• Tidak ada hasil yang ditemukan

7. Ach. Syaikhu- PERGULATAN ORGANISASI ISLAM DALAM MEMBENDUNG GERAKAN IDEOLOGI ISLAM TRANSNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "7. Ach. Syaikhu- PERGULATAN ORGANISASI ISLAM DALAM MEMBENDUNG GERAKAN IDEOLOGI ISLAM TRANSNASIONAL"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

115

PERGULATAN ORGANISASI ISLAM DALAM MEMBENDUNG

GERAKAN IDEOLOGI ISLAM TRANSNASIONAL

Oleh: Ach. Syaikhu

1

ABSTRAK

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh organisasi

keagamaan yang berhaluan moderat seperti Nahdatul Ulama (NU)

dan Muhammadiyah ialah gerakan atau menguatnya ideologi

transnasional dalam kehidupan sosial-agama ideology transnasional

terekpresikan dalam bentuk

religious exstrimism

(

Global Islamism,

Hindu Evangelism

). Peran ormas Islam di Indonesia sudah membawa

banyak perubahan dan juga banyak bermunculan gerakan-gerakan

yang radikal dalam organisasi oleh karena itu yang diungkap ialah

untuk mengungkap kedua respon ormas dalam memebendung

gerakan Islam transnasional sehingga gerakan yang dilakukan adalah

gerakan kebudayaan tradisi struktural dan kebudayaan dalam

membendung gerakan ideologi Islam transnasional.

Key Word:

Ideologi, Gerakan Islam, Radikalisme, Transnasional

Pendahuluan

Pada abad 21 ini, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh

organisasi keagamaan yang berhaluan moderat seperti Nahdatul Ulama

(NU) dan Muhammadiyah ialah gerakan atau menguatnya ideologi

trans-nasional

dalam

kehidupan

sosial-agama

ideologi

transnasional

terekpresikan dalam bentuk

religious exstrimism

(

Global Islamism, Hindu

Evangelism

).

2

Peran ormas Islam di Indonesia sudah membawa banyak

perubahan dan juga banyak bermunculan gerakan-gerakan yang radikal

dalam organisasi. Selama beberapa dekade yang lalu banyak kalangan

yang meng-

claim

bahwa Ikwanul Muslimin dan HTI, Wahhabi telah

mempengaruhi umat Islam setempat dengan pahamnnya yang ekstrim.

Walaupun memiliki perspektif yang berbeda, termasuk dalam beberapa

1 Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al- Falah As-Sunniyyah Kencong Jember.

(2)

116

detail pemahaman keagamaan namun tujuan gerakan yang dibangun yakni

tidak jauh berbeda yaitu formalisasi Islam. Untuk mencapai tujuan ini

kelompok-kelompok garis keras menggunakan segala cara, bahkan yang

bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Prinsip yang lazim menjadi

pegangan para ulama

ahlussunnah waljamaah

menegaskan bahwa tujuan

tidak bisa membenarkan cara (

al-ghayah la tubaari al-washilah atau man kana

amruhu ma’rufan fal

-

yakun bi ma’rufin

) artinya cara tidak akan menjadu baik

karena tujuan baik, atau siapapun yang mempunyai tujuan baik hendaknya

dilakukan dengan cara-cara yang baik pula. Tujuan baik, jika diusahakan

dengan cara-cara buruk, tentu akan menodai kebaikan itu sendiri dan

bertentangan.

3

Dalam gerakan ideologisasi yang dilakukan oleh kelompok garis

keras sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh gerakan wahhabi itu sendiri

seperti gerakan Padri berawal dari perkenalan haji miskin, Haji

Abdurrahman dan haji Muhammad Arif dengan Wahhabi saat menunaikan

ibadah haji pada awal abad ke -16, ketika itu Mekkah dan Madinah

dikuasai Wahhabi terpesona oleh gerakan Wahhabi sekembalinya ke

nusantara (Indonesia) Haji Miskin Berusaha melakukan gerakan pemurnian

sebagaimana dilakukan wahhabi, yang juga didukung dua haji yang lain.

4

Pemikiran dan gerakan mereka setali tiga uang dengan Wahhabi, mereka

memvonis tarekat Syttariyah, dan tasawuf secara umumnya, yang telah

hadir di Minangkabau beberapa abad sebelumnya sebagai kesesatan yang

tidak bisa ditoleransi, di dalamnya yang tuduh banyak takhayul, bid’ah,

dan khurafat yang harus diluruskan kalau perlu diperangi.

5

Tuanku Nan

Renceh, misalnya memusuhi tuanku Nan Tuo gurunya sendiri karena yang

disebut terakhir lebih memilih bersikap moderat dalam mengajarkan ajaran

Islam. Tuanku Nan Renceh yang juga mengkafirkan Fakih Saghir, sahabat

dan teman seperguruannya, dan menyebutnya sebagai Raja Kafir dan

Rahib Tua hanya karena tidak berbagi pandangan keagamaan dengannya.

3 “Man kana amruhu ma’rufan fal-yakun bi ma’rufin (siapapun yang mempunyai tujuan

baik hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang baik pula) penjelasan Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj dalam Lautan Wahyu, Islam Sebagai Rahmatan lil alamin, Episode 5:

“Dakwah Supervaisor Program: KH. A. Mustofa Bisri, @LibForAll Foundation 2009) 4 Abdul A’la “ Geneologi Radikalisme Muslim Nusantara: Akar Dan Karakter Pemikiran Dan Gerakan Padri dalam Perspektif Hubungan Agama dan Politik Kekuasaan“ Pidato pengukuhan Guru Besar, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Mei 2008 (tidak dipublikasikan), 4

(3)

117

Gerakan seperti disebutkan diatas dalam Islam sangatlah mustahil

bagi kelompok moderat yang saling menuduk kafir diantara para

kelompok, gerakan yang dilakukan sesungguhnya adalah ideologisasi yang

kita kenal dengan gerakan Islam transnasional. Masuknya berbagai ideologi

transnasional ini ke Indonesia sudah barang tentu menimbulkan benturan

dengan organisasi-organisasi Islam Indonesia yang dipresentasikan oleh

sikap keras, NU dan Muhammadiyah, dua organisasi Islam di Indonesia,

terhadap ideologi Transnasional yang tertuang dalam Surat Keputusan

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 149/Kep/I.0/B/2006 Tentang

Kebijakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mengenai Konsolidasi

Organisasi dan Amal Usaha Muhammadiyah. Sementara Sikap NU dapat

dilihat dalam Dokumen Penolakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

