B A B II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi
2.1 Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan paSCa bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi (Menurut Carpenito (2000) dalam Wirnata (2010).
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman, dalam Wirnata (2010). Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal (Kasdu, 2003).
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi secsio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami secsio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak paSCa operasi seksio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati (Wirnata, 2010).
2.2 Tujuan Mobilisasi
Menurut Dudes dalam Fitriyahsari (2009) tujuan dari pada mobilisasi adalah untuk :
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik. 4. Mempertahankan tonus otot.
5. Memperlancar eliminasi alvi dan urine.
6. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
7. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf (Handiyani, 2009). Potter dan Perry (2006) dalam Handiyani (2009) menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status muSCulo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal.
2.4 Manfaat Mobilisasi
meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit (Potter, 2006).
2.5 Tahap-Tahap Mobilisasi
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi secsio caesarea (Kasdu, 2003):
1. 6 jam pertama
Ibu post secsio caesaria istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
2. 6-10 jam
Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan.
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan.
Klien susah dan takut untuk bergerak karena luka operasi SC, limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup.
2. Kemampuan fugsi motorik
Pada tangan kanan dan kiri pasien tidak ada kelemahan Pada kaki kanan dan kiri tidak ada kelemahan
3. Kemampuan mobilitas
Dilkakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. gangguan aktivitas/mobilisasi katagori :
tingkat 0 mampu merawat diri sendiri secara penuh tingkat 1 menggunakan penggunaan alat
tingkat 2 memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain tingkat 3 memerlukan bantuan, pengawasan dan peralatan
tingkat 4 sangat tergangtung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
4. Perubahan Psikologis
Disebabkan karena adanya gangguan mobilisasi antara lain perubahan prilaku, peningkatan emosi.
Pada pengkajian akan ditemukan data sebagai berikut: Batasan karakteristik:
1. Data Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerakan tenaga. 2. Data Objektif
B. Diangnosa Keperawatan
Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan :
Kurangnya pengetahuan klien tentang mobilisasi post SC tingkat mobilisasi pada indikator 3
C. Perencanaan Keperawatan Hari/
Tanggal No.
Dx Perencanaan Keperawatan
1 Tujuan :
Mencapai mobilisasi ditempat tidur, yang dibuktikan oleh pengaturan posisi tubuh : kemauan sendiri, pergerakan sendi aktif , dan mobilisasi yang memuaskan.
Kriteria Hasil :
Klien melakukan rentang pergerakan penuh seluruh sendi Berbalik sendiri ditempat tidur atau memerlukan bantuan
pada tingkat yang realistis
Rencana Tindakan Rasional
1 Kaji kesejajaran
tubuh dan tingkat kenyamanan selama klien berbaring
Pantau tanda-tanda vital
Monitor respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Pantau atau
dukumentasi pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur.
Hindari menjankan aktivitas perawatan selama priode istirahat
Bantu dengan
aktivitas fisik teratur Batasi rangsangan
lingkungan
Perawatan tirah baring
Mendukung data dasar tentang kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan klien.
Perubahan tanda-tanda vital
Menetapkan kemampuan kebutuhan dan memudahkan pilihan intervesi pasien
Dengan istirahat yang cukup dan teratur dapat membantu untuk menyiapkan energi yang cukup bagi klien.
Aktivitas dipriode istirahat dapat menyebabkan pasien kekurangan tenaga sehingga pasien lemas. Dengan aktivitas yang teratur
menyebabkan tubuh terbatas sehingga klien bisa lebih kuat melakukan aktivitas
Dengan membatasi rangsangan dapat mengurangi tingkat distres klien yang membutuhkan tenaga Meningkatkan kenyamanan serta
Pengaturan posisi
Membantu klien untuk mobilisasi secara bertahap
Tinggikan bagian kepala tempat tidur pa 40 – 60 derajat
Kolaborasikan
dengan ahli terapi okupsi, fisik atau rekreasi
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas
dan teknik manajemen waktu
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat
Jelaskan pada klien tentang pentingnya mobilisasi post SC
Mengatu penempatan pasien atau bagian yubuh pasien secara hati-hati untuk meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan fsikologis
8 jam pertama miring kiri dan miring kanan, 24 jam belajar bagun dan duduk di tempat tidur
Meningkatkan kenyamanan, mendukung ventilasi, dan memberikan kesempatan bersosialisasi atau pun beristirahat
Merencakan dan memantau program aktivitas
Mendapatkan pelayanan tentang bantuan perawatan dirumah sesuai dengan kebutuhan
Mencegah kelelahan
Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic menghemat energi untuk penyembuhan, pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan bernapas.
