• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA

PERPAJAKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu :Agus Arwani, M.Ag

Oleh :

1. Ismah Fadi’ah 2013115057

2. Cindy Wulandari 2013115059

3. Tri Andiani 2013115079

4. Nugraha Hadi Kusuma 2013115090

Kelas : D

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

IAIN PEKALONGAN

(2)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا هللا مسب

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Alhamdulillah hirobbil’alamin, rasa syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, ketabahan, dan ilmu yang bermanfaat kepada kami sehingga kami dapat menyusun sebuah Makalah yang berjudul “Instrumen Investasi” tugas mata kuliah Linkungan Dunia Usaha Indonesia.

Allah Humma Sholli’Ala Saidina Muhammad Wa’Ala Ali Saidina Muhammad, kami ucapkan kepada permata ayahanda Abdullah, Mutiara ibunda Aminah, yakni junjungan alam Nabi besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam jahiliah, dari alam yang gelap, menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang disinari iman dan islam, seperti yang kita rasakan sekarang ini. Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini, terutama pada pembimbing dan teman-teman.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Kepada kaum cendekiawan dimohonkan tegur sapa apabila menemukan kejanggalan dalam makalah ini untuk dijadikan pegangan dan upaya peningkatan selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang sempat membaca makalah ini.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pekalongan, 7 September 2017

(3)

SURAT PERNYATAAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan surat pernyataan ini dengan sungguh-sungguh, bahwa yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan kami kelompok dua yang beranggotakan:

1. Nama : ‘Ishmah Fadiah

Nim : 2013115057

Jurusan/Prodi : Syariah / Ekonomi Syariah;

Alamat : Desa Kebagusan, Pemalang

2. Nama : Cindy Wulandari

Nim : 2013115059

Jurusan/Prodi : Syariah / Ekonomi Syariah;

Alamat : Desa Karanganom, Batang

3. Nama : Tri Andriani

Nim : 2013115079

Jurusan/Prodi : Syariah / Ekonomi Syariah;

Alamat : Desa Pasirsari, Kota Pekalongan

4. Nama : Nugraha Hadi Kusuma

Nim : 2013115090

Jurusan/Prodi : Syariah / Ekonomi Syariah;

(4)

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa kami telah membuat karya tulis ilmiah berupa makalah yang bertema “Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan” dengan mengutip dari beberapa referensi dan bukan hasil plagiasi karya orang lain.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan sebagaimana mestinya. Mohon maklum apabila adanya kesalahan dan kekeliruan di dalamnya. Atas perhatian Bapak/Ibu kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 8 September 2017

Koordinator Kelompok,

TRI ANDIANI NIM : 2013115079

Anggota Kelompok,

‘ ISHMAH FADIAH NIM : 2013115057

Anggota Kelompok,

CINDY WULANDARI NIM : 2013115059

Anggota Kelompok,

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...1

KATA PENGANTAR...2

SURAT PERNYATAAN...3

DAFTAR ISI...5

BAB I PENDAHULUAN...6

A. Latar Belakang...6

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penulisan...7

BAB II PEMBAHASAN...8

A. Pengertian, Fungsi, dan Cara Mendapatkan NPWP, NPPKP...8

1. NPWP...8

2. NPPKP...10

B. Pengertian dan Fungsi SPT, SKP, STP...11

1. SPT...11

2. (Surat Ketetapan Pajak) SKP...12

3. STP...16

C. Kewajiban Pembukuan...18

D. Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak...20

E. Keberatan dan Banding...24

1. Keberatan...24

2. Banding...26

F. Penagihan Pajak...28

G. Sengketa dalam Perpajakan dan Penyelesaiannya...31

H. Sanksi Perpajakan...32

BAB III PENUTUP...39

A. Kesimpulan...39

B. Kritik dan Saran...39

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak adalah istilah yang tidak asing bagi kita, peranannyapun dalam pengembangan suatu Negara juga sangat besar. Karena itu, di Indonesia banyak UU maupun peraturan yang menjelaskan tentang pajak. Dari period eke periode peraturan tentang pajak selalumengalami perubahan, begitupuun di Indonesia. Sehingga muncullah istilah-istilah baru tentang perpajakkan yang harus diketahui oleh orang banyak.

