• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Perilaku Balok Beton Bertulang Dengan Perkuatan Pelat Baja Dalam Memikul Lentur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Perilaku Balok Beton Bertulang Dengan Perkuatan Pelat Baja Dalam Memikul Lentur"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Umum

Beton merupakan salah satu bahan/ material yang paling banyak dan

mendominasi pemakaian bahan konstruksi di bidang teknik sipil, baik pada bangunan

gedung, jembatan, bendung, maupun konstruksi yang lain. Hal ini disebabkan bahan

pembuatan beton mudah didapat, lebih murah, peraktis dalam pengerjaannya dan

mampu memikul beban yang cukup besar.

Secara sederhana, beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara semen, air,

agregat haluas (pasir), dan agregat kasar (batu pecah atau kerikil). Terkadang

ditambahkan pula campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki kualitas beton.

Campuran antara semen dan air akan membentuk pasta semen, yang berfungsi sebagai

bahan ikat, sedangkan pasir dan kerikil merupakan bahan agregat yang berfungsi

sebagai bahan pengisi dan sekaligus sebagai bahan yang diikat oleh pasta semen. Ikatan

antara pasta semen dengan agregat ini menjadi satu kesatuan yang kompak dan akhirnya

dengan berjalan waktu akan menjadi keras serda padat

Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, dan

beton merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar antara

9%-15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaan beton sebagai komponen struktural

bangunan, umumnya diperkuat dengan batang seperti tulangan baja sebagai bahan yang

dapat bekerja sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang

menahan gaya tarik. Dalam hal ini batang tulangan baja bertugas memperkuat dan

menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan menahan gaya tekan.

(2)

Kerja sama antara bahan beton dan baja tulangan hanya dapat terwujud dengan

didasarkan pada keadaan sebagai berikut:

1. Lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang

membungkusnya sehingga tidak terjadi penggelinciran di antara keduanya.

2. Beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu

melindungi dan mencegah terjadinya karat pada baja.

3. Angka muai kedua bahan hampir sama, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu

derajat celcius angka muai beton 0,00001 sampai 0,000013, sedangkan baja

0,000013, sehingga perbedaan nilai muai dapat diabaikan.

2.2. Sifat Bahan 2.2.1. Bahan Beton

Pada beton bertulang, yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana perilaku

komponen struktur pada waktu menahan berbagai beban antara lain: gaya aksial,

lenturan, gaya geser, puntiran ataupun merupakan gabungan dari gaya-gaya tersebut.

Perilaku tersebut tergantung pada hubungan tegangan-regangan yang terjadi pada beton

dan juga jenis tengangan yang dapat ditahannya. Karena kelemahan beton, maka yang

diperhitungkan adalah beban yang bekerja dengan baik pada daerah tekan penampang,

dan hubungan tegangan-regangan yang timbul karena pengaruh gaya tekan tersebut

digunakan sebagai dasar pertimbangan.

Hubungan tegangan-regangan pada beton di daerah yang mengalami tekan dapat

(3)

Gambar 2.1 Regangan-Tegangan Beton

Kuat tekan beton diwakili dengan tegangan tekan maksimum (f’c) dengan satuan

N/mm2 atau Mpa dan dalam satuan SI menjadi kg/cm2. Dan untuk struktur beton

bertulang pada umur 28 hari umumnya memiliki kuat tekan 17-30 Mpa, dan struktur

beton pratekan dibutuhkan memiliki kuat tekan 30-45 Mpa. Untuk keperluan khusus,

beton ready-mix mampu menghasilkan 62 Mpa.

Kuat tekan bton (f’c) yang diperoleh dari pengujian standar ASTM (American

Society for Testing Materials) C39-86, bukanlah tegangan yang timbul pada saat beton

hancur, melainkan tegangan maksimum pada saat regangan beton (εb) mencapai nilai ±

0,002.

(4)

Gambar 2.2. Berbagai Kuat Tekan Beton

Sesuai dengan teori elastisitas bahwa kemiringan kurva kuat tekan beton pada tahap

awal menggambarkan nilai modulus elastisitasnya. Karena kurva pada beton berbentuk

lengkung, berarti nilai regangan tidak berbanding lurus dengan tegangan berarti bahan

beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan nilai modulus elastisitas

berubah-ubah sesuai dengan kekuatannya. Sesuai dengan SNI T–15–199–03, bahwa penetapan

modulus elastisitas beton sebagai berikut:

...2.2

Dimana: Ec = modulus elastisitas beton (Mpa)

Wc = berat isi beton Kg/M

f’c = kuat tekan beton (MPa).