(PBNU) terhadap Ideologi dan Gerakan Ekstremis Transnasional

6

. Dalam

tulisan ini yang ingin dibahas yaitu peran organisasi Islam dalam

membendung gerakan ideologi Islam Transnasional yang dilakukan

Nahdatul Ulama (NU) di Kabupaten Jember dan peran organisasi Islam

dalam membendung gerakan ideologi Islam Transnasional yang dilakukan

Muhammadiyah di Kabupaten Jember

Berdasarkan rumusan masalah di atas, signifikansi penelitian ini

yakni: (a) Mengetahui dan menjelaskan peran ormas dalam membendung

gerakan ideologi Islam transnasional di Kabupaten Jember Jawa Timur. (b)

Mengetahui dan menjelaskan peran NU dalam membendung gerakan

ideologi Islam transnasional di Kabupaten Jember. (b) Untuk merumuskan

secara umum pandangan Muhammadiyah dalam membendung gerakan

ideologi Islam transnasional di Kabupaten Jember di Kabupaten Jember

Jawa Timur. (c). Mengidentifikasi implikasi pandangan kedua ormas besar

NU dan Muhammdiyah dalam membendung gerakan ideologi Islam

transnasional di Kabupaten Jember Kabupaten Jember.

Metode penelitian ini adalah penelitian lapangan (

field research

)

yang bermaksud menggali secara mendalam tentang peran organisasi Islam

dalam membendung gerakan ideologi Islam Transnasional yang dilakukan

Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di Kabupaten Jember berkaitan

dengan masalah organisasi. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya,

penelitian ini juga melibatkan kajian kepustakaan sebagai pendukung.

Sedangkan berdasarkan sifatnya, penelitian ini termasuk ke dalam

penelitian

deskriptif-analitik

yang berusaha menjelaskan secara gamblang

tentang peran organisasi Islam dalam membendung gerakan ideologi Islam

transnasional. Dalam penggalian data mengginakan, wawancara, interview

dan observasi.

(4)

118

Ideologi Islam Transnasional

Wacana “Ideologi Islam Transnasional” atau ideologi Islam antar

-negara dimunculkan pertama kali oleh K.H. Hasyim Muzadi pada tahun

2007. Wacana ini semakin kontraversial ketika NU dan Muhammadiyah

menerbitkan

"Ilusi Negara Islam",

sebuah buku yang menyerang

kelompok-kelompok fundamentalis dalam Islam. Sejauh ini, belum ada definisi yang

cukup memuaskan mengenai istilah "Islam Transnasional". Namun

berdasarkan penggunaan istilah ini dalam wacana keislaman di Indonesia,

Islam Transnasional cenderung digunakan untuk mengkerangkai

kelompok-kelompok Islam berhaluan keras (fundamentalisme dan

turunannya) di satu sisi dan kelompok Islam berhaluan kebarat-baratan

(liberal) di sisi lain. Menurut Bassam Tibi, istilah Fundamentalisme Islam

(

Ushuliyyah al-Islamiyyah

) acapkali digunakan sebagai sebutan bagi "Islam

politik"

(Political Islam). Di dunia Arab lebih dikenal dengan nama "

al-Islam

al-Siyasi

"

.

Kelompok ini memehami Islam bukan sebagai keimanan atau

sistem etika, namun lebih sebagai ideologi politik

7

.

Pada awalnya, kelompok Fundamentalisme memiliki semangat

untuk mendirikan negara Islam yang berlandaskan syari'ah melalui

organisasi-organisasi dan atau partai-partai politik Islam. Namun akibat

framework kelompok-kelompok Fundamentalisme Islam mengalami

kegagalan dalam menyediakan blueprint negara Islam yang efektif, maka

gerakan fundamentalisme Islam kemudian berevolusi menjadi

neo-fundamentalisme Islam, yang lebih dekat, skriptualis, berpandangan

konservatif, menolak negara dan lebih cenderung pada konsepsi komunitas

Muslim universal (

ummah

), berlandaskan syari'ah (Islamic Law)

8

. Akibat

lain dari kegagalan Islam politik ini juga mengakibatkan

kelompok-kelompok neo-fundamentalis teralienasi dari kawasan politik Timur

Tengah hingga mencari formulasi wacana dan gerakan yang melampau

batas-batas teritorial dan negara

9

.

Sementara Syafi'i Ma'arif mengemukakan tiga teori berkenaan

dengan munculnya kelompok fundamentalis dalam Islam;

pertama

,

kegagalan umat Islam dalam menghadapi arus modernitas yang dinilai

menyudutkan Islam kemudian berbalik mengadakan perlawanan terhadap

modernitas dengan berbagai cara.

Kedua,

munculnya solidaritas Islam

7 Bassam Tibi, Islamism, "Democracy, and The Clash of Civilization", dalam Chaider S. Bamualim (ed.), Islam & The West, Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta, 2003, hlm.17

8 Oliever Roy, Globalized Islam: The Search for a New Ummah, New York: Columbia University Press, 2004, hlm. 1. Tentang kegagalan Islam Politik llihat Oliever Roy, The Failure of Polical Islam, Cambridge, MA: Harvard University Press, 1995

(5)

119

terhadap nasib yang menimpa saudara-saudara mereka di Palestina,

Kashmir, Afganistan dan Irak.

Ketiga

, khusus untuk Indonesia, maraknya

fundamentalisme di Nusantara lebih disebabkan oleh kegagalan negara

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berupa tegaknya keadilan sosial dan

terciptanya kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat

10

.

Berdasarkan hasil penelitian yang di-

release

dan diedarkan oleh

Badan Intelejen Nasional (BIN), ideologi Islam berhaluan

neo-fundamentalis kini populer disebut dengan ideologi Islam transnasional

tersebut dapat dicirikan sebagai berikut:

1.

Bersifat antar-negara (Transnasional)

2.

Konsep gerakan tidak lagi bertumpu pada

nation-state

, melainkan

konsep

ummah

.

3.

Didominasi oleh corak pemikiran skriptualis, fundamentalisme atau

radikal

4.

Secara parsial mengadaptasi gagasan dan instrumen modern.