Selain tiu, perlu disadari juga bahwa sebagian besar penduduk Indonesia yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP tersebut sangat penting bagi pembangunan Negara. Maka dari itu kami membuat makalah ini guna memberitahu pembaca tentang NPWP dan menumbuhkan kesadaran pembaca untuk membayar pajak.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalahnya, sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan NPWP dan NPPKP, apa fungsinya dan

bagaimana cara untuk mendapatkan NPWP, NPPKP ?

2. Apa yang dimaksud dengan SPT, SKP, STP dan apa saja fungsinya ? 3. Apa itu kewajiban pembukuan ?

4. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan dan penyidikan pajak ? 5. Bagaimana cara mengajukan keberatan dan banding ?

6. Bagaimana cara penagihan pajak sesuai prosedur ?

(7)

C. Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan NPWP dan NPPKP, apa

fungsinya dan bagaimana cara untuk mendapatkan NPWP, NPPKP Deskripsi tentang sukuk.

2.Untuk mengetahui yang dimaksud dengan SPT, SKP, STP dan apa saja fungsinya.

3.Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan dan penyidikan pajak.

4.Agar mengetahui cara mengajukan keberatan dan banding.

5.Mengetahui tata cara penagihan pajak sesuai prosedur.

6.Mengetahui sengketa yang ada di dalam perpajakan dan penyelesainnya.

(8)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian, Fungsi, dan Cara Mendapatkan NPWP, NPPKP 1. NPWP

Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Dirjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajb pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (menurut Pasal 2 UU KUP ). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satau NPWP dan NPWP tersebut berfungsi :

a) Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.

b) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Cara untuk memperoleh NPWP, sebagai berikut :

a) Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan system self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

b) Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

(9)

d) Tempat pendaftaran dilakukan pada kantor Direkotorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jendral Pajakyang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.

e) Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenal pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hukum atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

f) Wanita kawin selain tersebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya.

g) Direktur Jendral Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajb Pajak secara jabatan apabila Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak.

h) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah:

1) Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan, wajib mendftarkan diri paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

(10)

Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.1

Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa khusus untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP wajib mengisi, mendatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak. Selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keterangan Terdafdar dengan jangka waktu paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran serta persyaratannya diterima secara lengkap.Wajib Pajak yang telah terdaftar yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri atas 15 (lima belas) digit; yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan kode administrasi pajak. Kartu NPWP ini diterbitkan oleh KPP.2

2. NPPKP

NPPKP adalah Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak yang berguna sebagai identitas Wajib Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.

Fungsi NPPKP :

1. Sebagai identitas Wajib Pajak PKP. 2. Pemenuhan kewajiban PPN dan PPnBM. 3. Pengawasan Perpajakn.

Kewajiban pengusaha kena pajak, antara lain untuk:

1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. 2. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.

1 Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta: CV Andi

Offset,2013), hlm.25-27.

2 Dr. Waluyo,M.Sc.,Ak, Perpajakan Indonesia Edisi 10, (Jakarta: Salemba

(11)

3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.

4. Melaporkan penghitungan pajak.

Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah:

1. Pengusaha kecil.

2. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dana tau jasa yang tidak dikenakan PPN.

Cara mendapatkan NPPKP , sama halnya dengan mendapatkan NPWP yaitu dengan mendaftarkan diri ke kantor Dirjen Pajak yang terdekat dengan tempat tinggal PKP.3

B. Pengertian dan Fungsi SPT, SKP, STP

1. SPT

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.4

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) :

a. Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan

1) Sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

2) Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotong pajak atau pemungut pajak dalam satu tahun .

(12)

3) Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak.

b. Bagi Pengusaha Kena Pajak

1) Sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan

jumlah PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPn BM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) yang sebenarnya terutang.

2) Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan oleh PKP (Pengusaha Kena Pajak) dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3) Melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran. c. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.5

2. (Surat Ketetapan Pajak) SKP

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi SKPKB,SKPKBT,SKPN , SKPLB.