Rumus empiris tersebut hanya untuk beton dengan berat isi berkisar antara

1500–2500 Kg/M .. Untuk beton dengan kepadatan normal berat isi ± 23 Kg/M .

(5)

Tabel 2.1. Nilai Modulus Elastisitas Beton (Ec) berbagai mutu beton

f’c (Mpa) Ec (Mpa)

17 19500

20 21000

25 23500

30 25700

35 27800

40 29700

Sumber : Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo.

2.2.2. Bahan Baja Tulangan.

Sifat umum dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, bersifat

getas/mudah patah atau rusak terhadap beban tarik. Untuk itu agar beton dapat bekerja

dengan baik dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan

penulangan yang akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang akan timbul di dalam

struktur tersebut.

Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam

perhitungan perencanaan beton bertulang adalah tegangan leleh (fy) dan modulus

elastisitas (Es). Suatu diagram hubungan regangan-tegangan tipikal untuk batang

(6)

Gambar 2.3. Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja

Tegangan leleh (fy) adalah tegangan baja pada saat mana meningkatnya

tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Menurut SK–SNI T–15–

199–03 bahwa modulus elastisitas baja (Es) adalah 200000 Mpa, sedangkan modulus

elastisitas untuk beton prategang harus dibuktikan melalui pengujian.

2.3. Lentur Murni

Bila suatu penampang beton bertulang yang dibebani lentur murni dianalisis,

pertama-tama perlu dipakai sejumlah kriteria agar penampang itu mempunyai

probabilitas keruntuhan yang layak pada keadaan batas hancur.

Anggapan-anggapan yang digunakan dalam menganalisis beton bertulang yang

diberi beban lentur murni adalah :

1. Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai kekuatan

(7)

A

2. Perubahan bentuk tanpa berupa pertambahan panjang dan perpendekan (regangan

tarik dan tekan) pada serat-serat penampang, berbanding lurus dengan jarak tiap

serat ke sumbu netral. Ini merupakan kriteria yang kita kenal, yaitu penampang

bidang datar akan tetap berupa bidang datar.

3. Hubungan antara tegangan (σs) dan regangan (εs) dapat dinyatakan secara

skematis. Untuk menentukan kuat lentur berlaku rumus sebagai berikut :

I

Tinjauan sebuah balok beton bertulang tertumpu bebas dengan dua beban

terpusat P di atasnya, bila berat balok sendiri diabaikan, maka diagram gaya lintang dan

diagram momen lentur disajikan dalam gambar sebagai berikut:

Di antara kedua beban P gaya lintang V adalah nol dan momen lentur M

konstan, sehingga balok ini mendapat beban lentur murni.

a L-2.a

Gambar 2.4 Balok Dibebani Lentur Murni

(8)

Berdasarkan anggapan-anggapan yang telah ditemukan di atas, dapat dilakukan

pengujian regangan, tegangan dan gaya-gaya yang timbul pada penampang balok yang

menahan momen lentur, yaitu momen akibat beban luar yang timbul akibat keruntuhan.

Selama tegangan tarik pada penampang tidak melebihi kuat tarik beton f’c

penampang tersebut belum retak, di mana kuat tarik beton sekitar 0,7 √f'c. . Keadaan ini

disajikan pada gambar 2.5 untuk penampang balok yang diberi beban momen lentur

dengan lebar b dan tinggi efektif d. Tinggi daerah (yang diarsir) adalah c, sedangkan

regangan tekan dan regangan tarik (dalam beton dan baja) berbanding lurus dengan

jarak terhadap garis netral (gambar 2.6). Gambar 2.4. Menyatakan distribusi tegangan

pada bagian yang belum retak. Tegangan tarik maksimum beton fc masih kecil, diagram

distribusi masih linier.

