• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengukuran Volume Saliva pada Penerima Radioterapi Daerah Kepala dan Leher di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengukuran Volume Saliva pada Penerima Radioterapi Daerah Kepala dan Leher di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radioterapi

Radioterapi merupakan terapi radiasi yang bertujuan menghancurkan sel kanker

yang membelah dengan cepat, mengurangi ukuran sel kanker atau menghilangkan gejala,

gangguan yang menyertainya dan terkadang digunakan untuk pencegahan

(profilaktik).2,11

2.1.1 Defenisi Radioterapi

Merupakan metode pengobatan penyakit kanker menggunakan radiasi

elektromagnetik (sinar x dan sinar gamma) atau partikular berenergi tinggi untuk merusak

kemampuan reproduksi sel-sel ganas. Tujuannya adalah menimbulkan kerusakan pada

setiap molekul yang dilewati melalui proses ionisasi dan eksitasi sehingga terjadi

kerusakan sel, terutama sel kanker di dalam tubuh.1,3

2.1.2 Mekanisme Kerja

Radioterapi menggunakan radiasi ion. Radiasi ion dibagi menjadi 2 yaitu:

- Radiasi korpuskular yang terdiri atas elektron, proton, dan neutron.

- Radiasi elektromagnetik yang terdiri sinar X dan sinar gamma, radiasi elektromagnetik

ini sering juga disebut dengan foton.

Radiasi ion bekerja pada DNA sel kanker untuk menghilangkan kemampuan

reproduktifitas sel. DNA sel berduplikasi selama mitosis, sel dengan tingkat aktifitas

mitotik yang tinggi lebih radiosensitif dibandingkan dengan sel dengan tingkat aktifitas

mitotik yang lebih rendah. Radioterapi bekerja dengan merusak sel DNA kanker.

Kerusakan ini disebabkan oleh foton, elektron, proton, neutron, atau sinar peng-ion yang

secara langsung ataupun tidak langsung mengionisasi atom yang membentuk rantai

(2)

Radiasi pada jaringan dapat menimbulkan ionisasi air dan elektrolit dari cairan

tubuh baik intra maupun ekstra seluler, sehingga timbul ion H+ dan OH- yang sangat

reaktif. Ion itu dapat bereaksi dengan molekul DNA dalam kromosom, mengakibatkan

pecahnya rantai ganda DNA, perubahan cross-linkage dalam rantai DNA dan degenerasi

atau kematian sel. Sel-sel yang masih bertahan hidup akan mengadakan reparasi

kerusakan DNAnya sendiri-sendiri. Kemampuan reparasi DNA sel normal lebih baik dan

lebih cepat dari sel kanker sehingga sel-sel kanker lebih banyak yang tetap rusak dan mati

dibandingkan dengan sel-sel normal.1

2.1.3 Unit Energi Radioterapi dan Dosis Radioterapi

Untuk mengukur kekuatan radioterapi digunakan alat Dosimetri. Dosimetri adalah

alat yang digunakan untuk mengukur banyaknya energi yang diserap per unit jaringan.

Secara tradisional satuan jumlah energi radioterapi yang diserap per unit jaringan adalah

RAD (Radiation Absorbed Dose). Unit SI (satuan internasional) dosis absorbs radioterapi adalah Gray (Gy). Hubungan RAD dan Gray adalah:1,2

2.1.4 Fraksinasi Radioterapi

Radioterapi kanker kepala dan leher secara konvensional biasanya diberikan

5 - 7 minggu, sekali dalam sehari, lima hari dalam seminggu, 2 - 2,5 Gy per fraksi,

sehingga total dosis terapi 45 - 75 Gy.2,3

Dasar metode fraksional pada radioterapi dikenal dengan istilah 4R yaitu:

reparasi, redistribusi, repopulasi, dan reoksigenasi. Reparasi dan repopulasi merupakan

proses yang diharapkan terjadi pada sel normal sehingga dapat mentoleransi besar dosis

radioterapi yang diberikan. Reoksigenase dan redistribusi merupakan proses yang

diharapkan terjadi pada sel kanker untuk dapat meningkatkan kualitas radioterapi.1,2,12-14