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokokpajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

SKPKB diterbitkan apabila :

1) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

2) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.

3) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata

(13)

tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen).

4) Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang. 5) Kepada Wajib Pajak diterbitkan NPWP dana tau dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

SKPKB hanya dapat diterbitkan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain tidak memenuhi kewajiban formal dana tau kewajiban material. Keterangan lain tersebut adalah data konkret yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktur Jenderal Pajak, antara lain berupa hasil konfirmasi faktur pajak dan bukti pemotongan Pajak Penghasilan.

Sanksi Administrasi:

a. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin di atas (a dan e), maka jumlah kekurangan pajak terutang ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

b. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin di atas (b, c, dan d), maka dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :

50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang

dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan.

100% dari PPN dan PPn BM yang tidak atau kurang dibayar.

Fungsi SKPKB, yaitu :

a. Koreksi atau jumlah yang terutang menurut SPT-nya. b. Sarana untuk mengenakan sanksi.

c. Alat untuk menagih pajak.

(14)

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKP.

Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. SKPKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Fungsi SKPKBT :

a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya. b. Sarana untuk mengenakan sanksi.

c. Alat untuk menagih pajak.

Sanksi SKPKBT :

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBT, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Sanksi administrasi berupa kenaikan tidak dikenakan apabila SKPKBT diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

(15)

Dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKBT.

Apabila jangka waktu 5 tahun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 tahun tersebut dipindana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Penerbitan SKPN :

SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

5. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukn jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

(16)

a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.

c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

3. STP

Surat Keterangan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

STP dikeluarkan apabila :

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.

c. Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.

d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu. e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak

mengisi faktur pajak secara lengkap (selain: identitas pembeli, nama dan tanda tangan).

f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak.

g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

Fungsi STP :

a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak. b. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

c. Alat untuk menagih pajak.

(17)

a. Jumlah kekurangan pajak terutang (penerbitan SPT poin a dan b) ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.

b. Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak (penerbitan SPT poin d, e, atau f) selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenal sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak.

c. Terhadap Pengusaha Kena Pajak (penerbitan SPT poin g) dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Kekuatan Hukum STP

STP (Surat Tagihan Pajak) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa.6

C. Kewajiban Pembukuan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengmpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyususn laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. 7Kewajiban pembukuan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan telah diatur dalam Pasal 28 tentang Undnag-Undang Ketentuan 6 Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak,……hlm.41-46.

(18)

Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pada prinsipnya Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan. Namun, Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, dikecualikan dan kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan. Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran bruto dana tau penerimaan penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang.

Pembukuan atau pencatatan harus :

1. Diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencermikan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

2. Diselenggarakan di Indonesia.

3. Menggunakan huruf latin dan angka Arab.

4. Menggunakan satuan mata uang rupiah dan mata uang asing yang diizikan oleh Menteri Keuangan.

5. Disusun dalam Bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizikan oleh Menteri Keuangan.

6. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan dasar akrual (accrual basis) atau dasar kas (cash basis). Perubahan atas metode pembukuan atau pencatatan harus mendapat persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak terhutang. Sedangkan pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dana tau penghasilan bruto. Bentuk dan tata caranya akan diatur dengan Keputusan Direktorat Jendral Pajak.

(19)

Orang Pribadi adalah di tempat kegiatn atau tempat tinggal, dan bagi Wajib Pajak Badan adalah di tempat kedudukan.

Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan para pihak yang mempunyai hubungan istimewa (perhatikan pengertian hubungan istimewa pada Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan), bahwa kewajiban menyimpan dokumen meliputi dokumen dana tau informasi tambahan untuk mendukung transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Menteri Keuangan akan mengatur jenis dokumen dana tau informasi tambahan tersebut.8

D. Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dana tau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tujuan pemeriksaan, yaitu:

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:

a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak.

b. SPT rugi.

c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran) disampaikan.

d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis (risk based selection) mengindikasi adanya kewajiban perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(20)

2. Tujuan lain, yaitu :

a. Pemberian NPWP secara jabatan. b. Penghapusan NPWP.

c. Pengukuhan Penghapusan Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP. d. Wajib Pajak mengajukan keberatan.

e. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil. h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN. i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.

j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan.

k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak :

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan.

