru penddkan dengan terbtnya Peraturan Pemerntah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasonal Pen-ddkan (snP). Hal n tercermn dalam vs

Pendidikan Nasional, yaitu: ”terwujudnya

sstem penddkan sebaga pranata sosal yang kuat dan berwbawa untuk member-dayakan semua warga negara indonesa agar berkembang menjad manusa yang berkualtas sehngga mampu dan proaktf menjawab tantangan zaman yang selalu

berubah”. Bahkan di dalam PP tersebut

djelaskan bahwa Penddkan nasonal me-mlk ms antara lan: menngkatkan mutu penddkan yang memlk daya sang d tngkat nasonal, regonal, dan nternaso-nal. sebaga mplementas Peraturan Peme-rntah tersebut, dsusul Permendknas no. 22 tahun 2006 tentang standar is dan Per-mendknas no. 23 tahun 2006 tentang stan-dar Lulusan serta dperkuat Permendknas no. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Per-mendknas no 22 dan no 23, maka lahrlah kebjakan Kurkulum tngkat satuan Pen-ddkan (KtsP) sebaga bentuk atau acuan operasonal kurkulum dalam konteks de-sentralsas penddkan dan otonom dae-rah. KtsP sebaga paradgma baru dalam pengembangan kurkulum, dmaksudkan sebaga terobosan bag penngkatan

kua-16 mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(5)

ltas pembelajaran dem terwujudnya out put penddkan melalu muatan lokal dapat memenuh harapan masyarakat17.

sekal-pun demkan, paradgma baru teresbut

akan menjadi ”menara gading” atau hanya

sebuah struktur naratf bla tdak ddu-kung konsep-konsep dan mplementasnya dalam sebuah kultur d lngkungan yang menddk agar tercapa tujuan yang dha-rapkan masyarakat dan bangsa. Dsnlah perlunya nfrastruktur penddkan yang harus dtata dengan ancangan terpadu dan mult-dmensonal untuk membangun mo-del penddkan kehdupan beragama mela-lu penddkan life skills.

D tengah permasalahan penddkan d indonesa, terdapat lembaga penddkan

yang bernama ”pesantren” sejak awal ber -drnya danggap melaksanakan penddk-an life skills. menurut steenbrnk (1986: 1-4) bahwa pesantren merupakan penddkan khas prbum bangsa indonesa18. Dalam

perjalanan sejarah bangsa indonesa, pesan-tren selalu mampu bertahan sebaga nst-tus penddkan yang mampu membentuk perubahan sosal, bahkan menurut ab-durrahman Wahd (1940-2009), pesantren mampu membentuk kultur yang khas bag bangsa indonesa19. Dkatakan pula oleh Abdurrahman Mas’ud (2000): ”The pesan-tren as an educational institution has been very

potential and exceptional... Its uniqueness rests

on its combination between local culture and its substance as a holistic way of life”.20

Keunk-an dKeunk-an keluwesKeunk-an pesKeunk-antren jauh sebelum kemerdekaan indonesa telah daku dan

17 mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan

Pen-didikan. bandung: Remaja Rosdakarya, h. 20.

18 steenbrnk. 1986. Pesantren, Madrasah Sekolah.

Jakarta: LP3es, h. 1-4.

19 abdurrahman Wahd,Wahd, Pesantren sebagai

Sub-kultur, dalam m. Dawam Rahardjo (ed.). 1988. Pesan-tren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3es, h. 39-60.

20 abdurrahman mas’ud,mas’ud, Why the Pesantren in

Indonesia Remains Unique and Stronger, dalam ima-ae alee dkk (ed.), Islamic Studies in Asean: History,

Ap-proarches and Future Trends-Presentations of an Interna -tional Seminar, (thaland: college of islamc studes, Prnce of songkla Unversty, Pattan campus, 2000), hlm. 198.

dcta-ctakan oleh K Hadjar Dewantoro (1889–1959) untuk mengembangkan model penddkan pesantren sebaga sstem pen-ddkan nasonal21.

serng dengan problem penddkan, modernsas pesantren memlk makna perubahan dan pengembangan pesantren dengan mengelola sekolah dan atau madra-sah sebaga penddkan formal dengan ma-najemen modern. Walaupun d lngkungan pesantren terdapat ma, sma, smK atau bentuk lan, karena pendrannya dbdan oleh Kya sehngga semangat penddkan-nya dengan mengedepankan kultur pesan-tren22. model pesantren merupakan model

penddkan yang sangat efektf dalam membentuk kultur masyarakat menddk (learning society) dalam kehdupan berga-ma.

berdasarkan kenyataan d lapangan akhr-akhr n telah merebak model-model penddkan, sepert: penddkan ntegratf, boarding school (penddkan berasrama), penddkan terpadu, dan sejensnya. maka drasa perlu untuk menelt sekolah/ma-drasah yang terntegras dengan pesantren atau sekolah model boarding school. adapun sekolah/madrasah d lngkungan pesan-tren yang dplh sebaga objek peneltan adalah ma al-Hkmah 2 benda srampog brebes dan smK Roudlotul mubtadn ba-lekambang Gemrng lor nalumsar Jepara.

Dar beberapa pokok pkran d atas, sekalpun mengambl dua kasus pend-dkan menengah atas, namun dengan adanya persamaan lngkungan atau kultur

pesantren yang spesifik beserta perbedaan

model orentas yang menjad bass pend-dkannya, sehngga penuls merasa cukup untuk menjadkan kedua lembaga

pend-21 cta-cta tersebut kemudan drealsaskan

oleh murdnya, K sarno mangunpranoto, menter Penddkan dan Kebudayaan, berupa sekolah Far-mng d Ungaran, Jawa tengah, lhat Rahardjo, Pem-bangunan Masyarakat, h. v.