2.1.5 Teknik Radioterapi

(3)

Sebelum melakukan terapi radiasi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik

dan laboratorium, penentuan stadium klinik, diagnosis histopatologik dan tujuan radiasi,

kuratif atau paliatif. Penderita dengan keadaan umum yang buruk, gizi kurang dan

demam tidak diperbolehkan untuk menjalani radioterapi kecuali pada keadaan tertentu

seperti obstruksi jalan makanan dan perdarahan karena tumor, radiasi tetap dimulai

sambil memperbaiki keadaan umum penderita. Syarat dilakukannya radioterapi antara

lain: kadar Hb tidak boleh kurang dari 10 gr%, jumlah leukosit tidak boleh kurang dari

3000 per mm, dan trombosit 100.000 per uL.1,2,15-17

Siklus radioterapi ditetapkan oleh kebijakan masing-masing tim kesehatan yang

menangani penderita kanker. Jika selama masa radioterapi pasien mengalami gangguan

tentang syarat-syarat yang telah disebutkan diatas, maka radioterapi akan dihentikan

hingga syarat-syarat tersebut terpenuhi kembali. RSUP Haji Adam Malik menetapkan

kebijakan bahwa dua minggu adalah waktu perhentian maksimum dalam mencapai

keadaan pasien sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan, jika dalam waktu dua minggu

keadaan pasien belum juga memenuhi syarat, maka siklus radioterapi akan diulang

kembali dari awal (radioterapi ke-1).15,16,18

Ada 2 cara utama pemberian radioterapi, yaitu dengan cara teleterapi dan/atau

brakhiterapi. Teleterapi atau radioterapi eksterna adalah suatu teknik terapi kanker dengan

radiasi, dimana sumber radiasi ditempatkan di luar tubuh penderita. Tujuan radiasi

eksterna adalah terapi untuk menghancurkan sel-sel kanker sebanyak mungkin pada

daerah yang luas, sedangkan brakhiterapi atau radioterapi interna adalah suatu teknik

terapi kanker dengan radiasi, dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh penderita.

Tujuan radioterapi interna adalah memberikan dosis radioterapi semaksimal mungkin

pada sel kanker dan seminimal mungkin pada jaringan sehat sekitarnya.Teknik radiasi

interna pada rongga mulut dilakukan dengan menggunakan jarum radium sebagai sumber

radiasi. Jarum tersebut diimplantasikan atau ditusukkan ke dalam jaringan tumor.

Penggunaan brakhiterapi dapat dilakukan secara tunggal atau kombinasi dengan

(4)

2.2 Radioterapi pada Daerah Kanker Kepala dan Leher

Radioterapi daerah kepala dan leher merupakan terapi utama pada pengobatan

kanker kepala dan leher selain kemoterapi. Lokasi anatomis dari kanker kepala dan

leher dapat dilihat pada gambar 1.3,17,20

Gambar 1. Lokasi anatomis kanker kepala dan leher17

Radioterapi memegang peranan penting pada perawatan kanker kepala dan leher.

Radioterapi ini memberikan manfaat pada jaringan, tetapi juga memiliki efek samping

yang tidak dapat dihindarkan. Sinar radiasi yang digunakan sebagai agen radioterapi

memberi komplikasi destruktif pada mukosa oral.3

Komplikasi yang terjadi akibat radioterapi tergantung pada dosis radioterapi,

daerah yang diradiasi, total, jenis radioterapi, umur dan kondisi klinis pasien yang

berhubungan dengan perawatan radioterapi dapat berupa:1

1. Komplikasi dini. Biasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah

radioterapi, seperti: Xerostomia, Mukositis, Dermatitis, Eritema, Mual-muntah,

Anoreksia,dll.

2. Komplikasi Lanjut. Biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi

seperti: kontraktur, gangguan perumbuhan,dll.