2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan.

3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberitahukan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksaan Pemeriksaan Lapangan. 4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas

apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan. 5. Menerima Surat Pemberitahuan Pajak mengalami perubahan.

6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh

Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuisioner Pemeriksaan.

9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.9

(21)

Wewenang Memeriksa

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Prosedur Pemeriksaan

1. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan dan harus memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.

2. Wajib Pajak yang diperiksa harus :

a. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

c. Memberi keterangan yang diperlukan.

3. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan.

4. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau

ruanngan tertentu, bila Wajib Pajak tidak memenuhi poin 2 diatas.10

Penyidikan Tindak Pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenag khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan

(22)

tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Wewenang penyidik , yaitu:

1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut lebih lengkap dan jelas.

2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang pekerjaan.

3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.

4. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.

5. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.

6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

7. Menyuruh berhenti dana tau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dana tau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada poin 5.

8. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.

9. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

10. Menghentikan penyidikan.

11. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturang perundang-undangan.

Penyidik Pajak tidak berwenang melakukan penahanan dan penangkapan.

(23)

Penyidik sebagaimana memberitahuakan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Penyidikan dihentikan dalam hal:

1. Tidak terdapat cukup bukti.

2. Peristiwa yang disidik bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan.

3. Peristiwanya telah daluwarsa. 4. Tersangkanya meninggal dunia.

5. Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal surat permintaan, sepanjang perkara pidana tersebut belum dilimpahkan ke pengadilan.

Penghentian penyilidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang bayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.11

E. Keberatan dan Banding 1. Keberatan

Beberapa persoalan yang bersangkutan dengan doleansi (keberatan) yaitu pokok perselisihan, pemasukan Surat Keberatan, isi Surat Keberatan, pembuktian, dan keputusan Surat Keberatan. Dalam perkembangannya, dengan diundangnya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang KUP, penulis membatasi kajian Ilmu Hukum Pajak. Uraian berikut menyampaikan ketentuan formal bagi Wajib Pajak yang mengajukan keberatan maupun banding.

Dengan mengacu pada Pasal 25 Undang-Undang KUP bahwa Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :

(24)

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). 3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).

5. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tata cara pengajuan keberatan yaitu Wajib Pajak mengajukan surat dalam bentuk Surat Keberatan yang harus memenhi syarat :

1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

2. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar pertimbangan. 3. 1 (satu) Surat Keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) Surat Ketetapan

Pajak, untuk 1 (satu) pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak.

4. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan.

5. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim Surat Ketetapan Pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur).

6. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat Keberatan ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak, Surat Keberatan tersebut harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.

(25)

Untuk kepentingan pengajuan keberatan, Wajib Pajak dapat meminta kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memberi keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak atau penghitungan rugi. Dalam keterangan ini, Direktur Jenderal Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak diterima. Namun, jangka waktu pemberian keterangan ini tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan.

2. Banding

Apabila Wajib Pajak tidak menyetujui atas keputusan keberatan, Wajib Pajak dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak (PP) sebagai upaya hukum dalam menyelesaikan perselisihan/ sengketa di bidang perpajakan. Pada sub bab banding, akan dijelaskan ketentuan banding sebagaimana diatur dalam KUP sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP menegaskan seperti sebagai berikut :

1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajas atas Surat Keputusan Keberatan.

2. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan peradilan tata usaha negara.

3. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan Salinan Surat Keputusan Keberatan. Untuk keperluan pengajuan permohonan banding, Direktur Jenderal Pajak berkewajiban memberikan keterangan secara tertulis hal yang menjadi dasar penerbitan Surat Keputusan Keberatan, tetapi terlebih dahulu WP mengajukan permintaan keterangan tersebut.

(26)

diatur dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7), atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan.

5. Terhadap jumlah yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan seperti butir 4 tersebut tidak termasuk sebagai utang pajak yang dimaksud Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang KUP yaitu utang pajak yang dapat dikompensasikan.

6. Bila permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WP akan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak. Sebagai contoh perhitungan: Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PT Ananta sebesar Rp. 1.000.000.000,00. Dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan WP hanya menyetujui Rp. 200.000.000,00 dan mengajukan keberatan atas jumlah pajak yang disetujui telah dilunasi. Putusan keberatan mengabulkan sebagian, dengan pajak yang harus dibayar menjadi Rp. 750.000.000,. WP dimaksud tidak menyutujui putusan tersebut yang selanjutnya mengajukan banding. Putusan banding pengadilan pajak bahwa pajak yang harud dibyar menjadi Rp.450.000.000,00. Kaus sedemikian terhadap sanksi administrasi berupa bunga 2% per bukan (Pasal 19 UU KUP) maupun sanksi berupa denda (Pasal 25 ayat (9) ) tidak dikenakan. Tetapi pengenaan sanksinya justru sanksi administrasi berupa denda Pasal 27 ayat (5d) UU KUP sebesar 100% (Rp 450.000.000,00 – Rp 200.000.000,00) = Rp 250.000.000,00).12

F. Penagihan Pajak

Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak berikut ini merupakan sarana administrasi bagi direktur jendral pajak untuk melakukan penagihan pajak. Berdasarkan pasal 18 UU KUP, yang menjafi dasar penagihan pajak adalah :

1. surat tagihan pajak (STP)

2. surat ketetapan kurang bayar (SKPKB) 3. surat keputusan pembentukan

(27)

5. putusan banding, yang meneybabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.

Tahapan Penagihan Pajak

Bagi wajib pajak usaha kecil dan wajib pajak didaerah tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, jangka pelunasan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 bulan. (pasal 5 ayat (1 & 2)PMK-24/PMK.03/2008).

Apabila utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum dilunasi, akan dilakukan tindakan penagihan pajak sebagai berikut : 1. Surat Teguran. Penaghihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu

mnerbitkan surat teguran oleh pejabat. Surat teguran tidak diterbitkan oleh penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengansur atau menunda pembayaran pajak.

Penyampaian surat teguran kepada wajib pajak :

a. Wajib pajak disampaikan surat teguran setelah 7 hari sejak sat jatuh tempo pengajuan keberatan, apabila wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan wajib pajak tidak mengajukan keberatan atau surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan pajak kurang tambahan.

b. Wajib pajak disampaikan surat teguran setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding, apabila wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlh pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan wajib pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB), atau surat ketetapan kurang bayar tambahan (SKPKBT).

(28)

ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT).

d. Wajib pajak disampaikan surat teguran setelah 7 hari setelah sejak sat tempo pelunasan (1 bulan sejak tanggal diterbitkan) apabila wajib pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masoh harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan.

e. Wajib pajak disampaikan surat teguran setelah 7 hari sejak tanggal pencabutan pengajuan kebertan apabila wajib pajak mencabut pengajuan keberatan atas surat ketetapan pajak kurang byar (SKPKB) atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambaham (SKPKBT) setelh tanggal jatuh tempo pelnasan tetapi sebelum tanggal diterima surat pemberitahuan untuk hadir oleh wajib pajak. 2. Surat Paksa. Surat paksa diterbitkan oleh pejabat dan diberitahukan

secara langsung oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak, apabila jumlah utang pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak tanggal disampaikan surat teguran.

3. Surat Perintah Melakukan Penyitaan.Pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan perintah apabila setelah lewat waktu 2 x 24 jam sejak surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak dan utang pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak. Berdasarkan surat perintah melaksankan penyitaan, jurusita pajak melaksanakan penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak.

4. Pengumuman Lelang.Pengumuman lelang dilakukan pejabat apabila setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagih pajak. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali dan untuk barang tiak bergerak dilakukan 2 kali.

5. Penjualan Barang Sitaan. Penangung pajak dilakukan oleh pejabat melalui kantor lelang negara apabila batas waktu 14 hari sejak pengumuman lelang, penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.

a. Daluwarsa Penagihan Pajak

(29)

1. direktur jendral pajk menerbitkan dan memberitahukan surat pajak kepada pkepada penanggung pajak tidak melakukan pembayaran hutang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggalm pemberitahuan surat paksa tersebut. 2. Wajib pajak menyatakan hutang pajak dengan cara mengajukan

pembayaran angsuran atau penundaan pembayaran hutang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitumg sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran uatang pajak diterima oleh direktur jenderal pajak.

3. Terdapat surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan yang diterbitkan terhadap wajib pajak karena wajib pajak melakukan tindak pidana dibidang perpajakan dan tindak pidana lain yang dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketapan pajak tersebut.

4. Terhadap wajib pajak dilakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan. Daluwarsa dihitung sejak tanggal penerbitan surat perintah penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan.

G. Sengketa dalam Perpajakan dan Penyelesaiannya

Definisi sengketa pajak dijelaskan dalam ketentuan Pasal 1 angka 5 UU No.14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak ,yang berbunyi :

(30)

termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.”

Myron S Scholes dan Mark A Wolfson (1992) menerangkan sebab-sebab timbulnya pajak sebagai berikut :

1. Adanya keterbatasan pengetahuan perundang-undangan perpajakan WP, menyangkut masalah formal-administratif, serta validitas bukti-bukti perhitungan pajaknya.

2. Adanya pencatatan berdasarkan metode akuntansi yang berbeda untuk pembukuan secara komersial dan fiscal.

3. Adanya perbedaan interpretasi (grey area) dan law loophole.

4. Adanya vested interest (yang mempengaruhi disiplin dalam pemungutan dan pemenuhan kewajiban perpajakan).

H. Sanksi Perpajakan Sanksi bagi Petugas Pajak

(Menurut Pasal 36A UU KUP)

Petugas pajak karena kelalainnya atau dengan sengaja menghitung atau menetapkan pajak tidak sesuai dengan ketentuan UU Perpajakan dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

1. Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di luar kewenangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dapat diadukan ke unit internal Departemen Keuangan yang berwenang melakukan pemeriksaan dan investigasi dan apabila terbukti melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan dan pengancaman kepada wajib pajak untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368 Undang-Undang Hukum Pidana.

(31)

pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri , diancam dengan dipidana sebagaimana di maksud dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak korupsi dan perubahannya.

Kode Etik Pegawai DPJ

(Pasal 36B UU KUP)

Menteri Keuangan berkewajiban untuk membuat kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/ 2007.

Pegawai Direktorat Jenderal Pajak wajib mematuhi kode etik Direktorat Jenderal Pajak :

1. Pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi moral dan atau hukuman disiplin.

2. Pengenaan sanksi moral disampaikan secara tertutup dan terbuka.

Pengawasan pelaksanaan dan penampungan pengaduan pelanggaran kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak dilaksanakan oleh Komite Kode Etik yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

Tindak Pidana di Bidang Perpajakan

1. Alpa

(Pasal 38 UU KUP)

Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT dan menyampaikan SPT tidak benar , maka berakibat :

a. Dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam pasal 13A.

b. Didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

c. Dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun. 2. Sengaja

(32)

Tindak Pidana yang secara sengaja dilakukan oleh Wajib Pajak , sebagai berikut :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

c. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan.

d. Menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap.

e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29.

f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau meminjamkan buku , catatan , atau dokumen lain.

h. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen lain, menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana maksud dalam pasal 18 ayat (11).

i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Semua hal di atas dapat berakibat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

(Pasal 39 Ayat (1), (2), (3) UU KUP).

a. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan atau paling lama 6 tahun.

b. Denda paling sedikit 2x jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(33)

yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana perpajakan ( menurut Pasal 43 Ayat (1) ).

(Pasal 39A UU KUP)

Setiap orang yang dengan sengaja :

a. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya.

b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Ancaman : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun serta denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, , bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, , bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

3. Pengulangan

(Pasal 39 Ayat (2) UU KUP)

Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.Ancaman pidana (Pasal 39 Ayat (1) ) sanksi dilipatkan dua.