22 Umar. 2009. Modernisasi Pendidikan Pesantren,

(6)

dkan tersebut sebaga objek peneltan. Hal n ddasarkan pada problem umum yang dhadap ma dan smK, sedangkan pesantren mempunya potens penddkan kehdupan beragama yang efektf untuk dkembangkan. sementara penddkan life skills merupakan bekal pentng bag peserta ddk dalam mengarung kehdupan.

meskpun kedua lembaga tersebut menurut pengelola telah melaksanakan penddkan life skills, namun tdak menutup kemungknan akan adanya masalah yatu terdapat hal yang kurang sesua harapan, sehngga perlu dtelt untuk menemukan varan-varan yang berkatan dengan pen-ddkan life skills. Dengan mencar akar ma-salah d tga lembaga penddkan tersebut dharapkan mampu membawa angn per-ubahan dalam penddkan nasonal. Harap-an peneltHarap-an darahkHarap-an menuju sebuah ss-tem penddkan eksploratf dalam bentuk model penddkan kehdupan beragama berbass life skills d dua lembaga penddk-an tersebut, untuk selanjutnya melahrkan tawaran berupa hasl konstruks model penddkan agar dapat djadkan sebaga model penddkan kehdupan beragama berbass life skills d pesantren.

secara teorets, teor penddkan life skills, berawal dar UU no. 20 ssdknas tahun 2003, dperkuat panduan Depdknas

(2004) berjudul ”Pedoman Implementasi

Kecakapan Hdup dalam kurkulum 2004

di SMP”23, buku Depdiknas berjudul ”Pe

-doman Penyelenggaraan Program

Keca-kapan Hidup Pendidikan non formal”24, buku Anwar (2004) berjudul ”Pendidikan

Kecakapan Hdup (life skills Education)

Kon-sep dan Aplikasi”25, tulsan Djam’an sator dan buku Slamet PH berjudul ”Pendidikan

23 Depdknas. 2005. Pedoman Implementasi

Ke-cakapan Hidup dalam Kurikulum 2004 di Sekolah Menen-gah Pertama, Jakarta: Dt. PLP Dtjen Dkdasmen,

24 Depdknas. 2004. Pedoman Penyelenggaraan

Program Kecakapan Hidup Pendidikan Non Formal, Ja-karta: Dtjen Penddkan Luar sekolah dan Pemuda

25 anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup

(Life skills Education), Konsep dan Aplikasi. bandung: alfabeta..

Kecakapan Hidup: Konsep Dasar”26, serta buku Puskur Depdiknas ”Pengembangan

model Penddkan Kecakapan Hdup sD/ mi/sDLb-smP/mts/smPLb/sma/ma /smaLb/smK/maK27. Undang-Undang

ssdknas tahun 2003 bahwa penddkan kecakapan hdup (life skills) adalah pend-dkan yang memberkan kecakapan perso-nal, kecakapan sosal, kecakapan ntelektu-al, dan kecakapan vokasonal untuk bekerja atau usaha mandr.

Kurkulum 2004, empat aspek keca-kapan hdup tersebut dplah menjad 6 aspek, dengan 20 ndkator, yatu: 1) aspek kesadaran dr (self awareness), mencakup: (a) kesadaran dr sebaga makhluk tuhan yme; (b) kesadaran dr sebaga makhluk sosal; (c) kesadaran dr sebaga makhluk lngkungan; (d) kesadaran akan potens

diri. 2) Aspek kecakapan berfikir (thinking skills), mencakup: (a) kecakapan menggal nformas; (b) Kecakapan mengelola nfor-mas; (c) Kecakapan mengambl keputus-an; (d) Kecakapan memecahkan masalah. 3) aspek kecakapan komunkas (commu-nication skills), mencakup: (a) kecakapan mendengarkan; (b) kecakapan berbcara; (c) kecakapan membaca; (d) kecakapan menuls pendapat/gagasan. 4) aspek ke-cakapan bekerjasama (collaboration skills), mencakup: (a) kecakapan sebaga teman kerja yang menyenangkan; (b) Kecakapan sebaga pmpnan yang berempat. 5) as-pek kecakapan akademk (academic skills),

mencakup: (a) kecakapan mengidentifikasi

varabel dan hubungannya; (b) kecakap-an merumuskkecakap-an hpotess; (c) kecakapkecakap-an merancang dan melaksanakan peneltan. 6) aspek kecakapan vokasonal (vocational skills), mencakup: (a) kecakapan vokasonal

26 sator, implementas Life Skills Dalam Konteks

Pendidikan di Sekolah, dalam http:www. depdknas. go.d/Jurnal/34/implementas lfe skll dalam.htm, dakses 9 me 2006.

27 Depdknas, Pengembangan Model Pendidikan

(7)

dasar; (b) Kecakapan kerja, dan (c) Keca-kapan kewrausahaan28.

Puskur Depdknas mengsyaratkan:

”kurikulum untuk SD/MI/SDLB,SMP/

mts/smPLb,sma/ma/smaLb, smK/ smaK dapat memasukkan penddkan kecakapan hdup. atas dasar tu, bak se-kolah formal maupun non-formal memlk kepentngan untuk mengembangkan pem-belajaran berorentas kecakapan hdup29”.