2.3 Saliva

2.2 Radioterapi pada Daerah Kanker Kepala dan Leher

Radioterapi daerah kepala dan leher merupakan terapi utama pada pengobatan

kanker kepala dan leher selain kemoterapi. Lokasi anatomis dari kanker kepala dan

leher dapat dilihat pada gambar 1.3,17,20

Gambar 1. Lokasi anatomis kanker kepala dan leher17

Radioterapi memegang peranan penting pada perawatan kanker kepala dan leher.

Radioterapi ini memberikan manfaat pada jaringan, tetapi juga memiliki efek samping

yang tidak dapat dihindarkan. Sinar radiasi yang digunakan sebagai agen radioterapi

memberi komplikasi destruktif pada mukosa oral.3

Komplikasi yang terjadi akibat radioterapi tergantung pada dosis radioterapi,

daerah yang diradiasi, total, jenis radioterapi, umur dan kondisi klinis pasien yang

berhubungan dengan perawatan radioterapi dapat berupa:1

1. Komplikasi dini. Biasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah

radioterapi, seperti: Xerostomia, Mukositis, Dermatitis, Eritema, Mual-muntah,

Anoreksia,dll.

2. Komplikasi Lanjut. Biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi

seperti: kontraktur, gangguan perumbuhan,dll.

2.3 Saliva

2.2 Radioterapi pada Daerah Kanker Kepala dan Leher

Radioterapi daerah kepala dan leher merupakan terapi utama pada pengobatan

kanker kepala dan leher selain kemoterapi. Lokasi anatomis dari kanker kepala dan

leher dapat dilihat pada gambar 1.3,17,20

Gambar 1. Lokasi anatomis kanker kepala dan leher17

Radioterapi memegang peranan penting pada perawatan kanker kepala dan leher.

Radioterapi ini memberikan manfaat pada jaringan, tetapi juga memiliki efek samping

yang tidak dapat dihindarkan. Sinar radiasi yang digunakan sebagai agen radioterapi

memberi komplikasi destruktif pada mukosa oral.3

Komplikasi yang terjadi akibat radioterapi tergantung pada dosis radioterapi,

daerah yang diradiasi, total, jenis radioterapi, umur dan kondisi klinis pasien yang

berhubungan dengan perawatan radioterapi dapat berupa:1

1. Komplikasi dini. Biasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah

radioterapi, seperti: Xerostomia, Mukositis, Dermatitis, Eritema, Mual-muntah,

Anoreksia,dll.

2. Komplikasi Lanjut. Biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi

seperti: kontraktur, gangguan perumbuhan,dll.

(5)

Saliva adalah suatu cairan eksokrin yang kompleks, tidak berwarna, secara

kuantitatif disekresikan oleh kelenjar parotis, kelenjar sublingualis, dan kelenjar

submandibularis merupakan kelenjar saliva mayor (gambar 2). Di samping itu terdapat

kelenjar saliva minor merupakan kelenjar saliva tambahan yang terletak di mukosa bukal,

labial, lingual, dan palatinal.6,7,21,22

Gambar.2. Anatomi Kelenjar Saliva Mayor11

Komposisi saliva terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu kalsium, sodium,

kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai

enzim immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan

oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut. Pada orang dewasa yang

sehat, diproduksi saliva kurang lebih 1,5 liter dalam waktu 24 jam.5-7

2.4 Fungsi Saliva

Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut antara lain:5,7

1. Sensasi Rasa

Aliran saliva yang terbentuk di dalam asini bersifat isotonik, saliva mengalir

melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik

saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk

memberikan kelarutan substansi yang memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.