4. Percobaan

(Pasal 39 Ayat (3) UU KUP)

Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana : a. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP pajak dan

pengukuhan PKP.

b. Menyampikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap.

(34)

Ancaman : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan atau paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.13

Sanksi Administrasi

Merupakan pembayaran kerugian kepada negara khususnya yang berupa bunga dan kenaikan.

1. Sanksi administrasi berupa bunga dapat dibagi menjadi bunga pembayaran, bunga penagihan dan bunga ketetapan.

2. Bunga pembayaran adalah bungs karena melakukan pembayaran pajak tidak pada waktunya, dan pembayaran pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa adanya surat tagihan berupa STP, SKPKB, dan SKPKBT.

3. Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan surat tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT, tidak dilakukan dalam batas waktu pembayaran. Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP (lihat pasal 19 (1) KUP).

4. Bunga ketetapan adalah bunga yang dinamakan dalam surat ketetapan pajak tambahan pokok pajak. Bunga ketetapan dikenakan maksium 24 bulan. Bunga ketetapan umumnya ditagih dengan SKPKB (lihat pasal 13 (2) KUP).

Denda Administrasi

(35)

yang tidak di kukuhkan)

Merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng hokum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.

1. Denda Pidana

Berbeda dengan sanksi yang berupa denda adminstrasi yang hanya dikenakan kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan perpajakan, selain Wajib Pajak ada juga yang diancamkan kepada pejabat pajak atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma.

2. Pidana Kurungan

Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran. Dapat ditunjukkan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga.

Pidana penjara sama halnya seperti pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan kepada kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditunjukan kepada pihak Ketiga adanya kepada pejabat dan Wajib Pajak.

 Sanksi Pidana

Ditetapkan dalam UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No. 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan

UU No.v12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Yang Dikenakan Sanksi Pidana

Norma Sanksi Pidana

1. Setiap orang 1. Kealpaan tidak

menyampaikan

(36)

SPT atau menyampaikan SPT tetapi tidak benar/lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar.

umlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana

(37)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Dirjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajb pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (menurut Pasal 2 UU KUP ). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya.

B. Kritik dan Saran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak.2013.Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: CV Andi Offset

Dr. Waluyo,M.Sc.,Ak.2011.Perpajakan Indonesia Edisi 10, Jakarta: Salemba Empat.

Arwani, A. (2015). HANDOUT: PENGANTAR PERPAJAKAN.

Agus Arwani,S.E,M.Ag,. PPT.Pertemuan%201-2%20Pengata

Agus Arwani,S.E,M.Ag,.PPT.Pertemuan%203-4%20KUP

Brotodiharjo. 2003Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Refika Aditama. BookletKUP

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini didukung penelitian Nostib (2013) yang menyatakan dalam penilaian performa pemberi jasa pelayanan kesehatan terdapat dua elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis

Program ini merupakan program tahunan dari pemerintah China yang disalurkan untuk dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jiangsu, dimana program ini menawarkan kegiatan

Pada penelitian ini CTM digunakan untuk melakukan pengujian kuat tekan dan tarik belah sampel silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm..

Kepala Daerah Mengatur sirkulasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didalam Wilayah Kotamadya daerah Tingkat II Ujung Pandang sesuai dengan ketentuan

Rencana Kerja (RENJA) Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Banten tahun 2016 adalah dokumen perencanaan Biro Ekonomi dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Banten

kan bahwa dengan penggunaan kotoran ternak secara tunggal memberikan hasil yang terbaik terhadap produksi rumput gajah jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk organik/kimia, yakni

Beberapa komoditas penyumbang Inflasi bulan Desember 2016 antara lain: daging ayam ras sebesar 0,08 persen; cabai rawit sebesar 0,07 persen; bawang merah sebesar

SWOT tidak hanya dipakai untuk menyusun strategi di medan pertempuran, melainkan banyak dipakai juga dalam penyusunan perencanaan strategi bisnis yang bertujuan