Beberapa ideologi dan organisasi Islam yang masuk dalam

kelompok ini adalah

Ikhwanul Muslimin

,

Hizbut Tahrir, Jihadi, Salafi Dakwah

dan Salafi Sururi, Jama'ah Tabligh serta Syi'ah

11

.

Sementara ideologi Islam liberal merupakan trend baru yang

muncul di dunia Islam. Menurut Muhammad Ali, kemunculan Islam

Liberal bukan semata-mata bentuk resistensi terhadap ideologi Islam

fundamentalis, karena benih ideologi ini telah muncul sejak dua abad yang

lalu di dunia Islam. Dimulai dari tradisi pembaruan Islam pada abad XVII

yang bertumpu pada perdebatan teologis mengenai ortodoksi dan heresi,

atau legalisme dan mistisisme

12

. Ideologi liberal ini berpandangan bahwa

solusi kelompok liberal dan modernis terhadap problem agama dan

masyarakat sangat penting dan mendapatkan dukungan publik luas. Hasil

interpretasi kelompok liberal dan modernis Islam yang paling utama

berkaitan dengan demokrasi, feminisme, sekularisme, penguatan dan

hak-hak wanita dan sejumlah konsep serupa. Bahkan, mereka membela

liberalisme, modernisme, dan humanisme. Lebih jauh, mereka mendorong

Muslim dan non-Muslim dapat mendapat keuntungan dari pembaharuan

pemikiran yang mereka lakukan demi masyarakat yang lebih terbuka.

Mereka juga berpandangan bahwa Islam liberal atau modern Islam adalah

otentik, bukan semata-mata ciptaan Barat, akan tetapi murni merupakan

10Ahmad Syafi'i Ma'arif, "Masa Depan Islam di Indonesia" dalam Abdurrahman Wahid (Ed.), Ilusi Negara Islam,. 8-9.

11BIN, Gerakan Islam Transnasional dan Pengaruhnya di Indonesia, tth:BIN, 7-9

(6)

120

refleksi tradisi Islam yang benar

13

. Berdasarkan hasil kajian Badan Intelejen

Indonesia, Ideologi Liberal ini disponsori oleh berbagai organisasi yang

berada di bawah Pemerintah Amerika (seperti Nathan Associates Inc.,

BEDE) dan Perusahaan Multi-Nasional (Seperti UNDP, IMF, World Bank

dan CGI).

Ragam Agama dan Aliran di Jember

Tidak saja agama formal ataupun samawi yang tumbuh dan

berkembang di Jember. Ragam aliran keagamaan organisasi keagamaan,

dan kelompok kegamaan, mewarnai dinamika dan pluralitas masyarakat

Jember. Posisi agam Islam sendiri cukup istimewa di tengah kehidupan

masyarat Jember. Sebagaimana di wilayah nusantara lainnya. Islam berhasil

menjadi agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Jember dapat

dikatakan 90 persen penduduk Jember beragama Islam dari data BPS

diketahui bahwa penduduk Jember yang menganut agama Islam

berjumlah 2.099.349. orang, katolik 13.222 orang, Protestan 26.780 orang,

Hindu 3.708 orang, Budha 3.466 orang, lain-lain 46 orang.

14

Citra Islam sebagai agama mayoritas diperkuat pula oleh

banyaknya

sarana

peribadatan

seperti

masjid

(1.974

masjid)

mushalla/langgar (9.539 mushalla), pesantren dan kiyai. Bupati Jember

M.Z.A Djalal dalam memberikan sambutan diacara harlah PC NU Jember

beberapa tahun yang lalu mengatakan bahwa Jember saat ini telah memiliki

1001 ulama/kiyai, 1001 pesantren, dan 1001 Mesjid dan mushalla.

NU dan Muhammdiyah, Sebuah Portet Islam di Jember

Siapa sebenarnya yang dimasudkan kedalam kelompok ideologi

Islam transnasional itu? Betulkah di Jember terdapat kelompok ideologi

Islam transnasional? Jangan-jangan hanya semua itu hanya sekedar

pemaknaan yang bersifat fiksi belaka? Oleh karena itu potret dan

perkembangan Ideologi Islam Transnasional di Jember Drs. H. Sukarno

salah satu wakil Pimpinan Muhammadiyah di Jember mengatakan bahwa

pengertiannya tentang gerakan Islam yang radikal yang berawal dari kata

radik yang berarti akar kekerasan yaitu relatif misalkan ortum (organisasi

anakan) dalam Muhamadiyah sering kali berprilaku preman indikasinya

sudah tidak mengindahkan peraturan yang ada, kewenangan yang ada dan

otoritas yang ada akan tetapi mereka melakukan sesuatu diluar aturan

sehingga mereka merasa benar terhadap apa yang mereka lakukan.

13 Mumtaz Ali, Liberal Islam: An Analysis, dalam The American Journal of Islamic Social Science 24:2, 44

(7)

121

Walaupun pada dasarnya, Islam itu mengajarkan

rahmatan lil alamin

sesuai dengan ajaran Muhamadiyah, bahkan yang dimaksud dengan

beragama yang baik adalah beragama yang bermakna dalam artian setiap

prilaku muslim harus bermanfaat terhadap ummat secara umum yang

beracuan pada sabda nabi

khoirunnas anfauhum li annas

(sebaik-baik

manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya) yang didasari pada

toleransi dan

husnu dzan

(prasangka baik) terhadap kelompok lain. Jadi

ciri-ciri radikal, yang menjurus pada prilaku menteror khususnya di Jember

masih belum ada. Walaupun terkadang bisa saja prilaku yang keras muncul

dari organisasi yang moderat.

15

Lebih lanjut disampaikan oleh KH. Muhyiddin Abdussomad

sebagai tokoh NU Nahdlatul Ulama Cabang

Jember mengatakan bahwa

kelompok radikal yang identik dengan gerakan transnasional di Jember

memang diyakini keberadaannya, ketika ada suatu kelompok yang

mengadakan gerakan

riil

yang membuat suasana keruh, panas. Suatu

contoh radio prosalina yang yang memunculkan salah satu dosen STAIN

Jember Dr. Ali Bisri pada waktu terdahulu yang menyalahkan seluruh

prilaku masyarakat di Jember dianggap menyimpang Islam yang berakibat

mengundang kemarahan massal yang bisa menyebabkan konflik yang

berakibat berjatuhan korban kalau dibiarkan dan bahkan dia merasa benar

sendiri.