2. Perlindungan Mukosa dan Lubrikasi

Saliva adalah suatu cairan eksokrin yang kompleks, tidak berwarna, secara

kuantitatif disekresikan oleh kelenjar parotis, kelenjar sublingualis, dan kelenjar

submandibularis merupakan kelenjar saliva mayor (gambar 2). Di samping itu terdapat

kelenjar saliva minor merupakan kelenjar saliva tambahan yang terletak di mukosa bukal,

labial, lingual, dan palatinal.6,7,21,22

Gambar.2. Anatomi Kelenjar Saliva Mayor11

Komposisi saliva terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu kalsium, sodium,

kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai

enzim immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan

oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut. Pada orang dewasa yang

sehat, diproduksi saliva kurang lebih 1,5 liter dalam waktu 24 jam.5-7

2.4 Fungsi Saliva

Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut antara lain:5,7

1. Sensasi Rasa

Aliran saliva yang terbentuk di dalam asini bersifat isotonik, saliva mengalir

melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik

saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk

memberikan kelarutan substansi yang memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.

2. Perlindungan Mukosa dan Lubrikasi

Saliva adalah suatu cairan eksokrin yang kompleks, tidak berwarna, secara

kuantitatif disekresikan oleh kelenjar parotis, kelenjar sublingualis, dan kelenjar

submandibularis merupakan kelenjar saliva mayor (gambar 2). Di samping itu terdapat

kelenjar saliva minor merupakan kelenjar saliva tambahan yang terletak di mukosa bukal,

labial, lingual, dan palatinal.6,7,21,22

Gambar.2. Anatomi Kelenjar Saliva Mayor11

Komposisi saliva terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu kalsium, sodium,

kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai

enzim immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan

oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut. Pada orang dewasa yang

sehat, diproduksi saliva kurang lebih 1,5 liter dalam waktu 24 jam.5-7

2.4 Fungsi Saliva

Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut antara lain:5,7

1. Sensasi Rasa

Aliran saliva yang terbentuk di dalam asini bersifat isotonik, saliva mengalir

melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik

saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk

memberikan kelarutan substansi yang memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.

(6)

Saliva membentuk lapisan seromukus yang berperan sebagai pelumas dan

melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi. Musin sebagai

protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi,

dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas saliva.

3 Kapasitas Buffer

Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk mempertahankan agar

pH tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbanganbufferpada rongga mulut.

4. Integritas Enamel Gigi

Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas kimia

fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan demineralisasi.

Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai

konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor di dalam larutan dan

di dalam pH saliva.

5. MenjagaOral Hygiene

Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lisosim yang berperan penting dalam

mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.

6. Membantu Proses Pencernaan

Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam proses

pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim α-amylase atau enzim ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi

maltosa, maltotriosa dan dekstrin.

7. Perbaikan Jaringan

Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada jaringan

rongga mulut, secara klinis waktu pendarahan menjadi lebih singkat dengan adanya

bantuan saliva.

8. Membantu Proses Bicara

Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama berbicara, tanpa adanya saliva,

(7)

9. Menjaga Keseimbangan Cairan

Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang dapat

meningkatkanintakecairan.

2.5 Metode Pengumpulan Saliva

Untuk mengetahui produksi saliva yang dihasilkan dapat digunakan beberapa

pengukuran volume saliva:7,25,26

1. Draining Method(Metode Drainase)

Pada metode drainase, subjek menundukkan kepalanya dan melakukan satu kali

gerakan penelanan. Subjek membiarkan saliva dalam mulut mengalir melalui bibir bawah

ke dalam tabung ukur dan pada waktu yang telah ditentukan.

Gambar 3.Draining Method.25 2. Spitting Method(Metode Peludahan)

Metode Pengambilan saliva yang hampir sama dengan metode drainase, Subjek

membiarkan saliva tergenang dalam mulutnya tanpa ditelan dan setiap satumenit subjek

harus meludahkan saliva yang terkumpul didalam mulut ke tabung.

Gambar 4.Spitting method.26 3. Suction Method(Metode Penghisapan)

Pada metode penghisapan, saliva dihisap dari dasar mulut dengan menggunakan

pipa penghisap secara terus menerus. 9. Menjaga Keseimbangan Cairan

Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang dapat

meningkatkanintakecairan.

2.5 Metode Pengumpulan Saliva

Untuk mengetahui produksi saliva yang dihasilkan dapat digunakan beberapa

pengukuran volume saliva:7,25,26

1. Draining Method(Metode Drainase)

Pada metode drainase, subjek menundukkan kepalanya dan melakukan satu kali

gerakan penelanan. Subjek membiarkan saliva dalam mulut mengalir melalui bibir bawah

ke dalam tabung ukur dan pada waktu yang telah ditentukan.