Konsep Puskur Depdknas tersebut mema-sukkan penddkan kecakapan hdup pada kurkulum penddkan formal, tetap hal tersebut akan kuat pengaruhnya apabla orentas kecakapan hdup dmasukkan sebaga standar kurkulum penddkan na-sonal. meskpun demkan, setelah drasa perlunya kecakapan hdup bag kompetens lulusan yang ddasar dengan Permendk-nas no. 22 tahun 2006, maka model kurku-lum life skills dapat dkembangkan secara ntegratf masuk ke semua mata pelajaran dan dapat pula dkembangkan d dalam kegatan ekstrakurkuler.

tujuan umum penddkan life skills da-pat drumuskan sebaga penddkan untuk memfungskan penddkan sesua dengan

fitrah manusia yaitu mengembangkan po -tens nsanyah dan po-tens lahyah peserta ddk untuk menghadap perannya d masa mendatang. tujuan khusus penddkan ke-cakapan hdup adalah untuk menyapkan peserta ddk agar mampu mengaktualsa-skan potens yang dmlknya, memlk wawasan pengembangan karrnya, me-mlk bekal untuk menghadap masalah hdup sehar-har, sehngga sanggup dan terampl dalam menghadap persoalan dup serta dapat menjaga kelangsungan

h-28 Depdknas. 2005. Pedoman Implementasi

Ke-cakapan Hidup Dalam Kurikulum 2004 di Sekolah Me-nengah Pertama. Jakarta: Dt. PLP Dtjen Dkdasmen Depdknas, h. 5.

29 Depdknas, Pengembangan Model Pendidikan

Kecakapan Hidup sD/mi/sDLb, smP/mts/smPLb, sma/ma/smaLb, smK/smaK, (Jakarta: Puskur baltbang, t.t). dalam www.puskur.net, dunduh 13 Pebruar 2010.

dup dan perkembangannya bag perannya d masa datang.

Dengan demkan, penddkan keca-kapan hdup tdak hanya berlaku d seko-lah, tetap juga dapat berlangsung bag pe-serta ddk d luar sekolah, dengan syarat terdapat lngkungan bag berlangsungnya aktvtas penddkan. oleh karena tu pen-ddkan life skills berorentas pada pend-dkan berbass luas (Broad Based Education), karena luasnya wlayah nla kehdupan. mengngat masalah hdup selalu ada se-lama hayat dkandung badan, maka pen-ddkan kecakapan hdup memlk tujuan yang tdak terbatas oleh ruang dan waktu yatu sebaga proses pengembangan ndv-du yang searah dengan penddkan sepan-jang hayat (lifelong learning/education).

berdasarkan landasan nlah penelt-an n dlakspenelt-anakpenelt-an. Peneltpenelt-an n berusa-ha untuk membangun model penddkan kehdupan beragama berbass life skills d

pesantren sesuai dengan filosofi pendidik -an d-an falsafah hdup b-angsa y-ang selaras dengan nla-nla islam. Untuk mencapa tujuan tersebut, peneltan n membatas dr pada pembuatan model dan uj valda-s model bag para pengguna, yang tdak menuntut pengujan secara emprk lebh lanjut d lapangan, kecual uj coba terbatas. Pengujan model secara emprk d lapang-an dharapklapang-an dapat dkemblapang-angklapang-an oleh penelt berkutnya, bahkan dmungknkan untuk dkembangkan pada skala yang lebh besar.

METODE

(8)

untuk menghaslkan produk tertentu dan

menguji keefektifan produk tersebut”30.

Pada kontek penddkan, borg & Gall

memberi definisi bahwa “Educational re-search and development is a process used to develop and validate educational products”31.

Dengan demkan peneltan dan pengem-bangan penddkan adalah metode dan proses peneltan yang dgunakan untuk mengembangkan dan memvaldas pro-duk-produk penddkan, dalam hal n untuk menghaslkan produk sebuah model penddkan kehdupan beragama berbass life skills.

Untuk pengembangan desan model dterapkan metode komparatf, deskrptf dan eksploratf. metode komparatf dan deskrptf dpaka untuk membandngkan dan mendeskrpskan model penddkan life skills d dua lokas peneltan. Hasl komparas dan deskrps tersebut selan-jutnya dkembangkan dengan metode ek-sploratf melalu uj valdas desan model dengan ahl (expert) secara terbatas dengan menggunakan teknk Delph. setelah ada perbakan model dlanjutkan uj coba yang lebh luas dengan para guru sebaga peng-guna model dengan menerapkan FGD dan teknk Delph serta pengujan terhadap ss-wa secara terbatas.

Dengan mempertmbangkan keterba-tasan untuk uj coba produk d lapangan, d sampng fungs guru dalam pembelajaran life skills lebh utama untuk dtngkatkan, maka peneltan membatas dr pada mo-del panduan bag guru, maka peneltan n menggunakan 8 langkah membangun model panduan guru untuk penddkan kehdupan beragama berbass life skills.

30 sugyono. 2010. Metode Pembahasan

Kuantita-tif, KualitaKuantita-tif, dan R & D. bandung: alfabeta, h. 297. Dan sugyono. 2010. Metode Pembahasan Pendidikan

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. bandung: alfabeta, h. 407.

31 borg, W.R. & Gall, mD. 1983. Educational

Re-search, An Introduction. Fourth ed. new york & Lon-don: Longman, h. 772.

HASIL DAN PEMBAHASAN

sebaga peneltan R & D, maka hasl peneltan n adalah deskrps jawaban

terhadap rumusan masalah yaitu filosofi

penddkan dan jabaran pelaksanaan mo-del penddkan kehdupan beragama ber-bass life skills, sedangkan hasl peneltan R & D adalah produk model panduan guru penddkan kehdupan beragama berbass life skills d pesantren.