Karena itu dia tidak akan merasa bersalah dengan apa yang dia

lakukan misalkan dengan meledakkan bom kelompok ini akan merasa

benar karena mereka menganggapnya sebagai jihad. Suatu hal yang

nampak adalah sosok seperti Alibisri ini tidak mau diajak untuk berdialog

dan itu adalah ciri khas Ideologi Islam Transnasional, jadi dia mau benar

sendiri. Karena dia sudah merasa benar maka mereka tidak mau berdialog.

Bahkan untuk menjaga eksistensi Islam radikal mereka melakukan berbagai

cara diantaranya dengan konvensional misalnya mendirikan lembaga

pendidikan formal, menyebarkan brosur dan menyiarkan melalui radio

oleh karena itu mereka lebih ekstrim dari yang tradisional (moderat).

Hanya saja NU tidak pernah merasa dirugikan dengan keberadaan gerakan

Ideologi Islam transnasional, akan tetapi apakah pemerintah akan

membiarkan masyarakat tercabik-cabik itu adalah tugas pemerintah.

16

Dalam konteks Jember KH. Drs. Misrawi pengasuh pondok

pesantren Nurut Tholibin mengatakan bahwa Islam Ideologi Islam

Transnasional di Jember takut untuk muncul karena benteng dari NU

sangat kuat walaupun dengan tradisi-tradisi tahlilan, shalawat, pangajian

yang rutin dilakukan oleh warga Nahdiyin di desa-desa sehingga menjadi

(8)

122

sulit untuk dipengaruhi. Sebenarnya NU itu lebih radikal karena NU kalau

masuk ke kelompok lain langsung kedalam contohnya ketika ada kelompok

yang bermain judi maka kiai atau tokoh NU langsung ikut bermain dan

mengalahkan para pemain yang lain dengan memberikan nasehat-nasehat

sehingga cepat terpengaruh untuk tidak mengulanginya lagi. Kalau di

Jember Ideologi Islam Transnasional yang muncul secara tindakan ada

seperti Front Pembela Islam (FPI) akan tetapi itu hanya muncul terhadap

gerakan

gerakan atas isu-isu yang fenomenal seperti menutup hiburan dan

dan tempat-tempat maksiat yang pada intinya seringkali muncul prilaku

radikal dari kelompok tersebut. Gerakan yang dilakukan oleh aliran Islam

radikal di Jember lebih pada anak-anak muda yang biasanya dilakukan di

kampus-kampus karena merekalah yang ingin dipengaruhi.

17

Bapak Nur Hasan sebagai ketua IKA-PMII Jember mengatakan

bahwa kalau radikalismse juga sering disebut fundamentalis kalau

radikalisme lebih keras pada tindakan dan lebih bersifat politik dan kalau

fundamentalisme lebih bernuansa pemikiran. Di Jember lebih politik

disamping kearah pemahaman keagamaan. Ideologi Islam Transnasional

adalah suatu pemahaman ke-Islaman yang sangat radikal dan mendalam

dan memunculkan sikap-sikap intoleran dalam berinteraksi bisa dikatakan

HTI belum masuk gerakan Ideologi Islam Transnasional karena gerakan

Islam yang strukturalis yang ingin memasukkan berbagai hukum dalam

Syariat Islam di negeri ini ke dalam hukum formal.

Ideologi Islam Transnasional dalam arti

ghiroh

di Jember sudah

lama dan mulai berdirinya bangsa sudak berjalan akan tetapi munculnya

dan mencuat kepermukaan wacana adan gerakan radikaliasme tersebut

setelah reformasi karena kran politik dibuka sehingga banyak muncul

aliran-

aliran Islam yang ingin menegakkan syari’at Islam secara tekstual.

18

Lebih lanjut Drs. H. Alfan Jamil, M.Si sebagai salah satu wakil

Ketua Tanfidiyah PCNU Jember mengatakan bahwa dilihat dari sejarahnya

masuknya Islam ke Indonesia yang ada dua yaitu ada Islam politik dan

Islam kultural dan Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam kultural.

Akan tetapi para ulama membawa Islam moderat dan

Rahmatal Lilalamin

sehingga islam mencapai 99 % dari penduduk Indonesia, kalau di Spanyol

melihat masuknya Islam melalui kekerasan maka tidak akan tahan lama.

Islam yang

rahmatan lil alamin

sepertti NU. Di Jember ada Ideologi Islam

Transnasional politik, ada setelah pemilu 1955 ada aliran Islam pada

awalnya berkembangnnya PTP di Jember sehingga kiai datang ke Jember

(9)

123

memerlukan tenaga dan disitulah kiai-kiai mendirikan pesantren yang

mempunyai aliran PSI, AKUI, akan tetapi kulturnya NU.

Antisipasi sebagai yang Muhamadiyah itu mencerdaskan

mencerahkan wacana-wacana berbagai aliran terutam untuk kader mubalig

dan kita perkenalkan banyaknya aliran dan warga Muhammdiyah tidak

akan tertarik terhadap tawaran-tawaran kebaikan-kebaikan dari kelompok

lain. Dan Muhammadiyah tidak mengajarkan dan mendakwakan Ideologi

Islam Transnasional dan kalau terbukti ada oknum-oknum yang ternyata

mengaku Muhammadiyah itu salah. Maka hal tersebut merupakan kasus

yang tidak ada hubungannya dengan organisasi. Kegiatan bersama dalam

melakukan kegiatan bersma biasanya kita lebih inten dalam Majlis Ulama

Indonesia (MUI) dan komunikasi informal juga inten dilakukan di

pimpinan antara NU dan Muhammadiyah.

19

Ideologi Islam Transnasional di Jember yang disampaikan oleh

Ahmad Taufiq mengatakan secara aliran mau muncul secara teologis dan

ada beberapa kelompok dan membenarkan suatu bentuk prilaku

keagamaan yang kurang toleran terhadap kelompok lain. Seperti kafir

umpamanya mereka memahami berbeda dengan kelompok atau dengan

aliran yang lain, ini berbeda dengan ormas yang moderat seperti NU. Di

daerah datang seorang tokoh yang memang selala ini dianggap sebagai

tokoh Islam radikal seperti Abu Bakar Basyir, maka sikap kita sebagai

masyarakat sipil harus hati-hati.