D. Implementasi Keperawatan
Impelementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
Mandiri : aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
Delegatif : tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan yang berwenang
Kolaboratif : tindakan keperawatan dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan atas keputusan bersama.
E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilisasi adalah :
Peningkatkan fungsi sistem tubuh
Peningkatkan ketahanan dan kekuatan otot Peningkatan fleksibelitas sendi
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 26 Tahun Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen Protestan Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Dolok Tolong no 77 Tanggal Masuk RS : 18 Juni 2013
No. Register : 00.88.72.20
Ruangan/Kamar : Tanjung II, Nifas ruang 5 Golongan darah : -
Tanggal pengkajian : 19 Juni 2013 / jam 14.20 wib Tanggal operasi : 18 juni 2013
Diagnosa Medis : Post SC + plasenta previa totalis II. KELUHAN UTAMA
Pasien takut bergerak saat disuruh untuk memiringkan tubuhnya, timbul nyeri pada luka operasi SC.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG a) Provocative/Palliative
1) Apa penyebabnya
2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien biasanya tiduran untuk menghilangkan rasa sakit dan pasien meminta bantuan keluarga untuk membantu melakukan
aktifitas
b) Quantity/Quality
1) Bagaimana dirasakan
pasien merasa nyeri dibagian abdomen 2) Bagaimana dilihat
Ketika pasien miring ke kanan dan miring ke kiri pasien terlihat meringis
c) Region
1) Dimana lokasinya
Bagian pinggang, bokong, dan abdomen 2) Apakah menyebar
Pasien mengatakan nyerinya tidak menyebar d) Severity
pasien menggatakan luka operasi ini sangat mengganggu, pasien tidak bisa melakukan aktivitas setelah operasi, seperti berjalan ke kamar mandi.
e) Time
-
IV RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit Yang Pernah Dialami
Pasien pernah di operasi sebanyak 2 x anak pertama dan anak ke dua B. Pengobatan/Tindakan Yang Dilakukan
Tindakan yang dilakukan pemberian transpusi darah C. Pernah Dirawat/Dioprasi
Pasien mengatakan pernah dirawatdi RS. Dr. Pirngadi Medan D. Lama Dirawat
Pasien dirawat selama 1 minggu karena post SC E. Alergi
F. Imunisasi -
V RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang Tua
Orang tua pasen tidak memiliki riwayat penyakit B. Saudara Kandung
Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara tidak memiliki riwayat penyakit C. Penyakit Keturunan Yang Ada
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga D. Anggota Keluarga Yang Meninggal
Ayah pasien
E. Penyebab Meninggal
Karena sudah tua. penyakit tidak diketahui VI RIWAYAT OBSTETRIK
G:3 P:2 A:- HPHT:10-09-2012 TTP:17-07-2013 No Umur Komplikasi/Masalah Kondisi
Anak Penolong Kehamilan Persalinan Nifas
1.
VII RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya
Pasien mengatakan ia ingin cepat beraktivitas dan ingin selalu merawat anaknya sendiri.
B. Konsep Diri
Gambaran diri : pasien menerima gambaran dirinya
Ideal diri : pasien berharap bisa tetap menjadi seorang ibu dari 3 anak,dan menjadi istri yang baik.
Peran diri : pasien sebagai seorang istri dan seorang ibu dari ke 3 orang anaknya.