Bila beban P pada balok diperbesar, σc akan melebihi fc, beton akan retak,

akibat gaya tarik dilawan tulangan, sedangkan diagram distribusi tegangan tekan pada

beton berubah menjadi bentuk lengkung yang lebih mendekati diagram

tegangan-regangan yang sebenarnya. Pada saat balok hancur distribusi tegangan pada penampang

adalah sesuai dengan gambar 2.5. pada daerah tekan, hubungan antara

tegangan-regangan sesuai dengan diagram σ–ε yang sebenarnya bagi beton. Tegangan pada serat

atas sama dengan tegangan tekan hancur σ’cu, sedangkan pada daerah tekan telah

mencapai tinggi minimum cu, bagian daerah tarik yang tidak retak sangat kecil dan

dapat diabaikan, tegangan pada tulangan beton dapat dianggap sama dengan tegangan

(9)

Gambar 2.5. Distribusi Tegangan-Regangan Pada Penampang Beton Bertulang Dengan Momen Yang Semakin Besar

2.4. Kuat Lentur Balok Persegi

Telah ditemukan bahwa distribusi tegangan tekan beton pada penampang

bentuknya setara dengan kurva tegangan-regangan tekan beton. Bentuk distribusi

tegangan tersebut berupa garis lengkung dengan nilai nol pada garis netral, seperti pada

gambar berikut :

Gambar 2.6. Diagram Tegangan Dan Regangan

Berdasarkan anggapan-anggapan seperti yang telah dikemukakan di atas, dapat

dilakukan pengujian regangan, tegangan dan gaya-gaya yang timbul pada penampang

balok yang bekerja menahan momen batas yaitu momen akibat beban luar yang timbul

tepat pada saat terjadi hancur.

(10)

Kuat lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme

tegangan-regangan dalam yang timbul di dalam balok, pada keadaan tertentu dapat

diwakili oleh gaya-gaya dalam. ND adalah resultante gaya tekan dalam, merupakan

resultante gaya tekan pada daerah di atas garis netral. Sedangakan NT adalah resultante

gaya tarik dalam, merupakan jumlah seluruh gaya tarik yang diperhitungkan untuk

daerah di bawah garis netral. Kedua gaya ini arah garis netralnya sejajar, sama besar

tapi berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk Koppel kuat

lentur, atau momen tahanan penampang komponen struktur tersebut.

Menentukan momen tahanan dalam merupakan hal yang kompleks sehubung

dengan diagram tegangan tekan di atas garis netral yang membentuk garis lengkung.

Kesulitan tidak hanya pada waktu menghitung besarnya ND, tetapi juga menentukan

letak garis netral kerja gaya relatif terhadap pusat berat tulangan baja tarik.

Untuk tujuan penyederhanaan, Whitney telah mengusulkan bentuk persegi

panjang sebagai distribusi tegangan tekan beton ekivalen. Standard SK–SNI T–15–199–

03 juga menetapkan bentuk tersebut sebagai ketentuan, meskipun pada ayat 6 tidak

menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk-bentuk yang lain, sepanjang hal

tersebut merupakan hasil-hasil pengujian.

(11)

Berdasarkan bentuk empat persegi panjang seperti tampak pada gambar,

intensitas tegangan tekan beton rata-rata ditentukan sebesar 0,85f’c dan dianggap

bekerja pada daerah tekan dari penampang balok sebesar b dan sedalam a, yang mana

besarnya ditentukan dengan rumus :

a = β1.c……….……2.1

Dimana : c = jarak serat terluar ke garis netral

β1= konstanta merupakan fungsi dari kuat tekan.

Standar SK–SNI T–15–199–03, menetapkan nilai β1 = 0,85 untuk f’c ≤ 30 Mpa,

berkurang 0,008 untuk setiap kenaikan 1 Mpa kuat beton dan nilai tersebut tidak boleh

kurang dari 0,65.

2.5 Metode Perkuatan Struktur Beton Bertulang Metode perkuatan yang umumnya dilakukan adalah :

a. Memperpendek bentang ( L ) dari struktur dengan konstruksi beton ataupun

dengan konstruksi baja.

b. Memperbesar dimensi l e b a r b a l o k ( b ) d a n t i n gg i b a l ok ( h ) dari pada

konstruksi beton.

c. Menambah plat baja.