Dalam perspektif kultural idealnya sebuah masyarakat dari

interaksi yang terbuka dan masyarakat multikultural sehingga keterbukaan

hubungan antara umat beragama itu kurang terbuka dan prilaku

keagamaan akan diawasi. Dapat disebut radikal baik secara radikal seperti

HTI, MMI, FPI kalau secara teologis ini mengarah pada proses ideoligasi

nah secara ideologisasi yang bisa diamati secara prilaku dan prilaku

keagamaan bisa dijustifikasi sebagai Islam radikal. Sepajang pengamatan

saya mulai 1992 sejak jaman di gerakan Islam radikal pada zaman itu sejak

menjelang reformasi dan hanya pada wacana yang ekslusif penolakan

terhadap demokrasi dan pro terhadap negara khilafah dan pada pasca

reformasi ini mulai muncul agak jelas dan mencuat, varian-varian

kelompok Islam yang intorelan semakin banyak, dan kelompok kelompok

Islam seperti NGO.

Latar belakang munculnya Islam radikal kalau secara ekonomi

belum muncul makanya harus diamati lagi, yang nyata-nyata bisa diamati

secara teologis dan politik dan belum ada latar belakang ekonomi yang

(10)

124

misalnya membantuk komunitas. Akan tetapi kalau secara keseluruhan

penolakan-penolakan terhadap produk-pruduk asing yang merugikan

produk lokal. Upaya ada yang dilakukan tapi belum memberikan

perubahan yang signifikan seperti NU, Muhammdiyah OKP, PMII, dan

biasanya pengajian-pengajian yang dilakukan untuk menghambat

berkembangnnya ajaran Islam radikal dan itu belum signifikan.

Muhammadiyah dan NU belum melakukan dialog yang cukup dan

membangun pemaahaman bersama dalam beragama, akan tetapi ada tapi

pada tataran resolusi konflik yang melibatkan NU, MD, LDII.

Kalau secara rasional mungkin bisa muncul gerakan-gerakan

radikal dari kelompok-kelompok yang berhaluan moderat seperti NU dan

Muhammadiyah dan secara faktual belum ada karena NU dikenal sebagai

yang bermadhab al-Maturidi dalam teologi dan moderat, karena moderat

maka diikuti oleh kaum muslimin dan mayoritas moderat dalam aliran al-

Maturidi ada gerakan radikal dan kalau dalam NU juga ada gerakan yang

radikal. Munculnya Ideologi Islam Transnasional ini fenomena nasional

muncul dalam wacana nasional dan belakangan ini semakin tinggi gerakan

Islam radikal karena mereka disokong oleh sangat banyak dana bahkan

sampai miliaran rupiah seperti aliran salafi misalnya. Dan membuat buletin

disebarkan ke masjid-masjid juga sekitar enam bulan yang lalu ada

informasi atau buletin yang diterbitkan mahasiswa UNMUH yang sangat

radikal sekali yang mengatakan mulid nabi itu syirik, kufur kristen dll.

Walaupun Ideologi Islam Transnasional ini dalam bentuk pemikiran akan

tetapi kalau mereka punya kekuatan akan melakukan gerakan radikal.

Yang melatar belakangi munculnya Ideologi Islam Transnasional ini

banyak dipengaruhi oleh pendidikan karena mereka didik oleh

sekolah-sekolah yang radikal seperti contoh di Jember pondok salafi di Jember dan

pendidikannya dari Arab Saudi dan latar bekang lain saling tumpang

tindih. Ada ideologi juga ada persoalan ekonomi. Kalau Ideologi Islam

Transnasional di Jember kedepan ini tergantung masyarakat kalau para kiai

ulama di Jember siap membentengi agar tidak terpengaruh oleh kelompok

radikal mungkin kelompok radikal akan mulai melemah. Dan kalau tidak

ada tindakan dari NU maka kelompok radikal akan semakin menguat

karena bagaimana pun masyarakat kita secara pendidikan yang minus

pokoknya ada yang menu mengajar apakah itu baik atau buruk tidak

terpikirkan.

(11)

125

Ideologi Islam Transnasional ada dan tidak berkembang, kalau di Jember

banyak melahirkan tokoh NU seperti KH Muhit Muzadi akan tetapi tokoh

radikal yang dari Jember belum ada. Dan belum ada tindakan Ideologi

Islam Transnasional, dan tindakan agak radikal ada datang ke dewan

gebrak dan itu juga radikal dalam dari tindakan. HTI walaupun FPI belum

sampai pada radikal karena secara tindakan belum ada, akan tetapi kalau

sudah Ideologi Islam Transnasional itus sudah mengandung paham. Ada

tiga faktor yang memicu adanya Ideologi Islam Transnasional pertama dari

dalam ajaran yang diikuti aliran keras. Kedua dari luar yakni dipicu oleh

yang merangsang untuk dihadapi dengan keras, ketiga dari orangnya.

Kalau latar belakang ada dua cara dalam menyikapi jihad: ada jihad

dalam mencari ilmu dan ada yang memaknai jihad itu perang, dan Ideologi

Islam Transnasional akan bisa tumbuh dan merangsang, dan kalau di

Jember dalam arti paham belum ada. Kalau ada isu nasional biasanya

terangsang untuk menimbulkan gerakan di Jember misalnya faktor pemilu.

Kecuali dulu ada faktor santet pada waktu beliau ke Jakarta di Jember

dikenal dengan daerah santet.

Pada zaman Gus Dur mau diturunkan ada banyak kelompok yang

membuat gerakan, dan kalau di Jember dan kalau ulama sering komunikasi

dan kalau ada masalah cepet terkomunikasikan dan kalau ada masalah

ditanggapi dengan ekstrim dan radikal. Kalau kasus Irak kita sempat

demontrasi tapi tidak sampai anarkis dan radikal.

20

KH. Abdullah Saymsul Arifin, M.HI ketua PCNU Jember

mengatakan bahwa kalu dibilang ada perlu dipersepsikan lagi apa yang

dimasud Ideologi Islam Transnasional bahwa kita harus menyadari dengan

adanya sekat-sekat itu muncul dari kita atau tidak ada yang ingin

mengkotak-mengkotak yang ingin menghancurkan orang Islam itu sendiri

dan kalau mau membumikan pluralisme perlu dimaknai ulang apa hanya

dimaknai bahwa kebenaran itu mini dan kebenaran itu beragam. Apakah

Ideologi Islam Transnasional hanya identik dengan Ideologi Islam

Transnasional yang melakukan dakwah itu keras atau secara tindakan itu

ada kesepahaman tentang Ideologi Islam Transnasional.

21

Kalau kita melihat di Jember ada kelompok yang dalam melihat

adanya kemungkaran dan menonjolkan pada tindakan Ideologi Islam

Transnasional atau kekerasan akan tetapi kita punya prinsip dakwah di NU

ayyakuna al amru bil makrufan bi makrufin walnahyi bil mungkar bigairi mungkar

yang dilakukan NU adalah amar makruf dengan cara yang makruf dan

20 Wawancara dengan Pimpinan Muhammdiyah Jember

(12)

126

yang mungkar dan menimbulkan yang mungkin pula seperti imam

al-Ghazali mengatakan seperi orang minuman keras maka jangan botolnya

dihancurkan akan tetapi minumannya dituangkan dan botolnya diambil

karena bisa dimanfatkan pada hal yang lain.

Kalau selama ini yang dimaksud seperti contohnya kalau ada tikus

dalam rumah, rumahnya yang dibakar maka itu tidak sepaham denga

ajaran dakwah yang dilakukan oleh NU. Munculnya hal seperti itu karena

minimnya pengetahuan atau

nerrow maindet

kalau faktornya dalam

pemahaman keagamaan itu harus dibenahi. Dan perlu banyak belajar

sejarah bagaimana Nabi Muhammad melakukan dakwah dan juga tentang

masuknya Islam di Indonesia semua sepakat tidak menggunakan jalur

kekerasan bahkan dari yang sebelumnya penduduknya beragama Kristen

bisa berubah menjadi 99% beragaama Islam tanpa harus memulai

peperangan. Kadang munculnya kekerasan dipicu dari faktor politik dan

dibungkus dengan kepentingan agama. Dan mengembalikan pemurnian

tujuan.

Islam radikal tidak selamanya identik dengan HTI, FPI dan

walaupun kadang radikal dalam tindakan akan tetapi perlu ada

pemahaman bersama bahwa radik itu kan pemahaman yang mendalam

yang sampai pada akarnya dan betul-betul mendalam. Kalau

pemahamannya yang mendalam seperti fundamentalisme sebetulnya tidak

ada yang boleh disalahkan kalau tampilannya bagus. Kalau tampilan yang

cenderung menang sendiri tidak toleransi itu harus diteliti lebih mendalam

tampilan-tampilan FPI itu memang keras.

Latar belakang radikal munculnya Islam radikal tidak selamanya

teologis akan tetapi politik juga HTI hampir sama dengan ikhwanul

muslimin dan politik itu diperlukan dan mereka mengunakan kondisi

politik yang harus dikuasai sehingga lebih mudah dalam memasukkan

hukum Islam seperti pendirian negara khilafah. Kalau NU dan

Muhammadiyah menggunakan tampilan-tampilan yang moderat yang bisa

disosialisasikan terhadap umat dengan misi besar yakni

rahmatanlilalamin

kita sekarang menghadapi ekstrim kanan yang kita sebut Ideologi Islam

Transnasional. Kalau Ideologi Islam Transnasional kita upayakan untuk

selalu bergerak bersama dengan NU dan Muhammadiyah untuk terus

mendakwahkan Islam

rahmatan lilalamin.

(13)

127

kelompok dan seperti HTI itu kan organisasi baru dan ada pemaknaan

negatif terhadap kelompok tersebut.

Dalam kehidupan ini yang terpenting adalah bagaimana kehidupan

beragama dan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kehidupan

global, dalam kajian budaya kita berada dalam pemaknaan karena

pertarungan itu muncul dalam pemaknaan, saya tidak pernah mencap

terhadap kelompok-kelompok sebagai Islam radikal. Kita serahkan pada

negara kalau ada tindakan-tindakan yang radikal maka setiap negara

punya undang-undang yang bisa menindak kelompok yang dimaknai

mempunyai gerakan radikal. Kelompok radikal mempunyai cita-cita

membentuk negara yang khilafah itu sudah bertentangan dengan pendiri

bangsa kita ini.

Respon Organisasi Keagamaan

Terhadap Ideologi Islam Transnasional Islam

Respon organisasai keagamaan yang berhaluan moderat di Jember

terhadap radilalisme Islam Bapak H. Sukarno salah satu wakil Pimpinan

Muhammadiyah di Jember mengatakan, HTI dan FPI yang diasumsikan

sebagai kelompok Islam garis keras tidak pernah berprilaku seperti preman.

Indikasinya adalah ketika kedua kelompok Islam tersebut melakukan aksi

tidak pernah melakukan pengrusakan-pengrusakan bahkan mereka

bersikap tertib. Sebenarnya untuk menjustifikasi suatu kelompok tertentu

tergantung dari sudut pandangnya, atau mungkin dari segi ideologi

memang berbeda dengan kelompok Islam yang lainnya. Karena ideologi

mereka terkonstruk oleh ideologi Timur Tengah seperti ideologi yang ada

di Lebanon dan terus dikembangkan disini. Oleh karena itu semangat

mereka HTI dibangun atas dasar politik, walaupun perwujudannya perlu

kita analisa kembali.

22

Lebih lanjut dijelaskan oleh pengasuh pondok Nurul Islam I Jember

KH. Muhyiddin Abdussomad bahwa keberadaan Islam radikal akan

merugikan masyarakat Islam secara umum oleh karena itu Islam tidak

moderat lagi, tidak menghargai perbedaan. Islam radikal akan muncul dari

kelompok Islam moderat apabila Islam moderat tersebut bergabung dengan

Islam radikal. Respon dari Nahdatul Ulama (NU) adalah menggunakan

penguatan kedalam atau internalisasi agar warga NU/Nahdiyin tidak

terpengaruh dengan langkah-langkah yang mereka lakukan dengan

mmperkuat akidah, dasar-dasar amaliah dan menjelaskan konsensus ulama

pendiri NU dengan pancasila, menjunjung tinggi perbedaan, toleransi

pluralisme, kesetaraan antara seasama anak bangsa.