Gambar 3.Draining Method.25 2. Spitting Method(Metode Peludahan)

Metode Pengambilan saliva yang hampir sama dengan metode drainase, Subjek

membiarkan saliva tergenang dalam mulutnya tanpa ditelan dan setiap satumenit subjek

harus meludahkan saliva yang terkumpul didalam mulut ke tabung.

Gambar 4.Spitting method.26 3. Suction Method(Metode Penghisapan)

Pada metode penghisapan, saliva dihisap dari dasar mulut dengan menggunakan

pipa penghisap secara terus menerus. 9. Menjaga Keseimbangan Cairan

Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang dapat

meningkatkanintakecairan.

2.5 Metode Pengumpulan Saliva

Untuk mengetahui produksi saliva yang dihasilkan dapat digunakan beberapa

pengukuran volume saliva:7,25,26

1. Draining Method(Metode Drainase)

Pada metode drainase, subjek menundukkan kepalanya dan melakukan satu kali

gerakan penelanan. Subjek membiarkan saliva dalam mulut mengalir melalui bibir bawah

ke dalam tabung ukur dan pada waktu yang telah ditentukan.

Gambar 3.Draining Method.25 2. Spitting Method(Metode Peludahan)

Metode Pengambilan saliva yang hampir sama dengan metode drainase, Subjek

membiarkan saliva tergenang dalam mulutnya tanpa ditelan dan setiap satumenit subjek

harus meludahkan saliva yang terkumpul didalam mulut ke tabung.

Gambar 4.Spitting method.26 3. Suction Method(Metode Penghisapan)

Pada metode penghisapan, saliva dihisap dari dasar mulut dengan menggunakan

(8)

Gambar 5.SuctionMethod26

4. Swab Method(Metode Absorbsi)

Metode absorbs dilakukan dengan mengumpulkan saliva menggunakan kain

penghisap yang ditimbang lebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut. Setelah

waktu pengumpulan saliva berakhir, kain penghisap diangkat dan ditimbang.

Gambar 5.Swab Method7 2.6 Volume Saliva

Saliva memegang peranan penting dalam mempertahankan kesehatan rongga

mulut dan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut. Jumlah dan susunan saliva

sangat menentukan bagi kesehatan rongga mulut. Bila terjadi perubahan kualitas maupun

kuantitas saliva, maka akan memperngaruhi integritas kesehatan gigi dan mulut. 5-7

Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar kurang lebih 1,5 liter.

Pada orang dewasa Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi berkisar antara 0,25

- 0,35 ml/menit, dengan rata-rata terendah 0,1 - 0,25 ml/menit dan pada keadaan

hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit. Sedangkan laju aliran saliva

normal yang distimulasi mencapai 1 - 3 ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7 - 1

ml/menit dimana pada keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih

rendah dari 0,7 ml/menit.6,24

Gambar 5.SuctionMethod26

4. Swab Method(Metode Absorbsi)

Metode absorbs dilakukan dengan mengumpulkan saliva menggunakan kain

penghisap yang ditimbang lebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut. Setelah

waktu pengumpulan saliva berakhir, kain penghisap diangkat dan ditimbang.

Gambar 5.Swab Method7 2.6 Volume Saliva

Saliva memegang peranan penting dalam mempertahankan kesehatan rongga

mulut dan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut. Jumlah dan susunan saliva

sangat menentukan bagi kesehatan rongga mulut. Bila terjadi perubahan kualitas maupun

kuantitas saliva, maka akan memperngaruhi integritas kesehatan gigi dan mulut. 5-7

Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar kurang lebih 1,5 liter.