Dari metode perkuatan di atas, ada beberapa kendala yang dijumpai di lapangan

sebagi berikut:

1. Waktu pelaksanaan yang lama (menunggu proses pengeringan dari

material perkuatan hingga mampu memikul beban).

2. Perlunya ruang kerja yang cukup luas sehingga harus menghentikan

(12)

ducting AC yang ada.

3. Perlunya alat bantu seperti penyanggah sementara dll.

4. Adanya sambungan-sambungan apabila bentang yang harus diperkuat cukup

panjang (metode perkuatan dengan plat baja).

5. Perlunya lapisan pelindung untuk meningkatkan keawetan terhadap korosi.

Sejak tahun 90-an, mulai banyak digunakan metode baru dalam melakukan

perkuatan yaitu dengan menggunakan “Fiber Reinforced Plastic (FRP)”. Prinsip

metode perkuatan dengan menggunakan FRP menyerupai penggunaan Pelat Baja.

Tiga prinsip penggunaan FRP dalam perkuatan struktur adalah :

1. Meningkatkan kapasitas momen lentur pada balok atau plat dengan menambahkan

FRP pada bagian tarik.

2. Meningkatkan kapasitas geser pada balok dengan menambahkan FRP di bagian

sisi pada daerah geser.

3. Meningkatkan kapasitas beban axial dan geser pada kolom dengan

menambahkan FRP di sekeliling kolom.

FRP dapat digunakan pada perkuatan :

- Lentur baik pada balok dan plat, bagian tumpuan maupun lapangan

- Geser pada balok dan kolom

- Axial pada kolom

(13)

2.6. Perilaku Defleksi Pada Balok

Apabila balok beton bertulang dibebani secara berangsur–angsur mulai dari nol

hingga mencapai suatu harga yang menyebabkan balok tersebut, maka hubungan antara

beban defleksi pada balok beton bertulang dapat diidealisasikan menjadi bentuk trilinier

seperti berikut:

Gambar 2.8. Hubungan Antara Beban Dan Defleksi Pada Balok Beton Bertulang Keterangan :

Daerah I : Taraf praretak, di mana batang-batang strukturnya bebas retak.

Daerah II : Taraf paska retak, di mana batang-batang strukturalnya

mengalami retak terkontrol baik distribusinya maupun lebarnya.

Daerah III : Taraf paska serviceability, di mana tegangan pada tulangan tarik

sudah mencapai tegangan lelehnya.

Pada praretak, kurva dari beban defleksi masih merupakan garis lurus yang

memperlihatkan perilaku elastis penuh. Tegangan tarik maksimum pada balok dalam

daerah ini masih lebih kecil dari tegangan tarik ijinnya. Kekuatan lentur EI balok dapat

diestimasi dengan menggunakan modulus young (Ec) dari beton dan momen inersia

(14)

Daerah praretak diakhiri dengan mulainya retak pertama dan mulai bergerak

menuju daerah II pada gambar 2.8 di atas. Hampir semua balok beton bertulang berada

di daerah ini pada saat beban bekerja. Taraf keretakan di sepanjang balok bervariasi

sesuai dengan taraf regangan dan defleksi pada masing–masing bagian. Untuk suatu

balok di atas tumpuan sendi-rol retak akan semakin lebar pada daerah lapangan dan

semakin ke arah tumpuan retak semakin kecil. Pada daerah tumpuan kemungkinan

hanya mengalami retak halus yang tidak lebar.

Apabila terjadi retak, konstribusi kekuatan tarik beton sudah dikatakan tidak ada

lagi. Berarti kekuatan lentur penampangnya telah berkurang hingga kurva beban

defleksi di daerah ini semakin landai dibandingkan dengan taraf praretak. Semakin

besar retaknya, akan semakin berkurang kekuatannya hingga mencapai suatu harga

berupa batas bawah. Pada saat mencapai keadaan limit beban retak bekerja, distribusi

beton tarik terhadap kekuatan dapat diabaikan. Momen inersia penampang retak (Icr)

dapat dihitung dengan menggunakan prinsip dasar matematika.

Diagram beban defleksi pada daerah II gambar 2.8 jauh lebih datar dibanding

dengan daerah sebelumnya. Ini diakibatkan oleh berkurangnya luasan penampang

karena retak yang cukup banyak dan lebar di sepanjang batang.

Jika beban terus bertambah, regangan tulangan pada sisi yang tertarik akan terus

bertambah melebihi regangan lelehnya tanpa adanya tegangan tambahan. Bisa terus

mengalami defleksi tanpa adanya beban tambahan dan retaknya semakin terbuka hingga

garis netralnya terus mendekati garis tepi yang tertekan. Pada akhirnya terjadi

keruntuhan tekan sekunder yang dapat mengakibatkan kehancuran total pada daerah

(15)

2.7. Keruntuhan Lentur Akibat Kondisi Batas (Ultimate)

Menurut catatan sejarah, sebenarnya perencanaan kuat batas adalah yang pertama

digunakan dalam perencanaan struktur beton. Itu dapat dimengerti karena beban atau

momen batas (ultimate) dapat dicari langsung berdasarkan percobaan uji beban tanpa

perlu mengetahui besaran atau distribusi tegangan internal pada penampang struktur

yang di uji. Untuk menjelaskan defenisi atau pengertian mengenai apa yang dimaksud

dengan kekuatan batas atau kuat ultimate, maka akan ditinjau struktur balok beton

bertulang yang diberi beban terpusat secara bertahap sampai runtuh (tidak kuat

menerima tambahan beban lagi).

Keruntuhan yang akan ditinjau adalah lentur. Agar dapat diperoleh suatu

keruntuhan lentur murni maka digunakan konfigurasi dua buah beban terpusat yang

diletakkan simetri sehingga di tengah bentang struktur tersebut hanya timbul

momen lentur saja (tidak ada gaya geser).

Gambar 2.9. Balok Yang Dibebani Sampai Runtuh Tensil

Compressive

Strain Stresses

P P

Crack

(16)

Penampang di tengah diberi sensor-sensor regangan untuk mengetahui tegangan

yang terjadi. Beban diberikan secara bertahap dan dilakukan pencatatan lendutan di

tengah bentang sehingga dapat diperoleh kurva hubungan momen dan kelengkungan

untuk setiap tahapan beban sampai beton maksimum sebelum balok tersebut runtuh .

Gambar 2.10 Kurva Momen-Kelengkungan Balok

Baja leleh terlebih dahulu (Titik D). Jika beban terus ditingkatkan, meskipun

besarnya peningkatan relatif kecil akan tetapi lendutan yang terjadi cukup besar

dibandingkan lendutan sebelum leleh. Akhirnya pada suatu titik tertentu beton

desak mengalami rusak (pecah atau spalling) sedemikian sehingga jika beban

ditambah sedikit saja maka balok tidak dapat lagi menahan beban dan akhirnya runtuh.

Beban batas/maskimum yang masih dapat dipikul oleh balok dengan tetap berada pada

(17)

Keruntuhan yang didahului oleh lendutan atau deformasi yang besar seperti yang

diperlihatkan pada balok di atas disebut keruntuhan yang bersifat daktail. Sifat seperti

itu dapat dijadikan peringatan dini mengenai kemungkinan akan adanya keruntuhan

sehingga pengguna struktur bangunan mempunyai waktu untuk menghindari struktur

tersebut sebelum benar-benar runtuh, dengan demikian jatuhnya korban jiwa dapat

dihindari.

Keruntuhan lentur tersebut dapat terjadi dalam tiga cara yang berbeda :

1. Keruntuhan Tarik, terjadi bila jumlah tulangan baja relatif sedikit sehingga

tulangan tersebut akan leleh terlebih dahulu sebelum betonnya pecah, yaitu

apabila regangan baja (εs) lebih besar dari regangan beton (εy). penampang

seperti itu disebut penampang under-reinforced, perilakunya sama seperti

yang diperlihatkan pada balok uji yaitu daktail (terjadinya deformasi yang besar

sebelum runtuh). Semua balok yang direncanakan sesuai peraturan diharapkan

berperilaku seperti itu.

2. Keruntuhan Tekan, terjadi bila jumlah tulangan relatif banyak maka

keruntuhan dimulai dari beton sedangkan tulangan bajanya masih elastis,

yaitu apabila regangan baja (εs) lebih kecil dari regangan beton (εy). Penampang

seperti itu disebut penampang over-reinvorced, sifat keruntuhannya

adalah getas (non-daktail). Suatu kondisi yang berbahaya karena penggunaan

bangunan tidak melihat adanya deformasi yang besar yang dapat dijadikan

pertanda bilamana struktur tersebut mau runtuh, sehingga tidak ada

kesempatan untuk menghindarinya terlebih dahulu.

3. Keruntuhan Seimbang, jika baja dan beton tepat mencapai kuat batasnya, yaitu

apabila regangan baja (εs) sama besar denga regangan beton (εy). Jumlah

(18)

untuk menentukan apakah tulangan relatif sedikit atau tidak, sehingga sifat

keruntuhan daktail atau sebaliknya.

Gambar 2.11 Perilaku Keruntuhan Balok

(Dikutip dari buku Wiryanto Dewobroto, Aplikasi Rekayasa Konstruksi)

Struktur pada balok memiliki pola vertikal dan diagonal, selain itu terdapat juga pola

retak–retak rambut, retak lentur, retak geser seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.12 Keruntuhan Geset yang Getas Pada balok dengan pelat Daerah Lepasnya

Selimut Beton

Retak Geser

Kritis Pelat

Lem TENGAH BALOK Retak Horizontal

Sejajar Tulangan Lentur

(19)

Gambar 2.13 Pola Retak Geser Saat Runtuh di Tengah Bentang Pada Balok

Keretakan balok dapat dikategorikan menjadi retak struktur yang terdiri dari:

a. Retak lentur yang memiliki pola vertikal atau tegak.

Retak lentur biasanya terjadi disebabkan oleh beban yang melebihi kemampuan

balok.

b. Retak geser yang memiliki pola diagonal/miring. Retak geser terjadi setelah adanya

retak lentur yang memiliki pola vertikal. Retak geser terjadi pada balok yang

(20)

2.8. Formula Perkuatan Lentur Dengan SK SNI a. Balok Beton Tanpa Menggunakan Pelat Baja

Dianggap bahwa tulangan logitudinal telah meleleh, maka fs’=fy dan fs=fy

As2 = As’

As = As1 + As2

As1 = As – As’

Dianggap bahwa tulangan logitudinal telah meleleh, maka fs’= fy dan fs = fy

0,0018

Menentukan letak garis netral

(21)

f′ c − d

Dari pasangan kopel tulangan baja tekan dan tambahan tulangan tarik:

(22)

Dari pasangan kopel tulangan baja tekan dan tambahan tulangan tarik :

Mn2 = As’fy(d-d’)

Mu = Mn1 + Mn2

Mu = 1/3

b. Balok Beton Dengan Menggunakan Pelat Baja

Setelah retak, saat beban ultimate

Dianggap bahwa tulangan logitudinal telah meleleh, maka fs’=fy dan fs=fy

Tetapi tegangan pelat baja belum meleleh

As2 = As’

As = As1 + As2

As1 = As – As’

Apelat baja

s s1

E fy

(23)

1

Menentukan letak garis netral

y

Dari pasangan kopel tulangan baja tekan dan tambahan tulangan tarik:

ND = NT

Mn = As1 * fy (d–½a) + As’fy(d–d’) + Apelat baja .fypelat baja.(h–½a)

Mu = 1/3 PL

2.9. Momen Inersia Penampang Retak

Untuk menghitung momen inersia penampang retak Icr beton bertulang yang

merupakan bahan komposit digunakan metode transformasi luas penampang bahan.

Luas penampang batang tulangan baja yang terdapat pada penampang bahan. Luas

penampang batang tulangan baja yang terdapat pada penampang komponen fiktif setara

Aeq, yang dianggap mampu menahan gaya tarik. Penentuan nilai Aeq didasarkan pada

teori mekanika bahan, di mana apabila dua bahan elastik yang berbeda mengalami

regangan yang sama, tegangan yang terjadi pada masing–masing bahan akan setara

dengan nilai banding modulus elastisitasnya. Dengan menggunakan notasi sebagai

(24)

fs = tegangan baja tarik

fct(tarik) = tegangan tarik beton teoritis pada kedudukan tulangan baja tarik

Es = modulus elastisitas baja

Ec = modulus elastisitas beton

f

E fE

f E fE n f

Secara teoritis tulangan baja digantikan fungsinya oleh suatu luasan beton fiktif

yang setara, yang dengan sendirinya harus mampu menahan gaya tarik yang sama pula.

Maka didapatkan,

fct Aeq = fs As

Aeq = n As

(25)

Penetapan letak garis netral tersebut dilakukan dengan menggunakan persamaan

keseimbangan momen statis luas efektif terhadap serat tepi terdesak, sebagai berikut:

½ by2 + nAs’y – n As’d’ – nAsd + n Asy = 0

Dan momen inersia terhadap garis netral dihitung dengan persamaan berikut:

I 13 b y + n A d − y &+ n A ′ y − d &

Pusat transformasi tampang dihitung dengan persamaan berikut:

y( )b. h. h2- + n − 1 As.d + n − 1 Asb. h + n − 1 As + n − 1 As//. d′

Sehingga di peroleh y(dasar = h – y(

Momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang, seluruh batang

tulangan diabaikan, maka inersia penampang transformasi adalah:

Ig= 10 b. h12

di mana : y = letak titik berat penampang kebagian tepi atas serat terdesak

Icr = momen inersia penampang retak transformasi

Ig = momen inersia penampang utuh

Ditetapkan bahwa lendutan dapat dihitung dengan menggunakan nilai momen inersia

efektif Ie berdasarkan persamaan berikut :

Ie 2MM

34 I5+ 61 − 2 M

M34 7 I

di mana : Ie = momen inersia efektif

Icr = momen inersia penampang retak transformasi

Ig = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang,

(26)

P P

2.10. Lendutan Pada Balok

Lendutan pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah beban bekerja

seketika itu pula terjadi lendutan. Lendutan tersebut disebabkan oleh sifat atau perilaku

susut pada beton, yang mengakibatkan bertambahnya regangan.

a. Bidang momen pada balok dengan beban terpusat

Gambar 2.15. Bidang Momen Sebagai Muatan Pada Beban Terpusat

(27)

θA

Bidang momen pada balok dengan beban terbagi rata

Gambar 2.16. Bidang Momen Sebagai Muatan Pada Beban Terbagi Rata

(28)

A = 1/3 . ½ L.1/8qL2 = 1/24 qL2

= = A = 1/24 qL2

Lendutan maksimum δmax di tengah bentang pada beban terbagi rata adalah,

δmax = . ½ L – A . 3/16L = 5/384 qL4

Maka δB3C = DE/FG

?@

=

9J;K

L8?@

Gambar

Gambar 2.1 Regangan-Tegangan Beton
Gambar 2.2. Berbagai Kuat Tekan Beton
Tabel 2.1. Nilai Modulus Elastisitas Beton (Ec) berbagai mutu beton
Gambar 2.3. Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan kondisi riil dan prediksi stagnasi pertumbuhan ekonomi dan moneter yang akan dihadapi oleh Indonesia sebagai dampak dari pandemi Covid-19,

Rasa syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Allah SWT, hanya dengan petunjuk dan karunia Allah SWT, skripsi yang berjudul “ Identifikasi Sumber Bahaya

Dengan kata lain, kegiatan pengawasan media yang dijalankan hanya dengan semangat aktivisme, apalagi jika penyelenggara punya kecenderungan psikologis sebagai penghukum,

Hasil penilaian dari 20 orang responden mengenai aspek entertaiment game yaitu mengenai aturan play, sebagai media yang menghibur dan kesesuaian konten dapat

Hasil ini juga menunjukkan bahwa, pemberian pupuk cair dari ekstrak kran- dalit yang disertai atau dikombinasikan dengan pemberian bahan organik dan kalium (A2)

Diantara sekian banyak akad pembiayaan syariah, usaha budidaya pengolahan tepung tapioka tersebut dibiayai dengan akad murabahah (jual beli). Pemilihan akad tersebut mengacu

Gatot berbahan dasar gaplek ketela diiris-iris lalu dimasak dikukus ditambahkan gula kelapa hingga berasa manis saat penyajian ditambahkan parutan kelapa plus garam sedikit

Hukum Tua sering mengadakan rapat umum setiap 3 (tiga) bulan dan disitulah masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, kritik, saran dan masukan