22Wawancara dengan bapak H. Sukarno, M.Si ….Respon Ormas Terhadap Gerakan Ideology

(14)

128

KH. Drs. Misrawi mengatakan bahwa gerakan yang dilakukan oleh

NU adalah gerakan yang mendalam atau lebih dikenal gerakan kewalian

seperti kiai-kiai sepuh yang mempunayai kharisma kuat dalam

memberikan tausiyah atau dakwah kepada warganya. Juga respon dari

para intelektual NU yang seperti melawn wacara Ideologi Islam

Transnasional dengan diskusi forum ilmiah atau biasanya dijawab

menggunakan buku. Kalau menurut beliau kehawatiran-kehawatiran ada

akan tetapi karena akan ada terus regenerasi ulama dan kiai maka ke depan

akan semakin terkurangi yang dikatakan gerakan radiakalisme Islam di

Jember. Justru pada saat ini di Jember yang berkembang adalah akhlak atau

moral dari anak-anak muda yang menjadi incaran dari kelompok-kelompok

lain yang ingin menghancurkan Islam.

23

Kelompok salafy yang mempunyai jalan politik sendiri dan

menpunyai citat-cita untuk membentuk negara Islam yang tidak mau

menerima Islam sebagai kenyataan dan itu merupakan perkembangan baru

dan muncul setelah berdinrinya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang

didirikan oleh Imam Taqayudin al Afgani dari Libanon untuk

mengembalikan perscerai beraian umat Islam.

Menurut Drs. H. Alfan Jamil mengatakan kalau kehawatiran secara

empiris bisa dilihat dari para elit-elit NU mereka hawatir terhadap anak

anak muda atau generasi-generasi NU agar tidak terekrut kedalam

aliran-aliran Islam radikal. Gerakan yang dibangun oleh NU untuk membandung

Ideologi Islam Transnasional dengan menggunakan pelatihan-pelatihan

ASWAJA terhadap kader-kader muda Nahdatul Ulama (NU).

Keberadaan Islam radikal di Jember justru tidak berfungsi

kontruktif dan lebih banyak destruktif atau moderat dan mereka

mengingnkan negarah yang khilafah dan HTI tidak mau terhadap

demokrasi dan itu merupakan ancaman terhadap kelangsungan bangsa.

Respon dari Nahdatul Ulama dalam membendung gerakan radikalisme

yankni melakukan dialog agama, Bahtsul Masail, penerbitan buku dan

sekarang sudah mempunyai Balai latihan dan pendidikan dan kita tidak

hanya ofensif akan tetapi defensif dan Aswaja oleh kaum muda tidak hanya

dikenal tentang sejarah akan secara praktek harus terus dilakukan baik

dalam bidang sosial, budaya dan politik. Dan tidak ada ajaran praktis yang

belum bisa dilakukan oleh kader muda dan bisa membumikan

ajaran-ajaran aswaja terhadap anak-anak muda untuk menghadapi ajaran-ajaran-ajaran-ajaran

Islam radikal. Kalau kehawatiran pasti ada akan tetapi tidak hanya

khawatir tapi harus ada yang dilakukan kedepan oleh pengurus NU

sendiri. Juga dalam melakukan pembendungan terhadap menyebarnya

(15)

129

aliran Islam radikal NU dan Muhammadiyah dan sekarang banyak

guru-guru Muhammadiyah masuk PKS dan dipecat dari Muhammadiyah.

Ust. Idrus Ramli sebagai pengurus PCNU Jember mengatakan

bahwa munculnya Islam radikal di Jember lebih banyak madlarat atau

destruktif meskipun memang banyak yang mengatakan ada konstruktifnya

juga, dalam kelompok radikal membawa ajaran yang menyimpang dari

ajaran Islam yang diajarkan nabi dan sahabat. Kalau respon pertama kali

kita menanggapi secara ilmiah dan kelompok radikal ini diajak dialog

secara terbuka, kalau memang ada dalil yang mereka miliki sayangnya

mereka sering tidak mau. Seperti maulid nabi mereka justru tidak mau.

Dan kiat memberikan peringatan pada masyarakat agar tidak terpengaruh

dari aliran-aliran Islam radikal.

24

Strategi NU dan Muhammadiyah

Dalam Membendung Ideologi Islam Transnasional Islam

Langkah yang dilakukan Muhamadiyah adalah sesuai dengan

ideologinya yaitu dakwah, amar makruf dan nahi mungkar. Jadi, Siapa saja

yang berprilaku mungkar jelas tidak segaris dengan Muhamadiyah.

Muhammadiyah sebagai organisasi moderat mengajak untuk berdialog

mengenai masalah-masalah yang dipermasalahkan. Selebihnya KH.

Baharudin Rosyid sebagai pimpinan Muhamadiyah Jember sering diminta

sebagai mediator pada hal-hal kontra masyarakat untuk ditangani dengan

menanamkan semangat tasammuh (toleransi) terhadap beda keyakinan,

beda ideologi beda prilaku dan beracuan pada garis-garis aturan yang

sudah berlaku. Dalam membendung Ideologi Islam Transnasional tersebut

Muhammadiyah tidak pernah melakukan pembendungan secara riil akan

tetapi lebih mengetatkan di intern warga Muhammadiyah. Sehingga dari

sini anggota atau simpatisan Muhammadiyah ketika diajak pada prilaku

radikal bisa mencegah untuk tidak terlibat didalamnya.

Pada dasarnya siapapun tidak mempunyai hal untuk melarang

organisasi untuk hidup dan berkembang dinegara ini apapun bentuknya

organisasi itu. Karena mewadahi diri dalam sebuah organisasi merupakan

hak asasi manusia, kecuali organisasi tersebut bertentangan dengan UUD

45 jelas itu tidak ditolerir. Ketika organisasi tersebut meresahkan

masyarakat maka harus diselesaikan secara hukum tidak boleh masyarakat

main hakim sendiri agar terjadi kedamaian walaupun hukum yang berlaku

tidak memuaskan.

Kita akui dalam beberapa hal akidah kita sama dengan mereka dan

juga dalam beberapa hal menjadikan kita jauh dengan mereka (Islam

(16)

130

radikal). Kalau NU melakukan staregi seperti intruksi dari PWNU untuk

menghatamkan buku-buku NU, dan para pendahulu kita yang

membumikan nilai-nilai Islam. Dan masyarakat kita suda bukan

masyarakat pendengar sekarang manyarakat kita menjadi masyarakat

pembaca. Dalam memberikan pemahaman NU terhadap internal UN sendri

sangatlah sulit karena bisa dikatakan pendidikan di kalangan NU sangat

dimarjinalkan dan sangat rendah pemahaman mereka. Dan membangun

kesatuan ranting-ranting juga masjid-masjid dipertahankan, dan

orang-orang yang radikal cenderung merebut mesjid untuk dijadikan tempat

dalam memberikan ajarannya, justru anak-anak muda seperti PMII asik

dengan wacana Islam liberal. PMII mabuk di wilayah yang lain. Upaya

merebut Jama’ah Tablig maka harus anak mudanya yang tu

run untuk

merebut mesjid. Di Jember mesjid jami’ juga menjadi incaran untuk

merebut tempat tersebut. Dan pada saat ini kita harus berani mengucapkan

wama ana minannadiyin.

Dr. Aminullah Elhady sebagai salah satu Pimpinan Muhammdiyah

di Jember mengatakan bahwa kebudayaan Islam yang dikembangkan oleh

kedua organisasai berakar dari kebudayaan lokal yang santun dan

menghargai orang lain. ini dan tidak mengarah kepada radikalisme kalau

muncul dalam bentuk karnaval dan itu bukan pengarauh dari ajaran kedua

organisasai MD karena budaya tersebut masyarakat mengemas melaui

kreatifitas untuk menjadi tontonan masyarakat.

Penutup

Di tingkat lokal maupun nasional, NU dan Muhammadiyah telah

memainkan peran menentukan dalam proses pembangunan peradaban

keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan. Kehadiran dua organisasi yang

mewakili sayap umat Islam Indonesia dengan corak keberagamaannya

yang ramah dan toleran atau dengan istilah lain moderat lahir sebagai

respon terhadap problem keumatan, kebangsaan, kemanusiaan.

Gerakan kedua organisasi Islam terbesar tersebut di ranah lokal

yakni di Jember. Kehadiran NU dan Muhamdiyah cabang Jember bukan

sebatas sebagai respon terhadap isu-isu keagamaan atau keumatan lokal

melainkan pula terhadap isu-isu nasional maupun global. Dalam konsteks

keagamaan di tingkat lokal NU dan Muhammdiyah Cabang Jember

memiliki misi yang sama dengan misi kedua organisasi tingkat nasional

yakni membina dan mengembangkan kualitas keberagaman umat. Maka

dari itu gerakan yang dilakukan dalam membendung gerakan Islam

transnasional adalah penguatan internal warganya, dan strategi

kebudayaan melalui kultur dilakukan oleh kedua ormas tersebut.

(17)
(18)

132

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Karen,

Berperang demi Tuhan

, terj. Satrio wahono dkk,

Jakarta-Bandung, Kerjasama Serambi dengan Mizan, 2001

Abdul A’la,

Geneologi Ideologi Islam Transnasional Muslim Nusantara: Akar

Dan Karakter Pemikiran Dan Gerakan Padri dalam Perspektif Hubungan

Agama dan Politik Kekuasaan“

Pidato pengukuhan Guru Besar, IAIN

Sunan Ampel Surabaya, Mei 2008.

Ahmad Syafi'i Ma'arif,

"Masa Depan Islam di Indonesia"

dalam Abdurrahman

Wahid (Ed.),

Ilusi Negara Islam

Abdurrahman Wahid

(Ed.),

Ilusi Negara Islam,

The Wahid Institute, Jakarta

,

2009 .

Bassam Tibi, Islamism,

"Democracy, and The Clash of Civilization"

, dalam

Chaider S. Bamualim (ed.),

Islam & The West

, Jakarta: Pusat Bahasa

dan Budaya UIN Jakarta, 2003.

Oliever Roy,

Globalized Islam: The Search for a New Ummah,

New York:

Columbia University Press, 2004, hlm. 1. Tentang kegagalan Islam

Politik llihat Oliever Roy,

The Failure of Polical Islam,

Cambridge, MA:

Harvard University Press, 1995

BIN,

Gerakan Islam Transnasional dan Pengaruhnya di Indonesia,

tth:BIN.

Muhammad Ali,

The Rise of The Liberal Islam Network (JIL) in Contemporary

Indonesia

dalam

The American Journal of Islamic Social Sciences 22:1.

Mumtaz Ali,

Liberal Islam: An Analysis,

dalam The American Journal of

Islamic Social Science 24:2.

Nur Kholik Ridwan,

Doktrin wahhabi dan Benih-Benih Ideologi Islam

Transnasional Islam

, Yogyakarta, Tanah Air, 2009.

(19)

133

Oman Fathurrahman,

Tarekat Shattariyah di Dunia Melayu Indonesia: Kajian

Atas Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-Naskah di Samudra

Barat

, Desertasi Pada Program studi Ilmu Susastera Program

Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta, 2003.

Said Agil Siraj dalam

Lautan Wahyu

,

Islam Sebagai Rahmatan lil alamin

,

Episode 5: “Dakwah Supervaisor Program: KH. A. Mustofa Bisri,

@LibForAll Foundation 2009.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang diperoleh yaitu Pemilu 2019 tidak boleh terpaku dengan demokrasi yang berlaku secara umum karena dengan memasukkan hakikat demokrasi dalam bentuk negara lainnya

Udara Internasional Kualanamu lakukan yang sudah sesuai dengan

Important changes include the conversion to a rating form in metric units, the use of a height adjustment for endomorphy which is now standard procedure, and the use of equations,

memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mengungkapkan informasi melalui Internet Financial Reporting , nilai perusahaan yang.. tinggi merupakan

Dalam menjalankan hak dan kebebasanya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang- undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin. pengakuan

Hasil pengujian data dengan kedua metode didapat bahwa metode Backpropagation memiliki standar deviasi yang rendah dibanding metode Monte Carlo, sehingga metode

Sementara itu nilai rata-rata untuk non kelompok tani terhadap ketiga variabel dengan skor 2.00, menunjukkan penerapan teknologi cukup mudah diamati hasilnya,

Nilai koefisien regresi variabel komunikasi interpersonal (b2) bernilai negatif, yaitu - 0,00496 ini dapat diartikan bahwa setiap peningkatan motivasi kerja sebesar 1