Pada orang dewasa Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi berkisar antara 0,25

- 0,35 ml/menit, dengan rata-rata terendah 0,1 - 0,25 ml/menit dan pada keadaan

hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit. Sedangkan laju aliran saliva

normal yang distimulasi mencapai 1 - 3 ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7 - 1

ml/menit dimana pada keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih

rendah dari 0,7 ml/menit.6,24

Gambar 5.SuctionMethod26

4. Swab Method(Metode Absorbsi)

Metode absorbs dilakukan dengan mengumpulkan saliva menggunakan kain

penghisap yang ditimbang lebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut. Setelah

waktu pengumpulan saliva berakhir, kain penghisap diangkat dan ditimbang.

Gambar 5.Swab Method7 2.6 Volume Saliva

Saliva memegang peranan penting dalam mempertahankan kesehatan rongga

mulut dan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut. Jumlah dan susunan saliva

sangat menentukan bagi kesehatan rongga mulut. Bila terjadi perubahan kualitas maupun

kuantitas saliva, maka akan memperngaruhi integritas kesehatan gigi dan mulut. 5-7

Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar kurang lebih 1,5 liter.

Pada orang dewasa Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi berkisar antara 0,25

- 0,35 ml/menit, dengan rata-rata terendah 0,1 - 0,25 ml/menit dan pada keadaan

hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit. Sedangkan laju aliran saliva

normal yang distimulasi mencapai 1 - 3 ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7 - 1

ml/menit dimana pada keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih

(9)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Saliva

Xerostomia secara harafiah berarti mulut kering (xeros = kering, dan stroma =

mulut). Perasaan mulut kering terjadi bila kecepatan resorpsi air oleh mukosa mulut

bersama-sama dengan penguapan air mukosa, lebih besar daripada kecepatan sekresi

saliva.

Berikut ini terdapat beberapa kemungkinan penyebab yang mempengaruhi

volume saliva:5-7

1. Kesehatan umum menurun

Gangguan dalam pengaturan air dan elektrolit yang diikuti oleh terjadinya

keseimbangan air yang negatif dapat menyebabkan menurunnya volume saliva, sehingga

kebutuhan pembasahan mulut meningkat. Gangguan emosional seperti stress, rasa takut

dan defisiensi vitamin, serta perubahan hormonal dapat menyebabkan turunnya sekresi

saliva.

2. Umur

Keluhan mulut kering sering ditemukan pada lanjut usia, disebabkan oleh adanya

atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan

volume saliva dan terjadi perubahan komposisi saliva.7

3. Penggunaan Obat-Obatan

Obat-obatan yang memblokade sistem saraf perifer akan menghambat sekresi

saliva. Oleh karena sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh sistem saraf

parasimpatis. obatan antikolinergik akan menghambat pengeluaran saliva.

Obat-obatan dengan pengaruh anti ß-andrenergik (yang disebut ß-bloker) terutama akan menghambat sekresi saliva mukus.5-7

Obat-obatan menyebabkan penurunan volume saliva antara lain:5,20

- Antikolinergika

- Hipnotika

- Obat penenang (tranquilizer)

- Antidepresiva

- Spasmolitika

(10)

- Antihipertensiva

- Antihistaminika

- Dll

4. Monopause

Pada perempuan menopause sekresi saliva berkurang akibat faktor sistemik

seperti perubahan hormon yang meyebabkan terjadinya penurunan ketahanan rongga

mulut dan sekresi saliva, faktor perubahan kemampuan fisiologi, maupun akibat

faktor perubahan emosional yang terjadi. Ini mempengaruhi derajat kebersihan mulut,

termasuk diet (asupan makanan), serta laju aliran saliva.22

5. Radioterapi

Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan penurunan volume

saliva tergantung jenis kanker dan lapangan penyinarannya misalnya radioterapi

dengan menggunakan radioactive iodine untuk pengobatan tumor tiroid dapat merusak kelenjar parotid.7

6. Kemoterapi

Kemoterapi dapat menyebabkan gangguan kelenjar saliva selama atau bahkan

langsung setelah melakukan terapi. Kebanyakan pasien melaporkan fungsi saliva

dapat kembali seperti semula meskipun beberapa diantaranya mengalami xerostomia

secara permanen.20

7. Konsumsi air minum

Banyaknya air yang dibutuhkan seseorang berbeda-beda tergantung pada

ukuran tubuh orang tersebut dan apa yang dianggap sesuai untuk tubuhnya.