Identitas : pasien seorang istri dan ibu dari ke 3 anaknya
C. Keadaan Emosi
Pasien mampu mengendalikan emosinya dengan baik. D. Hubungan Sosial
Orang yang berarti : orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidup pasien adalah suami dan anaknya.
Hubungan dengan keluarga : baik, keluarga tetap setia menemani, merawat dan menjaga pasien ketika sedang berada di RS.
Hubungan dengan orang lain : baik, pasien mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
pasien tidak mempunyai hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain
E. Spiritual
Nilai dan keyakinan : pasien menganut keyakinan Kristen protestan
Kegiatan ibadah : selama dirawat pasien tidak mengikuti kegiatan ibadah karena post SC. sebelumnya pasien setiap minggu ke gereja.
VIII PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum
Pasien susah bergerak akibat pots SC B. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 76x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Skala nyeri : 3
TB : 150 cm
BB : 53 kg
C. Pemeriksaan Head to Toe Kepala dan Rambut
Bentuk : Bulat, tidak ada benjolan atau pembengkakan
Kulit kepala : Bersih, tidak ada iritasi Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut lurus dan penyebarannya merata.
Bau : Tidak ada
Warna kulit : kuning langsat Wajah
Warna kulit : Pasien terlihat pucat
Struktur wajah : Simetris, dan tidak ada kelainan.
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris.
Palpebra : normal
Konjungtiva dan SClera : konjungtiva anemis, SClera ikterus
Pupil : isokor
Cornea dan iris : normal
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal Lubang hidung : Bersih
Cuping hidung : Tidak ada kelainan Telinga
Bentuk telinga : Simetris kanan/kiri Ukuran telinga : Simetris kanan/kiri Lubang telinga : Bersih dan tidak berbau. Ketajaman pendengaran : Pendengaran tidak ada
kelainan. Mulut dan faring
Keadaan bibir : Bibir pucat dan kering Keadaan gusi dan gigi : Gusi pucat/ tidak ada
perdarahan.
Keadaan lidah : Lidah bersih dan tidak ada kelainan.
Orofaring : Tidak ada kelainan. Leher
Posisi trachea : Baik
Thyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
Suara : Terdengar dengan jelas Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan. Vena jugularis : Teraba
Denyut nadi karotis : Teraba Pemeriksaan integument
Kebersihan : Bersih
Kehangatan : Kedua ekstremitas bawah teraba dingin
Warna : Sawo matang
Kelembaban : Lembab Kelainan pada kulit : Tidak ada Pemeriksaan payudara dan ketiak
Ukuran dan bentuk : Simetris kanan/kiri Warna payudara dan areola : Normal, kecoklatan Kondisi payudara dan putting : Normal
Produksi ASI : Sudah ada produksi ASI : payudara terlihat membesar jika aerola dipencet keluar asi
Aksila dan klavicula : Tidak ada kelainan Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifpasien koliasis) : normal
Pernafasan (frekuensi, irama) : 22 x/ menit Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Normal
Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) : Normal Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan Palpasi : Tidak ada pulsasi
Perkusi : Dullnes
Auskultasi : Bunyi jantung normal, lub-dub
Pemeriksaan abdomen
Auskultasi : peristaltic usus 7x/menit, tidak ada suara tambahan.
Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, acites, hepar, lien) : tidak ada nyeri tekan, tidak ada acites , tidak ada pembengkakan hepar) Perkusi (suara abdomen) : tympani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genitalia : Tidak dikaji Anus dan perineum : Tidak dikaji
XII POLA KEBIASAAN SEHARI HARI 1. Pola makan dan minum
Frekuensi makan/hari : makan 3 x sehari Nafsu/selera makan : selera makan Nyeri ulu hati : tidak ada
Alergi : tidak ada alergi terhadap makanan
Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah. Waktu pemberian makan : pagi 07.00, siang 12.00,
malam 18.00 Jumlah dan jenis makan : Mb
Waktu pemberian cairan/minum : sesuai kebutuhan pasien Masalah makan dan minum : tidak ada masalah makan dan
minum 2. Perawatan diri/personal higine
Kebersihan tubuh : tubuh bersih
3. Pola Kegiatan/Aktivitas
Kegiatan Mandiri Sebahagian Total
Mandi
Makan
BAB
BAK
Ganti pakaian
Untuk aktifitas ibadah, selama sakit kegiatan ibadah pasien terhambat tidak sebagaimana mestinya.