Filosofi Pendidikan

berdasarkan fakta d lapangan, kedua lembaga penddkan tersebut berada d lng-kungan pesantren. oleh karena tu, model penddkan kehdupan beragama berbass life skills di pesantren didasarkan pada fi

-losofi bahwa pendidikan bukan bebas nilai

(value free), melankan berbass nla (value base)32, pertama. Kedua, penddkan life skills (kecakapan hidup) didasarkan pada filosofi

bahwa hdup akan dhadapkan dengan masalah33, sehngga penddkan dtuntut

mempersapkan peserta ddk agar mereka mampu menghadap masalah hdupnya d kemudan har. Ketga, life skills bag sswa sLta (termasuk ma al-Hkmah 2 dan smK Roudlotul mubtadn) adalah langkah strategs sesua dengan usa dewasa seba-ga calon generas bangsa dan tdak semua dar mereka dapat melanjutkan penddkan atau tdak tertampung d sektor produks. Keempat, pesantren merupakan lembaga penddkan keagamaan yang khas dengan kultur menddk, sehngga memlk efek-tvtas bag tercapanya tujuan penddkan. Kelma, penddkan kehdupan beragama berbass life skills d pesantren adalah

mo-32 Hadts nab: iman tu tdak berpakaan. Pa-iman tu tdak berpakaan.

Pa-kaannya alah taqwa, perhasaannya adalah malu dan buahnya adalah lmu (HR al Hakm).

33 masalah hdup dgambarkan dalam al-Qur’an

sebaga permanan ( ), senda gurau atau melalakan ( ), perhasan ( ), bersfat sementara ( ), kompet-tf ( ). baca: Qs al-an’am: 32, Qs muhammad: 36, Qs al-Hadd: 20, Qs al-ankabut: 64, Qs yunus:

88, QS al-Kahfi: 7, 28, dan 46, QS Ali ‘Imran: 197, QS

(9)

del penddkan yang mengntegraskan man, lmu, amal shalh dan akhlak mula34.

Dengan bekal kecakapan hdup (life sklls) dar ntegras keempat aspek tersebut, pe-serta ddk memlk bekal untuk mampu menghdup drnya sendr, hdupnya ber-manfaat bag bahaga;

Pelaksanaan Pendidikan Kehidupan Ber-agama Berbasis life skills

tujuan penddkan ma al-Hkmah 2 dan smK Roudlatul mubtadn, keduanya hampr sama, perbedaan keduanya pada varan jens keteramplan, yatu:

1) menyapkan sswa memlk pemaham-an dpemaham-an pengalampemaham-an beragama ypemaham-ang tngg dukur dengan kemampuan membaca dan memaham buku-buku agama islam bak ktab turats maupun yang keknan;

2) menyapkan sswa memlk kemam-puan yang tngg terhadap pengeta-huan umum dukur dengan perolehan nla ujan akhr nasonal (Uan) yang tngg sehngga bsa member nspras untuk melanjutkan ke perguruan tngg neger maupun swasta;

3) menyapkan sswa memlk kecakapan hdup dengan membekal salah satu jens keteramplan (komputer, perkan-an, pengelasperkan-an, bahasa inggrs, tata bu-sana, dan ktab turats (ma al Hkmah) atau (otomotf, tata busana, pengelas-an, elektronka (smK Roudlatul mub-tadn) sehngga mampu mandr dan berwrausaha d tengah masyarakat (life skill education).35

34 Hads nab: barangsapa yang bertambah l-barangsapa yang bertambah

l-munya tetap tdak bertambah kebakannya, maka sesungguhnya a semakn jauh dar allah (HR al-Dalam) dalam al-suyut, al-Jami’ al-Shagir fi Ahadis

al-Basyir al-Nadzir, Juz ii, hlm. 162).

35 Dokumentasi Profil Madrasah Aliyah Al Hik

-mah 2 dambl pada tanggal 1 aprl 2008 dan

Doku-mentasi Profil SMK Roudlotul Mubtadiin, diambil

pada tanggal 9 aprl 2008.

model kurkulum penddkan keh-dupan beragama berbass life skills merupa-kan kurkulum penddmerupa-kan yang mengn-tegraskan muatan kurkulum (nt, muatan lokal, dan pengembangan dr) dengan 5 plar penddkan (learning to believe, learning to know, learning to do, learning to life together, dan learning to be)36 secara smultan.

Kur-kulum penddkan tersebut bukan kurku-lum yang berdr sendr, tetap satu kesa-tuan dan nla-nla islam menjad jwa/ruh kurkulum.

model pembelajaran dalam penddk-an kehduppenddk-an beragama berbass life skills merupakan proses pembelajaran yang mengntegraskan 5 plar penddkan bersa-ma dengan 5 kelompok bersa-mata pelajaran se-kalgus dengan 6 aspek kecakapan hdup37.

Kelma atau enam pada tga varan bdang tersebut dlaksanakan secara holstk (utuh). Proses pembelajaran tersebut berawal dar perencanaan pembelajaran sesua kontek problema hdup, dengan memperhatkan tujuan, mater, metode, alat, sumber belajar dan evaluas, dlakukan dengan

pendekat-36 Delor, et. al., Learning: The Threasure Within,

Report to UNESCO of the International Commission on

Education for the Twenty-first Century, (Pars: Unesco Publshng, 1996). Unesco mencanangkan empat plar penddkan (The four pillars of Education) yatu

learning to know, learning to do, learning to live together

dan learning to be. Lhat Redja mudyahardja, Pengan-tar Pendidikan, hlm.518. empat plar tersebut sebaga landasan Penddkan seumur hdup. adapun plar

learning to believe sebaga konsekuens seorang mus-lm dalam belajar adalah untuk penngkatan man dan taqwa. baca: mudzakkr al. 1996. Ilmu Pendidi-kan Islam. semarang. PKPi2-Unwahas. h. 170.

37 5 kelompok mata pelajaran,, melput: 1)

ke-lompok mata pelajaran agama dan akhlak mula, 2) kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Ke-prbadan, 3) kelompok mata pelajaran ilmu penge-tahuan dan teknolog, 4) kelompok mata pelajaran estetka, dan 5) kelompok mata pelajaran Jasman, olahraga dan Kesehatan. sedangkan 6 aspek keca-kapan hdup, melput: (1) aspek Kesadaran dr, (2)

(10)

an pembelajaran berbass masalah, berbass proyek atau berbass pengalaman, melalu proses nformas, personal, sosal atau per-laku (akhlak). Dar proses tersebut, menm-bulkan aks peserta ddk, nteraks antara penddk dan peserta ddk atau transaks termasuk dengan sesamanya, sehngga me-lahrkan perubahan tngkah laku kehdup-an beragama menuju terwujudnya luluskehdup-an yang berman, berlmu, beramal shalh dan berakhlak mula.

model penddk dan tenaga kepend-dkan dalam pendkepend-dkan kehdupan ber-agama berbass life skills adalah penddk dan tenaga kependdkan yang mempedo-man nla etk relgus pada aspek life skills, dengan berperlaku sdq, amanah, tablgh, dan fathonah secara stqamah38, sehngga mampu menjadi figur teladan bagi peserta

ddk.

model kompetens lulusan penddkan kehdupan beragama berbass life skills ada-lah peserta ddk yang teada-lah menyelesa-kan seluruh proses belajar mengajar, bak dalam kelompok mata pelajaran dalam kurkuler maupun ekstrakurkuler, dan mampu menghayat 5 plar pembelajaran dalam menghadap problema hdup. Kom-petens lulusan n tampl sebaga lulusan yang berman, berakhlak, cerdas, terampl, berbudaya, dan mandr, bak d lngkung-an keluarga, sekolah, masyarakat, dlngkung-an lng-kungan lannya. Dengan kompetens terse-but, maka lulusan penddkan kehdupan beragama berbass life skills adalah lulusan yang berman, berlmu, beramal shalh dan berakhlak mula, yang pada glrannya mampu menghdup drnya sendr, ber-manfaat bag orang lan, bertanggungjawab dan bahaga.

model sarana dan prasarana penddk-an kehduppenddk-an beragama berbass life skills adalah sarana dan prasarana penddkan

yang mampu melahirkan figur teladan hi

-38 istqamah demkan pentng ddasarkan pada

sfat man yang dapat bertambah dan berkurang, se-hngga stqamah merupakan khtar untuk menjaga 4 sfat tersebut.

dup dan berbaga lngkungan penddkan yang membentuk kultur, yang djwa nla-nla etk relgus. bak sarana dan prasara-na maupun lngkungan tersebut, keduanya berhubungan dengan permasalahan hdup, sehngga membentuk terwujudnya kultur kehdupan beragama berbass life skills bag peserta ddk;

model lngkungan penddkan keh-dupan beragama berbass life skills adalah lngkungan penddkan yang menjangkau nla-nla dalam lngkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bahkan lngkung-an bermlngkung-an bag peserta ddk, sekalgus

lingkungan yang memiliki personal figur

panutan, terjad proses nformas, terdapat perlaku dan skap sosal yang khas. maka model penddkan d lngkungan pesantren merupakan model lngkungan penddkan kehdupan beragama yang efektf;

model manajemen penddkan keh-dupan beragama berbass life skills adalah manajemen yang pmpnannya melbatkan semua potens sekolah/madrasah d ba-wah pembnaan pesantren, dengan meng-ntegraskan life skills dalam membuat pe-rencanaan, pengorgansasan, pelaksanaan, penganggaran, dan evaluas pada seluruh komponen penddkan, yang bermuara pada tercapanya tujuan penddkan life skills dengan karakterstk lulusannya;

model evaluas penddkan kehdupan beragama berbass life skills adalah evaluas yang mampu mengendalkan, menjamn, dan menetapkan mutu sekolah/madrasah pada seluruh komponen penddkan, yang dukur dengan tngkat relevansnya antara

komponen tersebut dengan filosofi, kebu

-tuhan masyarakat, efisiensi, produktivitas,

(11)

Dar uraan tersebut d atas, maka model penddkan kehdupan beragama berbass life skills merupakan model pen-ddkan yang mengnternalsaskan nla-nla kecakapan hdup d lngkungan kelu-arga, sekolah/madrasah dan masyarakat. Hanya saja snergstas nla-nla tersebut sangat sult terwujud apabla tdak terjad d dalam satu lngkungan. D lngkungan keluarga mungkn mampu menumbuh-kan aspek kesadaran dr, tetap mungkn sult menumbuhkan aspek kecakapan

ber-fikir. Di lingkungan masyarakat mungkin

mampu menumbuhkan aspek bekerjasa-ma, tetap mungkn sult menumbuhkan kesadaran dr, dan seterusnya. oleh ka-rena tu snergstas nla kecakapan hdup akan efektf apabla terjad d dalam satu kawasan/lngkungan, karena d dalamnya terjad hubungan secara sstemk dalam sebuah sstem kultural, sstem sosal, ss-tem struktural, dan ssss-tem nla relgus, sehngga antara ndvdu satu dengan yang lan terjad salng membelajarkan (learning society). oleh karena tu, tess peneltan n adalah: “model penddkan kehdupan beragama berbass life skills yang sesua

dengan filosofi pendidikan dan falsafah hi -dup bangsa serta selaras dengan nla-nla islam adalah model penddkan kehdupan beragama berbass life skills d lngkungan

pesantren”.

Produk Model Pendidikan Kehidupan Beragama Berbasis Life Skills

model penddkan kehdupan bergama berbass life skills merupakan model pend-dkan yang mengnternalsaskan nla-nla kecakapan hdup d lngkungan keluarga, sekolah/madrasah dan masyarakat. Ha-nya saja snergstas nla-nla tersebut sangat sult terwujud apabla tdak terjad d dalam satu lngkungan. D lngkungan keluarga mungkn mampu menumbuhkan aspek kesadaran dr, tetap mungkn sult

menumbuhkan aspek kecakapan berfikir.

D lngkungan masyarakat mungkn mam-pu menumbuhkan aspek bekerjasama,

tetap mungkn sult menumbuhkan ke-sadaran dr, dan seterusnya. oleh karena tu snergstas nla kecakapan hdup akan efektf apabla terjad d dalam satu kawas-an/lngkungan, karena d dalamnya terjad hubungan secara sstemk dalam sebuah sstem kultural, sstem sosal, sstem struk-tural, dan sstem nla relgus, sehngga antara ndvdu satu dengan yang lan ter-jad salng membelajarkan (learning society). oleh karena tu, tess peneltan n adalah: “model penddkan life skills yang sesua

dengan filosofi pendidikan dan falsafah hi -dup bangsa serta selaras dengan nla-nla islam adalah model penddkan kehdupan beragama berbass life skills d lngkungan

pesantren”.

Produk model penddkan kehdup-an beragama berbass life skills dar hasl peneltan R & D adalah produk model iii

dengan spesifikasinya adalah:

a. model penddkan kehdupan bergama berbass life skills bers 5 (lma) bab, terdr atas: pendahuluan, konseptua-lsas model penddkan, pelaksanaan pembelajaran, operasonalsas model, dan penutup.

b. model n membatas dr pada model yang dperuntukkan bag pengguna model yakn para ustadz, guru, pm-pnan sekolah dan pengawas, sehngga produknya berupa model panduan bag guru dalam penddkan kehdup-an beragama berbass life skills.

(12)

Produk model tersebut secara keselu-ruhan dapat dlhat pada gambar berkut n.

Gambar 1: Model Pendidikan kehidupan ber-agama berbasis life skills di pesantren

PENUTUP

Kesimpulan

berdasarkan analss temuan tersebut, maka deskrps pengembangan model pen-ddkan kehdupan beragama berbass life skills d pesantren, melput: (1) model ku-rkulum yang snerg dan terntegras pada setap mata pelajaran, (2) model pembela-jaran secara nteraktf dan tercptanya kul-tur kehdupan beragama berbass life skills yang kondusf dalam satu lngkungan, (3) model penddk dan tenaga kependdkan yang memlk kompetens dan menjad te-ladan dalam pengamalan agama dalam ke-hdupan sehar-har, (4) model kompetens lulusan yang sadar menjalankan agama-nya, berlmu, terampl, bermasyarakat, dan berbudaya. indkator kompetensnya, lu-lusan mampu menghdup drnya sendr, bermanfaat bag orang lan, bertanggung-jawab dan bahaga, (5) model sarana dan prasarana mendukung lngkungan dalam membentuk kultur penddkan kehdup-an beragama berbass life skills, (6) model manajemen penddkan berbass sekolah/ madrasah, mandr, dan akuntabel, d

da-lamnya terdapat figur panutan religius (7)

model evaluas mencakup evaluas proses dan hasl belajar dengan penekanan pada kompetens mencar solus problema hdup yang selaras dengan nla-nla islam.

efektvtas model penddkan keh-dupan beragama berbass life skills tersebut, dlakukan uj model melalu 8 tahap, yatu: (1) tahap perumusan draft model konsep (produk i), (2) tahap uj ahl (expert) terha-dap model konsep, (3) tahap revs model atas masukan dar ahl, (4) tahap penyu-sunan model rancangan (produk ii), (5) tahap uj FGD dar calon pengguna model terhadap model rancangan, (6) tahap revs model atas masukan dar FGD, (7) tahap uj model terbatas oleh guru kepada ss-wa sLta, dan (8) tahap penetapan model penddkan kehdupan beragama berbass life skills sebaga model akhr (produk iii). Dalam uj efektvtas model oleh 23 orang guru pengguna sebesar (82,6%), sedang uj coba terbatas yang dlakukan guru kepada 96 sswa dperoleh hasl sesudah menggu-nakan model n, dengan nla rata-rata ss-wa 78,6 lebh besar dar sebelumnya (74,9) atau menngkat 2,8%. oleh karena tu mo-del n adalah momo-del panduan penddkan kehdupan beragama berbass life skills bag guru d sekolah/madrasah tngkat sLta d lngkungan pesantren, sehngga penddk-an kehduppenddk-an beragama akpenddk-an efektf, apa-bla guru menggunakan model n.

Saran

(13)

s-labus mata pelajaran dan ddalam Rencana Program Pembelajaran yang berorentas life skills. Untuk tu drekomendaskan hal-hal sebaga berkut:

Pertama, bag Pemerntah Pusat/ Kementeran Penddkan nasonal dan Kementeran agama Ri. Penddkan keh-dupan beragama berbass life skills sangat strategs bag terwujudnya bangsa yang berman, berlmu dan berbudaya sebaga-mana dsebaga-manatkan oleh konsttus, terlebh sekolah/madrasah swasta yang melaksa-nakannya mempunya andl yang sangat besar bag tercapanya tujuan penddkan nasonal, setdaknya melalu program keteramplan, mampu mengurang kebo-dohan, kemsknan, dan pengangguran, sehngga Pemerntah perlu tetap membe-rkan dukungan kebjakan bag eksstens dan pengembangannya. Untuk pengem-bangan penddkan kehdupan beragama berbass life skills kranya perlu lebh dtng-katkan kualtas dan kuanttasnya, mnmal dengan mernts berdrnya satu buah per-contohan penddkan model penddkan berasrama/dalam bentuk pesantren yang dbaya penuh oleh aPbD/aPbn dapat dlaksanakan pada tap kabupaten/kota bahkan bla konds memungknkan perlu dtempuh kebjakan berkatan pelaksanaan penddkan kehdupan beragama berbass life skills dengan pemberan bantuan asra-ma pada setap asra-ma, smK dan sasra-ma. Hal n sangat pentng sehubungan dengan makn menngkatnya kesbukan orangtua dalam memenuh kebutuhan hdupnya serng makn tdak terkendalnya pengaruh buda-ya buda-yang negatf, ketka anak berada d luar sekolah.

Kedua, bag Pemerntah Kabupaten/ Kota. segenap jajaran Pemerntah kabu-paten/kota kranya perlu menopang,

m-nimal dari segi financial 20 % dari APBD

untuk kepentngan penddkan kehdupan beragama berbass life skills, atau mnmal untuk penddkan program keteramplan, karena kemajuan daerah banyak

tergan-tung pada sDm yang bermoral, cerdas dan terampl.

Ketga, bag phak madrasah/ sekolah. meskpun sekolah/ madrasah sudah melak-sanakan penddkan kehdupan beragama berbass life skills tdak berart hal tersebut sebaga akhr dalam khtar pengembangan penddkan ke depan. maka tulsan n da-pat djadkan sebaga masukan dan pertm-bangan bag pengempertm-bangannya.

Keempat, bag penelt selanjutnya. Penulsan n berangkat dar 3 lokas pene-ltan, d sampng mash banyak problem yang belum dbahas, sepert: pendekatan kuanttatf, mixing method, dan kajan keh-dupan beragama berbass life skills dar ss lan, maka sangat berharap kepada penelt lan untuk melakukan peneltan yang lebh luas dan dalam skala yang lebh besar atau nasonal dem pengembangan model pen-ddkan kehdupan beragama berbass life skills yang lebh komprehensf.

SUMBER BACAAN

al-Qur’an dan al-Hadts

Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah RI 55 tahun 2007 Ten -tang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan

Peraturan Pemerntah Ri nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasonal Pend-dkan

Peraturan menter Penddkan nasonal nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 me 2006 tentang standar is.

Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tanggal 23 Mei 2007 tentang standar pengelolaan

pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah.

(14)

al, mudzakkr (1996): Ilmu Pendidikan Is-lam, semarang. PKPi2-Fai Unwahas. anshar, endang safuddn (1986): Kuliah

al-Islam Pendidikan Agama Islam di Per-guruan Tinggi. Jakarta, Rajawal.

anwar (2004): Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) Konsep dan Aplika-si. bandung, alfabeta.

badan Pusat statstk (2010): Berita resmi statistik: no. 45/07/th. Xiii, 1 Jul.

Pro-fil kemiskinan di Indonesia.

barker, chrs (2005): Cultural Studies Theory and Practice. tm KUnci cultural stu-des center (terj.) yogyakarta, bentang Pustaka.

baubock (1992): the Cultural Formation of Modernity. cambrdge, Polty Press and open Unversty.

borg, W.R. & Gall, mD. (1983): Educational Research, An Introduction. Fourth ed. new york & London, Longman.

Danm, sudarwan (2003): Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Delor, Jacues, et al (1996 ): Learning: The Threasure Within, Report to UNESCO of the International Commission on

Educa-tion for the Twenty-first Century. Pars, Unesco Publshng.

Depdknas (2005): Pedoman Implementasi Ke-cakapan Hidup Dalam Kurikulum 2004 di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta, Dt. PLP Dtjen Dkdasmen.

Depdknas (2004): Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup Pendidikan

Non Formal. Jakarta, Dtjen Penddkan Luar sekolah dan Pemuda.

Depdknas, Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup SD/MI/SDLB-SMP/ MTs/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/ MAK. Jakarta, Pusat Kurkulum balt-bang.

Depdknas (2002): Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke

21 (sPtK-21). Jakarta, Dtjen Dkdas-men.

Gardner, Howard, Lyndon saputra (edtor) (2003): Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk Teori dan Praktek). batam, in-teraksara.

al-Ghazal, abu Hamd muhammad bn muhammad bn muhammad, Ihya’

ulum al-Din, Juz I. Lbanon, Dar al-K-tab al-islamy, t.t.

al-Ghulayany, musthafa (1953): ‘Idhah al-nasyi-in, Kitab Akhlaq wa Adab wa Ijti -ma’. berut, al-maktabah al-ashryyah

li ‘l-thaba’ah wa ‘l-Nasyr.

Jalal, Fasl dan Ded suprad (ed.) (2001): ReformasiPendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. yogyakarta, adcta Karya nusa.

ma’arf, syamsul (2008): Pesantren vs Kapi-taisme Sekolah. semarang, needs Press. mas’ud, abdurrahman, (1997): The Pesan-tren Architects and Their Socio-Religious

Teaching, 1850-1950. Dsertas Doktor, d UcLa.

mudyahardjo, Redja (2001): Pengantar Pen-didikan Sebuah Studi awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta, Raja

�rafindo Persada.

muhadjr, noeng (2003): Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. yogyakarta, Rake sarasn.

muhadjr, noeng (1984): Teori Perubahan Sosial. yogyakarta, Rake sarasn.

muhamn (2003): Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. bandung, nuansa.

mulyasa, e (2005): Kurikulum Berbasis Kom-petensi, Konsep, Karakteristik dan Imple-mentasi. bandung, Remaja Rosdaka-rya.

(15)

nurhadyanto, Ddk dan Wagran (2007): Problem Based Learning Alternatif Solu-si Dalam Menyiapkan SDM Holistik di SMK. Prosdng semnar nasonal ker-jasama Jurusan teknk mesn Unnes, Pusat stud asa Undp dan

Unver-sitas Nagoya Jepang”, Semarang, 27

Januar.

Rahardjo, m. Dawam (ed) (1988): Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta, LP3es.

Rdla, Rasyd (1912): Tarbiyyah wa al-Ta’lim. mesr, al-ahmadyyah al Kad.

saefuddn (1987): a.m. et al, Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi. bandung, mzan.

salm, agus (2002): Perubahan Sosial Sketsa

dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia.

yogyakarta, tara Wacana.

sator (2006): Implementasi Life Skills, dalam http://www. depdknas.go.d/Jur-nal/34/ Implementasi life skill, dakses 9 me.

shddq, nourouzzaman (1996):

Jeram-Jeram Peradaban Muslim. yogyakarta, Pustaka Pelajar.

sndhunata (ed.) (2000): Menggagas Paradig-ma Baru Pendidikan, Otonomi, Civil Soci-ety, Globalisasi. yogyakarta, Kansus.

slamet PH (2001 ): Pendidikan Kecakapan Hi-dup: Konsep Dasar. Jakarta, Depdknas.

steenbrnk, Karel a (1986): Pesantren, Ma-drasah, Sekolah, Pendidikan Islam Kurun Modern. Jakarta, LP3es.

sugyono (2010): Metode Penelitian

Kuantita-tif, kualitatif dan R&D. bandung, alfa-beta.

sugyono (2010): Metode Penelitian Pendidik-an PendekatPendidik-an KuPendidik-antitatif, Kualitatif, dPendidik-an

R & D. bandung, alfabeta.

al-suyuth, Jalal al-Dn abd Rahman bn ab bakr, al-Jami’ al-Shaghir fi Ahadits al-Basyir al-Nadzir. Beirut, Dar al-fikr, t.t.

tm bbe Dknas (2002): Pendidikan Berorien-tasi Kecakapan Hidup (Life Skills) melalui Pendekatan Berbasis Luas (Broad Based Education), buku i. Jakarta, Depdknas.

Umar, a (2009): Modernisasi Pendidikan Pe-santren. Dsertas Doktor d Uin sunan Kaljaga yogyakarta.

UniceF Life Skills-Based Education in South Asia, A Regional Overview Prepared for: The South Asia Life Skills-Based

Educa-tion Forum (2005): nepal. Format Prn-tng Press.

Wahd, abdurrahman (1999): Pesantren se-bagai Subkultur. yogyakarta, LKs.

Wasno (2007): makalah dsampakan da-lam rangka Pengembangan Kurku-lum inovatf (model-model kurikuKurku-lum integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup, Kesetaraan Gender, Penerapan Pendidikan Mutikultur, dan Penerapan Science- En-vironment- Technology- Society = SETS)

Gambar

Gambar 1: Model Pendidikan kehidupan ber-agama berbasis life skills di pesantren

Referensi

Dokumen terkait

2003, Akar tuba (Derris elliptica) merupakan tumbuhan perdu yang memiliki kandungan aktif dominan berupa rotenon. Senyawa ini merupakan senyawa isoplavon yang

Besar biaya investasi dihitung berdasarkan kebutuhan pembangunan SPAM di Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur yang terdiri dari pembangunan unit Intake, Unit IPA dan jaringan

nama pelakunya tidak nyata namun tujuannya jelas untuk memotivasi agar kita tidak jadi seseorang yang mudah tersinggung. Berbeda dengan parable, parable adalah cerita

Dalam teori agenda setting, audiens bersifat pasif sehingga tidak bisa mengontrol efek yang menimpanya.Agar tidak terjadi kesalahan dalam perolehan informasi maka perlu untuk

Karenanya Peradilan Mahkamah Konstitusi, dapat menjadi penjaga gawang terakhir, bilamana Pemerintah melakukan privatisasi perusahaan disektor migas, karena hal demikian adalah

SMK Muhammadiyah I Temon, kabupaten Kulon Progo merupakan sekolah kejuruan yang letaknya sangat dekat dengan Bandara Internasional baru untuk Yogyakarta, sehingga

Dalam penelitian ini penulis menentukan bahwa populasi yang digunakan adalah data hasil pengujian didarat dan data hasil penerbangan kalibrasi peralatan

If you find this tutorial helpful, please cite it into your report as : Usman, Koredianto, (2017), Introduction to Orthogonal Matching Pursuit , Telkom University Online