Meski kebutuhan air tiap orang berbeda menurut Profesor Hiromi Shinya MD, pakar

enzim yang juga guru besar kedokteran di Albert Einstein College of Medicine AS,

usahakan tubuh untuk mendapatkan pasokan air 8 gelas per hari (1,6 liter) untuk

orang dewasa dalam mencegah terjadinya dehidrasi serta xerotomia.29

2.7 Efek samping Radioterapi terhadap Kelenjar Saliva

Sampai saat ini belum pasti diketahui apakah kerusakan pada kelenjar saliva

disebabkan karena radioterapi kanker daerah kepala dan leher secara langsung

(11)

kanker daerah kepala dan leher menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.10 Sel

asinar serous lebih radiosensitif dari sel asinar mukus, sehingga kelenjar saliva seperti

kelenjar parotis (sekresi bersifat serous) dan kelenjar submandibularis (sekresi

bersifat seromukus) akan lebih radiosensitif dibandingkan dengan kelenjar

sublingualis (sekresi bersifat mukus. Kelenjar saliva mayor (kelenjar saliva parotis

dan submandibularis) bersifat lebih radiosensitif dibandingkan dengan kelenjar saliva

minor, hal ini juga didasarkan pada sel asinar yang dimiliki masing-masing kelenjar.

Radioterapi dapat menyebabkan inflamasi (radang) pada kelenjar saliva sehingga

terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan udem. Menurut Vissink dkk. radioterapi

kanker daerah kepala dan leher dengan dosis lebih besar dari 75 Gy menyebabkan

degenerasi asinar (perubahan morfologi sel akibat radioterapi), atrofi (berkurangnya

ukuran suatu organ karena penurunan jumlah sel), dan fibrosis (proses deposit

kolagen yang berlebihan di dalam jaringan). Fibrosis terjadi akibat dari proliferasi

fibroblast (jaringan parut) pada jaringan nekrosis yang berlebihan.10

Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan pada

kelenjar saliva yang ditandai dengan adanya penurunan kecepatan aliran saliva,

meningkatnya viskositas saliva, perubahan warna saliva, penurunan pH saliva dan

perubahan komposisi saliva.3,20

Penurunan kecepatan aliran saliva menyebabkan mulut kering atau

Xerostomia. Xerostomia merupakan efek samping yang paling sering dijumpai pada

pasien yang menerima radioterapi pada daerah kepala dan leher. Xerostomia mulai

terjadi pada hari ke-3 atau ke-4 setelah tindakan radioterapi daerah kepala dan leher,

dengan dosis total radioterapi berkisar antara 6 - 10 Gy. Xerostomia yang disebabkan

oleh radioterapi daerah kepala dan leher bersifat permanen.10 Produksi saliva dengan

cepat menurun dan dapat berkurang 40% setelah 1 minggu tindakan radioterapi

kanker daerah kepala dan leher. Pasien yang menerima radioterapi kanker daerah

kepala dan leher pada minggu pertama sampai minggu keenam, aliran saliva akan

berkurang menjadi 40%, 29%, 19%, 9% dan 5% berturut-turut dari rata-rata sebelum

(12)

Tabel 1. Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva.5.6

Dosis Gejala

< 10 Gy Reduksi tidak tetap sekresi saliva

10 -15 Gy Mulai terjadi keluhandry mouth

15 -40 Gy Reduksi masih terus berlangsungreversible

> 40 Gy Xerostomia Semipermanen atau permanen

Dari tabel 1 ditunjukkan tingkat perubahan kelenjar saliva pada dosis kurang

dari 10 Gy terjadi radang kelenjar saliva yang menyebabkan reduksi tidak tetap

sekresi saliva dimana pengaruh radioterapi lebih banyak mengenai sel asinar dari

kelenjar saliva serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus. Dosis 10 - 15 Gy

menyebabkan penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan

penyumbatan sehingga xerostomia mulai nyata terlihat dan menyebabkan keluhan

mulut kering atau dry mouth. Dosis 15 - 40 Gy penyumbatan pada kelenjar saliva makin terjadi sehingga terjadi fibrosis yang mengakibatkan reduksi secara reversibel.