4. Pola eliminasi A. BAB
Pola BAB : 1x/hari
Karakter feses : Konsistensi semi padat Riwayat pendarahan : tidak ada
BAB terakhir :
Diare : tidak diare
Penggunaan laksatif : tidak ada B. BAK
Pola BAK : normal
Karakter urine : terpasang, kekuningan dan tidak keruh
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan
diuretic
ANALISA DATA
NO DATA Etiologi Masalah
Keperawatan 1 DS :
Ny. M takut bergerak saat disuruh untuk miring ke kanan dan miring ke kiri
DO :
Ny. M terbaring ditempat tidur
terpasang kateter
Mobilisasi Ny. M pada indicator 3 yaitu membutuhkan bantuan orang lain
Ny. M kesulitan dalam melakukan gerakan
Tanda-tanda vital: TD : 110/80 mmhg HR : 76 x/menit RR : 22 x/menit T : 36.6oC
Post SC
Nyeri akibat post SC
Terbaring ditempat tidur
Kesulitan memenuhi kebutuhan dasar
Membutuhkan bantuan orang lain dalam pemenuhan kebutuhan
dasar
Hambatan mobilisasi fisik
Hambatan mobilisasi fisik
2 DS :
Ny. M merasa nyeri jika melakukan gerakan DO :
Ny. M terlihat meringgis kesakitan
terdapat luka post SC pada area abdomen
Ny. M mengalami kesulitan untuk bergerak Ny. M membutuhkan
bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasar
Kelahiran SC
Terdapat luka post SC
Pasien meringis kesakitan
Pasien mengalami kesulitan bergerak
Skala nyeri : 5
Gangguan rasa nyaman Nyeri
Masalah Keperawatan
1. Hambatan mobilisasi fisik 2. Nyeri
Diagnosa Pasien Keperawatan
1. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang mobilisasi post SC yang ditandai dengan klien sulit bergerak tingkat mobilisasi pada indikator 3
PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/
Tanggal No.
Dx Perencanaan Keperawatan
1 Tujuan :
Mencapai mobilisasi ditempat tidur, yang dibuktikan oleh pengaturan posisi tubuh : kemauan sendiri, pergerakan sendi aktif, dan mobilisasi yang memuaskan.
Mendekomentasikan mobilisasi, oleh indicator berikut (dengan ketentuan 1-5 : tidak sama sekali, ringan, sedang, berat, atau sangat berat).
Kriteria Hasil:
Klien melakukan rentang pergerakan penuh seluruh sendi Berbalik sendiri ditempat tidur atau memerlukan bantuan pada
tingkat yang realistis
Meminta bantuan reposisi, sesuai dengan kebutuhan
Rencana Tindakan Rasional
1. Pengkajian :
Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama klien berbaring
Observasi :
Pantau tanda – tanda vital Monitor respon emosi,
sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Pantau atau dukumentasi pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur.
Mandiri :
Hindari menjankan aktivitas perawatan selama priode istirahat
Bantu dengan aktivitas fisik teratur
Batasi rangsangan
lingkungan
Mendukung data dasar tentang kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan klien.
Perubahan tanda-tanda vital Menetapkan kemampuan
kebutuhan dan memudahkan pilihan intervesi pasien
Dengan istirahat yang cukup dan teratur dapat
membantu untuk menyiapkan energi yang
cukup bagi klien.
Aktivitas dipriode istirahat dapat menyebabkan pasien kekurangan tenaga sehingga pasien lemas.
Dengan aktivitas yang teratur menyebabkan tubuh terbatas sehingga klien bisa lebih kuat melakukan aktivitas
Dengan membatasi
Perawatan tirah baring
Pengaturan posisi
Membantu klien untuk mobilisasi secara bertahap
Tinggikan bagian kepala tempat tidur pa 40 – 60 derajat
Kolaborasi :
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupsi, fisik atau rekreasi
Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah
Rujuk pada ahli gizi untuk merencakan makanan
Penkes :
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
Jelaskan pada klien tentang pentingnya mobilisasi post SC
klien yang membutuhkan tenaga
Meningkatkan kenyamanan
serta pencegahan komplikasi untuk pasien
Mengatu penempatan pasien atau bagian yubuh pasien secara hati – hati untuk meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan
fsikologis
8 jam pertama miring kiri dan miring kanan, 24 jam belajar bagun dan duduk di tempat tidur
Meningkatkan kenyamanan, mendukung ventilasi, dan memberikan kesempatan bersosialisasi atau pun beristirahat
Merencakan dan memantau program aktivitas
Mendapatkan pelayanan tentang bantuan perawatan dirumah sesuai dengan kebutuhan
Mencegah kelelahan
Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic menghemat energi untuk penyembuhan,
pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan bernapas.
Meningkatkan
2 Tujuan dan Kriteria Hasil:
a. Pasien akn menunjukan tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
b. Pasien akan mempertahankan nyeri pada 3 atau kurang.
c. Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.
Rencana Tindakan Rasional
2. Pengkajian :
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, gerasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri atau faktor prefisipitasinya
Observasi :
Kenali faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
Pantau tanda-tanda vital
Mandiri :
Gunakan tindakan
pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
Berikan tindakan kenyaman dasar dan aktivitas rapetik.
Kolaborasi :
Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
Membantu dalam
mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk atau keefetifan analgesic. Jumlah jaringan, otot dan sistem limfatif diangkat dapat mempengaruhi jumlah nyeri yang dialami.
Menurunkan reaksi
terhadap stimulasi dari luar dan meningkatkan istirahat atau relaksasi
Nyeri yang berlanjut akan
berdampak pada peningkatan tanda-tanda.
Jika kondisi nyeri keluhan nyeri masih menunjukan tahap awal, baiknya berikan langsung terapi awal pengendalian nyeri (misalnya: nafas dalam)
Dapat menurunkan
ketidaknyamanan terhadap luka operasi
Mungkin diperlukan pemberian alagesik untuk
Penkes :
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Pasien yang mendapat penjelasan tentang nyeri, akan lebih sedikit mengalami stres dibandingkan dengan pasien
PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/
Tanggal No.
Dx Implementasi Keperawatan
Evaluasi (SOAP) Rabu
19 juni 2013
1. Melakukan hubungan terapetik dengan pasien dan keluarga Memberi penjelasan pada klien
tentang pentingnya mobilisasi post SC
Mengukur vital sign pasien
Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama klien berbaring
Pengaturan posisi
Mengubah posisi pasien setiap 2 jam
Membantu klien untuk miring ke kanan dan miring ke kiri
Membantu klien untuk bangun dan duduk di tempat tidur
S : Pasien mengatakan susah bergerak akibat luka operasi SC
Pasien merasa lebih nyaman
Pasien melakukan aktivitas masih membutuhkan bantuan perawat/keluarga
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Kamis 20 juni 2013
2 Memantau keadaan umum pasien
Mengukur vital sign pasien
Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
S : Pasien mengatakan sudah mulai bisa melakukan aktivitas, walaupun masih dalam bantuan keluarga
Membantu klien untuk mobilisasi secara bertahap
Meninggikan bagian kepala tempat tidur pada 40-60 derajat Letakan kepala pada matras
atau bantal kecil
Meningkatkan kenyamanan, mendukung ventilasi, dan memberikan kesempatan bersosialisasi ataupun beristirahat.
Mencegah kontraktur fleksi servikal