Dosis lebih besar dari 40 Gy terjadi kerusakan pada glandula secara ireversibel akibat

banyaknya kehilangan sel asinar yang menyebabkan terjadi xerostomia

semipermanen maupun permanen. Namun pada beberapa kasus dilaporkan bahwa

hipertropi kelenjar saliva dapat mengkompensasi radioterapi dan kembali membaik

sekurang-kurangnya setahun setelah berhenti menerima radioterapi.6

Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan perubahan pada

viskositas saliva. Tingkat viskositas saliva meningkat akibt dari kerusakan sel asinar

serous, sehingga terjadi penurunan jumlah saliva yang bersifat serous. Warna saliva

juga berubah menjadi kuning atau coklat, pH saliva akan berkurang menjadi ± 5.

Perubahan pH terjadi karena penurunan sistembuffer, penurunan sistembufferkarena penurunan konsentrasi ion bikarbonat.10

Penurunan aliran saliva menyebabkan mukosa mulut kering, terlihat fisur

(13)

berbicara, mengunyah, menelan, dan berkurangnya Indera pengecapan setelah

menerima dosis radioterapi pada daerah kepala dan leher 20-40 Gy.3,6

2.8 Perawatan Xerostomia Selama Tindakan Radioterapi pada Daerah Kepala dan Leher

Kelenjar saliva biasanya berada dalam lapangan radioterapi kanker daerah

kepala dan leher. Perawatan xerostomia selama tindakan radioterapi adalah tetap

menjaga kebersihan rongga mulut, menstimulasi kelenjar saliva yang masih berfungsi

(sialogogues), dan meringankan gejala-gejala klinis mulut kering.27-31

Manajemen perawatan xerostomia yang dapat dilakukan oleh paenderita

xerostomia antara lain adalah.30

1. Pasien mengkonsumsi air sesering mungkin untuk lubrikasi (pelumas) dan

melembabkan mulut yang dapat meringankan rasa sakit.

2. Kumur-kumur dengan air untuk membersihkan rongga mulut.

3. Penggunaan permen dan permen karet yang bebas gula untuk menstimulasi

saliva sehingga mulut menjadi basah.

4. Penggunaan saliva pengganti atau stimulasi saliva jika gejala xerostomia

bertambah parah.

Gambar

Gambar 1. Lokasi anatomis kanker kepala dan leherGambar 1. Lokasi anatomis kanker kepala dan leherGambar 1
Gambar 3.Gambar 3.Gambar 3. Draining Method Draining Method Draining Method...252525
Gambar 5.Gambar 5.Gambar 5. Suction Suction Suction Method Method Method262626
Tabel 1. Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva.5.6

Referensi

Dokumen terkait

Baik Eksekutif (Kepala Pemerintah Daerah) maupun Anggota Legislatif sebagian besar diantaranya masih belum memahami tentang “public policy” terutama berkaitan dengan

Sehubungan dengan dilakukannya penyusunan proposal skripsi tahun ajaran 2017- 2018 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Surabaya, saya :.. Nama : Rheza

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik pada materi organisasi kehidupan menggunakan media video bimbingan praktikum

Atribut yang digunakan dalam klasifikasi produksi jagung terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, seperti suhu, curah hujan, luas panen, dan tinggi

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Dosen ITS memiliki rata-rata dokumen dalam Bahasa Indonesia yang dipublikasi

Dengan munculnya UU No .22 tahun 1999yang mengatur perlimpahan wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah serta UUNo.25 tahun 1999 yang

Berikut yang termasuk hikmah kepada malaikat adalah….. Lebih tenang dalam melakukan

Pemberian pupuk vermikompos dengan dosis 1 kg dicampur dengan tanah 10 kg (P1) memberikan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan